Nama kelompok
Dewi Susmita
Hilda Marni Intan
Indah Isni Larasati
Mike Novita
Nindy Raudhatul Islami
Sonnya Feri Esti
Yuli Erni
Zulva Safitri
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Dalam
terdapat pada makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun agar kami dapat menyelesaikan tugas berikutnya lebih
baik lagi. Semoga makalah ini berguna bagi kami khususnya bagi pembaca.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………............... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ………...…………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesehatan Mental …………………………………………………… 3
B. Komunikasi pada perempuan disabilitas......................,,.................... 11
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan adalah salah satu komponen pembangunan yang selama ini
masih
dianggap belum memberikan kontribusi optimal dalam proses pembangunan
yang selama ini dilaksanakan terutama dalam konteks pembangunan secara
fisik. Padahal di sisi lain, komposisi kaum perempuan berdasarkan jumlah di
Indonesia menunjukkan jumlah yang besar bahkan lebih banyak daripada
kaum laki-laki. Pembangunan menuntut peran serta masyarakat dari semua
kalangan dan tidak terkecuali kaum perempuan dan para penyandang
disabilitas. Peran serta mensyarakatkan tumbuh kembangnya pemberdayaan
karena kata kunci dalam peran serta adalah masyarakat dapat berdaya,
berupaya dan berperan serta dalam seluruh aktivitas pembangunan yang
dilaksanakan utamanya pembangunan sumberdaya manusia.
Sebagai warga negara Indonesia, penyandang disabilitas memiliki
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Kesamaan hak tersebut terdapat pada filsafat Negara Pancasila dan
Undang-Undang 1945. Dalam UUD1945 pasal 27 ayat 2 “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Selain
itu, Peraturan Pemerintah juga mengatur penyandang disabilitas dalam
bekerja, seperti dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas Pasal 53 yang mewajibkan semua instansi
pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara ataupun badan
usaha milik daerah menerima 2% penyandang disabilitas dari total jumlah
pegawai atau pekerja yang ada di instansi tersebut dan 1% dari total jumlah
pegawai di isntansi swasta. Namun pada kenyataanyannya kuota 2% untuk
instansi pemerintah dan 1% untuk instansi swasta tidak terpenuhi dan tidak
berjalan efektif.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan mental ?
2. Apa gejala kesehatan mental ?
3. Apa penyebab kesehatan mental ?
4. Apa faktor resiko kesehatan mental ?
5. Apa definisi dari disabilitas fisik?
6. Bagaimana proses komunikasi pada perempuan penyandang diabilitas
fisik
7. Apa saja hambatan atau kendala dalam komunikasi pada perempuan
penyandang disabilitas fisik?
8. Bagaimana cara bidan menangani masalah dalam komunikasi pada
perempuan penyandang disabilitas fisik?
9. Apa saja media yang dapat membantu dalam penyampaian komunikasi
pada perempuan penyandang disabilitas fisik?
10. Bagaimana perlakuan bidan terhadap perempuan penyandang disabilitas
fisik agar setara dengan perempuan lainnya?
11. Bagaimana konseling bidan pada perempuan penyandang disabilitas
fisik untuk memberikan motivasi dan memberdayakan perempuan
disabilitas fisik ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan Mental
1. Kesehatan
Kesehatan merupakan kondisi dimana Anda memiliki kondisi fisik,
mental dan keadaan yang baik pada diriseseorang.Seperti Anda ketahui
organisasi kesehatan dunia atau biasa disebut dengan World Health
Organization(WHO) memberikan asumsi bahwa kesehatan merupakan
suatu keadaan dimana fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang
dimiliki seseorang yang tidakhanya berupa penyakit atau kelemahan.
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 1992Kesehatan ialah suatu
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
semua orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Meskipun
Anda terlihat dari fisiknya sehat, tetapi hal itu belum tentu darisegi
mental Anda juga sehat. Gangguan mental bukan hanya saja diidap oleh
orang gila saja, tetapi banyak sekali gangguan mental yang perlu Anda
ketahui.Pengertian kesehatan yang menyeluruh ini dianggap hal sepele
bagi khalayak umum, banyak yang beranggapan bahwa gangguan mental
itu seperti orang gila. Tetapi pada kenyataannya hanya beberapa kasus
saja yang diakibatkan oleh sakit jiwa, tetapi gangguan jiwa adalah salah
satu tipe yang lain dan bermacam-macam jenisnya yang perlu Anda
ketahui. Sehingga jikaAnda stress akan berakibat pada gangguan
kehamilan
2. Mental
Banyak yang beranggapan bahwa Mental secara umum
berhubungan dengan kejiwaan, tapi banyak menurut para ahli belum bisa
secara definitive mengartikan pengertian dari mental, tetapi Secara
etimologi kata “ mental ” berasal dari bahasa Yunani,yang memiliki
pengertian hamper sama denganpengertian psyche, artinya psikis, jiwa
atau kejiwaan.Menurut Al-Quusy (1970) memberikan artianbahwa
mental merupakan hubungan antara fungsi-fungsi psikologis yang
3
4
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri seseorang,
misalnya sifat pemarah, halus, talenta di bidang kesenian, dan
sebagainya. Faktor keturunan juga cenderung memegang peran
terhadap mental seseorang, misalnya : intelektualitas, emosi, dan
potensi. Faktor internal merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan mental, terutamanya adalah faktor
biologis. Beberapa faktor biologis yang secara langsung
berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya:menghargai
diri (self-esteem), percaya diri (self-eficacy), otak, sistem endrokin,
genetika, sensori, dan kondisi ibu selama hamil. Sedangkan faktor
psikologis merupakan aspek psikis manusia yang pada dasarnya
adalah satu-kesatuan dengan sistem biologis. Sebagai subsistem
dari eksistensi manusia, aspek psikis senantiasa terlibat dalam
dinamika kemanusiaan yang multi aspek sehinggaaspek psikis juga
erat kaitannya dengan pengaruh kesehatan mental terlebih
spiritualitas yang kuat pada jiwa seseorang dan dalam halini faktor
ketaatan beribadah atau ketaatan beragama berkaitan erat dengan
kesehatan mental. (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005:65).
b. Faktor Eksternal
Yang dimaskud dengan faktor eksternal adalah faktor-faktor
yang ada di luar diri manusia dan dapat mempengaruhi mental
(cara berpikir dan cara berperasaan berdasarkan hatinuraninya).
Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan peserta didik
adalah keluarga seperti orang tua, kakak, adik, kakek, nenek dan
sebagainya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum,
politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, masyarakat,
dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik, dapat menjaga mental
seseorang, sedangkan faktor eksternal yang buruk dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.
Faktor eksternal juga merupakan faktor yang tidak kalah
penting dalam mempengaruhi kesehatan mental seseorang,
7
5) Neurosis
Neurosis merupakan gangguan jiwa yang dapat menyerang
si penderitanya dalam keadaan sadar, dengan tingkah laku yang
aneh dan susunan syaraf yang dapat merusak sistem motorik
Anda. Anda dapat mengetahui ciri-ciri penderita neuross ini
antara, sering mengalami kecemasan, menimbulkan konflik,
dan adanya kerusakan pada aspek kepribadian Anda, phobia,
serta gangguan pencernaan. Seseorang yang terkena neurosis
mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik
disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
6) Psikosis
Gangguan ini sudah sulit untuk diobati karena sudah
menyerang pada kondisi menyeluruh psikis atau kejiwaan
Anda.
6. Beberapa penyebab umum dari gangguan mental, antara lain:
a. Cedera kepala.
b. Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental
dalam keluarga.
c. Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya.
d. Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-
kanak.
e. Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
f. Mengalami diskriminasi dan stigma.
g. Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat
dekat.
h. Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau
utang.
i. Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
j. Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
k. Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak
otak.
l. Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
10
pembawaan sifat lahir (Soemantri, 2006). Tuna daksa terdiri dari dua
golongan yaitu
a) Tuna daksa ortopedi, yaitu kelainan atau kecacatan yang
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, kelainan tersebut
dapat terjadi pada bagian tulang, otot tubuh maupun daerah
persendian, baik yang dibawa sejak lahir (congenital) maupun
yang diperoleh kemudian karena penyakit atau kecelakaan,
misalnya kelainan pertumbuhan anggota badan atau anggota
badan yang tidak sempurna, cacat punggung, amputasi tangan,
lengan, kaki dan lainnya.
b) Tuna daksa syaraf, yaitu kelainan yang terjadi pada fungsi
anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada susunan syaraf
di otak. Otak sebagai pengontrol tubuh memiliki sejumlah syaraf
yang menjadi pengendali mekanisme tubuh, karena itu jika otak
mengalami kelainan, sesuatu akan terjadi pada organisme fisik,
emosi dan mental. Salah satu bentuk terjadi karena gangguan
pada fungsi otak dapat dilihat pada anak cerebral palsy yakni
gangguan aspek motorik yang disebabkan oleh disfungsinya
otak.
9) Kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, tangan palsu, kaki palsu, dan
alat bantu lainnya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Jadi,
jangan menyentuh, memindahkan, atau melakukan sesuatu pada alat
bantu tadi tanpa persetujuan.
10) Tidak memberikan pertanyaan yang berulang-ulang.
d. Cara memperlakukan penyandang disabilitas yang benar :
1) Bertanya sebelum memberikan bantuan
Reaksi pertama sebagian orang kita menjumpai kaum difabel
adalah berusaha menolong, terutama ketika mereka sedang
kesusahan melakukan sesuatu. Percayalah bahwa tidak semua orang
yang mengalami disabilitas suka dikasihani. Agar tidak
menyinggung perasaan mereka, sebaiknya tanyakan dulu
sebelum memberikan bantuan. Karena, bisa saja bantuan yang kita
berikan justru semakin mempersulit mereka.
2) Jaga ucapan dan tindakan
Sama seperti kita memperlakukan orang lain, terutama yang
baru saja dikenal, kita juga harus memperlakukan penyandang
disabilitas dengan santun. Jagalah ucapan dan tindakan kita agar
tidak melukai perasaannya.Memang tidak semua orang-orang
difabel memiliki perasaan yang sensitif.Akan tetapi, jika ingin
memulai pergaulan dengan mereka, jagalah ucapan dan
tindakan.Lebih baik menunjukkan sikap yang ramah dibanding
gesture atau sikap yang justru menunjukkan rasa kasihanmu.
3) Mengajak untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari
Cara melibatkan penyandang disabilitas dalam kehidupan
sehari-hari bisa dengan cara mempekerjakan mereka sesuai bidang
dan kemampuan atau justru melibatkan mereka dalam kegiatan
sosial. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih dihargai dan
dibutuhkan oleh orang lain.
4) Sadari hak penyandang disabilitas Penyandang disabilitas memang
memiliki keterbatasan beraktivitas karena kekurangan fisik maupun
mentalnya. Namun, ingatlah akan satu hal bahwa mereka juga
17
yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak
individu”. Sementara menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004:
28) lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan
gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga
listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi
sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat
penerima”.
8. Terapi Okupasi
Untuk individu gangguan intelektual Problem dan penyelesaian yang dialami
oleh individu dengan gangguan intelektual yaitu:
a. Sensori Motorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan sensori
motorik antara lain : berlari mengikuti garis lurus, berlari dengan satu
kaki, melempar benda kearah keranjang, meniru gambar, menyusun
puzzle, mendengarkan musik, membedakan warna, meraba benda keras
dan lunak, mencium bau-bauan, membedakan rasa, orientasi ruangan.
b. Fisik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengarahkan gerakan
fisik antara lain: naik sepeda statis, naik turun tangga, menarik pulley.
28
c. Kognitif
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengarahkan tingkah
laku individu berkebutuhan khusus antara lain: bermain halma, senam
diiringi music.
d. Intra personal–interpersonal
Kegiatan yang diberikan dalam membantu mengarahkan intra
personal dan interpersonal yaitu: berbelanja, bermain layang-layang.
e. Perawatan diri
Kegiatan yang diberikan dalam membantu mengarahkan individu
untuk mandiri antara lain: menggosok gigi, minum menggunakan gelas,
menyisir rambut, memakai celana, memakai baju, latihan makan
menggunakan sendok, merias diri, latihan mandi, mamakai sepatu
f. Prodiktifitas
Kegiatan yang diberikan dalam meningkatkan produktifitas
individu berkebutuhan khusus yaitu: berkebun, beternak, kerajinan
Terapi okupsi untuk individu gangguan fisik Problem dan penyelesaian
yang dialami oleh individu dengan gangguan intelektual yaitu:
a. Motorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu meningkatkan motorik
pada individu dengan gangguan fisik yaitu: berjalan diatas balok titian,
menarik beban, membuat sulak, memasukkan manic-manik ke botol
b. Sensoris
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan
sensorik pada individu berkebutuhan khusus yaitu: meniup kapas,
membedakan suhu, mendengarkan bunyi-bunyian, melatih pengecapan,
melatih indra penciuman, melatih indra penglihatan.
c. Kognitif
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembankan kognitiff
pada individu gangguan fisik yaitu: melukis, bermain puzzle, melihat
gambar, bermain musik.
29
d. Intrapersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan
intrapersonal pada individu gangguan fisik yaitu: mendengarkan cerita,
bernyanyi, bermain drama.
e. Interpersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan
interpersonal pada individu gangguan fisik yaitu: senam irama, berbelanja
f. Perawatan diri
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
perawatan diri pada nak gangguan fisik yaitu: makan, memakai baju,
minum.
g. Produktifitas
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
produktifitas pada individu gangguan fisik yaitu: membuat asbak,
berkebun, rekreasi.
e. Interpersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
interpersonal yaitu: berolahraga, mendengarkan musik.
f. Perawatan Diri
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
perawatan diri yaitu: membersihkan tempat tidur, menyisir rambut.
g. Produktifitas
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
produktifitas yaitu: bermain kelereng, menyapu lantai, mempersiapkan
makan, mencuci.
h. Leisure (Pengisian Waktu Luang)
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek
leisure yaitu: membuat keset, memelihara burung, memelihara ayam
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan Mental dapat diartikan tercapainyakeselarasan yang alami
antara fungsi-fungsi darikejiwaan serta terciptanya penyesuaian diri antara
dirikita sebagai manusia dengan diri kita sendiri sertalingkungannya.
Berlandaskan keimanan dan ketaqwaan,serta bertujuan untuk mencapai hidup
yang bermaknadan bahagia di dunia dan di akhirat. Definisi diatas
memadukan unsur agama yang nantinya dapat Andaupayakan penerapannya
dalam kehidupan, sejalandengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental
dan pengembangan hubungan baik dengan sesamemanusia.
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan,
keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah
masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan
adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau
tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami
oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas
adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri
dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
B. Saran
Kebidanan sangat berperan penting dan memberikan pengaruh besar bagi
wanita. Bidan juga harus melakukan asuhan kebidanan dengan baik agar
dapat tercipta kenyamanan antara klien dan bidan itu sendiri. Asuhan yang
diberikan oleh bidan harus sesuai dengan kebutuhan kliennya dan bersifat
menyeluruh bagi setiap wanita.
31
32
DAFTAR PUSTAKA