Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

FAKTOR RESIKO KESEHATAN MENTAL DAN KOMUNIKASI PADA


PEREMPUAN PENYANDANG DISABILITAS

Nama kelompok
Dewi Susmita
Hilda Marni Intan
Indah Isni Larasati
Mike Novita
Nindy Raudhatul Islami
Sonnya Feri Esti
Yuli Erni
Zulva Safitri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan

karunianya, kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Komunikasi

Dengan Perempuan Penyandang Disabilitas”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Dalam

Praktik Kebidanan. Kami selaku penyusun menyadari banyak kekurangan yang

terdapat pada makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran

yang dapat membangun agar kami dapat menyelesaikan tugas berikutnya lebih

baik lagi. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya bagi pembaca.

Bukittinggi, Juli 2022

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………............... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ………...…………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesehatan Mental …………………………………………………… 3
B. Komunikasi pada perempuan disabilitas......................,,.................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………................. 31
B. Saran ............................................................................. 31

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perempuan adalah salah satu komponen pembangunan yang selama ini
masih
dianggap belum memberikan kontribusi optimal dalam proses pembangunan
yang selama ini dilaksanakan terutama dalam konteks pembangunan secara
fisik. Padahal di sisi lain, komposisi kaum perempuan berdasarkan jumlah di
Indonesia menunjukkan jumlah yang besar bahkan lebih banyak daripada
kaum laki-laki. Pembangunan menuntut peran serta masyarakat dari semua
kalangan dan tidak terkecuali kaum perempuan dan para penyandang
disabilitas. Peran serta mensyarakatkan tumbuh kembangnya pemberdayaan
karena kata kunci dalam peran serta adalah masyarakat dapat berdaya,
berupaya dan berperan serta dalam seluruh aktivitas pembangunan yang
dilaksanakan utamanya pembangunan sumberdaya manusia.
Sebagai warga negara Indonesia, penyandang disabilitas memiliki
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Kesamaan hak tersebut terdapat pada filsafat Negara Pancasila dan
Undang-Undang 1945. Dalam UUD1945 pasal 27 ayat 2 “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Selain
itu, Peraturan Pemerintah juga mengatur penyandang disabilitas dalam
bekerja, seperti dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas Pasal 53 yang mewajibkan semua instansi
pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara ataupun badan
usaha milik daerah menerima 2% penyandang disabilitas dari total jumlah
pegawai atau pekerja yang ada di instansi tersebut dan 1% dari total jumlah
pegawai di isntansi swasta. Namun pada kenyataanyannya kuota 2% untuk
instansi pemerintah dan 1% untuk instansi swasta tidak terpenuhi dan tidak
berjalan efektif.

1
2

Menurut data dari ILO (International Labour Organization) atau


Organisasi Buruh Internasional (2013), pada negara berkembang termasuk
Indonesia terdapat jutaan perempuan penyandang disabilitas berada pada usia
kerja, namun mayoritas tidak bekerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih banyak masyarakat penyandang disabilitas kesulitan untuk
memperoleh pekerjaaan baik itu pada instansi swasta maupun
pemerintahan. Selain sulit mendapatkan pekerjaan, penyandang disabilitas
yang akhirnya mendapatkan pekerjaan tidak jarang mendapatkan diskriminasi
di tempat kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan mental ?
2. Apa gejala kesehatan mental ?
3. Apa penyebab kesehatan mental ?
4. Apa faktor resiko kesehatan mental ?
5. Apa definisi dari disabilitas fisik?
6. Bagaimana proses komunikasi pada perempuan penyandang diabilitas
fisik
7. Apa saja hambatan atau kendala dalam komunikasi pada perempuan
penyandang disabilitas fisik?
8. Bagaimana cara bidan menangani masalah dalam komunikasi pada
perempuan penyandang disabilitas fisik?
9. Apa saja media yang dapat membantu dalam penyampaian komunikasi
pada perempuan penyandang disabilitas fisik?
10. Bagaimana perlakuan bidan terhadap perempuan penyandang disabilitas
fisik agar setara dengan perempuan lainnya?
11. Bagaimana konseling bidan pada perempuan penyandang disabilitas
fisik untuk memberikan motivasi dan memberdayakan perempuan
disabilitas fisik ?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Mental
1. Kesehatan
Kesehatan merupakan kondisi dimana Anda memiliki kondisi fisik,
mental dan keadaan yang baik pada diriseseorang.Seperti Anda ketahui
organisasi kesehatan dunia atau biasa disebut dengan World Health
Organization(WHO) memberikan asumsi bahwa kesehatan merupakan
suatu keadaan dimana fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang
dimiliki seseorang yang tidakhanya berupa penyakit atau kelemahan.
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 1992Kesehatan ialah suatu
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
semua orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Meskipun
Anda terlihat dari fisiknya sehat, tetapi hal itu belum tentu darisegi
mental Anda juga sehat. Gangguan mental bukan hanya saja diidap oleh
orang gila saja, tetapi banyak sekali gangguan mental yang perlu Anda
ketahui.Pengertian kesehatan yang menyeluruh ini dianggap hal sepele
bagi khalayak umum, banyak yang beranggapan bahwa gangguan mental
itu seperti orang gila. Tetapi pada kenyataannya hanya beberapa kasus
saja yang diakibatkan oleh sakit jiwa, tetapi gangguan jiwa adalah salah
satu tipe yang lain dan bermacam-macam jenisnya yang perlu Anda
ketahui. Sehingga jikaAnda stress akan berakibat pada gangguan
kehamilan
2. Mental
Banyak yang beranggapan bahwa Mental secara umum
berhubungan dengan kejiwaan, tapi banyak menurut para ahli belum bisa
secara definitive mengartikan pengertian dari mental, tetapi Secara
etimologi kata “ mental ” berasal dari bahasa Yunani,yang memiliki
pengertian hamper sama denganpengertian psyche, artinya psikis, jiwa
atau kejiwaan.Menurut Al-Quusy (1970) memberikan artianbahwa
mental merupakan hubungan antara fungsi-fungsi psikologis yang

3
4

memiliki kemampuan menghadapi segala bentuk permasalahan


psikologis yang dapat menimpa Anda dan orang lain, yang pada akhir
berdampak terhadap emosi, maka dari emosi itulah bahwa kondisi mental
Anda dapat terpangaruh. Dari sini dapat kita ketahui lebih signifikan
bahwa mental itu terkait dengan, jiwa, hati (qalbu), akal , danetika
(moral) serta tingkah laku) seseorang. Makan darisini Anda dapat
mengetahui bahwa dari atu kesatuantersebut inilah yang membentuk
mentalitas atau kepribadian (citra diri) Anda. Citra diri baik dan jelek
tergantung pada mentalitas yang Anda buat.
3. Kesehatan Mental
Menurut Darajat (dalam Bastaman, 2001) Kesehatan Mental dapat
diartikan tercapainya keselarasan yang alami antara fungsi-fungsi dari
kejiwaan serta terciptanya penyesuaian diri antara dirikita sebagai
manusia dengan diri kita sendiri serta lingkungannya. Berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermaknadan bahagia di dunia dan di akhirat. Definisi diatas memadukan
unsur agama yang nantinya dapat Anda upayakan penerapannya dalam
kehidupan, sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental
dan pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia.
Hawari (1997) mengemukakan pengertian kesehatan mental yang
diambil dari paham ilmu kedokteran adalah dimana perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang menjadi salah satu kondisi yang harus
berkembang secara optimal dari diri Anda atau diri orang lain.
Perkembangan itu harus diselaraskan dengan adanya hubungan sosial
denganorang lain. Oleh karena itu makna kesehatan mental mempunyai
sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi
dalam penghidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia
lain.
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene,
Sesuai dengan penjelasan mental dari kata yunani, Mental hygiene ini
merujuk pada pengembangan dan aplikasi berbagai macam prinsip-
prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan
5

unsur psikologis dan pencegahan dari kemungkinan timbulnya kerusakan


mental atau malaju djusment. Jadi, kesehatan mental adalah aspek
terpenting dalam kehidupan seseorang. Aspek psikis manusia pada
dasarnya adalah semacam bentuk dari kumpulan sistem biologis,
sebagaisub sistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu
berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek
mental dan psikis tidak dapat dipisahkan untuk melihat sisi jiwa manusia.
4. Fakto-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
Menurut Daradjat (2001:9) faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan mental itusecara garisbesar ada dua yaitu faktor internal dan
eksternal.Faktor internal ini antara lain meliputi: kepribadian,
kondisifisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis,
keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan
hidup, dan keseimbangan dalam berfikir.
Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: keadaan sosial,
ekonomi, politik, adat kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya. Lebih
lanjut Daradjat (2001: 9) mengungkapkan bahwa kedua faktor diatas,
yang paling dominan adalah faktor internal. Faktor ketenangan hidup,
ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin itu tidak banyak tergantung
pada faktor-faktor dari luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat
kebiasaan, dan sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan
sikap menghadapi faktor tersebut. Meskipun demikian, menurut hemat
peneliti keduanya sama-sama penting dan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan mental sehingga perlu sekali untuk diperhatikan.
Notosoedirdjo dan Latipun (2005: 65) menyatakan kesehatan mental
merupakan entitas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal
maupun eksternal. Kesehatan mental sangat dipengaruhi faktor-faktor
tersebut, karena secara subtantif faktor-faktor tersebut memainkan peran
yang signifikan dalam terciptanya kesehatan mental. Yang termasuk
faktor internal adalah faktor biologis dan psikologis, sedangkan yang
termasukfaktor eksternal adalah sosial budaya.
6

a. Faktor Internal
Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri seseorang,
misalnya sifat pemarah, halus, talenta di bidang kesenian, dan
sebagainya. Faktor keturunan juga cenderung memegang peran
terhadap mental seseorang, misalnya : intelektualitas, emosi, dan
potensi. Faktor internal merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan mental, terutamanya adalah faktor
biologis. Beberapa faktor biologis yang secara langsung
berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya:menghargai
diri (self-esteem), percaya diri (self-eficacy), otak, sistem endrokin,
genetika, sensori, dan kondisi ibu selama hamil. Sedangkan faktor
psikologis merupakan aspek psikis manusia yang pada dasarnya
adalah satu-kesatuan dengan sistem biologis. Sebagai subsistem
dari eksistensi manusia, aspek psikis senantiasa terlibat dalam
dinamika kemanusiaan yang multi aspek sehinggaaspek psikis juga
erat kaitannya dengan pengaruh kesehatan mental terlebih
spiritualitas yang kuat pada jiwa seseorang dan dalam halini faktor
ketaatan beribadah atau ketaatan beragama berkaitan erat dengan
kesehatan mental. (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005:65).
b. Faktor Eksternal
Yang dimaskud dengan faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang ada di luar diri manusia dan dapat mempengaruhi mental
(cara berpikir dan cara berperasaan berdasarkan hatinuraninya).
Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan peserta didik
adalah keluarga seperti orang tua, kakak, adik, kakek, nenek dan
sebagainya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum,
politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, masyarakat,
dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik, dapat menjaga mental
seseorang, sedangkan faktor eksternal yang buruk dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.
Faktor eksternal juga merupakan faktor yang tidak kalah
penting dalam mempengaruhi kesehatan mental seseorang,
7

diantarnya adalah stratifikasi sosial, interaksisosial, lingkungan


baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang
diadalamnya juga terkandung lingkungan tempat tinggal yang ia
diami atau tempati (Muhyani, 2012:51).
Jadi kesehatan mental itu dipengarui oleh faktor dalam dan
luar diri seseorang sehingga keduanya mempunyai posisi yang
sangat kuat dalam kehidupan manusia.
c. Faktor Lainnya
1) Keadaan rumah tangga, misalnya anak sakit, gaji tidak
mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya.
2) Pekerjaan yang terlalu berlebih dari semestinya.Misalnya dari
pagi hingga sore bahkan sampai lembur.
3) Kurangnya waktu untuk rekreasi dan tidak memiliki hobi yang
dapat dilakukan saat sedang jenuh.
Adanya sifat-sifat yang memperbesar kemungkinan
kesehatanmental, seperti rasa kurang harga diri, keengganan
menghadapi kesukaran, terlampau mementingkan diri sendiri,
kurang kepercayaan diri, serta tak punya rasa humor dan lain
sebagainya.
5. Pengaruh Aspek Psikis terhadap Kesehatan Mental
a. Pengalaman awal individual
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-
pengalamana yang terjadi pada individua terutama yang terjadi di
masa lalunya. Dengan adanya upaya peningkatan kebutuhan akan
berdampak kepada kesehatan mental pada seseorang. Orang yang
telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang yang
mengeksploitasi dan segenap kemampuan bakat, ketrampilan
sepenuhnya, akan mencapai tingkatan apa yang disebut dengan
tingkatan pengalaman puncak.Pada dasarnya sudah ada beberapa
penelitian yang mengatakan bahwa orang-orang yang mengalami
gangguan mental, itu disebabkan oleh kurangnya atau
ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan-
8

kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kebutuhan


dasar yang tersusun secara hierarki, seperti kebutuhan biologis,
kebutuhan rasa aman, meliputi kebutuhan dicintai, kebutuhan
harga diri, pengetahuan, keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.
b. Gangguan dan penyakit jiwa
Berikut ini beberapa aspek psikis yang dapat berpengaruh
pada kesehatan mental Anda:
1) Psikosomatik
Penyakit ini biasanya memiliki ciri-cri pada kelainan atau
keluhan pada tubuh Anda yang dapat disebabkan dari berbagai
faktor emosional yang sukar untuk disembuhkan seperti sulit
untuk tidur karena banyaknya masalah yang Anda hadapi,
hilang nafsu makan, dan adanya makan yang terlalu berlebihan.
2) Kelainan kepribadian
Biasanya para penderita penyakit ini akan sulit untuk
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Semisal biasanya
emosi para penderita ini akan mudah naik atau “meledak”.
3) Retardasi mental
Gangguan ini merupakan gangguan yang menyerang pada
sistem perkembangan jiwa Anda atau lebih tepatnya
keterlambatan dalam perkembangan jiwa Anda, contohnya
Anda akan sulit memahami ilmu pengetahuan atau kata-kata
baru yang baru Anda pelajari, dan sulit untuk memahami hal-
hal baru.
4) Rasionalisasi
Biasanya pada si penderita ini akan mengalami adanya
gangguan kesehatan mental berapa gangguan kejiwaan yang
sering memutar balikkan fakta dari ego diri Anda sendiri yang
nantinya dapat mengakibatkan kepercayaan diri Anda hilang.
9

5) Neurosis
Neurosis merupakan gangguan jiwa yang dapat menyerang
si penderitanya dalam keadaan sadar, dengan tingkah laku yang
aneh dan susunan syaraf yang dapat merusak sistem motorik
Anda. Anda dapat mengetahui ciri-ciri penderita neuross ini
antara, sering mengalami kecemasan, menimbulkan konflik,
dan adanya kerusakan pada aspek kepribadian Anda, phobia,
serta gangguan pencernaan. Seseorang yang terkena neurosis
mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik
disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
6) Psikosis
Gangguan ini sudah sulit untuk diobati karena sudah
menyerang pada kondisi menyeluruh psikis atau kejiwaan
Anda.
6.  Beberapa penyebab umum dari gangguan mental, antara lain:
a. Cedera kepala.
b. Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental
dalam keluarga.
c. Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya.
d. Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-
kanak.
e. Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
f. Mengalami diskriminasi dan stigma.
g. Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat
dekat.
h. Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau
utang.
i. Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
j. Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
k. Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak
otak.
l. Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
10

m. Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.


n. Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
o. Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius,
atau kejahatan dan yang pernah dialami.
7. Faktor Risiko Kesehatan Mental
Beberapa faktor risiko gangguan mental, antara lain:
a. Perempuan memiliki risiko tinggi mengidap depresi dan
kecemasan, sedangkan laki-laki memiliki risiko mengidap
ketergantungan zat dan antisosial.
b. Perempuan setelah melahirkan.
c. Memiliki masalah di masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.
d. Memiliki profesi yang memicu stres, seperti dokter dan
pengusaha.
e. Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit
mental.
f. Memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
g. Memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.
h. Mengalami kegagalan dalam hidup, seperti sekolah atau
kehidupan kerja
i. Menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang
8. Gejala Kesehatan Mental
Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa
gejala berikut ini, antara lain:
a. Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.
b. Delusi, paranoia, atau halusinasi.
c. Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
d. Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu
menghantui.
e. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
f. Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
g. Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat
dilupakan.
11

h. Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.


i. Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
j. Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
k. Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
l. Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan
masalah dalam hubungan dengan orang lain.
m. Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal,
khawatir, dan takut yang tidak biasa.
n. Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa
harapan.
o. Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan
menggunakan narkoba.
p. Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu
banyak atau terlalu sedikit.
q. Perubahan gairah seks.
r. Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami
masalah tidur.
s. Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak
atau pergi ke sekolah atau tempat kerja.
t. Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.

B. Komunikasi Pada Perempuan Disabilitas Fisik


1. Pengertian Disabilitas Fisik
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan,
keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah
masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan
adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau
tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami
oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan.Jadi
disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi
antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
12

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik


dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari:
b. Penyandang cacat fisik
c. Penyandang cacat mental
d. Penyandang cacat fisik dan mental.
Penyandang disabilitas fisik mengalami keterbatasan akibat
gangguan pada fungsi tubuh. Cacat dapat muncul sejak lahir atau akibat
kecelakaan, penyakit, atau efek samping dari pengobatan medis.
Beberapa jenisnya antara lain lumpuh, kehilangan anggota tubuh akibat
amputasi, dan cerebral palsy.
Adapun macam-macam penyandang disabilitas/cacat fisik adalah :
1) Tuna Netra adalah seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang
disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai
akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun penyakit yang terdiri dari:
a) Buta total, tidak dapat melihat sama sekali objek di depannya
(hilangnya fungsi penglihatan). Persepsi cahaya, seseorang yang
mampu membedakan adanya cahaya atau tidak, tetapi tidak
dapat menentukan objek atau benda di depannya.
b) Memiliki sisa penglihatan (low vision), seseorang yang dapat
melihat benda yang ada di depannya dan tidak dapat melihat
jari-jari tangan yang digerakkan dalam jarak satu meter.
2) Tuna Rungu/Wicara adalah kecacatan sebagai akibat hilangnya/
terganggunya fungsi pendengaran dan atau fungsi bicara baik
disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan maupun penyakit, terdiri dari
tuna rungu wicara, tuna rungu, tuna wicara.
3) Tuna Daksa adalah cacat pada bagian anggota gerak tubuh. Tuna
daksa dapat diartikan sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu,
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan
sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh
13

pembawaan sifat lahir (Soemantri, 2006). Tuna daksa terdiri dari dua
golongan yaitu
a) Tuna daksa ortopedi, yaitu kelainan atau kecacatan yang
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, kelainan tersebut
dapat terjadi pada bagian tulang, otot tubuh maupun daerah
persendian, baik yang dibawa sejak lahir (congenital) maupun
yang diperoleh kemudian karena penyakit atau kecelakaan,
misalnya kelainan pertumbuhan anggota badan atau anggota
badan yang tidak sempurna, cacat punggung, amputasi tangan,
lengan, kaki dan lainnya.
b) Tuna daksa syaraf, yaitu kelainan yang terjadi pada fungsi
anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada susunan syaraf
di otak. Otak sebagai pengontrol tubuh memiliki sejumlah syaraf
yang menjadi pengendali mekanisme tubuh, karena itu jika otak
mengalami kelainan, sesuatu akan terjadi pada organisme fisik,
emosi dan mental. Salah satu bentuk terjadi karena gangguan
pada fungsi otak dapat dilihat pada anak cerebral palsy yakni
gangguan aspek motorik yang disebabkan oleh disfungsinya
otak.

2. Proses Komunikasi Pada Perempuan Penyandang Disabilitas Fisik


a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Secara
etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare”
yang artinya “menyampaikan”. Menurut asal katanya tersebut, arti
komunikasi adalah proses penyampaian makna dari satu entitas
atau kelompok ke kelompok lainnya melalui penggunaan tanda, simbol,
dan aturan semiotika yang dipahami bersama. Jadi pengertian
komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan,
ide, dan gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya yang dilakukan secara
14

langsung maupun tidak langsung. Aktivitas komunikasi ini dapat


dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Secara langsung, yaitu dengan lisan/verbal sehingga memudahkan
kedua belah pihak untuk saling mengerti.
2) Secara tidak langsung, yaitu melalui media tertentu, seperti bahasa
tubuh, tulisan, telepon, radio, dan lain sebagainya. Somantri (2006)
menjelaskan bahwa banyak penyandang disabilitas yang mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan sosialnya.Pada
umumnya saat bergaul dengan orang normal, penyandang disabilitas
mengalami kesulitan baik dalam segi sosial, fisik maupu psikologis.
Berdasarkan aspek psikologis, penyandang disabilitas cenderung
merasa apatis, rendah diri, malu, sensitif dan kadang-kadang muncul
sikap egois terhadap lingkungannya. Keadaan seperti ini
mempengaruhi kemampuan dalam interaksi sosial sehingga dalam
pergaulannya menjadi kaku, mudah marah dan kurang mempunya
rasa sensitif dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
penyandang disabilitas mempunyai kesulitan dalam hal komunikasi
interpersonalnya maupun sosialisasinya.
b. Etika Berinteraksi dengan penyandang disabilitas
1) Dengan penyandang disabilitas sensorik atau netra
a) Salam dan sapa dengan menyentuhkan telapak tangan
ketangan mereka dan menyebutkan nama agar mereka bisa
langsung mengenali
b) Tanyakan terlebih dahulu apakah membutuhkan bantuan dan
ketika akan meninggalkan mereka wajib menginformasikan
dan pamit terlebih dahulu
c) Biarkan mereka memegangmu saat berdampingan dan hindari
menuntunya atau memegang tubuh mereka
2) Dengan penyandang disabilitas fisik
a) Komunikasi terlebih dahulu dalam bentuk pendampingan,
hindari berinisiatif mengambil tindakan tanpa
mengkomunikasikan terlebih dahulu
15

b) Sejajarkan posisi mata ketika berbicara


c) Tidak memindahkan barang-barang atau alat bantu mereka
3) Dengan penyandang disabilitas Sensorik rungu wicara
a) Sentuh, salam dan sapa
b) Bicara sembari menjaga kontak mata
c) Gerakan bibir dan bahasa tubuh harus jelas
4) Dengan penyandang disabilitas mental
a) Tanyakan hal-hal perlu sebagai pendamping
b) Ajak penyandang disabilitas berkomunikasi sesering mungkin
tanpa perantara
c) Pakai kata-kata sederhana bila perlu petunjuk berupa gambar
dan isyarat
5) Dengan penyandang disabilitas intelektual
a) Harus selalu ramah dan menjaga tutur kata
b) Perbanyak senyum yang menunjukan sinyal kehangatan agar
mereka lebih terbuka untuk berinteraksi
c. Cara berinteraksi dengan penyandang disabilitas
1) Sapa dan bicara secara langsung dengan kontak mata.
2) Hindari berbicara satu arah melalui orang lain, baik melalui
penerjemah atau pendamping.
3) Fokus kepada penyandang disabilitas yang diajak bicara, bukan
pada kondisinya.
4) Bicara dengan jelas, mudah dipahami, dan tetap santun.
5) Bahasa tubuh yang ramah. Contohnya usahakan bicara dalam posisi
sejajar dan jangan dengan sengaja membelakanginya.
6) Jangan membuat penyandang disabilitas sebagai orang yang aneh.
7) Kenalilah kebutuhan spesifik penyandang disabilitas, misalnya
disabilitas fisik membutuhkan kursi roda.
8) Jika merasa penyandang disabilitas yang datang membutuhkan
bantuan, jangan ragu untuk menanyakan apakah dia butuh bantuan.
Kemudian tanyakan bagaimana cara penyandang disabilitas ingin
dibantu.
16

9) Kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, tangan palsu, kaki palsu, dan
alat bantu lainnya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Jadi,
jangan menyentuh, memindahkan, atau melakukan sesuatu pada alat
bantu tadi tanpa persetujuan.
10) Tidak memberikan pertanyaan yang berulang-ulang.
d. Cara memperlakukan penyandang disabilitas yang benar :
1) Bertanya sebelum memberikan bantuan
Reaksi pertama sebagian orang kita menjumpai kaum difabel
adalah berusaha menolong, terutama ketika mereka sedang
kesusahan melakukan sesuatu. Percayalah bahwa tidak semua orang
yang mengalami disabilitas suka dikasihani. Agar tidak
menyinggung perasaan mereka, sebaiknya tanyakan dulu
sebelum memberikan bantuan. Karena, bisa saja bantuan yang kita
berikan justru semakin mempersulit mereka.
2) Jaga ucapan dan tindakan
Sama seperti kita memperlakukan orang lain, terutama yang
baru saja dikenal, kita juga harus memperlakukan penyandang
disabilitas dengan santun. Jagalah ucapan dan tindakan kita agar
tidak melukai perasaannya.Memang tidak semua orang-orang
difabel memiliki perasaan yang sensitif.Akan tetapi, jika ingin
memulai pergaulan dengan mereka, jagalah ucapan dan
tindakan.Lebih baik menunjukkan sikap yang ramah dibanding
gesture atau sikap yang justru menunjukkan rasa kasihanmu.
3) Mengajak untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari
Cara melibatkan penyandang disabilitas dalam kehidupan
sehari-hari bisa dengan cara mempekerjakan mereka sesuai bidang
dan kemampuan atau justru melibatkan mereka dalam kegiatan
sosial. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih dihargai dan
dibutuhkan oleh orang lain.
4) Sadari hak penyandang disabilitas Penyandang disabilitas memang
memiliki keterbatasan beraktivitas karena kekurangan fisik maupun
mentalnya. Namun, ingatlah akan satu hal bahwa mereka juga
17

mendapatkan hak yang sama dengan diri kita sendiri. Hargai


penyandang disabilitas dengan cara menyadari hak mereka. Untuk
beberapa hal, penyandang disabilitas memang memperoleh hak
yang lebih khusus.Seperti ketersediaan aksesibilitas di fasilitas
umum, contohnya lift di je mbatan penyeberangan. Kesadaran kita
akan hak disabilitas bisa ditunjukkan dengan cara
memberikan tempat terlebih dahulu bagi mereka untuk mengakses
aksesibilitas yang memang menjadi haknya.
3. Hambatan Yang Terjadi Dalam Komunikasi Pada Penyandang
Disabilitas Fisik
Hambatan-hambatan yang dialami oleh penyandang disabilitas diantaranya
adalah :
a. Internal/ Difabilitas itu sendiri
Hambatan individu dimiliki oleh semua orang baik penyandang
disabilitas atau non-disabilitas.Tetapi ada hambatan individu
penyandang disabilitas yang secara langsung berkaitan dengan kondisi
disabilitasnya. Hambatan ini diperkuat oleh pola asuh yang tidak tepat
dan lingkungan yang tidak mendukung, seperti:
1) Disabilitas fisik
Pemikiran tentang kondisi fisik dan kesulitan mobilitas
yang tidak dipahami orang lain menjadi alasan penyandang
disabilitas menarik diri karena merasa tidak diterima oleh
lingkungan.
2) Disabilitas sensorik
Disabilitas tuli, wicara dan netra merasa mempunyai hambatan
untuk menangkap dan menyampaikan informasi atau
berkomunikasi karena metode komunikasi yang berbeda.
3) Disabilitas intelektual
Mempunyai hambatan untuk berpikir secara cepat,
kompleks dan/atau abstrak (tidak bisa dilihat secara visual).
Termasuk membuat kesimpulan sederhana atas runtutan kejadian.
Sebagian dari mereka mempunyai hambatan untuk memahami
18

bahwa sebuah tindakan atau keputusan mempunyai konsekuensi


atau risiko pada diri atau orang lain atau mempunyai risiko
hukum.

Hambatan internal lainnya dapat berupa :


1) Kurang rasa percaya diri
2) Tidak memiliki keterampilan komunikasi yang cukup baik
3) Kurangnya penguasaan teknik-teknik alternatif untuk mengatasi
keterbatasan akibat ketunaan; (Bagi tunanetra, teknik alternatif
adalah cara khusus (baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus)
yang memanfaatkan indera-indera nonvisual atau sisa indera
penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang
normalnya dilakukan dengan indera penglihatan).
4) Tidak mampu menampilkan diri secara pantas (poor grooming
and dressing)
5) Penguasaan pengetahuan umum yang tidak memadai
b. Informasi dan Komunikasi
Hambatan informasi dan kounikasi adalah tidak tersedianya informasi
dalam format yang aksesibel di tempat-tempat penyelenggaraan
pelayanan publik akan merupakan hambatan tambahan bagi para
penyandang disabilitastertentu.
1) Bagi orangorang tunanetra, format yang aksesibel untuk informasi
tertulis adalah Braille, rekaman audio, tulisan besar (bagi low
vision), format elektronik atau bantuan pembaca.
2) Orang tunarungu akan mengalami kesulitan bila dihadapkan pada
informasi auditer. Informasi itu dapat menjadi aksesibel apabila
disertai dengan informasi tertulis atau penyelenggara pelayanan
publik dapat menyediakan petugas yang terampil bahasa isyarat.
3) Bagi orang tunagrahita, informasi itu akan menjadi lebih aksesibel
apabila disajikan dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan
bahasa baku.
19

Agar penyandang disabilitas dapat hidup mandiri dan berpartisipasi


secara penuh dalam semua aspek kehidupansama seperti warga
lainnya, negara wajib mengambil langkah yang tepat untuk
memastikan akses bagi penyandang disabilitas ke lingkungan fisik,
transportasi, informasi dan komunikasi, termasuk sistem dan teknologi
informasi dan komunikasi, serta akses ke fasilitas dan jasa pelayanan
lain yang tersedia bagi publik, baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan. Langkah- langkah tersebut, yang harus meliputi identifikasi
dan penghapusan kendala serta halangan aksesibilitas, diberlakukan
antara lain pada:
1) Gedung-gedung, jalan-jalan, sarana transportasi, dan fasilitas dalam
dan luar ruang lainnya, termasuk sekolah, perumahan, fasilitas
medis, dan tempat kerja
2) Informasi, komunikasi, dan layanan lainnya, termasuk layanan
elektronik dan layanan gawat darurat.
Hambatan-hambatan akses aturan-aturan tentang aksesibilitas
sebagaimana dikemukakan di atas dimaksudkan untuk menghilangkan
berbagai hambatan yang merintangi para penyandang disabilitas untuk
berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat termasuk untuk
menikmati berbagai pelayanan publik yang tersedia bagi masyarakat. Di
antara berbagai hambatan akses itu adalah hambatan arsitektural dan
hambatan informasi dan komunikasi.
1) Hambatan arsitektural
Hambatan arsitektural mempengaruhi tiga kategori disabilitas
utama, yaitu:
a) Disabilitas fisik, yang mencakup mereka yang menggunakan
kursi roda, semi- ambulant, dan mereka yang memiliki
hambatan manipulatoris yaitu kesulitan
gerak otot
b) Disabilitas sensoris yang meliputi orang tunanetra dan
tunarungu
c) Disabilitas intelektual (tunagrahita).
20

Bagi pengguna kursi roda hambatan yang dihadapi oleh para


pengguna kursi roda sebagai akibat dari desain arsitektural saat ini
mencakup:
- Perubahan tingkat ketinggian permukaan yang mendadak
seperti pada tangga atau parit
- Tidak adanya pertautan landai antara jalan dan trotoar
- Tidak cukupnya ruang untuk lutut di bawah meja atau wastapel
- Tidak cukupnya ruang untuk berbelok, lubang pintu dan
koridor yang terlalu sempit.
- Permukaan jalan yang renjul (misalnya karena adanya
bebatuan) menghambat jalannya kursi roda
- Pintu yang terlalu berat dan sulit dibuka
- Tombol-tombol yang terlalu tinggi letaknya.
Masalah-masalah yang dihadapi penyandang semi-ambulant
Semi-ambulant adalah tunadaksa yang mengalami kesulitan
berjalan tetapi tidak memerlukan kursi roda. Hambatan arsitektural
yang mereka hadapi antara lain mencakup :
- Tangga yang terlalu tinggi
- Lantai yang terlalu licin
- Bergerak cepat melalui pintu putar atau pintu yang menutup
secara otomatis
- Pintu lift yang menutup terlalu cepat
- Tangga berjalan tanpa pegangan yang bergerak terlalu cepat

Hambatan Arsitektural bagi Orang Tunanetra, yang dimaksud


dengan tunanetra dalam tulisan ini adalah mereka yang tidak
memiliki penglihatan sama sekali (totally blind) hingga mereka
yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak
cukup baik untuk dapat membaca tulisan biasa berukuran 12 point
dalam keadaan cahaya normal meskipun sudah dibantu dengan
kaca mata (low vision). Kesulitan-kesulitan yang dihadapi para
tunanetra sebagai akibat dari desain arsitektural selama ini antara
lain :
21

- Tidak adanya petunjuk arah atau ciriciri yang dapat didengar


atau dilihat dengan penglihatan terbatas yang menunjukkan
nomor lantai pada gedung- gedung bertingkat
- Rintangan-rintangan kecil seperti jendela yang membuka ke
luar atau papan reklame yang dipasang di tempat pejalan kaki
- Cahaya yang menyilaukan atau terlalu redup
- Lift tanpa petunjuk taktual (dapat diraba) untuk membedakan
bermacam-macam tombol, atau petunjuk suara untuk
menunjukkan nomor lantai
Masalah yang dihadapi orang tunarungu. Para tunarungu
tidak mungkin dapat memahami pengumuman melalui pengeras
suara di bandara atau terminal angkutan umum. Mereka juga
mengalami kesulitan membaca bibir di auditorium dengan
pencahayaan yang buruk, dan mereka mungkin tidak dapat
mendengar bunyi tanda bahaya

4. Cara Bidan Menangani Masalah Dalam Komunikasi Pada Perempuan


Penyandang Disabilitas Fisik
a. Sapa dan bicara secara langsung dengan kontak mata, hindari berbicara
satu arah melalui orang lain baik melalui penerjemah atau pendamping.
b. Fokus pada penyandang disabilitas yang diajak bicara bukan pada
kondisinya
c. Bicara dengan jelas, mudah dipahami, dan tetap santun.
d. Bahasa tubuh ramah
e. Jangan melihat penyandang disabilitas sebagai orang yang aneh
f. Kenalilah kebutuhan spesifik penyandang disabilitas misalnya disabilitas
fisik membutuhkan kursi roda
g. Jika merasa penyandang disabilitas yang datang membutuhkan bantuan,
jangan ragu untuk menanyakan apakah ia butuh bantuan. Jika penyandang
disabilitas menyatakan butuh bantuan maka tanyakan bagaimana cara
penyandang disabilitas ingin dibantu
22

h. Berikan kemudahan bagi mereka untuk bergerak. Gunakanlah alat bantu


agar mereka dapat bergerak dengan bebas, contohnya seperti kursi roda.
i. Sediakan alat yang dapat mendukung motoriknya seperti untuk
memegang dan melepaskan.
j. Rutinlah untuk mengajak berkomunikasi dan melakukan banyak kegiatan
agar dapat membantu perkembangan diri, berikan dorongan bagi mereka
untuk mencoba melakukan sesuatu sendiri supaya mandiri dan
membangun kepercayaan diri.
k. Kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, tangan palsu, kaki palsu dan alat
bantu lainnya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan, jangan
memindahkan tanpa persetujuan
l. Tidak memberikan pertanyaan yang berulang-ulang

5. Media Yang Membantu Dalam Penyampaian Komunikasi Pada


Perempuan Penyandang Disabilitas Fisik
Televisi sebagai media audio visual merupakan media yang dianggap
paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.
Bahkan apapun yang diproduksi dan ditayangkan televisi akan selalu menarik
bagi setiap penontonnya. Setiap acara televisi dikelola oleh banyak orang
yang ahli dibidangnya masing-masing di stasiun televisi. Stasiun televisi
merupakan lembaga penyiaran atau tempat bekerja yang melibatkan banyak
orang, dan yang mempunyai kemampuan atau keahlian dalam bidang
penyiaran yang berupaya menghasilkan siaran atau karya yang baik. Namun
diskriminasi dan representasi terhadap penyandang disabilitas dalam media
televisi berakar dari struktur media massa yang berpihak kepada kelompok
dominan atau penguasa dan mengabaikan kelompok minoritas yang
termarginalkan. Akibatnya, ruang informasi, wawasan dan pemahaman
masyarakat dan pemerintah terhadap persoalan disabilitas sangat terbatas.
Dengan demikian peneliti menilai bahwa televisi cenderung diskriminatif
terhadap isu disabilitas dan kerap menempatkan disabilitas sebagai kelompok
yang “aneh”, menjadi bahan tertawaan, atau kelompok yang harus dibantu
dan dikasihani. Stigma dan stereotipe negatif tersebut salah satunya
23

disebabkan oleh konstruksi sosial dalam memandang persoalan disabilitas


dan kelompok disabilitas di masyarakat.
Awalnya, disabilitas dikenal dengan istilah “cacat”. Terminologi “cacat”
disematkan karena orang “cacat” dianggap memiliki kekurangan, kerusakan,
atau ketidaklengkapan fisik sebagaimana yang “normal” (Masduqi, 2010: 2).
Label yang diberikan pada orang yang memiliki keterbatasan-keterbatasan
tertentu dapat menyebabkan orang tersebut merasa tidak berharga dan
dipandang sebagai penyimpangan dalam masyarakat. Seringkali, konotasi
negatif yang diberikan orang lain dapat membuat orang tersebut merasa tidak
berharga atau dapat menyebabkan orang lain memperlakukan ia secara
berbeda (Mangunsong, 2009, dalam disertasi Nurhidaya Amar, 2014: 1).
Bahkan media massa seringkalimenempatkan disabilitas sebagai kelompok
minoritas yang dianggap menyimpang dari normal. Media massa merupakan
teknologi atau sarana pembawa pesan dalam bentuk cetak maupun audio
visual yang keberadaannya tak dapat dipisahkan dalam kehidupan
masyarakat. Bahkan media massa sangat berperan dalam mempengaruhi
perubahan di masyarakat. Televisi menjadi salah satu jenis media yang paling
sukses untuk mendorong terjadinya perubahan.
Televisi sering dikatakan menjadi salah satu bentuk komunikasi sosial
yang populer dan telah mengubah dunia kita. Televisi juga dipandang sebagai
hasil temuan dari riset ilmiah dan teknik yang sifat-sifat inherennya sebagai
suatu media elektronik telah mengubah persepsi-persepsi dasar kita mengenai
realitas dan dengan begitu mengubah cara berelasi kita dengan yang
lain dan dengan dunia (Williams, 2009: 4). Televisi sebagai media audio
visual yang mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak
sasaran (penonton) akan menjadi sangat efektif dengan pesan maupun
informasi yang disampaikan. Keterjangkauan “kotak ajaib” ini dapat sampai
ke semua lapisan masyarakat dengan memiliki banyak keunggulan jika
dibandingkan dengan media lainnya, yakni bersifat langsung dan intim.
Televisi juga didefinisikan Baksin (2006: 16) bahwa: “Televisi merupakan
hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam
bentuk audio visual gerak. Isi pesan audio visual gerak memiliki kekuatan
24

yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak
individu”. Sementara menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004:
28) lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan
gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga
listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi
sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat
penerima”.

6. Perlakuan Bidan Terhadap Perempuan Penyandang Disabilitas Fisik


Agar Setara Dengan Perempuan Lainnnya
Permasalahan mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi
perempuan penyandang disabilitas (differentability) hingga saat ini masih
menyisakan berbagai perdebatan terutama apabila dikaitkan dengan kebijakan
negara dalam merespon isu ini. Di satu sisi, meskipun negara telah
meratifikasi konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas melalui UU
No.19 tahun 2011, namun implementasi dari regulasi ini masih jauh dari
efektif. Dalam UU tersebut, secara eksplisit dijelaskan adanya kewajiban bagi
negara dan masyarakat agar tidak melakukan diskriminasi terhadap
penyandang disabilitas, baik perempuan maupun anak, menjamin partisipasi
penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan, seperti pendidikan,
kesehatan, pekerjaan, politik, olahraga, seni, dan budaya, serta pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi. Namun dalam faktanya di lapangan,
penyandang disabilitas masih kesulitan untuk dapat memperoleh dalam
bidang pendidikan, pekerjaan, politik, olahraga, seni, dan budaya, apalagi
berupa kesehatan. Bidang kesehatan semakin sulit didapat terutama bagi
kelompok perempuan penyandang disabilitas.Tentu saja permasalahan
menjadi semakin kompleks, mengingat perempuan yang disabilitas
mengalami stigmatisasi ganda, yaitu sebagai perempuan, dan juga sebagai
disabilitas.Sehingga kelompok ini perlu untuk mendapat perhatian khusus
karena sangat rentan mengalami berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi
terutama berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi. Para aktivis
gerakan penyandang cacat memperkenalkan istilah disabilitas sebagai ganti
25

penyandang cacat yang secara kontekstual bersifat diskriminatif. Istilah


disabilitas diperkenalkan pada 1998 merupakan singkatan dari frosa dalam
Bahasa Inggris differentability people. Istilah disabilitas lebih mengacu
kepada pembedaan kemampuan, bukan lagi kepada kecacatan atau
ketidaksempurnaan. Seorang bidan harus mempunyai pandangan bahwa
seorang wanita adalah seorang manusia, sedangkan manusia adalah makhluk
bio – psiko – cultural – spiritual yang utuh dan unik.
a. Bio artinya wanita adalah makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan
sesuai dengan tingkat perkembangannya untuk kelangsungan hidup.
b. Psiko artinya wanita mempunyai sisi kejiwaan harus diperhatikan dalam
setiap memberikan pelayanan.
c. Sosio artinya wanita adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan
orang lain dan membutuhkan orang lain.
d. Kultural artinya wanita adalah makhluk yang berbudaya atau memiliki
kebiasaan – kebiasaan tertentu.
e. Spiritual artinya wanita adalah makhluk yang secara fitrah akan selalu
membutuhkan tuhan sebagai sandaran.
f. Utuh artinya pandangan kita kepada seorang wanita sebagai makhluk
bio– psiko – sosio – cultural dan spiritual etrsebut harus dipandang secara
menyeluruh, tidak bias hanya dipandang dari segi biologisnya saja, atau
psikologisnya saja karena sisi tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
g. Unik artinya wanita adalah makhluk yang berbeda antara satu dengan
yang lain, baik dari segi bio, psiko, sosio, cultural maupun spiritualnya.

Menurut Abdul Rachman Husein, wanita adalah seorang ibu sekaligus


pendidik yang luar biasa. Menurut Abdurrahman Umairah, wanita adalah
manusia yang mulia dan bernilai karena memiliki sifat kemanusiaan yang
tinggi. Selain itu bidan harus punya pandangan bahwa wanita khususnya ibu
adalah seorang yang akan melahirkan penerus generasi keluarga dan bangsa
sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social
sangat diperlukan. Wanita juga seorang pendidik pertama dan utama dalam
26

keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/kondisi dari


wanita/ibu dalam keluarga. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan
pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga

7. Konseling Bidan Pada Perempuan Penyandang Disabilitas Fisik Untuk


Memberikan Motivasi Dan Memberdayakan Perempuan Disabilitas
Fisik
Konseling hakekatnya adalah layanan kemanusiaan yang diwarnai oleh
pandangannya tentang manusia. Konseling merupakan proses yang
menunjang keseluruhan pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuannya,
yaitu membantu perkembangan optimal sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial, sesuai dengan kemampuan, minat, dan nilai-nilai yang
dianutnya. Konseling bidan pada perempuan penyandang disabilitas fisisk
untuk memberikan motivasasi dan memperdaya perempuan disabilitas
fisik,sebagai berikut:
a. Menempatkan klien sebagai informan budaya, klien adalah representasi
budaya
b. Pengembangan sikap, pemahaman, dan keterampilan sesuai antropologi
budaya setempat, dan perlunya menerapkan pendekatan secara terbuka,
luwes, dan selaras dengan budayanya.
c. Autoplastic dan alloplastis. Artinya bagaimana menyeimbangkan tujuan
konseling dengan mengubah individu agar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan mengubah lingkungan agar sesuai dengan individu
melalui pendekatan yang realistis dan kreatif.
d. Hubungan atau teknik. Artinya dalam konseling yang dipentingkan
hubungan atau teknik, mengingat suatu teknik belum tentu cocok untuk
suatu budaya tertentu karena penggunaanya tergantung pada penerimaan
dan keyakinannya.
e. Komunikasi, inti proses pelayanan konseling adalah komunikasi antara
konselor dengan klien, konseling lintas budaya berarti proses komunikasi
lintas budaya, sehingga perlu diantisipasi kemungkinan munculnya
faktor-faktor penghambat komunikasi tersebut baik yang berkaitan
27

dengan bahasa, komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan menilai


(psiko-sosial), maupun kecemasan.
Berdasarkan pendekatan terhadap masalahnya, Burks dan Stefflre (1979)
menyatakan bahwa supportive therapy setingkat dengan bimbingan,
reeducative dengan konseling, dan reconstructive therapy dengan
psikotherapy. Dalam banyak hal tidak terdapat perbedaan yang berarti dalam
metode yang digunakan antara konseling dengan psikotherapi. Konseling
lebih banyak berkenaan dengan masalah kognisi sedangkan psikotherapi pada
masalah afeksi. Sedangkan berkenaan dengan teori, terdapat elemen-elemen
substansif dalam suatu teori konseling yang pada akhirnya akan membedakan
antara suatu teori dengan yang lainnya. Elemen-elemen subtansif tersebut
ialah :
a. Asumsi terhadap penghargaan hakekat manusia
b. Keyakinan terhadap teori belajar dan perubahan perilaku
c. Komitmen terhadap tujuan konseling,
d. Definisi peran konselor
e. Fakta pendukung teori
f. Berikut adalah beberapa teknik konseling yang dilakukan bidan bagi
penyandang disabilitas fisik

8. Terapi Okupasi
Untuk individu gangguan intelektual Problem dan penyelesaian yang dialami
oleh individu dengan gangguan intelektual yaitu:
a. Sensori Motorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan sensori
motorik antara lain : berlari mengikuti garis lurus, berlari dengan satu
kaki, melempar benda kearah keranjang, meniru gambar, menyusun
puzzle, mendengarkan musik, membedakan warna, meraba benda keras
dan lunak, mencium bau-bauan, membedakan rasa, orientasi ruangan.
b. Fisik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengarahkan gerakan
fisik antara lain: naik sepeda statis, naik turun tangga, menarik pulley.
28

c. Kognitif
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengarahkan tingkah
laku individu berkebutuhan khusus antara lain: bermain halma, senam
diiringi music.
d. Intra personal–interpersonal
Kegiatan yang diberikan dalam membantu mengarahkan intra
personal dan interpersonal yaitu: berbelanja, bermain layang-layang.
e. Perawatan diri
Kegiatan yang diberikan dalam membantu mengarahkan individu
untuk mandiri antara lain: menggosok gigi, minum menggunakan gelas,
menyisir rambut, memakai celana, memakai baju, latihan makan
menggunakan sendok, merias diri, latihan mandi, mamakai sepatu
f. Prodiktifitas
Kegiatan yang diberikan dalam meningkatkan produktifitas
individu berkebutuhan khusus yaitu: berkebun, beternak, kerajinan
Terapi okupsi untuk individu gangguan fisik Problem dan penyelesaian
yang dialami oleh individu dengan gangguan intelektual yaitu:
a. Motorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu meningkatkan motorik
pada individu dengan gangguan fisik yaitu: berjalan diatas balok titian,
menarik beban, membuat sulak, memasukkan manic-manik ke botol
b. Sensoris
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan
sensorik pada individu berkebutuhan khusus yaitu: meniup kapas,
membedakan suhu, mendengarkan bunyi-bunyian, melatih pengecapan,
melatih indra penciuman, melatih indra penglihatan.
c. Kognitif
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembankan kognitiff
pada individu gangguan fisik yaitu: melukis, bermain puzzle, melihat
gambar, bermain musik.
29

d. Intrapersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan
intrapersonal pada individu gangguan fisik yaitu: mendengarkan cerita,
bernyanyi, bermain drama.
e. Interpersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan
interpersonal pada individu gangguan fisik yaitu: senam irama, berbelanja
f. Perawatan diri
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
perawatan diri pada nak gangguan fisik yaitu: makan, memakai baju,
minum.
g. Produktifitas
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
produktifitas pada individu gangguan fisik yaitu: membuat asbak,
berkebun, rekreasi.

Terapi okupasi untuk individu autistik


Problem dan penyelesaian yang dialami oleh individu autistik yaitu:
a. Motorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan
motorik pada individu autistik yaitu: bermain bola, mengayuh sepeda statis.
b. Sensorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
sensorik pada individu autistik yaitu: berayun-ayun, berjalan mengikuti
garis tengah lurus, berguling dibalik selimut, bermain scooter board.
c. Kognitif
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengambangkan aspek
kognitif pada individu autistik yaitu: melihat-lihat gambar mobil,
memainkan plastisin.
d. Intrapersol
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
intrapersonal pada individu autistik yaitu: bermain form board, melukis
30

e. Interpersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
interpersonal yaitu: berolahraga, mendengarkan musik.
f. Perawatan Diri
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
perawatan diri yaitu: membersihkan tempat tidur, menyisir rambut.
g. Produktifitas
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
produktifitas yaitu: bermain kelereng, menyapu lantai, mempersiapkan
makan, mencuci.
h. Leisure (Pengisian Waktu Luang)
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
leisure yaitu: membuat keset, memelihara burung, memelihara ayam
31

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Mental dapat diartikan tercapainyakeselarasan yang alami
antara fungsi-fungsi darikejiwaan serta terciptanya penyesuaian diri antara
dirikita sebagai manusia dengan diri kita sendiri sertalingkungannya.
Berlandaskan keimanan dan ketaqwaan,serta bertujuan untuk mencapai hidup
yang bermaknadan bahagia di dunia dan di akhirat. Definisi diatas
memadukan unsur agama yang nantinya dapat Andaupayakan penerapannya
dalam kehidupan, sejalandengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental
dan pengembangan hubungan baik dengan sesamemanusia.
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan,
keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah
masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan
adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau
tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami
oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas
adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri
dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

B. Saran
Kebidanan sangat berperan penting dan memberikan pengaruh besar bagi
wanita. Bidan juga harus melakukan asuhan kebidanan dengan baik agar
dapat tercipta kenyamanan antara klien dan bidan itu sendiri. Asuhan yang
diberikan oleh bidan  harus sesuai dengan kebutuhan kliennya dan bersifat
menyeluruh bagi setiap wanita.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

Astuti , Endang Kusuma. 2012. Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan


Medis di Rumah Sakit. Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Bungin, Burhan. 2014. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta : Putra Grafika.
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik
Keperawatan. Bandung: Rifika Aditama.Cetakan Kedua.
Deddy Mulyana. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Demartoto, A. 2007. Menyibab Sensitivitas Gender dalam Keluarga Difabel.
Surakarta : LPP UNS dan UNS Pres

Anda mungkin juga menyukai