Anda di halaman 1dari 80

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


RETARDASI MENTAL

OLEH KELOMPOK:
Wildayanti (212431209)
Nurlian (212431201)
Juwita (212431189)
Nuraisyah (212431199)
Nurhaliza Haldi (212431200)
Nail’ha Fajriati (212431197)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kemudahan sehingga
Kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
kita panjatkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang diutus
sebagai pembawa rahmat oleh-nya.
Kami juga mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat, baik sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Kami mampu untuk
menyelesaikan Makalah ini Dengan Judul ”Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Retardasi Mental”
Kami tentunya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, agar
Makalah ini nantinya dapat lebih baik lagi. Demikian apabila banyak kesalahan
pada Makalah ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Demikian, semoga
Makalah ini dapat bermanfaat, sekian dan terima kasih.

Kolaka, 20 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................4
D. Manfaat penelitian.................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7
A. Konsep Dasar Retardasi Mental............................................................7
1. Definisi Retardasi Mental................................................................7
2. Penyebab Retardasi Mental.............................................................7
3. Klasifikasi Retardasi Mental............................................................9
4. Gejala Klinis...................................................................................13
5. Pemeriksaan Penunjang Retardasi Mental.......................................17
6. Patofisiologi Retardasi Mental........................................................20
7. WOC Retardasi Mental....................................................................21
8. Komplikasi Retardasi Mental..........................................................22
9. Penatalaksanaan Retardasi Mental..................................................22
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Retardasi Mental...........................24
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................24
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................28
3. Rencana Keperawatan......................................................................29
4. Implementasi Keperawatan..............................................................72
5. Evaluasi Keperawatan......................................................................72
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas merupakan bagian
dari anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Upaya perlindungan bagi anak
dengan disabilitas sama halnya dengan anak lainnya, yaitu upaya
pemenuhan kebutuhan dasar anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang secara optimal, serta berpartisipasi sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan asuh
yang dapat diperoleh melalui upaya di bidang kesehatan maupun
pendidikan dan sosial (Suryani dan Badi’ah).

Pengasuhan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan masalah yang


dialami anak, sangat membutuhkan peran dari orang tua, keluarga, guru
sekolah dan perawat. Pengasuhan dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus. Masalah
pada anak berkebutuhan khusus yang sering terjadi antara lain tunarungu,
tunagrahita (Retardasi mental), tunanetra, tunadaksa, autisme (Praptono,
2017).

Anak dengan masalah retardasi mental mempunyai keterbatasan kognitif


maupun sosial. Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang
muncul pada masa kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai
dengan fungsi intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi
yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai
keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif:
berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan,
keterampilan sosial, penggunaan sumber-sumber komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja
(Betz dan Sowden, 2009).
2

Berdasarkan data yang didapatkan dalam Journal of Maternal Child


Health (2017) Hampir 83 juta penduduk dunia diperkirakan mengalami
keterbelakangan mental (World Health Organization, 2013). Sekitar
seperempat dari kasus disebabkan oleh kelainan genetik dan 5% dari kasus
diwarisi dari orang tua. Sekitar 95 juta orang mengalami disabilitas di
tahun 2013 yang penyebabnya tidak diketahui (Global Burden of Disease
Study 2013 collaborators, 2015).

Berdasarkan data dari kemdikbud 2017, sebanyak 121.244 anak


merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK). Angka tersebut diantaranya
ada 64.403 anak kelompok tunagrahita atau retardasi mental.

Data Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat (2017) didapatkan jumlah


anak berkebutuhan khusus mencapai 6.133 orang. Rinciannya, 124
tunanetra, 897 tunarungu, 3.437 tunagrahita, dan 195 tunadaksa. Selain itu,
128 tunalaras, 798 autis, 159 Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) , dan 395 orang kesulitan belajar. Data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 didapatkan Jumlah anak prasekolah
dengan kelainan tumbuh kembang sebanyak 787 orang anak di Provinsi
Sumatera Barat.

Dampak retardasi mental pada anak dapat dilihat dalam keterampilan


gerak dan fisik yang kurang sehat kesulitan dalam komunikasi
kemampuan menolong diri sendiri, bersosialisasi, berinteraksi dengan
teman, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, perawatan diri
kurangnya perasaan dirinya terhadap situasi dan keadaan disekelilingnya
untuk memenuhi kelemahan hal kemampuan motorik halusnya (Yuemi
dan Mundakir, 2015). Dampak retardasi mental terhadap reaksi orang tua
dalam penelitian Na’imah, dkk (2017) adalah perasaaan shock, mengalami
goncangan batin, terkejut dan kurang menerima keadaan anaknya. Orang
tua merasa khawatir tentang masa depan anak dan stigma yang melekat
pada anak. Berbagai masalah yang dialami orang tua yang memiliki anak
tunagrahita bisa menurunkan happiness dalam hidupnya. Keluarga yang
3

mempunyai anak dengan retardasi mental akan memberikan perlindungan


yang berlebihan pada anaknya sehingga anak mendapatkan kesempatan
yang terbatas untuk mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Semakin bertambahnya umur anak retardasi mental
maka para orangtua harus mengadakan penyesuaian terutama dalam
pemenuhan anak sehari- hari (Mutaqqin, 2008).

Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak, salah satunya seperti yang


dicantumkan dalam undang- undang nomor 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas pasal 5 ayat 3 yang berbunyi “Anak penyandang
disabilitas memiliki hak: b. Mendapatkan perawatan dan pengasuhan
keluarga atau keluarga pengganti untuk tumbuh kembang secara optimal” .
Berdasarkan pasal tersebut yang dimaksud dengan “keluarga pengganti”
adalah orang tua asuh, orang tua angkat, wali, dan/ atau lembaga yang
menjalankan peran dan tanggung jawab untuk memberikan perawatan dan
pengasuhan pada anak. Salah satunya terdapat peran perawat dalam
memberikan perawatan dan pengasuhan pada anak.

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional


dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih,
2012). Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak
semaksimal mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan
khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Perawat memberi intervensi berdasarkan rencana asuhan keperawatan


untuk mengimplementasikan tindakan keperawatan yang meningkatkan,
mempertahankan, mengembalikan kesejahteraan, mencegah penyakit, dan
memfasilitasi rehabilitasi (O’brien, dkk, 2014). Pendekatan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi yang dapat diberikan kepada anak
dengan retardasi mental dalam penelitian Parendrawati, dkk (2015) adalah
4

dengan terapi bermain, terapi ini dilakukan dengan cara memberikan


palajaran berhitung, sosiodrama ataupun bermain jual beli. Berdasarkan
penelitian Yuemi dan Mundakir (2015) intervensi keperawatan yang
dilakukan pada anak dengan retardasi mental yaitu terapi okupasi:
Diorama gambar. Salah satu intervensi keperawatan dalam penelitian
Wulandari (2016) pada keluarga yang memiliki anak dengan retardasi
mental adalah terapi psikoedukasi keluarga.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 November 2017


di SLB Kasih Ummi Kota Padang didapatkan data siswa sebanyak 34
anak. Jumlah Anak yang mengalami retardasi mental sebanyak 27 siswa.
Kepala Sekolah SLB Kasih Ummi mengatakan siswa dengan retardasi
mental sering ingin mendapatkan perhatian lebih ketika ada tamu sekolah
yang datang, siswa dengan retardasi mental mengalami keterbatasan dalam
kecerdasan seperti: daya ingat lemah, kesulitan belajar, berhitung, menulis
dan membaca juga terbatas, serta siswa dengan retardasi mental juga
memiliki keterbatasan sosial seperti: dalam pergaulan anak tidak dapat
mengurus, memelihara dan memimpin diri secara baik. Peneliti juga
memperhatikan beberapa anak dengan retardasi mental tampak
kebingungan, pendiam, penyendiri, sering membuang sampah tidak pada
tempatnya, baju terlihat kotor, mulut tidak bersih, mengalami kesulitan
dalam berbicara dengan lancar, kuku terlihat panjang, dan lambat dalam
melakukan aktivitas/ bergerak sehari- hari.

Berdasarkan masalah anak dengan retardasi mental yang ditemukan pada


siswa SLB Kasih Ummi Kota Padang dan data diatas peneliti berminat
melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi Kota Padang tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Retardasi
Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018 ?
5

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
b. Mampu mendeskripsikan masalah keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anak
dengan retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
retardasi mental di SLB Kasih Ummi pada tahun 2018.

D. Manfaat
1. Manfaat Aplikatif

a. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang


Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik
keperawatan. Diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penelitian lebih lanjut
dengan metode dan tempat yang berbeda untuk asuhan
keperawatan pada anak dengan retardasi mental.

b. Institusi SLB Kasih Ummi Padang


Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan penerapan asuhan keperawatan anak pada anak
dengan retardasi mental.
6

2. Manfaat Pengembangan Keilmuan


a. Penulis
Penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan anak pada anak
dengan retardasi mental.

b. Bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang


diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Retardasi Mental


1. Defenisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa
kanak- kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
intelektual di bawah normal (IQ sekitar 2 standar deviasi yang dibawah
normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang) disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan
bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial,
penggunaan sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden,
2009).

Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan


signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif
(keterampilan sosial dan praktis sehari-hari) sebelum usia 18 tahun
(Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga dikenal dengan
beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual,
disabilitas belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse
(misal, moron, idiot, kretin, mongol) (Hull dan Johnston, 2008),
tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010), keterbelakangan mental
(Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan Shelov, 2017).

2. Penyebab Retardasi Mental


Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pada
sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui, hanya
saja 25% kasus yang memiliki penyebab spesifik.
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir

7
8

2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau


sesudah lahir
3) Cedera kepala yang berat
b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom
Angelman, sindrom Prader-Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurler
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Adrenoleukodistrofi
9) Sindroma Lesch-Nyhan
10) Sindroma Rett
11) Sklerosis tuberosa
e. Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital
9

4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan


baik)
f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada
ibu hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma

deprivasi (Utaminingsih,

2015)

3. Klasifikasi Retardasi Mental


Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child
neurodevelopment: Application in daily practice :
a. Retardasi mental ringan
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55
sampai 70.
b. Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40
sampai 50-55
c. Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25
sampai 35-40
10

d. Retardasi mental sangat berat


Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20
atau 25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan
Jika terdapat kecurigaan kuat adanya retardasi
mental.

(Solek, 2010)

Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental,


antara lain :

a. Kelompok retardasi mental genetik


Adalah keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan
yang disebabkan oleh :
1) Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang
disebut aborsi
2) Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut
mutasi
3) Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut
deformitas
4) Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein
pembentuk gen yang disebut translokasi

Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik seperti


berikut ini :

1) Sindrom down. Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar,


lipatan kelopak mata atas lebih dalam, lidah tebal dan menonjol
keluar mulut, jari tangan pendek, telapak tangan lebar dan
tebal.
2) Sindrom Turner. Ciri khasnya : leher pendek, badan pendek,
dahi sempit, alat kelamin tidak berkembang normal.
3) Klinerfer Sindrom. Cirinya: Bentuk luarnya lelaki, tetapi alat
kelaminnya tidak sempurna, buah dada membesar
11

4) Anof Talmus. Cirinya: tidak mempunyai bola mata, celah mata


kecil (mikro cephalis)
5) Kriptof Talmus. Cirinya: bibir sumbing, tanpa celah mata,
langit- langit bercelah, dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan
melekat satu sama lain
6) Tuberous Sklerosis. Cirinya: banyak terjadi pada laki- laki,
adanya tumor kelenjar minyak kulit (adeno masebasa), wajah
berwarna kuning.
7) Sindrom Stueger-Werbur Demitri. Cirinya: membesarnya bola
mata satu sisi, sehingga sukar ditutup, dahi banyak ditumbuhi
rambut juga disertai kelumpuhan separuh anggota tubuh yang
berlainan
b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa
radang dari otak, perdarahan otak terutama waktu melahirkan,
kurang cukupnya pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak
terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur, dan keracunan
Contoh anak yang mengalami retardasi mental kerusakan otak,
antara lain:
1) Anak Deteksio adalah anak prasekolah yang mengalami sukar
untuk berbicara atau seseorang yang mampu berpikir tetapi
tidak mampu menuliskannya atau menyampaikan dengan kata-
kata.
2) Sindrom Etrman, anak ini mengalami kesulitan dalam
membilang dan menulis namun lancar untuk berbicara.
3) Sindrom Gertsman, anak ini mengalami kesulitan dalam
mengenal benda melalui perabaan dan tidak mampu menulis
dan berhitung juga mampu membedakan kiri dan kanan.
4) Sindrom Diskontrol, anak ini mengalami kesulitan dalam
memberi dan menerima terhadap ransangan dari luar, ia tidak
tuli dan tidak buta, tetapi lambat sekali dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
12

c. Retardasi mental fungsional


Retardasimental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental
karena adanya gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam
cara mengasuh atau faktor budaya. Sebab-sebab yang
menimbulkan retardasi mental fungsional antara lain berikut ini:
1) Faktor hereditas
a) Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan
anak juga menjadi hiperaktif
b) Orang tua yang mudah tersinggung waktu masih kecil,
maka anak yang dilahirkan juga mudah tersinggung
c) Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan
tekanan mental
d) Ibu merokok
e) Benturan- benturan mental waktu anak masih berumur 0- 3
tahun, misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan
lain- lain.
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/
ciri- ciri kerusakan otak minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat
perkembangan mental anak- anak sehingga meraka mengalami
retardasi mental. Contoh:
a) Menyendiri
b) Agresif
c) Nakal
d) Hiperkinetik
e) Autisme

(Iswari dan Nurhastuti,

2010)
13

Klasifikasi retardasi mental menurut American Association of Mental


Retardation adalah:

a. Intermiten; Dukungan diperlukan secara periodik, atau pada jangka


pendek selama fase transisi atau krisis, jika diperlukan, dukungan tersebut
diberikan dalam intensitas tinggi atau rendah.

b. Terbatas: Dukungan intensitas rendah dalam waktu tertentu diperlukan


untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti pelatihan kerja atau transisi
sekolah.

c. Ekstensif: dukungan intensitas rendah yang kontinu dan teratur


diperlukan untuk mempertahankan fungsi yang adekuat di lingkungan
rumah atau kerja.

d. Pervasif: dukungan intensitas tinggi yang kontinu diperlukan untuk


keamanan dan kesejahteraan.

4. Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke
suatu sindrom penyakit tertentu.
Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:
a. Kelainan pada mata :
1) Katarak :
a) Sindrom Cockayne
b) Sindrom Lowe
c) Galactosemia
d) Sindrom Down
e) Kretin
f) Rubela prenatal
2) Bintik cherry- merah daerah macula
a) Mukolipidosis
b) Penyakit Niemann- pick
c) Penyakit Tay-sachs
14

3) Korioretinitis
a) Lues Kongenital
b) Penyakit stimegalo virus
c) Rubela prenatal
4) Kornea keruh
a) Lues kongenital
b) Sindrom hunter
c) Sindrom hurler
d) Sindrom Lowe
b. Kejang
1) Kejang umum tonik klonik
a) Defisiensi glikogen sinthease
b) Hiperlisinemia
c) Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease
I, III, IV dan VI
d) Phenyl ketonuria
e) Sindrom malabsorpsi methionine
2) Kejang masa neonatal
a) Arginosuccinic asiduria
b) Hiperammonemia I dan II
c) Laktik Asidosis
c. Kelainan Kulit
Bintik cafe-au-lait
1) Ataksia-telengiektasia
2) Sindrom bloom
3) Neurofibromatosis
4) Tuberous selerosis
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
a) Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
2) Rambut cepat memutih
a) Atrofi progresif serebral hemisfer
15

b) Ataksia telangiectasia
c) Sindrom malabsorpsi methionine
3) Rambut
halus
a) Hipotiroid
b) Malnutrisi
e. Kepala
1) Mikrosefali
2) Makrosefali
a) Hidrosefalus
b) Mucopolisakaridase
c) Efusi subdural
f. Perawakan pendek
1) Kretin
2) Sindrom prader- wili
g. Distonia
1) Sindrom Hallervorden- spaz

Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe dan umur :

a. Retardasi mental ringan


1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Cara berjalan, makan sendiri, dan berbicara lebih lambat
dibandingkan anak normal.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mampu mempelajari keterampilan, membaca serta mempelajari
aritmatika sampai ke tingkat kelas tiga-kelas enam dengan
pendidikan khusus, dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial
sampai usia mental 8- 12 tahun normal.
b. Retardasi mental sedang
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Keterlambatan dapat dilihat pada perkembangan motorik, yaitu
cara berbicara dan berespon tehadap pelatihan dalam berbagai
aktivitas menolong diri.
16

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan


Mampu mempelajari komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan
dan keamanan tingkat dasar serta keterampilan manual sederhana,
tidak mengalami perkembangan dalam membaca atau aritmatika
secara fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental
normal.
c. Retardasi mental berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan
Keterampilan komunikasi kurang atau tidak ada, mampu berespon
terhadap pelatihan mengenai perawatan dasar diri sendiri, misalnya
makan sendiri
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Mempunyai sedikit pemahaman terhadap percakapan dan sedikit
merespon, mampu mengambil manfaat dari latihan kebiasaan yang
sistematik, usia mental mencapai usia mental toddler normal.
d. Retardasi mental sangat berat
1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan
perkembangan Membutuhkan perawatan total.
2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan
Keterlambatan pada semua area perkembangan, menunjukkan
respon emosional dasar, mampi berespon terhadap latihan
keterampilan dalam menggunakan lengan, tangan, dan rahang,
membutuhkan supervise ketat, usia mental mecapai usia mental
bayi muda normal.

(Wong, D, dkk, 2009)

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi


mental berdasarkan umur antara lain:

1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ


mayor
2. Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan,
gangguan penglihatan atau pendengaran
17

3. Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar


4. Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara
5. Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah
perilaku termasuk kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan
moptorik halus, menggunting, mewarnai, menggambar
6. School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah
perilaku (perhatian, kecemasan, nakal )

5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan
retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
1) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
2) Ananmnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
3) Terdapat beberapa kelainan kongenital
4) Genitalia abnormal
b. Elektro Ensefalogram (EEG)
1) Gejala kejang yang dicurigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
1) Pembesaran kepala yang progresif
2) Tuberous sclerosis
3) Dicurigai kelainan yang luas
4) Kejang lokal
5) Dicurigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi kongenital
1) Kelainan pendengaran tipe sensorineural.
2) Neonatal hepatosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
18

6) Kalsifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat ( uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang mioklonik
3) Kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Ophtalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Ophtalmoplegia
6) Kista pada ginjal
h. Serum seng (Zn)
1) Acrodermatitis
i. Logam berat dalam darah
1) Anamnesis adanya pika
2) Anemia
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin Kayser-Fleischer
k. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
19

2) Gagal tumbuh
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
l. Plasma ammonia
1) Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
1) Kehilangan fungsi motoric dan kognitif
2) Atrofi N. Optikus
3) Degenerasi retina
4) Seberal ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepatosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
n. Urin mukopolisakarida
1) Kiposis
2) Anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepatosplenomegali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada
sendi
o. Urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
p. Urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus
20

q. Urin asam vanililmandelik


1) Muntah- muntah
2) Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi

autonomic (Behrman dan Kliegman,

2010)

6. Patofisiologi

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab pranatal,


perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan kromosom
(trisomi 21 [sindrom down], sindrom Fragile-X), gangguan sindrom
(distrofi otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe-1] , dan gangguan
metabolisme bawaan (fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat
berhubungan dengan masalah intrauterus seperti abrupsio plasenta,
diabetes maternal, dan kelahiran prematur serta masalah neonatal termasuk
meningitis dan perdarahan intrakranial. Penyebab pascanatal mencakup
kondisi- kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan
degeneratif dan demielinisasi. Sindrom Fragile X, sindrom down, dan
sindrom alkohol janin terjadi pada sepertiga dari kasus retardasi mental.
Munculnya masalah-masalah terkait, seperti paralisis serebral, defisit
sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan retardasi
mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada akhirnya
ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara
mandiri dalam komunitas (yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan
sosial) (Betz dan Sowden, 2009).
21

7. WOC
Faktor Pranatal Faktor Perinatal Faktor Pascanatal

Infeksi Abrupsio plasenta Trauma


Kelainan kromosom Diabetes maternal Infeksi
Kelainan genetik dan kelainan metabolik
Kelahiran
yangprematur
diturunkan Keracunan
Keracunan Lingkungan
Gizi Metabolik

Kerusakan pada fungsi otak

Hemisfer kanan Hemisfer kiri

Keterlambatan perkembangan motorik kasar


Keterlambatan perkembangan motorik halus perkembangan
Keterlambatan bahasa
Keterlambatan perkembangan
Keterlambatansosial
perkembangan kognitif

Tidak mampu mandi/ mengenakan Apraksia(tidak


pakaian/ makan/ ke
Sulit berkonsentrasi toilet/ berhiasmampu melakukan gerakan
secara mandiri yang telah dipelajari)
Menunjukkan perilaku tidak sesuai anju
Minat melakukan perawatan diri kurang
Bingung Disleksia (gangguan membaca) Bergantung pada orang lain
Sulit menyusun kalimatKontak mata kurang
Gelisah Sulit
Perilaku tidak sesuai usia
Perilaku berlebihan Sulit memahami komunikasi
Kurang responsif atau tertarik pada orang lain
Perilaku tidak Konsisten mengungkapkan kata- kata Tidak mampu mempelajari keterampilan
Anak Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas usia Tidak mampu melakukan kemampuan y

Defisit Perawatan Diri

Anak
Ganggu Keluarga
an
Tumbu Gangguan komunikasi verbal
h 1.Ansietas 2.Kurang pengetahuan 3.Koping keluarga tak efektif
Kemba

Gangguan interaksi sosial


Isolasi sosial

1. Ketidakberdayaa
(Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009, SDKI,
n 2016 )

2. Risiko cidera
22

8. Komplikasi
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan

(Betz dan Sowden, 2009).

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional
dan sangat individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga
memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,
imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya (Soetjiningsih,
2012)
a. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal
mungkin Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus,
yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

Berikut ini adalah obat- obatan yang dapat digunakan:

1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] ,


haloperidol [Haldol] untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
23

2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda defisit


perhatian/ hiperaktivitas( misalnya: metilfenidat [Ritalin])
3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])
4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])
b. Terapi Bermain
Anak yang mengalami kerusakan kognitif mempunyai kebutuhan yang
sama terhadap rekreasi dan olahraga seperti anak lainnya. Namun,
karena perkembangan anak yang lebih lambat, orang tua kurang
menyadari kebutuhan untuk memenuhi aktivitas tersebut. Dengan
demikian, perawat mengarahkan orang tua untuk memilih permainan
dan aktivitas olahraga yang sesuai.
Jenis permainan didasarkan pada usia perkembangan anak, walaupun
kebutuhan terhadap permainan sensorimotorik dapat diperpanjang
sampai beberapa tahun. Orang tua harus menggunakan setiap
kesempatan untuk memperkenalkan anak kepada banyak suara,
pandangan, dan sensasi yang berbeda. Permainan yang sesuai meliputi
suara musik yang bergerak, mainan yang diisi, bermain air,
menghanyutkan mainan, kursi atau kuda yang dapat bergoyang,
bermain ayunan, bermain lonceng, dan bermain mobil-mobilan. Anak
harus dibawa bermain keluar, misalnya jalan-jalan ke toko makanan
atau pusat pembelanjaan; orang lain harus diberi semangat umtuk
berkunjung kerumah; dan anak seharusnya berhubungan langsung,
misalnya mendekap, memeluk, mengayun, berbicara kepada
anakdalam posisi menatap wajah (wajah-ke-wajah), dan menaikkan
anak diatas bahu orangtua.
Mainan dipilih berdasarkan manfaat rekreasi dan edukasionalnya.
Sebagai contoh, sebuah bola pantai besar yang dapat dikempeskan
merupakan mainan air yang baik;yang mendorong permainan interaktif
dan dapat digunakan untuk mempelajari keterampilan motoric,
misalnya keseimbangan, mengayun, menendan, dan melempar.
Boneka dengan pakaian yang dapat diganti dan jenis kancing yang
berbeda dapat membantu anak mempelajari keterampilan berpakaian.
24

Mainan musical yang dapat meniru suara hewan atau merespon dengan
frase sosial merupakan cara yang sempurna untuk mendorong bicara.
Mainan harus dirancang secara sederhana sehingga anak dapat belajar
memainkan mainan tersebut tanpa bantuan. Bagi anak yang mengalami
gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt digunakan
untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas
yang sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran tubuh,
koordinasi, kesegaran jasmani dan maturitas, motivasi, dan kesehatan
anak (Wong, 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat
menggunakan indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian
tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang

tidak sesuai dengan standar pencapaian tumbuh kembang.

c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan


tahapan perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan
adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif,
gangguan belajar dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan
diri atau kontrol diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis


dimensi kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan.
Pengkajian terdiri dari atas evaluasi komprehensif mengenai defisit dan
kekuatan yang berhubungan dengan keterampilan adaptif: komunikasi,
25

perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber- sumber di komunitas,


pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan
bekerja. Pengkajian mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural
dan bahasa, perhatian, dan kesukaan anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan berat
badan yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi infeksi
saat ini, status masalah- msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid,
perawatan gigi, ketajaman pendengaran dan penglihatan, masalah-
masalah nutrisi dan makan, dan masalah ortopedik. Pengkajian fisik juga
meliputi pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan dengan diagnosis
spesifik, seperti memantau hipotiroidisme dan depresi pada orang yang
mengalami sindrom down.
Pengkajian Anak
a. Identitas
Nama : Identitas
Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.
b. Jenis kelamin
c. Anak ke
Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak
kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain teralu
dekat
d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu
26

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh


kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka
orangtua dapat menerima informasi tentang kesehatan anaknya
3) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai, dapat menunjang tumbuh
kembang anak karena orangtua dapat menyediakan segala kebutuhan
anak.
4) Alamat
Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu, oangtua
sebaiknya mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka kepada
anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat
kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat
hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)
Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau
tidaknya gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang
hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.
h. Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem
yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,
ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa
antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan,
merupakan masa awal dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya
tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen.
27

i. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
j. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi
berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga
dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan
sosial, juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh
kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah
dan mencari penyebabnya
k. Riwayat Imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit-
penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan kematian.
Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat imunisasi
lengkap.
l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia 2,5-
3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih
dulu berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training
(latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran
pemberian makanan)
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,
28

kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam


tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri. Upaya ini
dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu,
potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
adalah sebagai berikut:
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Kesiapan peningkatan koping keluarga
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan
7. Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
8. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial
10. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual
29

3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
Kaperawatan
1. Defisit a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan diri:
perawatan kebersihan Kebersihan
diri Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan 1. Pertimbangkan budaya
Definisi diharapkan perawatan anak saat mempromosikan
Ketiadaan atau diri: kebersihan secara aktivitas perawatan diri
kurangnya mandiri, dengan kriteria 2. Pertimbangkan usia anak
informasi hasil: saat mempromosikan
kognitif yang aktivitas perawatan diri
berkaitan 1. Mencuci tangan (5) 3. Tentukan jumlah dan tipe
dengan topik 2. Mempertahankan terkait dengan bantuan
tertentu kebersihan mulut (5) yang diperlukan
3. Memperhatikan kuku 4. Fasilitasi anak untuk
Gejala dan jari tangan (5) menggosok gigi dengan
Tanda Mayor 4. Memperhatikan kuku tepat
Objektif kaki (5) 5. Monitor kebersihan kuku,
1. Tidak 5. Mempertahankan sesuai dengan kemampuan
mampu mandi/ penampilan yang merawat diri anak
mengenakan rapi (5) 6. Monitor integritas kulit
pakaian/ 6. Mempertahankan anak
makan/ ke kebersihan tubuh (5) 8. Jaga ritual kebersihan
toilet/ berhias 7. Dukung orangtua/
secara mandiri Keterangan: keluarga berpartisipasi
2. Minat (5) : Tidak terganggu dalam ritual menjelang
melakukan tidur yang biasa dilakukan
perawatan diri c. Perawatan diri: dengan tepat
kurang makan 8. Berikan bantuan sampai
Setelah dilakukan anak benar- benar mampu
tindakan keperawatan merawat diri secara
diharapkan perawatan mandiri
diri:makan secara b. Bantuan perawatan diri:
mandiri, dengan kriteria pemberian makan
hasil: Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak dalam
1. Menggunakan alat posisi makan yang
makan (5) nyaman
2. Menaruh makanan 2. Dukung anak untuk makan
pada alat makan (5) di ruang makan
3. Menaruh makanan di 3. Berikan alat - alat yang
mulut (5) bisa memfasilitasi anak
4. Menghabiskan untuk makan sendiri
makanan (5) 4. Gunakan cangkir dengan
pegangan yang besar, jika
30

Keterangan: diperlukan
(5) : Tidak terganggu 5. Gunakan alat makan dan
gelas yang tidak mudah
pecah dan tidak berat,
sesuai kebutuhan
6. Berikan penanda sesering
mungkin dengan
pengawasan ketat, dengan
tepat.

2. Gangguan a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif


tumbuh anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
kembang Pertengahan 1. Bina hubungan saling
berhubungan Setelah dilakukan percaya
dengan efek tindakan keperawatan 2. Instruksikan klien
ketidakmamp diharapkan mengenal perilaku dan
uan fisik perkembangan anak: perkembangan dengan
usia anak pertengahan cara yang tepat
Definisi adekuat, dengan kriteria 3. Bantu klien memutuskan
Kondisi hasil: bagaimana masalah
individu 1. Bermain berkelompok dipecahkan
mengalami (4-5) 4. Bantu klien beradaptasi
gangguan 2. Mengembangkan dengan adanya perubahan
kemampuan persahabatan (4-5) peran
bertumbuh dan 3. Menunjukkan 5. Jadwalkan kunjungan
berkembang kreatifitas (4-5) terkait dengan
sesuai dengan 4. Menunjukkan perkembangan situasi dan
kelompok usia kemampuan pada strategi yang tepat
tingkat mampu 6. Jadwalkan peninjauan
Gejala dan di sekolah (4-5) kembali untuk
Tanda Mayor mengevaluasi keberhasilan
Objektif Keterangan: atau kebutuhan penguatan
1.Tidak (4) : Sering 7. Libatkan keluarga maupun
mampu menunjukkan orang orang terdekat klien
melakukan (5) : Secara Konsisten jika memungkinkan
keterampilan menunjukkan b. Manajemen perilaku
atau perilaku 1. Komunikasikan harapan
khas sesuai b. Perawatan diri: bahwa anak dapat tetap
usia Aktivitas Sehari- mengontrol perilakunya
2.Pertumbuhan hari 2. Konsultasikan dengan
fisik terganggu Setelah dilakukan keluarga dalam rangka
Gejala dan tindakan keperawatan mendapatkan informasi
Tanda Minor diharapkan perawatan mengenai kondisi kognisi
Objektif diri: aktivitas sehari- dasar anak
1.Tidak hari secara mandiri, 3. Atur batasan bersama anak
mampu dengan kriteria hasil: 4. Tahan diri dari mendebat
melakukan atau melakukan tawar
perawatan diri 1. Makan (5) menawar pada anak untuk
31

sesuai usia 2. Memakai baju (5) menetapkan batasan


2.Afek datar 3. Ke toilet (5) perilaku
3.Respon 4. Mandi (5) 5. Gunakan suara bicara
sosial lambat 5. Berpakaian (5) yang lembut dan rendah
4.Kontak mata 6. Kebersihan (5) 6. Jangan memojokkan anak
terbatas 7. Kebersihan mulut (5) 7. Hindari mendebat anak
5.Nafsu makan 8. Acuhkan perilaku yang
menurun Keterangan: tidak tepat
6.Lesu (5) : Tidak terganggu 9. Berikan penghargaan
apabila anak dapat
mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak mengidentifikasi
masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5. Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku
dalam rangka mencapai
keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran
dalam setiap langkah
berperilaku
8. Sediakan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan
32

d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan caregiver
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Mengakui tingkat
ketergantungan anak
terhadap caregiver, sesuai
dengan kebutuhan
3. Membuat pernyataan
positif pada caregiver
terhadap upaya yang telah
dilakukan
4. Menyediakan dukungan
untuk pengambilan
keputusan caregiver
5. Monitor interaksi keluarga
dalam permasalahan
berkaitan dengan anak
6. Menyediakan informasi
mengenai anak sesuai
dengan apa yang menjadi
keinginan anak
7. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
8. Diskusikan mengenai
keterbatasan yang dimilki
caregiver kepada anak
9. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e. Peningkatan
perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling
percaya dengan anak
2. Lakukan interaksi personal
dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
5. Ajarkan orang tua
33

mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
11. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12. Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
13. Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi
14. Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15. Bantu anak untuk belajar
mandiri
16. Sediakan kesempatan
bermain puzzle
17. Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan pembelajaran
dengan mendukung anak
34

menebak apa yang akan


terjadi dan berikan
kesempatan anak untuk
memberikan pilihan yang
memungkinkan, dan
sebagainya
19. Berikan kesempatan dan
mendukung aktivitas
motorik
20. Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan
masalah yang tepat sesuai
dengan tingkat
perkembangan anak dan
fungsi kognitif
2. Bantu anak untuk
mengidentifikasi masalah
atau situasi yang
membutuhkan tindakan
yang menguras pikiran
3. Ajari anak untuk
melakukan tindakan
“berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara
impulsif
4. Bantu anak
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan
6. Bantu anak untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan yang
sudah dilakukan
7. Beri dukungan positif
terhadap usaha yang
berhasil
8. Bantu anak untuk
mengevaluasi bagaimana
hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda
35

g. Pendidikan orangtua:
Keluarga yang
membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara
perilaku orang tua dan
tujuan yang sesuai dengan
usia anak
2. Rancang program
pendidikan yang
didadasarkan pada
kekuatan keluarga
3. Libatkan orang tua dalam
desain dan isi yang ada
dalam program pendidikan
4. Identifikasi factor-faktor
personal yang berdampak
pada keberhasilan
program pendidikan
(misalnya, nilai-nilai
budaya pengalaman
negatif dengan penyedia
layanan sosial, hambatn
bahasa, komitmen waktu,
masalah penjadwalan,
perjalanan dan kurangnya
minat)
5. Identifikasi adanya pemicu
stress keluarga (misalnya,
depresi orangtua,
kecanduan narkoba,
alkohol, kesadaran/
kecakapan berbahasa,
tingkat pendidikan yang
rendah, kekerasan dalam
rumah tangga, konflik
perkawinan, percampuran
keluarga setelah
perceraian, dan hukuman
yang berlebihan pada
anak-anak)
6. Identifikasi tugas
perkembangan atau tujuan
yang sesuai untuk anak
7. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh sebagian
besar kelompok usia
8. Fasilitasi diskusi orangtua
36

terkait metode disiplin


yang ada, seleksi, dan
hasil yang diperoleh
9. Ajarkan orangtua
mengenai fisiologis,
emosional, dan
karakteristik perilaku
normal anak
10. Berikan sumber
informasi online, buku,
dan literatur yang
dirancang untuk
mengajarkan orangtua
mengenai pengasuhan
anak
11. Berikan orangtua bahan
bacaan dan materi lainnya
yang akan membantu
dalam melakukan peran
pengasuhan
12. Anjurkan orangtua
pentingnya diet seimbang,
makan tiga kali sehari, dan
makanan ringan bergizi
13. Tinjau masalah
keamanan dengan
orangtua
14. Diskusikan cara yang
dapat digunakan orangtua
untuk membantu anak
dalam mengelola
kemarahan
15. Bantu orangtua
mengidentifikasi kriteria
evaluasi untuk rawatan
sehari hari dan pengaturan
sekolah
16. Identifikasi dan
mengajarkan orangtua
mengenai cara
menggunakan berbagai
strategi dalam mengelola
perilaku anak
17. Motivasi orangtua untuk
mencoba strategi berbeda
dalam mengasuh anak
18. Gunakan teknik bermain
peran akan teknik
37

pengasuhan dan
keterampilan komunikasi
3 Ansietas a.Tingkat kecemasan: a. Bimbingan antisipatif
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan keperawatan 1. Bina hubungan saling
ancaman diharapkan tingkat percaya
terhadap kecemasan berkurang, 2. Instruksikan klien
konsep diri dengan kriteria hasil: mengenal perilaku dan
1. Mengeluarkan rasa perkembangan dengan
Defenisi: marah secara cara yang tepat
Kondisi emosi berlebihan (4) 3. Bantu klien memutuskan
dan 2. Rasa takut bagaimana masalah
pengalaman disampaikan secara dipecahkan
subyektif lisan (4) 4. Bantu klien beradaptasi
individu 3. Rasa cemas yang dengan adanya perubahan
terhadap objek disampaikan secara peran
yang tidak lisan (4) 5. Jadwalkan kunjungan
jelas dan terkait dengan
spesifik akibat Keterangan: perkembangan situasi dan
antisipasi (3) : Sedang strategi yang tepat
bahaya yang (4) : Ringan 6. Jadwalkan peninjauan
memungkinka kembali untuk
n individu b. Tingkat kecemasan mengevaluasi keberhasilan
melakukan sosial : atau kebutuhan penguatan
tindakan untuk Setelah dilakukan 7. Libatkan keluarga maupun
menghadapi tindakan keperawatan orang orang terdekat klien
ancaman diharapkan tingkat jika memungkinkan
kecemasan sosial
Batasan berkurang, dengan b. Konseling
karakteristik kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
: 1. Persepsi diri yang 1. Bangun hubungan
1)Merasa negatif pada terapeutik yang didasarkan
bingung keterampilan sosial pada [rasa] saling percaya
2)Merasa (4) dan saling menghormati
khawatir 2. Persepsi diri yang 2. Tunjukkan empati,
dengan akibat negatif terhadap kehangatan, dan ketulusan
dari kondisi penerimaan oleh 3. Tetapkan lama hubungan
yang dihadapi orang lain (4) konseling
3)Sulit 3. Takut berinteraksi 4. Tetapkan tujuan-tujuan
berkonsentrasi dengan orang yang 5. Gunakan teknik refleksi
4)Gelisah lebih unggul (5) dan klarifikasi untuk
5)Sulit tidur 4. Memperhatikan memfasilitasi ekspresi
6)Merasa tidak tentang penilaian yang menjadi perhatian
berdaya orang lain setelah 6. Minta anak untuk
7)Kontak mata pertemuan sosial (5) mengidentifikasi apa yang
buruk mereka bisa/tidak bisa
Keterangan: lakukan terkait dengan
(4): Ringan peristiwa yang terjadi
38

(5): Tidak ada 7. Tentukan bagaimana


c. Koping : perilaku keluarga
Setelah dilakukan mempengaruhi anak
tindakan keperawatan 8. Gunakan alat pengkajian
diharapkan manajemen (misalnya, kertas dan
koping meningkat, pensil, audiotape,
dengan kriteria hasil: videotape, latihan
1. Menyatakan perasaan interaksi dengan orang
akan kontrol diri (4) lain) untuk membantu
2. Menyatakan meningkatkan kesadaaran
penerimaan terhadap diri anak dan pengetahuan
situasi (4) konselor terhadap situasi,
3. Menyatakan butuh dengan cara yang tepat
bantuan (4) 9. Dukung pengembangan
keterampilan baru, dengan
Keterangan : tepat
(4) : Sering 10. Dukung penggantian
menunjukkan kebiasaan yang tidak
diinginkan dengan
d. Adaptasi terhadap kebiasaan yang diinginkan
Disabilitas fisik : c. Peningkatan Koping
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan 1. Dukung hubungan [anak]
diharapkan kemampuan dengan orang yang
beradaptasi terhadap memiliki ketertarikan dan
disabilitas fisik tujuan yang sama
meningkat, dengan 2. Bantu anak untuk
kriteria hasil: menyelesaikan masalah
1. Menyatakan secara dengan cara yang
lisan kemampuan kontruktif
untuk menyesuaikan 3. Berikan penilaian
terhadap disabilitas [kemampuan] penyesuaian
(4) anak terhadap perubahan-
2. Menyampaikan secara perubahan dalam citra
lisan penyesuaian tubuh, sesuai dengan
terhadap disabilitas indikasi
(4) 4. Berikan penilaian
3. Beradaptasi terhadap mengenai dampak dari
keterbatasan secara situasi kehidupan anak
fungsional (4) terhadap peran dan
4. Mengidentifikasi hubungan [yang ada]
rencana untuk 5. Dukung anak untuk
memenuhi aktivitas mengidentifikasikan
hidup harian (4) deskripsi yang realistis
terhadap adanya
Keterangan: perubahan dalam peran
(4) Sering dilakukan 6. Berikan penilaian
mengenai pemahaman
39

anak terhadap proses


penyakit
7. Berikan penilaian dan
diskusikan respon
alternatif terhadap situasi
[yang ada]
8. Gunakan pendekatan yang
tenang dan memberikan
jaminan
9. Berikan suasana
penerimaan
10. Sediakan informasi
aktual mengenai
diagnosis, penanganan,
dan prognosis
11. Sediakan anak pilihan-
pilihan yang realistis
mengenai aspek perawatan
12. Dukung sikap [anak]
terkait dengan harapan
yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
13. Evaluasi kemampuan
anak dalam membuat
keputusan
14. Cari jalan untuk
memahami perspektif
anak terhadap situasi yang
penuh stress
15. Tidak mendukung
pembuatan keputusan saat
anak berada pada situasi
stress yang berat
16. Dukung kemampuan
mengatasi situasi secara
berangsur- angsur
17. Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu
hubungan
18. Dukung aktivitas-
aktivitas sosial dan
komunitas [agar bisa
dilakukan]
19. Dukung [kemampuan
dalam] penerimaan
terhadap keterbatasan
orang lain
40

20. Kenali latar belakang


budaya/spiritual anak
21. Dukung penggunaan
sumber-sumber spiritual,
jika diinginkan
22. Eksplorasi pencapaian
anak sebelumnya
23. Eksplorasi alasan anak
mengkritik diri
24. Konfrontasi terhadap
perasaan ambivalen anak
(kemarahan atau ditekan)
25. Tumbuhkan cara
penyaluran kemarahan dan
permusuhan yang
kontruktif
26. Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
27. Dukung identifikasi nilai
hidup yang spesifik
28. Eksplorasi bersama anak
mengenai metode
sebelumnya pada saat
menghadapi maslaah
kehidupan
29. Mengenalkan anak pada
seseorang (atau kelompok)
yang telah berhasil
melewati pengalaman
yang sama
30. Dukung penggunaan
mekanisme defensif yang
tepat
31. Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi dan
rasa takut
4 Kesiapan a. Koping keluarga a. Bimbingan antisipatif
peningkatan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
koping tindakan keperawatan 1. Bina hubungan saling
keluarga diharapkan manajemen percaya
koping keluarga 2. Instruksikan klien
Defenisi : meningkat, dengan mengenal perilaku dan
Pola adaptasi kriteria hasil: perkembangan dengan
anggota 1. Menetapkan cara yang tepat
keluarga fleksibelitas peran (4) 3. Bantu klien memutuskan
dalam 2. Menghadapi masalah bagaimana masalah
mengatasi keluarga (4) dipecahkan
41

situasi yang 3. Mengelola masalah 4. Bantu klien beradaptasi


dialami klien keluarga (4) dengan adanya perubahan
secara efektif 4. Melibatkan anggota peran
dan keluarga dalam 5. Jadwalkan kunjungan
menunjukkan pengambilan terkait dengan
keinginan serta keputusan (4) perkembangan situasi dan
kesiapan untuk 5. Mengungkapkan strategi yang tepat
meningkatkan perasaan dan emosi 6. Jadwalkan peninjauan
kesehatan secara terbuka kembali untuk
keluarga dan diantara anggota mengevaluasi
klien. keluarga (4) keberhasilan atau
6. Menggunakan strategi kebutuhan penguatan
Gejala dan untuk mengelola 7. Libatkan keluarga maupun
Tanda konflik keluarga (4) orang orang terdekat klien
Mayor: 7. Menggunakan strategi jika memungkinkan
Subjektif pengurangan stress b. Peningkatan Koping
1.Anggota yang berpusat pada Tindakan keperawatan:
keluarga keluarga (4) 1. Dukung hubungan [anak]
menetapkan dengan orang yang
tujuan untuk Keterangan: memiliki ketertarikan dan
meningkatkan (4) Sering menunjukkan tujuan yang sama
gaya hidup 2. Bantu anak untuk
sehat b. Fungsi keluarga menyelesaikan masalah
2.Anggota Setelah dilakukan dengan cara yang
keluarga tindakan keperawatan kontruktif
menetapkan diharapkan keluarga 3. Berikan penilaian
sasaran untuk menunjukkan fungsi [kemampuan]
meningkatkan keluarga, dengan kriteria penyesuaiann anak
kesehatan hasil: terhadap perubahan-
Gejala dan 1. Merawat anggota perubahan dalam citra
Tanda Minor keluarga yang tubuh, sesuai dengan
: memiliki indikasi
Subjektif ketergantungan (4-5) 4. Berikan penilaian
1.Anggota 2. Mengatur perilaku mengenai dampak dari
keluarga anggota keluarga (4- situasi kehidupan anak
mengidentifika 5) terhadap peran dan
si pengalaman 3. Beradaptasi terhdap hubungan [yang ada]
yang adanya perkembangan 5. Dukung anak untuk
mengoptimalk transisi (4-5) mengidentifikasikan
an 4. Menerima deskripsi yang realistic
kesejahteraan keanekaragaman terhadap adanya
2.Anggota diantara anggota perubahan dalam peran
keluarga keluarga (4-5) 6. Berikan penilaian
berupaya 5. Anggota keluarga mengenai pemahaman
menjelaskan bisa saling anak terhadap proses
dampak krisis mendukung (4-5) penyakit
terhadap 7. Berikan penilaian dan
perkembangan Keterangan: diskusikan respon
42

3.Anggota (4) : Sering alternative terhadap situasi


keluarga menunjukkan [yang ada]
mengungkapka (5) : Secara konsisten 8. Gunakan pendekatan yang
n minat5 menunjukkan tenang dan memberikan
dalam c. Pengetahuan jaminan
membuat pengasuhan 9. Berikan suasana
kontak dengan Setelah dilakukan penerimaan
orang lain tindakan keperawatan 10. Sediakan informasi
yang diharapkan dapat aktual mengenai
mengalami memahami pengetahuan diagnosis, penanganan,dan
situasi yang pengasuhan, dengan prognosis
sama kriteria hasil: 11. Sediakan anak pilihan-
pilihan yang realistis
Kondisi 1. Pertumbuhan dan mengenai aspek
Klinis Terkait perkembangan yang perawatan
1.Kelainan normal (3-5) 12. Dukung sikap [anak]
genetic 2. Perilaku anak yang terkait dengan harapan
2.Cedera normal (3-5) yang realistis sebagai
Traumatik 3. Kebutuhan keamanan upaya untuk mengatasi
3.Kondisi (3-5) perasaan ketidakberdayaan
Kronis 4. Pencegahan cedera 13. Evaluasi kemampuan
(3-5) anak dalam membuat
5. Kebutuhan perawatan keputusan
fisik (3-5) 14. Cari jalan untuk.
6. Kebutuhan psikologi memahami perspektif
(3-5) anak terhadap situasi yang
7. Kebutuhan emosi (3- penuh. stress
5) 15. Tidak mendukung
8. Kebutuhan stimulasi pembuatan keputusan aat
(3-5) anak berada pada stress
9. Kebutuhan untuk yang berat
bersosialisasi (3-5) 16. Dukung kemampuan
10. Kebutuhan spiritual .mengatasi situasi secara
(3-5) berangsur-angsur
11. Kebutuhan 17. Dukung kesabaran dalam
bimbingan moral (3- mengembangkan suatu
5) hubungan
12. Pengelolaan 18. Dukung aktivitas-
kesehatan umum (3- aktivitas sosial .dan
5) komunitas [agar bisa
13. Metode disiplin dilakukan]
yang sesuai untuk 19. Dukung [kemampuan
usia perkembangan dalam] penerimaan
(3-5) terhadap keterbatasan
14. Strategi orang lain
komunikasi yang 20. Kenali latar belakang
efektif (3-5) budaya/spiritual anak
21. Dukung penggunaan
Keterangan:
43

(3) : sumber-sumber spiritual,


Pengetahua jika diinginkan
n sedang 22. Eksplorasi pencapaian
(4) : anak sebelumnya
Pengetahua 23. Eksplorasi alsan anak
n banyak mengkritik diri
(5) : Pengetahuan sangat 24. Konfrontasi terhadap
banyak perasaan ambivalen nak
(kemarahan atau ditekan)
25. Tumbuhkan cara
penyaluran lemarahan dan
permusuhan yang
kontruktif
26. Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
27. Dukung identifikasi nilai
hidup yang spesifik
28. Eksplorasi bersama anak
mengenai metode
sebelumnya pada saat
menghadapi masalah
kehidupan
29. Mengenalkan anak pada
seseorang (atau
Kelompok) yang
telahBerhasil melewati
pengalaman yang sama
30. Dukung penggunaan
mekanisme deensif yang
tepat
31. Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi dan
rasa takut
c. Peningkatan
Keterlibatan Keluarga
Tindakan keperawatan:
1. Bangun hubungan pribadi
dengan pasiern dan
anggota keluarga yang
akan terlibat dalam
perawatan
2. Identifikasi kemampuan
anggota keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
anak
3. Ciptakan budaya.
fleksibilitas untuk
44

.keluarga
4. Tentukan sumber daya
fisik, emosional ,dan
edukasi dari pemberi
perawatan utama
5. Identifikasi defisit
perawatan diri anak
6. Identifikasi preferensi
anggota keluarga untuk
keterlibatan dengan anak
7. Identifikasi harapan
nggota keluarga untuk
8. Antisipasi dan identifikasi
kebutuhan keluarga
9. Dorong anggota keluarga
dan anak untuk membantu
dalam mengembangkan
rencana perawatan,
termasuk hasil yang
diharapkan dan
pelaksanaan rencana
perawatan
10. Dorong anggota keluarga
dan anak untuk
bersikap asertif dalam
berinteraksi dengan
pemberi layanan
kesehatan professional
11. Monitor struktur dan
keluarga
12. Monitor keterlibatan
anggota keluarga dalam
perawatan anak
13. Berikan informasi
penting kepada anggota
keluarga mengenai anak
sesuai dengan keinginan
anak .
14. Fasilitasi pemahaman
mengenai aspek medis
dari kondisi anak pada
anggota keluarga
15. Berikan dukungan yang
diperlukanbagi kerluarga
untuk membuat keputusan
16. Identifikasi persepsi
anggota keluarga
mengenai situasi,.
45

peristiwa yang tidak


diinginkan, perasaan dan
perilaku anak
17. Identifikasi stressor
situasional lainnya untuk
anggota keluarga
18. Identifikasi gejala fisik
individu anggota yang
terkait dengan stress
(misalnya, kesedihan,
mual, muntah, mudah
terganggu)
19. Tentukan tingkat
ketergantungan anak pada
anggota keluarga, yang
sesuai untuk usia atau
penyakit
20. Dorong untuk fokus pada
setiap aspek positif dari
situasi anak
21. Identifikasi dan hormati
mekanisme koping yang
digunakan oleh anggota
keluarga
22. Identifikasi kesulitan
koping anak dengan
anggota keluarga
23. Identifikasi kekuatan dan
kemampuan anak dengan
anggota keluarga
24. Informasikan faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan kondisi
anak pada anggota
keluarga
25. Dorong anggota keluarga
untuk menjaga atau
mempertahankan
hubungan keluarga yang
sesuai
26. Diskusikan pilihan jenis
perawatan di rumah,
seperti tinggal
berkelompok, perawatan
di rumah, atau respite
care, yang sesuai
d. Dukungan Kelurga
Tindakan keperawatan:
46

1. Nilailah reaksi emosi


keluarga terhadap kondisi
anak
2. Pertimbangkan beban
psikologis dari prognosi
terhadap keluarga
3. Dukung harapan yang
realistis
4. Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari keluarga
5. Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
keluarga
6. Identifikasi sifat dukungan
spiritual bagi keluarga
7. Identifikasi kesepakatan
terkait harapan antara
anak, keluarga dan tenaga
kesehatan
8. Kurangi perbedaan
harapan antara anak,
keluarga dan tenaga
kesehatan melalaui
keterampilan komunikasi
9. Bantu anggota keluarga
dalam mengidentifikasi
dan memecahkan konflik
nilai-nilai [keluarga]
10. Hargai dan dukung
mekanisme koping yang
digunakan keluarga
11. Berikan sumber spiritual
untuk keluarga, sesuai
kebutuhan
12. Libatkan anggota
keluarga dan anak dalam
membuat keputusan
terkait perawatan, jika
memungkinkan
13. Bantu kelurga untuk
mendapatakan
pengetahuan, keterampilan
dan alat yang diperlukan
untuk Mendukung
keputusan mereka
terhadap perawatan anak
47

5 Defisit a. Pengetahuan a. Pendidikan orangtua:


pengetahuan pengasuhan Keluarga yang
berhubungan Setelah dilakukan membesarkan anak
dengan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
gangguan diharapkan dapat 1. Pahami hubungan antara
fungsi memahami pengetahuan perilaku orang tua dan
kognitif pengasuhan, dengan tujuan yang sesuai dengan
kriteria hasil: usia anak
Defenisi 1. Pertumbuhan dan 2. Rancang program
Ketiadaan atau perkembangan yang pendidikan yang
kurangnya normal (3-5)
didadasarkan pada
informasi 2. Perilaku anak yang
kekuatan keluarga
kognitif yang normal (3-5)
berkaitan 3. Kebutuhan keamanan 3. Libatkan orang tua dalam
dengan topic (3-5) desain dan isi yang ada
tertentu. 4. Pencegahan cedera dalam program pendidikan
(3-5) 4. Identifikasi factor-faktor
Gejala dan 5. Kebutuhan perawatan personal yang berdampak
Tanda Mayor fisik (3-5) pada keberhasilan
Subjektif 6. Kebutuhan psikologi program pendidikan
Menanyakan (3-5) (misalnya, nilai-nilai
masalah yang 7. Kebutuhan emosi (3- budaya pengalaman
dihadapi 5) negative dengan penyedia
Objektif 8. Kebutuhan stimulasi layanan sosial, hambatn
1.Menunjukka (3-5) bahasa, komitmen waktu,
n perilaku 9. Kebutuhan untuk masalah penjadwalan,
tidak sesuai bersosialisasi (3-5) perjalanan dan kurangnya
anjuran 10. Kebutuhan spiritual minat)
2.Menunjukka (3-5) 5. Identifikasi adanya pemicu
n persepsi 11. Kebutuhan stress keluarga (misalnya,
yang keliru bimbingan moral (3- depresi orangtua,
terhadap 5) kecanduan narkoba,
masalah 12. Pengelolaan alkohol, kesadaran/
Gejala dan kesehatan umum (3- kecakapan berbahasa,
Tanda Minor 5) tingkat pendidikan yang
Objektif 13. Metode disiplin rendah, kekerasan dalam
1. Menjalani yang sesuai untuk
rumah tangga, konflik
pemeriksaan usia perkembangan
perkawinan, percampuran
yang tidak (3-5)
keluarga setelah
tepat 14. Strategi komunikasi
2. yang efektif (3-5) perceraian, dan .hukuman
Menunjukkan yang berlebihan pada
perilaku Keterangan: anak-anak)
berlebihan (3) : Pengetahuan 6. Identifikasi tugas
(mis. Apatis, sedang perkembangan atau tujuan
bermusuhan, (4) : Pengetahuan yang sesuai untuk anak
agitasi, banyak 7. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh sebagian
48

hysteria) (5) : Pengetahuan sangat besar kelompok usia


banyak 8. Fasilitasi diskusi orangtua
terkait metode disiplin
b. Perilaku patuh yang ada, seleksi, dan
Setelah dilakukan hasil yang diperoleh
tindakan keperawatan 9. Ajarkan orangtua
diharapkan dapat mengenai fisiologis,
menunjukkan perilaku emosional, dan
patuh, dengan kriteria karakteristik perilaku
hasil: normal anak
1. Mengidentifikasi 10. Berikan sumber
hambatan untuk informasi online, buku,
melaksanakan dan literature yang
aktivitas fisik yang dirancang untuk
ditentukan (4) mengajarkan orangtua
2. Menggunakan strategi mengenai pengasuhan
untuk meningkatkan anak
keamanan (4) 11. Berikan orangtua bahan
3. Berpartisipasi dalam bacaan dan materi lainnya
aktivitas fisik sehari- yang akan membantu
hari yang ditentukan dalam melakukan peran
(4) pengasuhan
12. Anjurkaan orangtua
Keterangan: pentingnya diet seimbang,
(4) : Sering makan tiga kali sehari, dan
menunjukkan makanan ringan bergizi
13. Tinjau masalah
c. Kognisi keamanan dengan
1. Orientasi kognisi (4) orangtua
2. Memproses informasi 14. Diskusikan cara yang
(4) dapat digunakan orangtua
untuk membantu anak
Keterangan: anak dalam mengelola
(4) : Sedikit terganggu kemarahan
15. Bantu orangtua
d. Memori mengidentifikasi kriteria
Setelah dilakukan evaluasi untuk rawatan
tindakan keperawatan sehari hari dan pengaturan
diharapkan memori, sekolah
dengan kriteria hasil: 16. Identifikasi dan
mengajarkan orangtua
1. Mengingat informasi mengenai cara
baru saja terjadi menggunakan berbagai
secara akurat (4) strategi dalam mengelola
2. Mengingat informasi perilaku anak
yang terbaru secara 17. Motivasi orangtua untuk
akurat (4) mencoba strategi berbeda
3. Mengingat informasi dalam mengasuh anak
49

yang sudah 18. Gunakan teknik bermain


lama secara peran akan teknik
akurat (4) pengasuhan dan
keterampilan komunikasi
Keterangan: b. modifikasi perilaku:
(4) : Sedikit terganggu keterampilan sosial
Tindakan keperawatan:
1. Bantu anak
mengidentifikasi masalah
dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5. Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku
dalam rangka mencapai
keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran
dalam setiap langkah
berperilaku
8. Sediakan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan
c. Peningkatan
perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling
percaya dengan anak
2. lakukan interaksi personal
50

dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
5. Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
11. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12. Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
13. Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi
14. Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15. Bantu anak untuk belajar
mandiri
16. Sediakan kesempatan
51

bermain puzzle
17. Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya
19. Berikan kesempatan
danmendukung aktivitas
motorik
20. Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
Pendidikan Kesehatan
1. Identifikasi faktor internal
atau eksternal yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat
2. Pertimbangkan riwayat
individu dalam konteks
personal dan riwayat
sosial budaya individu,
keluarga dan masyarakat
3. Tentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
4. Bantu individu, keluarga
dan masyarakat untuk
memperjelas keyakinan
dan nilai-nilai kesehatan
5. Prioritaskan kebutuhan
orang yang belajar dengan
mengidentifikasi
kebutuhan berdasarkan
apa yang disukai klien,
keterampilan perawat,
sumber yang tersedia, dan
kemungkinan keberhasilan
52

pencapaian tujuan
6. Rumuskan tujuan dalam
program pendidikan
kesehatan [tersebut]
7. Identifikasi sumber daya
(misalnya, tenaga, ruang
peralatan, uang, dan lain-
lain) yang diperlukan
untuk melaksanakan
program
8. Pertimbangkan
kemudahan akses, hal-hal
yang disukai, dan biaya
dalam perencanaan
program
9. Hindari penggunaan
teknik dengan menakut-
nakuti sebagai strategi
untuk memotivasi orang
agar mengubah perilaku
kesehatan atau gaya hidup
10. Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau [manfaat]
jangka pendek yang bisa
diterima oleh perilaku
gaya hidup positif
daripada [menekankan
pada] manfaat jangka
panjang atau efek negatif
dari ketidakpatuhan
11. Aplikasikan strategi
untuk meningkatkan harga
diri audiens yang menjadi
sasaran
12. Kembangkan materi
pendidikan tertulis yang
tersedia dan sesuai dengan
audiens yang menjadi
sasaran
13. Lakukan demonstrasi/
demonstrasi ulang,
partisipasi pembelajar, dan
manipulasi bahan
pembelajaran ketika
mengajarkan keterampilan
psikomotorik
14. Gunakan instruksi
53

dibantu komputer, televisi,


video interaktif, dan
teknologi-teknologi
lainnya untuk
menyampaikan informasi
15. Libatkan individu,
keluarga, dan kelompok
dalam perencanaan dan
rencana implementasi
gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
16. Pertimbangkan dukungan
keluarga, teman sebaya,
dan masyarakat terhadap
perilaku yang kondusif
bagi kesehatan
17. Manfaatkan system
dukungan dan keluarga
untuk meningkatkan
efektivitas gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan
18. Tekankan pentingnya
pola makan yang sehat,
tidur, berolahraga, dan
lain-lain bagi individu,
keluarga, dan kelompok
yang meneladani nilai dan
perilaku ini dari orang
lain, terutama pada anak-
anak
19. Gunakan berbagai
strategi dan intervensi
utama dalam program
pendidikan
6 Gangguan a. Keterampilan a. modifikasi perilaku:
interaksi interaksi sosial keterampilan
sosial Setelah dilakukan keterampilan sosial
berhubungan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
dengan diharapkan dapat 1. Bantu anak
hambatan mengimplementasikan mengidentifikasi masalah
perkembanga keterampilan interaksi dari kurangnya
n sosial, dengan kriteria keterampilan sosial
hasil: 2. Dukung anak untuk
Definisi 1. Bekerja sama verbalisasi perasaannya
Kuanitas dan/ dengan orang lain berkaitan dengan masalah
atau kualitas (4) interpersonal
2. Terlibat dengan orang
54

berhubungan lain (4) 3. Bantu anak untuk


sosial yang mengidentifikasi hasil
kurang atau Keterangan: yang diinginkan dalam
berlebih. (4) : Sering suatu hubungan
menunjukkan interpersonal
Gejala dan 4. Bantu anak untuk
tanda Mayor b. Fungsi keluarga mengidentifikasi
Subjektif Setelah dilakukan kemungkinan tindakan
1.Merasa tidak tindakan keperawatan dan konsekuensi dari
nyaman diharapkan dapat hubungan interpersonal/
dengan situasi memunjukkan fungsi sosialnya
sosial keluarga, dengan kriteria 5. Identifikasi keterampilan
2.Merasa sulit hasil: sosial yang spesifik yang
menerima atau 1. Merawat anggota akan menjadi fokus
mengkomunik keluarga yang latihan
asikan memiliki 6. Bantu anak untuk
perasaan ketergantungan (4-5) mengidentifikasi langkah
Objektif 2. Mengatur perilaku langkah dalam berperilaku
1.Kurang anggota keluarga (4- dalam rangka mencapai
responsif atau 5) keterampilan sosial
tertarik pada 3. Beradaptasi terhdap 7. Bantu anak bermain peran
orang lain adanya perkembangan dalam setiap langkah
2.Tidak transisi (4-5) berperilaku
berminat 4. Menerima 8. Sediakan umpan balik
melakukan keanekaragaman bagi anak jika mampu
kontak emosi diantara anggota menunjukkan kemampuan
dan fisik keluarga (4-5) keterampilan sosial yang
Gejala dan 5. Anggota keluarga ditargetkan
Tanda Minor bisa saling b. Peningkatan
Subjektif mendukung (4-5) perkembangan: anak
Sulit Tindakan keperawatan:
mengungkapka Keterangan: 1. Bangun hubungan saling
n kasih sayang (4) : Sering percaya dengan anak
Objektif menunjukkan 2. Lakukan interaksi personal
1.Gejala cemas (5) : Secara konsisten dengan anak
berat menunjukkan 3. Identifikasi kebutuhan
2.Kontak mata unik setiap anak dan
kurang c. Integritas keluarga tingkat kemampuan
3.Ekspresi Setelah dilakukan adaptasi yang diperlukan
wajah tidak tindakan keperawatan 4. Bangun hubungan saling
responsive diharapkan dapat percaya dengan orang tua
4.Tidak menunjukkan integritas 5. Ajarkan orang tua
kooperatif keluarga, dengan kriteria mengenai tingkat
dalam bermain hasil: perkembangan normal dari
dan berteman 1. Mendorong otonomi anak dan perilaku yang
dengan sebaya dan kemandirian berhubungan
5.Perilaku individu (3-4) 6. Demonstrasikan kepada
tidak sesuai 2. Anggota keluarga orangtua mengenai
55

usia membantu satu sama kegiatan yang mendukung


lain dalam tumbuh kembang anak
melaksanakan peran 7. Bantu integrasi anak
dan tugas sehari-hari dengan kelompoknya
(4) 8. Yakinkan bahasa tubuh
3. Anggota keluarga sesuai dengan bahasa
berkomunikasi secara verbal
terbuka dan jujur satu 9. Dukung anak untuk
sama lain (4) berinteraksi dengan teman
temannya melalui
Keterangan: keterampilan bermain
(3) : Kadang-kadang peran
menunjukkan 10. Sediakan aktivitas yang
(4) : Sering mendukung interaksi
menunjukkan diantara anak anak
11. Dukung anak untuk
d. dukungan sosial mengekspresikan diri
Setelah dilakukan melalui penghargaaan
tindakan keperawatan yang positif atau umpan
diharapkan mendapat balik yang baik.
dukungan sosial, dengan 12. Peluk anak dan
kriteria hasil: nyamankan anak saat anak
1. Kemauan untuk merasa sedih
menghubungi orang 13. Bangun suasana yang
lain untuk meminta aman bagi anak untuk
bantuan (3) belajar dan bereksplorasi
2. Bantuan yang 14. Ajarkan anak untuk
ditawarkan oleh orang mencari bantuan dari
lain (3) orang lain ketika anak
3. Usia yang memang memerlukan
disediakan oleh bantuan
orang lain (3) 15. Bantu anak untuk belajar
4. Orang-orang yang mandiri
dapat membantu 16. Sediakan kesempatan
sesuai kebutuhan (3) bermain puzzle
Keterangan: 17. Ajarkan anak untuk
(3) : Cukup adekuat menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya
56

19. Berikan kesempatan dan


mendukung aktivitas
motorik
20. Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
c. Peningkatan Sosialisasi
Tindakan keperawatan:
1. Anjurkan peningkatan
keterlibatan dalam
hubungan yang sudah
mapan
2. Anjurkan kesabaran dalam
pengembangan hubungan
3. Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan tujuan
yang sama
4. Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain
5. Tingkatkan keterlibatan
dalam minat yang sama
sekali baru
6. Anjurkan penghormatan
terhadap hak-hak orang
lain
7. Izinkan pengujian
terhadap keterbatasan
interpersonal
8. Berikan umpan balik
mengenai perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi atau kegiatan-
kegiatan lainnya
9. Bantu meningkatkan
kesadaran anak anak
mengenai kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
10. Lakukan bermain peran
dalam rangka berlatih
meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11. Berikan model peran
yang mengekspresikan
57

kemarahan dengan tepat


12. Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13. Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14. Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15. Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16. Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17. Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18. Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d. Bermain Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang
tenang dan bebas dari
gangguan
2. Berikan waktu yang cukup
untuk memungkinkan
bermain secara efektif
3. Sesi bermain didesain
terstruktur untuk
memfasilitasi hasil yang
diinginkan
4. Komunikasikan tujuan sesi
bermain pada anak dan
orangtua
5. Diskusikan aktivitas
bermain bersama keluarga
6. Tentukan batas untuk sesi
terapi bermain
7. Sediakan peralatan
bermain yang aman
8. Sediakan peralatan
bermain yang merangsang
kreatifitas dan bermain
dengan ekspresif
58

9. Sediakan peralatan
bermain yang merangsang
bermain peran
10. Awasi sesi terapi
bermain
11. Dorong anak untuk
memanipulasi peralatan
bermain
12. Dorong anak untuk
berbagi perasaan
pengetahuan, dan persepsi
13. Validasi perasaan anak
yang diungkapkan selama
sesi bermain
14. Komunikasikan
penerimaan perasaan, baik
positif maupun negatif
yang diungkapkan melalui
bermain
15. Amati penggunaan alat
bermain yang digunakan
anak
16. Monitor reaksi anak dan
tingkat kecemasan
sepanjang sesi bermain
17. Identifikasi
kesalahpahaman atau
ketakutan anak melalui
komentar yang dinyatakan
selama sesi bermain
(peran rumah sakit)
18. Lanjutkan sesi bermain
secara teratur untuk
membangun kepercayaan
dan mengurangi rasa takut
mengenai peralatan
maupun perawatan yang
asing dengan tepat
19. Catat observasi yang
dilakukan selama sesi
bermain
7 Isolasi sosial a. Keterlibatan sosial a.modifikasi perilaku:
berhubungan Setelah dilakukan keterampilan
dengan tindakan keperawatan keterampilan sosial
keterlambata diharapkan dapat Tindakan keperawatan:
n menunjukkan 1. Bantu anak
perkembanga keterampilan sosial, mengidentifikasi masalah
n dengan kriteria hasil: dari kurangnya
59

1. Berinteraksi dengan keterampilan sosial


Definisi teman dekat (4) 2. Dukung anak untuk
Ketidakmamp 2. Beriteraksi dengan verbalisasi perasaannya
uan untuk anggota keluarga berkaitan dengan masalah
membina (4) interpersonal
hubungan 3. Berpartisipasi dalam 3. Bantu anak untuk
yang erat, aktivitas yang mengidentifikasi hasil
hangat, terorganisir (4) yang diinginkan dalam
terbuka, dan 4. Berpartisipasi dalam suatu hubungan
interdependen aktivitas waktu luang interpersonal
dengan orang dengan orang lain (3- 4. Bantu anak untuk
lain. 4) mengidentifikasi
Keterangan: kemungkinan tindakan dan
Gejala dan (3) : Kadang- kadang konsekuensi dari
tanda Mayor menunjukkan hubungan interpersonal/
Subjektif (4) : Sering sosialnya
1.Merasa ingin menunjukkan 5. Identifikasi keterampilan
sendirian sosial yang spesifik yang
2.Merasa tidak b. Adaptasi terhadap akan menjadi fokus
aman di disabilitas fisik latihan
tempat umum Setelah dilakukan 6. Bantu anak untuk
Objektif tindakan keperawatan mengidentifikasi langkah
1.Menarik diri diharapkan kemampuan langkah dalam berperilaku
2.Tidak beradaptasi terhadap dalam rangka mencapai
berminat/ disabilitas fisik keterampilan sosial
menolak meningkat, dengan 7. Bantu anak bermain peran
berinteraksi kriteria hasil: dalam setiap langkah
dengan orang 1. Menyatakan secara berperilaku
lain atau lisan kemampuan 8. Sediakan umpan balik
lingkungan untuk menyesuaikan bagi anak jika mampu
Gejala dan terhadap disabilitas menunjukkan kemampuan
Tanda Minor (4) keterampilan sosial yang
Subjektif 2. Menyampaikan secara ditargetkan
1.Merasa lisan penyesuaian b. Peningkatan
berbeda terhadap disabilitas perkembangan: anak
dengan orang (4) Tindakan keperawatan:
lain 3. Beradaptasi terhadap 1. Bangun hubungan saling
2. Merasa asyik keterbatasan secara percaya dengan anak
dengan pikiran fungsional (4) 2. Lakukan interaksi personal
sendiri 4. Mengidentifikasi dengan anak
3.Merasa tidak rencana untuk 3. Identifikasi kebutuhan
mempunyai memenuhi aktivitas unik setiap anak dan
tujuan yang hidup harian (4) tingkat kemampuan
jelas adaptasi yang diperlukan
Objektif Keterangan: 4. Bangun hubungan saling
1.Afek datar (4) Sering dilakukan percaya dengan orang tua
2.Afek sedih 5. Ajarkan orang tua
3. Riwayat c. Iklim Sosial mengenai tingkat
60

ditolak Keluarga perkembangan normal dari


4.Menunjukka Setelah dilakukan anak dan perilaku yang
n permusuhan tindakan keperawatan berhubungan
5.Tidak diharapkan iklim sosial 6. Demonstrasikan kepada
mampu keluarga, dengan kriteria orangtua mengenai
memenuhi hasil: kegiatan yang mendukung
harapan orang 1. Berpartisipasi dalam tumbuh kembang anak
lain kegiatan bersama (4) 7. Bantu integrasi anak
6.Kondisi 2. Menghadiri aktivitas dengan kelompoknya
difabel religius bersama (3-4)
8. Yakinkan bahasa tubuh
7.Tindakan 3. Mempertahankan
sesuai dengan bahasa
tidak berarti rutinitas keluarga (3-
verbal
8.Tidak ada 4)
kontak mata 4. Mendukung satu 9. Dukung anak untuk
9.Perkembang sama lain (4) berinteraksi dengan teman
an terlambat 5. Mendukung temannya melalui
10.Tidak individualitas dan keterampilan bermain
bergairah/ lesu kemandirian anggota peran
keluarga (4) 10. Sediakan aktivitas yang
6. Bekerja sama untuk mendukung interaksi
mencapai tujuan diantara anak anak
keluarga (4) 11. Dukung anak untuk
7. Berbagi perasaan satu mengekspresikan diri
sama lain (4) melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
Ketrerangan : balik yang baik.
(3) : Kadang- kadang 12. Peluk anak dan
menunjukkan nyamankan anak saat anak
(4) : Sering merasa sedih
menunjukkan 13. Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
d. Tingkat rasa takut : belajar dan bereksplorasi
anak 14. Ajarkan anak untuk
Setelah dilakukan mencari bantuan dari
tindakan keperawatan orang lain ketika anak
diharapkan tingkat rasa memang memerlukan
takut anak, dengan bantuan
kriteria hasil: 15. Bantu anak untuk belajar
1. Emosilabil (3-4)
mandiri
2. Mudah tersinggung
16. Sediakan kesempatan
(3-4)
bermain puzzle
3. Menarik diri (3-4)
4. Perilaku Kekerasan 17. Ajarkan anak untuk
(4-5) menuliskan nama/
5. Perilaku destruktif (4- mengenali huruf awalnya/
5) mengenali namanya,
6. Membuat cerita sesuai kebutuhan
mengada- ada (4-5) 18. Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
61

apa yang akan terjadi dan


Keterangan: berikan kesempatan anak
(3) : Sedang untuk memberikan pilihan
(4) : Ringan yang memungkinkan, dan
(5) : Tidak ada sebagainya
19. Berikan kesempatan dan
mendukung aktivitas
motorik
20. Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
c. Peningkatan Sosialisasi
Tindakan keperawatan:
1. Anjurkan peningkatan
keterlibatan dalam
hubungan yang sudah
mapan
2. Anjurkan kesabaran dalam
pengembangan hubungan
3. Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan tujuan
yang sama
4. Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain
5. Tingkatkan keterlibatan
dalam minat yang sama
sekali baru
6. Anjurkan penghormatan
terhadap hak-hak orang
lain
7. Izinkan pengujian
terhadap keterbatasan
interpersonal
8. Berikan umpan balik
mengenai perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi atau kegiatan-
kegiatan lainnya
9. Bantu meningkatkan
kesadaran anak anak
mengenai kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
10. Lakukan bermain peran
dalam rangka berlatih
62

meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11. Berikan model peran
yang mengekspresikan
kemarahan dengan tepat
12. Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13. Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14. Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15. Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16. Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17. Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18. Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d.Konseling
Tindakan keperawatan:
1. Bangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada [rasa] saling percaya
dan saling menghormati
2. Tunjukkan empati,
kehangatan, dan ketulusan
3. Tetapkan lama hubungan
konseling
4. Tetapkan tujuan-tujuan
5. Gunakan teknik refleksi
dan klarifikasi untuk
memfasilitasi ekspresi
yang menjadi perhatian
6. Minta anak untuk
mengidentifikasi apa yang
mereka bisa/tidak bisa
lakukan terkait dengan
63

peristiwa yang terjadi


7. Tentukan bagaimana
perilaku keluarga
mempengaruhi anak
8. Gunakan alat pengkajian
(misalnya, kertas dan
pensil, audiotape,
videotape, latihan
interaksi dengan orang
lain) untuk membantu
meningkatkan kesadaaran
diri anak dan pengetahuan
konselor terhadap situasi,
dengan cara yang tepat
9. Dukung pengembangan
keterampilan baru, dengan
tepat
10. Dukung penggantian
kebiasaan yang tidak
diinginkan dengan
kebiasaan yang diinginkan
8 Risiko cidera a. Orientasi kognitif a.Manajemen Lingkungan:
berhubungan Setelah dilakukan Keselamatan
dengan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
perubahan diharapkan dapat 1. Identifikasi kebutuhan
fungsi melakukan orientasi keamanan anak
kognitif kognitif, dengan kriteria berdasarkan fungsi fisik
hasil: dan kognitif serta riwayat
Definisi perilaku di masa lalu
Berisiko 1. Mengidentifikasi diri 2. Identifikasi hal- hal yang
mengalami sendiri (5) membahayakan di
bahaya atau 2. Mengidentifikasi lingkungan anak
kerusakan fisik tempat saat ini (5) 3. Modifikasi lingkungan
yang untuk meminimalkan
menyebabkan Keterangan: bahan berbahaya dan
seseorang (5) : Tidak terganggu berisiko
tidak lagi 4. Gunakan peralatan
sepenuhnya b. Pengetahuan : perlindungan untuk
sehat atau keamanan fisik anak membatasi mobilitas fisik
dalam kondisi Setelah dilakukan atau akses pada situasi
baik. tindakan keperawatan yang membahayakan
diharapkan dapat 5. Monitor lingkungan
Faktor Risiko mengetahui kemanan terhadap terjadinya
Eksternal fisik anak, dengan perubahan status
1.Terpapar zat kriteria hasil: keselamatan
kimia toksik 1. Aktivitas yang sesuai 6. Edukasi individu dan
2.Ketidakmam untuk tingkat usia kelompok yang berisiko
puan perkembangan anak tinggi terhadap bahan
64

transportasi (3-4) berbahaya yang ada di


2. Strategi untuk lingkungan
Internal mencegah jatuh (3-4) b. Pencegahan Jatuh
1.Perubahan 3. Strategi untuk Tindakan keperawatan:
orientasi mencegah kecelakaan 1. Identifikasi kekurangan
afektif bermain (3-4) baik kognitif atau fisik
2.Malnutrisi 4. Surveilans area dari anak yang mungkin
3.Perubahan bermain outdoor yang meningkatkan potensi
fungsi kognitif tepat (3-4) jatuh pada lingkungan
5. Pentingnya tertentu
Kondisi mengajarkan 2. Identifikasi perilaku dan
Klinis Terkait kesadaran akan orang faktor yang
Retardasi asing (3-4) mempengaruhi risiko jatuh
mental 3. Kaji ulang riwayat jatuh
Keterangan : bersama dengan anak dan
(3) : keluarga
Pengetahua 4. Identifikasi karakteristik
n sedang dari lingkungan yang
(4) : mungkin meningkatkan
Pengetahua potensi jatuh (misalnya,
n banyak lantai licin, dan tangga
terbuka)
c. Kinerja pengasuhan
5. Monitor gaya berjalan
: keamanan fisik
(terutama kecepatan),
kehidupan masa
keseimbangan dan tingkat
anak anak
kelelahan dengan
Setelah dilakukan
ambulasi
tindakan keperawatan
6. Ajarkan anak untuk
diharapkan dapat
beradaptasi dengan
meningkatkan kinerja
terhadap modifikasi gaya
pengasuhan keamanan
berjalan yang [telah]
fisik kehidupan masa
disarankan (terutama
anak- anak, dengan
kecepatan)
kriteria hasil:
7. Letakkan benda-benda
1. Memilih mainan yang
dalam jangkauan yang
aman dan sesuai
mudah bagi anak
dengan usia (4- 5)
8. Sediakan alas kaki yang
2. Memelihara
tidak licin untuk
lingkungan untuk
memfasilitasi kemudahan
tindakan pencegah
menjangkau
jatuh yang
\ membahayakan (4- 5)
3. Menjauhkan obat-
obatan dari
jangkauan (4- 5)
4. Mengunci atau
memindahkan pintu
dari peralatan yang
tidak digunakan (4- 5)
5. Menjamin tempat alat
65

bermain dirumah
memenuhi petunjuk
keamanan (4- 5)
6. Memberikan
pengawasan terkait
peralatan di area
bermain (4- 5)
7. Monitor penggunaan
olahraga dan alat
rekreasi (4- 5)

Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan

d. Kontrol risiko
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
melakukan pengontrolan
risiko, dengan kriteria
hasil:

1. Mengenali faktor
resiko individu (4-5)
2. Mengenali
kemampuan untuk
merubah perilaku (4-
5)
3. Memonitor faktor
risiko dilingkungan
(4-5)
4. Memonitor faktor
risiko individu (4-5)
5. Mengembangkan
strategi yang
efektif dalam
mengontrol risiko
(4-5)

Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan
9 Gangguan a. Komunikasi a. Mendengar aktif
66

komunikasi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:


verbal tindakan keperawatan 1. Buat tujuan interaksi
diharapkan dapat 2. Tunjukkan ketertarikan
Definisi berkomunikasi, dengan pada anak
Penurunan, kriteria hasil: 3. Gunakan pertanyaan
perlambatan, maupun pernyataan yang
atau ketiadaan 1. Menggunakan bahasa mendorong klien untuk
kemampuan lisan ( 4- 5) mengekspresikan
untuk 2. Mengenali pesan perasaan, pikiran dan
menerima, yang diterima ( 4- 5) kekhawatiran
memproses, 3. Interpretasi akurat 4. Tunjukkan kesadaran dan
megirim, terhadap pesan yang rasa sensitif terhadap
dan/atau diterima ( 4- 5) emosi yang ditunjukkan
menggunakan 4. Mengarahkan pesan anak
system symbol pada penerima yang 5. Gunakan perilaku non
Gejala dan tepat ( 4- 5) verbal untuk menfasilitasi
tanda Mayor 5. Pertukaran pesan komunikasi
Objektif yang akurat 6. Identifikasi tema yang
Menunjukkan dengan orang lain ( dominan
respon tidak 4- 5) 7. Berespon segera sehingga
sesuai menunjukkan pemahaman
Gejala dan Keterangan : terhadap pesan yang
Tanda Minor (4) : Sedikit terganggu diterima
Objektif (5) : Tidak terganggu 8. Klarifikasi pesan yang
1.Tidak ada diterima dengan
kontak mata b. Orientasi kognitif menggunakan pertanyaan
2.Sulit Setelah dilakukan maupun memberikan
memahami tindakan keperawatan umpan balik
komunikasi diharapkan dapat 9. Verifikasi pemahaman
3.Sulit melakukan orientasi mengenai pesan-pesan
mempertahank kognitif, dengan kriteria yang disampaikan dengan
an komunikasi hasil: menggunakan pertanyaan
4.Sulit maupun memberikan
menggunakan 1. Mengidentifikasi diri umpan balik
ekspresi wajah sendiri (5) 10. Gunakan teknik diam/
atau tubuh 2. Mengidentifikasi mendengarkan dalam
5.Sulit tempat saat ini (5) rangka mendorong klien
menyusun untuk mengekspresikan
kalimat Keterangan: perasaan, pikiran dan
6.Verbalisasi (5) : Tidak terganggu kekhawatiran
tidak tepat b. Latihan Memori
7.Sulit c. Memproses Tindakan keperawatan:
mengungkapka informasi 1. Stimulasi ingatan dengan
n kata- kata Setelah dilakukan cara mengulangi
tindakan keperawatan pemikiran anak yang
diharapkan dapat terakhir diekspresikan,
memproses informasi, dengan cara yang tepat
dengan kriteria hasil: 2. Implementasikan teknik
67

1. Mengidentifikasi mengingat yang tepat,


benda- benda umum misalnya visual imagery,
(3- 4) alat yang membantu
2. Memahami kalimat ingatan, permainan
(3- 4) ingatan, tanda-tanda
3. Memahami cerita (3- ingatan, teknik asosiasi,
4) membuat daftar,
4. Menjelaskan menggunakan computer,
kesamaan antara dua menggunakan papan
benda (3- 4) nama, atau [berlatih]
5. Menjelaskan mengulang informasi
perbedaan antara dua 3. Beri Latihan orientasi,
benda (3- 4) misalnya anak berlatih
mengenai informasi
Keterangan: pribadi dan tanggal,
(3) : Cukup terganggu dengan cara yang tepat
(4) : Sedikit terganggu 4. Berikan kesempatan untuk
menggunakan ingatan
d. Adaptasi terhadap kejadian yang baru saja
disabilitas fisik terjadi, misalnya
Setelah dilakukan menanyakan pada anak
tindakan keperawatan mengenai tamasya yang
diharapkan kemampuan baru saja [dilakukan],
beradaptasi terhadap dengan cara yang tepat
disabilitas fisik 5. Monitor perilaku anak
meningkat, dengan selama terapi
kriteria hasil: 6. Identifikasi dan koreksi
1. Menyatakan secara kesalahan orientasi anak
lisan kemampuan 7. Monitor perubahan-
untuk menyesuaikan perubahan dalam latihan
terhadap disabilitas mengingat
(4)
2. Menyampaikan secara
lisan penyesuaian
terhadap disabilitas
(4)
3. Beradaptasi terhadap
keterbatasan secara
fungsional (4)
4. Mengidentifikasi
rencana untuk
memenuhi aktivitas
hidup harian (4)

Keterangan:
(4) Sering dilakukan

e. Perkembangan anak
68

: Usia anak
pertengahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
memahami
perkembangan anak usia
anak pertengahan,
dengan kriteria hasil:

1. Menunjukkan
kebiasaan sehat yang
baik (3-4)
2. Bermain berkelompok
(3-4)
3. Mengembangkan
persahabatan (3-4)
4. Menunjukkan
perasaan secara
konstruktif (3-4)
5. Menunjukkan
kepercayaan diri (3-4)
6. Menunjukkan harga
diri (3-4)
7. Memahami benar atau
salah (3-4)
8. Mengikuti aturan
keamanan (3-4)
9. Menunjukkan
kemampuan pada
tingkat mampu
di sekolah (3-4)

Keterangan:
(3) : Kadang- kadang
menunjukkan
(4) : Sering
Menunjukkan
10 Ketidakberda a. Kepercayaan a. Restrukturasi Kognitif
yaan mengenai kesehatan Tindakan keperawatan:
: Merasakan 1. Bantu anak memahami
Definisi kemampuan bahwa seringnya
Persepsi melakukan ketidakmampuan untuk
bahwa Setelah dilakukan mencapai tingkah laku
tindakan tindakan keperawatan yang diinginkan
seseorang diharapkan dapat merupakan hasil dari
tidak akan meningkatkan pernyataan diri yang tidak
mempengaruhi kepercayaan mengenai rasional
69

hasil secara kesehatan : merasakan 2. Tunjukkan gaya dari


signifikan; kemampuan melakukan, pikiran anak yang
persepsi dengan kriteria hasil: difungsional
kurang control 3. Bantu anak
pada situasi 1. Persepsi bahwa mengidentifikasi stressor
saat ini atau perilaku kesehatan yang diterima yang
yang akan tidak terlalu rumit ( 3- berkontribusi pada kondisi
datang. 4) stress
Gejala dan 2. Kepercayaan terhadap 4. Bantu anak
tanda Mayor kemampuan untuk mengidentifikasi
Subjektif melakukan perilaku interpretasi diri yang salah
Menyatakan kesehatan ( 3- 4) tentang stressor yang
frustasi atau diterima
tidak mampu Keterangan : 5. Bantu anak mengenal
melaksanakan (3) : Sedang kepercayaan tertentu yang
aktivitas (4) : Kuat tidak rasional
sebelumnya dibandingkan dengan
Objektif realitas nyata
Bergantung 6. Bantu anak untuk
pada orang mengganti interpretasi
lain yang salah dengan
Gejala dan interpretasi yang lebih
Tanda Minor mempunyai dasar realitas
Subjektif terhadap situasi penuh
1.Merasa stress, kejadian dan
diasingkan interaksi
2.Menyatakan 7. Buat pernyataan/
keraguan menanyakan pertanyaan
tentang kinerja yang menantang persepsi/
peran tingkah laku anak, dengan
3.Menyatakan cara yang tepat
kurang control 8. Buat pernyataan yang
4.Menyatakan menggambarkan alternatif
rasa malu cara melihat situasi
5.Merasa 9. Bantu anak
tertekan mengidentifikasi sistim
(depresi) kepercayaan yang
Objektif mempengaruhi status
1.Tidak kesehatan
berpartisipasi 10. Gunakan system
dalam kepercayaan anak yang
perawatan biasanya untuk melihat
2.Pengasingan situasi dengan cara yang
berbeda
b. Dukungan pengambilan
keputusan
Tindakan keperawatan:
1. Bangun komunikasi
70

dengan anak dan keluarga


sedini mungkin
2. Fasilitasi percakapan anak
dan keluarga mengenai
tujuan perawatan
3. Dapatkan informed
consent/ persetujuan
tertulis, ketika diperlukan
4. Fasilitasi pengambilan
keputusan kolaboratif
5. Kenali kebijakan dan
prosedur yang ada di
institusi
6. Hormati hak- hak anak
untuk menerima atau tidak
menerima informasi
7. Berikan informasi sesuai
permintaan anak
8. Bantu anak menjelaskan
keputusan pada orang lain,
sesuai dengan kebutuhan
9. Jadilah penghubung antara
anak dan keluarga
b. Peningkatan Harga Diri
Tindakan keperawatan:
1. Monitor pernyataan anak
mengenai harga diri
2. Tentukan fokus kontrol
anak
3. Tentukan kepercayaan diri
anak dalam hal penilaian
diri
4. Dukung anak untuk bisa
mengidentifikasi kekuatan
5. Bantu anak untuk
menemukan penerimaan
diri
6. Dukung kontak mata pada
saat berkomunikasi
dengan orang lain
7. Kuatkan kekuatan pribadi
yang diidentifikasi anak
8. Berikan pengalaman yang
akan meningkatkan
otonomi anak, dengan
tepat
9. Bantu anak untukm
mengidentifikasi respon
71

positif dari orang lain


10. Jangan mengkritisi anak
secara negatif
11. Bantu anak untuk
mengatasi bullying atau
ejekan
12. Sampaikan/ungkapkan
kepercayaan diri anak
dalam mengatasi situasi
13. Bantu anak untuk
memeriksa persepsi
negatif terhadap diri
14. Dukung tanggung jawab
pada diri sendiri, dengan
tepat
15. Bantu anak untuk
mengidentifikasi dampak
dari kelompok sejawat
pada perasaan dan harga
diri
16. Eksplorasi pencapaian
keberhasilan sebelumnya
17. Eksplorasi alasan-alasan
untuk mengkritik diri atau
rasa bersalah
18. Dukung anak untuk
mengevaluasi perilakunya
sendiri
19. Dukung anak untuk
menerima tantangan baru
20. Berikan hadiah atau
pujian terkait dengan
kemajuan anak dalam
mencapai tujuan
21. Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga
diri
22. Instruksikan orangtua
mengenai pentingnya
minat dan dukungan
mereka dalam
mengembangkan konsep
diri positif anak-anak
23. Instruksikan orangtua
untuk menetapkan harapan
yang jelas dan untuk
mendefinisikan batasan
72

yang ada pada anak


24. Instruksikan orangtua
untuk mengetahui
pencapaian anak
25. Monitor frekuensi
verbalisasi terhadap diri
26. Monitor kurangnya
tindak lanjut terkait
dengan pencapaian tujuan
27. Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke waktu,
dengan tepat

Sumber : Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016. , Moorhead, Sue, dkk. 2016 dan SDKI,
2016.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai
dengan yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi.
Dengan rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat,
intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Padila, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan
objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan
tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil
yang diharapkan. Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga
telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah
dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter, 2009)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada partisipan 1 An.M


dengan retardasi mental sedang dan partisipan 2 An. W dengan retardasi
mental sedang di SLB Kasih Ummi Kota Padang, peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada An.M didapatkan anak memiliki IQ 50, serta
memiliki keterbatasan lainnya seperti berbicara dan bahasa,
keterampilan merawat diri, keterampilan sosial dan An.W didapatkan
didapatkan anak memiliki IQ 48, serta memiliki keterbatasan lainnya
seperti berbicara dan bahasa, keterampilan merawat diri, keterampilan
sosial.
2. Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul
pada An. M dan An.W, yaitu: Risiko cidera berhubungan dengan
perubahan fungsi kognitif, Gangguan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon, Kesiapan peningkatan koping keluarga,
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah
yang ditemukan pada An.M dan An.W yaitu bimbingan antisipatif,
manajemen perilaku, dukungan pengasuhan, peningkatan
perkembangan: anak, latihan kontrol impuls, pendidikan orangtua:
keluarga yang membesarkan anak, peningkatan koping, peningkatan
keterlibatan keluarga, dukungan kelurga, mendengar aktif, latihan
memori, bantuan perawatan diri, manajemen lingkungan: keselamatan,
pencegahan jatuh.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah disusun. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 28
Maret- 6 April 2018. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan
dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
116
117

5. Evaluasi tindakkan keperawatan yang dilakukan selama sepuluh hari


dalam bentuk SOAP. Diagnosa keperawatan pada An.M yaitu Risiko
cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif teratasi sebagian
pada hari ke sepuluh, Gangguan tumbuh kembang berhubungan
dengan inkonsistensi respon teratasi sebagian pada hari ke sepuluh,
Kesiapan peningkatan koping keluarga teratasi pada hari ke sembilan,
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
gangguan psikologis retardasi mental teratasi sebagian pada hari ke
sepuluh, Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
teratasi sebagian pada hari ke sepuluh. Pada An.R diagnosa Gangguan
tumbuh kembang berhubungan dengan inkonsistensi respon teratasi
sebagian pada hari ke sepuluh, Kesiapan peningkatan koping keluarga
teratasi pada hari ke sepuluh, Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan hambatan individu dalam hubungan sosial,
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis
retardasi mental teratasi sebagian pada hari ke sepuluh.
B. Saran
1. Bagi SLB Kasih Ummi Kota Padang
Saran peneliti kepada pihak sekolah agar lebih menyediakan fasilitas
dalam melakukan terapi bermain pada anak dalam usaha meningkatkan
fungsi kognitif dan adaptasi sosial sesuai dengan perkembangan pada
usia sekolah serta memperhatikan fasilitas untuk mencegah terjadinya
resiko cedera pada anak retardasi mental seperti kecelakaan saat
bermain dan kecelakaan lalu lintas di depan sekolah.

2. Keluarga
Saran peneliti bagi keluarga agar lebih memperhatikan kebutuhan
dalam meningkatkan perkembangan anak seperti: alat permainan yang
dapat meningkatkan kemampuan personal sosial, motorik halus,
motorik kasar, bahasa dan perlu adanya kerjasama antar anggota
keluarga serta menfasilitasi kegiatan dan lingkungan sekitar anak yang
118

dapat meningkatkan perkembangan anak, sehingga anak dapat hidup


mandiri dan berperan di masyarakat.

3. Peneliti selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih dapat memperhatikan
masalah yang dialami anak dengan retardasi mental khususnya dalam
perkembangannya meliputi kemampuan personal sosial, adaptif
motorik halus, bahasa, motorik kasar dan mampu bekerja sama dengan
baik dengan keluarga dan guru agar implementasi keperawatan yang
dijalankan dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Liyana, Nina, Muhariati, Metty & Rusilanti. (2014). Jurnal Kesejahteraan
Keluarga dan Pendidikan. Perbandingan pola asuh belajar anak tunagrahita
mampu didik berdasarkan status ekonomi orang tua.
http://scholar.google.com.pe/citations?user=GEdLYt4AAAAJ&hl=es
Perendrawati, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Sosiodrama Terhadap Keterampilan
Komunikasi Non Verbal Pada Anak Retardasi Mental Ringan Di SLB X
Kota Cirebon. 26 Desember 2017.
https://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-bookmark&q=Jurnal+pen
atalaksanaan+keperawatan+retardasi+mental+2015&oq=Jurnal+penatalaksa
naan+keperawatan+retardasi+mental+2015&aqs=mobile-gws-lite
Sari, S. P. (2017). Jempol Mahasiswa Rancangan Program Tingkatkan Motorik
Halus Anak Tunagrahita. 14 Desember 2017.
https://news.okezone.com/read/2017/08/25/65/1762937/jempol-mahasiswa-
rancang-program-tingkatkan-motorik-halus-anak-tunagrahita
Wulandari, Dwi, Nelvia & Saputra, Dwi. (2018). Jurnal Keperawatan Silampari.
Pengaruh permainan puzzle terhadap kemampuan beradaptasi sosial siswa
retardasi mental. 20 juni 2018
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/download/80/56
Wulandari, Rany Agustin, Soeharto, Setyawati & Setyoadi. (2016). Jurnal ilmu
keperawatan. Pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap harga diri
rendah dan beban keluarga dengan anak retardasi mental. 26 Desember
2017
http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/97/130 .
Yuemi, Citra Praha, Mundakir.2015. Terapi Okupasi: Diorama Gambar
Terhadap Kemampuan Motorik Halus pada Anak Retardasi Mental
Ringan.26 Desember 2017.
http://fik.um-surabaya.ac.id/sites/default/files/Artikel%209_1.pdf

Anda mungkin juga menyukai