Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ANAK DENGAN DISABILITAS MENTAL”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan


Anak dengan Kondisi Rentan

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Reffy Agustine 212207153


Risnawaty R. Kasim 212207154
Robiatul Azizah 212207155
Runi M. Hi. Muhammad 212207156
Sin Wajo 212207157

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan
Anak dengan Kondisi Rentan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang penulis lakukan dalam
penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan penulis demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah makalah ini dibuat. Tentunya dengan besar harapan dapat
bermanfaat. Semoga makalah Anak dengan Disabilitas Mental ini bisa berguna bagi
proses belajar.

Yogyakarta, Februari 2023

Penulis,

2
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB. I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
A. Pengertian Disabilitas Mental....................................................................6
B. Jenis-jenis Disabilitas Mental....................................................................6
C. Faktor-faktor Penyebab Disabilitas Mental...............................................11
D. Tindakan Orang Tua, Keluarga dan Pendamping dalam
Menstimulasi Anak Dengan Disabilitas Mental........................................12
BAB. III PENUTUP............................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disabilitas (disability) adalah seseorang yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik, dalam jangka waktu lama di mana ketika
berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat menghalangi pertisipasi
penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang
lainnya.
Penyandang disabilitas dapat diartikan juga kelompok masyarakat yang
beragam yang mengalami disabilitas mental, fisik maupun gabungan dari
disabilitas fisik dan mental. Kondisi penyandang disabilitas tersebut tentu akan
berdampak pada kemampuan berpartisipasi mereka di tengah masyarakat baik itu
dampak yang besar ataupun kecil sehingga mereka pasti akan memerlukan bantuan
dan dukungan dari orang-orang sekitarnya.
Disabilitas mental merupakan disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada
kemampuan interaksi sosial misalnya autis dan hiperaktif. Istilah disabilitas mental
biasanya sering digunakan pada anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual
di bawah rata-rata. Akan tetapi tidak hanya itu saja, disabilitas mental juga
merupakan sebuah istilah yang menggambarkan berbagai kondisi emosional dan
mental. Gangguan kejiwaan adalah istilah yang digunakan pada saat disabilitas
mental secara signifikan mengganggu kinerja aktivitas hidup yang besar, misalnya
saja seperti mengganggu belajar, berkomunikasi dan bekerja serta lain sebagainya.
Aspek yang sangat problematis dari suatu disabilitas adalah pandangan sosial
tentang analisa fungsional kesehatan dan penyakit. Sebagaimana yang diuraikan
oleh Talcott Parson bahwa penyakit sangat dekat dengan penyimpangan sosial,
karena itu merupakan suatu ancaman bagi pelaksanaan peran bagi orang yang
“normal’ dan lebih luas lagi legitimasi bagi orang yang sakit. Hal tersebut terjadi

4
untuk mencapai keseimbangan antara mengakui “ketidakmampuan” dan mencegah
adanya motivasi menyimpang atau kepura-puraan sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari disabilitas mental?
2. Jelaskan jenis-jenis dari disabilitas mental?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab disabilitas mental?
4. Apa saja tindakan orang tua, keluarga dan pendamping dalam menstimulasi
anak dengan disabilitas mental?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari disabilitas mental
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari disabilitas mental
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab disabilitas mental
4. Untuk mengetahui tindakan orang tua, keluarga dan pendamping dalam
menstimulasi anak dengan disabilitas mental

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Disabilitas Mental


Istilah disabilitas mental biasanya sering digunakan pada anak-anak yang
memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Akan tetapi tidak hanya itu
saja, disabilitas mental juga merupakan sebuah istilah yang menggambarkan
berbagai kondisi emosional dan mental. Gangguan kejiwaan adalah istilah yang
digunakan pada saat disabilitas mental secara signifikan mengganggu kinerja
aktivitas hidup yang besar, misalnya saja seperti mengganggu belajar,
berkomunikasi dan bekerja serta lain sebagainya.
Disabilitas mental adalah sindrom yang ditandai dengan gangguan klinis yang
signifikan dalam aspek kognisi, kontrol emosi, atau perilaku dari inidividu yang
diakibatkan karena adanya disfungsi dalam proses psikologis, biologis, atau
perkembangan yang mendasari fungsi mental.

B. Jenis-jenis Disabilitas Mental


1. Desabilitas Mental Retardasi ; Seseorang yang mengalami suatu kelainan yang
diakibatkan oleh pembahan pertimbuhan dan pekembangan fungsi intelektual
yang terjadi pada masa bayi dalam kandungan atau masa kanak-kanak.
a. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, dimana
selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki
kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu anak lamban belajar (slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ
(Intelligence Quotient) antara 70-90. Sedangkan anak yang memiliki IQ
(Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan
khusus.

6
c. Berkesulitan Belajar Spesifik, Berkesulitan belajar berkaitan dengan
prestasi belajar (achievment) yang diperoleh
2. Disabilitas Fisik. Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu :
a. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tunadaksa adalah individu yang memiliki
gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ
tubuh), polio dan lumpuh.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan
kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu yang
memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa
disebut tunawicara.
d. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seseorang yang mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan
tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti
oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana
kemungkinan disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya
gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara
3. Tunaganda (disabilitas ganda). Penderita cacat lebih dari satu kecacatan (yaitu
cacat fisik dan mental). Penyandang disabilitas berdasarkan Pasal 4 Undang-
Undang No. 8 Tahun 2016 dapat dikategorikan kedalam empat kelompok,
yaitu:
a. Penyandang Disabilitas fisik, yaitu terganggunya fungsi gerak, antara lain
amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy (CP), akibat

7
stroke, akibat kusta, dan orang kecil. Kelainan ini meliputi beberapa macam
yaitu:
1) Kelainan Tubuh (Tuna Daksa), Tunadaksa adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular
dan stuktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan
(kehilangan organ) polio atau lumpuh.
2) Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra), Tunanetra adalah individu
yang memiliki hamabatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low
vision.
3) Kelainan Pendengaran (Tunarungu), Tunarungu adalah individu yang
memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarunggu memiliki hambatan dalam berbicra sehingga mereka biasa
disebut tunawicara.
4) Kelainan Bicara (Tunawicara), Tunawicara adalah seseorang yang
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pirikiran melalui bahasa
verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Kelainan biacara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicara
ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan disebabkan karena
ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya
ketidaksempurnaan organ biacara maupun ada gangguan pada organ
motoric yang berkaitan dengan bicara.
b. Penyandang Disabilitas intelektual, yaitu terganggunya fungsi pikir karena
tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas
grahita dan down syndrom.
c. Penyandang Disabilitas mental, yaitu terganggunya fungsi pikir, emosi, dan
perilaku, antara lain:

8
1) Psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan
gangguan kepribadian.
2) Disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada kemampuan interaksi
sosial di antaranya autis dan hiperaktif.
d. Penyandang Disabilitas sensorik, yaitu terganggunya salah satu fungsi dari
panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau
disabilitas wicara.
4. Psikotik
Seseorang yang mengalami gangguan serius karena penyebab organik
maupun fungsional yang terganggu daya nilai realitas, sehingga dengan
demikian individu yang bersangkutan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan
hidupnya dan terhambat fungsi sosialnya. Menurut Singgih D. Gunarsa
menyatakan bahwa psikotik ialah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan
kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-
norma hidup yang wajar dan berlaku umum.
Menurut Maramis menyatakan bahwa psikotik adalah suatu gangguan jiwa
dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat
diketahui berdasarkan ganggan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan,
motorik, dan setemsnya sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak
sesuai dengan kenyataan. Perilaku penderita psikotik tidak dapat dimengerti
oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang
gila. Secara garis besar cacat mental psikotik dibagi dalam dua golongan yaitu:
a. Psikotik Organik
Psikotik organik merupakan gangguan psikotik karena adanya kelahian
atau kemsakan jasmaniah atau sering disebut juga gangguan mental organik.
Gangguan mental organik antara lain infeksi otak, keracunan pada otak,
kerusakan pada otak karena kecelakaan, gangguan otak karena sebuah
penyakit. Psikotik organik disebabkan oleh bermacam-macam faktor yang
mengakibatkan gangguan mental yang sangat berat sehingga individu secara

9
sosial menjadi lumpuh dan sama sekali tidak mampu untuk menyesuaikan
diri.
Menurut Fusiah dan Widury gangguan mental organic dikelompokkan
dalam tiga bagian, yaitu:
1) Delirium, dimensia, gangguan amnesia dan gangguan kognitif lainnya.
2) Gangguan mental yang berhubungan dengan kondisi medis.
3) Gangguan yang berhubungan dengan zat
b. Psikotik Fungsional
Penyebab utama gangguan fungsional berasal dari kejadiankejadian luar
biasa yang pemah dialami seorang penderita gangguan kepribadian dalam
sejarah perkembangan kejiwaannya, peristiwa yang sangat menyakitkan,
atau bisa karena hubungan sosial dengan orang lain kurang harmonis yang
pernah dialami sejak masa kecil hingga akhirnya mengalami gangguan
kepribadian.
Pada psikotik fungsional ini penderita hanya mengalami gangguan pada
proses berpikimya, pokok pikirannya menjadi kabur dan tidak mengenai
sasaran dengan dunia luar bahkan sering terputus dengan realita kehidupan,
gangguan kepribadian atau fungsi kepribadian, serta yang bersifat
psikogenik. Menurut Fusiah dan Widury yang termasuk dalam Psikotik
Fungsional yaitu:
1) Skizofrenia (Perpecahan Kepribadian)
2) Psikotik Paranoid (selalu curiga pada orang lain)
3) Psikotik Afektif
4) Psikotik Kepribadian.

10
C. Faktor-faktor Penyebab Disabilitas Mental
Adapun faktor-faktor penyebab disabilitas mental yang dikemukakan oleh
Kartini Kartono, yaitu:
1) Banyak konflik batin
Konflik batin ditandai adanya rasa tersobek-sobek oleh pikiran-pikiran dan
emosi-emosi yang antagonis (bertentangan), hilangnya harga diri dan percaya
diri. Penderita juga merasa tidak aman, dan selalu diburu-buru oleh sesuatu
pikiran dan perasaan yang tidak jelas, hingga ia merasa cemas dan takut, selalu
agresif, suka menyerang, bahkan ada yang berusaha membunuh orang lain.
atau berusaha melakukan bunuh diri.
2) Komunikasi yang terputus
Timbul delusi-delusi (ilusi yang keliru, khayalan yang tidak benar) yang
menakutkan atau dihinggapi delusi of grandeur (merasa diri super paling).
SelaIu iri hari dan curiga ada kalanya dihinggapi delusi of presucition
(khayalan yang dikejar-kejar). Sehingga ia menjadi agresif, berusaha
melakukan pengrusukan, atau melakukan destruksi diri dan bunuh diri.
3) Adanya gangguan intelektual dan gangguan emosi yang serius
Penderita mengalami ilusi-ilusi optis (cahaya), halusinasi-halusinasi berat
(seperti melihat dan mendengar gambaran-gambaran dan suara-suara tertentu,
tanpa perangsang yang seharusnya yang tidak ada, gambaran khayalan yang
tidak kacau, sering disertai gejala-gejala jasmaniah dan ketegangan-ketegangan
dan berlangsung dalam waktu pendek) dan emosinya tidak tepat, selalu
mereaksi berlebih-lebihan (overreacting) atau underreacting, kurang mereaksi.

11
D. Tindakan Orang Tua, Keluarga Dan Pendamping Dalam Menstimulasi Anak
Dengan Disabilitas Mental
1. Saat anak usia 0-2 tahun
a. Pada usia ini anak sedang mengembangkan rasa percaya ketika orangtua/
pendamping memberikan kasih sayang. Dengan demikian, yang dapat
diberikan orangtua atau pendamping saat ini adalah kedekatan dan kelekatan
yang dibangun melalui kasih sayang, kontak intens serta respon cepat dari
orangtua atau pendamping terhadap anak.
b. Ajari anak mengenali bahasa emosi, seperti tersenyum, mengatakan rasa
sakit, mengungkapkan keinginan “mau”, mengenalkan rasa tenang bila anak
merasa gelisah dengan menepuk-nepuk lembut bagian punggung dan dada
“cup-cup sayang”, kadang anak memasukan tangan ke mulut untuk
menstimulasi dirinya sendiri agar merasa tenang. Anak menggunakan tangan
dan mata dan penggunaan koordinasi kaki saat bermain maupun meraih
benda yang didekatnya
2. Saat anak usia 4-6 tahun
a. Orangtua hendaknya memberikan kesempatan pada anak untuk bereksplorasi
terhadap apa yang ia minati. Orangtua perlu mendukung aktivitas yang
diminati anak agar anak merasa mampu melakukan sesuatu.
b. Pengetahuan mengikuti instruksi, nama benda secara fungsi dan aktivitas
rutin yang diajarkan secara berulang dengan bahasa dan pengalaman
langsung. Bersama-sama melihat gambar atau buku, komunikasikan apa
yang ada dalam gambar dan latih kemampuan mengekspresikan dalam
bahasa yang sederhana, kata-kata yang sering digunakan sehari-hari, diikuti
dengan aktivitasnya sehingga anak memahami secara konrit apa yang
dimaksud atau apa yang dibicarakan.

12
3. Saat anak usia 7-11 tahun
a. Pada masa ini anak-anak melalui masa belajar di sekolah. Berikan anak
penguatan melalui pemberian reward/hadiah terhadap apa yang ia berhasil
lakukan, dan berikan penguatan melalui teguran terhadap perilaku yang tidak
sesuai dengan target capaiannya. Dengan demikian, anak akan belajar
konsisten dalam berperilaku yang sesuai dengan target perilaku yang
diharapkan.
b. Pada usia ini anak harus memahami konsep tubuh, bagian dari tubuh,
anggota gerak dan fungsinya secara konkrit. Pemahaman dan fungsi sehari-
hari secara rutin dalam bentuk pembiasaan
4. Saat anak usia 12-18 tahun
a. Orang tua diharapkan sudah mampu menanamkan perilaku-perilaku positif
semasa usia 0 – 11 tahun, maka pada masa ini anak sudah dapat
menentukan perilaku yang ia munculkan karena sudah mampu memahami
lingkungannya.
b. Anak mulai memasuki masa pubertas dan menjalin hubungan sosial
(pertemanan) yang lebih luas, snak harus paham pada konsep keluarga inti
dan keluarga besar, bagaimana hubungan yang dijalin dalam keluarga.
c. Pada anak dengan hambatan mental belum tentu perkembangan yang
dicapai sesuai dengan usia lahirnya, sehingga pencapaiannya bisa sangat
terlambat, maka tetap konsisten memberikan bekal kemampuan adaptasi
sesuai dengan kondisi yang dialami anak, sangat penting memberikan
pengalaman konkrit dalam memberikan informasi dan berulang-ulang.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah disabilitas mental biasanya sering digunakan pada anak-anak yang
memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Akan tetapi tidak hanya itu
saja, disabilitas mental juga merupakan sebuah istilah yang menggambarkan
berbagai kondisi emosional dan mental. Disabilitas mental adalah sindrom yang
ditandai dengan gangguan klinis yang signifikan dalam aspek kognisi, kontrol
emosi, atau perilaku dari inidividu yang diakibatkan karena adanya disfungsi
dalam proses psikologis, biologis, atau perkembangan yang mendasari fungsi
mental.
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini penyusun berharap agar pembaca dapat
mengetahui tentang anak dengan disabilitas mental. Kemudian makalah ini juga
diharapkan dapat dijadikan sumber pembelajaran bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2701/f.%20Bab%20II.pdf?se
quence=6&isAllowed=y
https://kc.umn.ac.id/16944/4/BAB_II.pdf
Mubasyaroh. (2015). Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas Dan Anak
Berkesulitan Belajar ; Analisis Penanganan Berbasis Bimbingan Konseling
Islam.
Nurakhmi, R., Santoso, Y. B., & Pangestu, P. D. (2019). Menemukenali Dan
Menstimulasi Anak Penyandang Disabilitas. 104.
Wulandari, E. (2020). Pelaksanaan Bimbingan Mental Bagi Penyandang Disabilitas
Mental Di Brspdm “Dharma Guna” Bengkulu. 1–97.

15

Anda mungkin juga menyukai