Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL IDENTIFIKASI

ASESMEN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBELAJARAN ANAK ADHD

Dosen Pengampu : Hayatun Thaibah, M. Psi. Psikolog


Mata Kuliah : Pekerjaan Sosial

Disusun Oleh :

Adelia Mawaddah 2210127320005

Ahmat Sabirin 2210127310004

Olinda Rizky Amalia 2210127220018

Muhammad Jauhar Riandi 2210127310008

Kelas A02

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

0
2023

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang dengan Rahmat dan Inayah-Nya masih
memberikan kesempatan, kekuatan, serta memberikan curahan rahmat dan kasih sayang-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Lapangan Tentang Identifikasi
Asesmen dan Implementasi Program Pelajaran Anak dengan Hambatan Perhatian dan
Hiperaktifitas Di SDN 2 Komet, tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Uswah kita semua, yang telah menuntun kita semua dari alam kegelapan ke
alam ilmu sehingga kita merasakan keindahan mengenal Allah, dialah Nabi Muhammad
SAW.

Tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah untuk lebih mengenali ABK pada
umumnya dan lebih difokuskan anak yang mengalami hambatan perhatian dan hiperaktifitas.
Pada kesempatan ini penyusun berusaha mencoba memaparkan Laporan Hasil Studi
Lapangan Tentang Identifikasi Asesmen dan Implementasi Program Pelajaran Anak dengan
Hambatan Perhatian dan Hiperaktifitas Di SDN 2 Komet. Hal tersebut penyusun rasakan
perlu untuk lebih mensosialisasikan kepada masyarakat umum, mengenai anak dengan
hambatan perhatian dan hiperaktifitas, faktor-faktor penyebab terjadinya anak dengan
hambatan perhatian dan hiperaktifitas, dan yang terpenting adalah pendidikan serta layanan
intervensi bagi anak dengan hambatan perhatian dan hiperaktifitas.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penyusun yang tak henti-
hentinya memberikan kami dukungan. Terima kasih kepada kepala sekolah, guru, dan wali
anak yang telah kami identifikasi karena telah memberikan tenaga, waktu, dan arahan hingga
kegiatan identifikasi kami dapat berjalan dengan lancar hingga selesai.

Harapannya mudah-mudahan semua informasi yang ada dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi rantai keilmuan yang akan bersambung dan
berkembang lebih baik lagi di masa yang akan datang, Aamiin.

Banjarbaru, 10 Desember 2023

1
Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Tujuan......................................................................................................................................7
BAB II..................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN...................................................................................................................................8
A. Identitas Anak..........................................................................................................................8
B. Riwayat Kelahiran dan Perkembangan Anak.......................................................................8
C. Hasil Identifikasi......................................................................................................................8
D. Hasil Asesmen..........................................................................................................................9
E. Hasil Implementasi Program Pembelajaran........................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
A. Simpulan.................................................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
LAMPIRAN.......................................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan dambaan di setiap keluarga. Setiap keluarga mengharapkan
kelak anaknya tumbuh optimal, baik sehat fisik, kognitif, dan sosial, dapat
dibanggakan serta berguna bagi nusa dan bangsa. Tumbuh kembang adalah sebuah
proses yang terjadi pada manusia secara terus menerus selama seorang hidup.
Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar tumbuh kembang anak adalah hal yang
sangat penting. (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).
Masa kanak – kanak merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan. Tidak
semua anak terlahir secara normal, beberapa dari mereka mengalami gangguan dalam
perkembangannya dan salah satunya disebut dengan ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia pada tahun 2016 mencapai angka 4,2
juta anak. American Psychiatric Association menyatakan dalam DSM – V, bahwa
diperkirakan 3-5 % anak usia sekolah mengalami gangguan ADHD (American
Psychriatric Association, 2013). Survey yang dilakukan oleh National Survey of
Children’s Health (NSCH) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa presentasi anak
usia 4-17 tahun yang mengalami gangguan ADHD meningkat dari 7,8% menjadi
9,5% dalam kurun waktu 2003 – 2007 (dalam Mulyani, 2013). Sementara di
Indonesia dalam populasi sekolah ada 2%-4% anak yang mengalami gangguan
ADHD (Wirrawani, 2007).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa Indonesia
disebut dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), memiliki
arti bahwa anak penyandang ADHD memiliki keterbatasan dalam melakukan
pemusatan perhatian terhadap beberapa tugas yang diberikan kepada mereka. Meski
ada motivasi baik sekalipun, mereka sulit untuk mengerjakan. Bahkan, jika mereka
mengerjakan tugas - tugas tersebut mereka lebih banyak menghabiskan tenaga
dibandingkan dengan anak - anak normal (tidak memiliki ganggua). Tanda - tanda
yang muncul pada anak ADHD antara lain: gangguan pemusatan perhatian, dan
konsentrasi, impulsivitas dan hiperaktivitas (Patternotte & Buitelaar, 2013).
Ada tiga tipe ADHD, yaitu ADHD/I (predominance of innatention), ADHD/H
(hyperactive and impulsive) dan ADHD/C (combined) (Coelho, dkk, 2015). Seorang

4
anak ADHD seringkali gelisah, sulit tenang saat duduk dalam waktu yang lama,
mudah bingung, sulit menunggu giliran, kesulitan berkonsentrasi dan mengikuti
perintah atau instruksi yang diberikan, mudah bosan dengan pekerjaan yang
dilakukan, berbicara dengan nada yang tinggi, mengganggu lingkungan sekitar, sulit
dalam berkomunikasi dengan orang lain, mudah kehilangan barang, bertindak
sembrono tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi (Primadhani, 2015).
Gejala inatensi memiliki beberapa ciri – ciri antara lain : gagal dalam memperhatikan
suatu secara detail, kesulitan dalam mempertahankan suatu perhatian, tidak
mendengarkan, tidak menyelesaikan tugas sekolah, susah dalam mengorganisir
sesuatu, mudah terganggu atau terdistraksi dan mudah lupa (Parritz & Troy, 2014).
Mulyani (2013) meyakini bila kurangnya perhatian akan mengakibatkan anak sulit
dalam menyerap pelajaran di sekolah. Dimana anak ADHD mengalami kesulitan di
lingkungan sekolah, sering bermasalah dalam kedisiplinan ataupun bidang akademik.
Hal tersebut sama halnya dengan pendapat Santrock (2008), tuntutan akademik dan
sosial yang meningkat di lingkungan sekolah membuat anak ADHD menjadi kesulitan
dengan kontrol perilaku, kedisiplinan dan bermasalah dalam hal pertemanan. Menurut
pendapat Murphy, Barkley & Brush dalam Mulyani (2013), situasi ini dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam melakukan kegiatan sehari-
hari dan juga mengganggu kesiapan anak dalam belajar serta pada akhirnya
menimbulkan penurunan kualitas hidup di kemudian hari.
Dari hasil riset George F. Still (dalam Birda, Kamid dan Rusdi, 2016). Beliau
mengadakan penelitian terhadap sekelompok anak yang terlihat memiliki
ketidakmampuan abnormal dalam memusatkan perhatian disertai dengan rasa resah
dan gelisah, anak tersebut mengalami kekurangan yang serius dalam hal keinginan
yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut merupakan hal yang terdapat
pada diri si anak bukan faktor lingkungan.
Menurut Martin (2008, hal 21), ADHD merupakan suatu gangguan
perkembangan yang berakibat pada ketidakmampuan dalam mengatur perilaku
khususnya dalam mengantisipasi Tindakan dan keputusan di kemudian hari. Anak
ADHD tidak mampu menahan diri untuk merespon keadaan.
Pag dan Ruiz (dalam Boeshansz,2009) berpendapat bahwa ADHD adalah sebuah
gangguan perilaku masa kanak - kanak yang paling sering dijumpai. ADHD saat ini
telah memengaruhi 3 sampai 9 persen seluruh anak usia sekolah. Sekitar 3-7% anak
usia sekolah dan 4% orang dewasa yang menderita ADHD terdapat di Indonesia.

5
Anak laki - laki lebih banyak terdiagnosis ADHD dibandingkan anak perempuan.
Adanya perbedaan komponen biologis antara laki – laki dan perempuan
mengakibatkan prevalensi anak laki - laki lebih banyak mengalami ADHD daripada
anak perempuan.
ADHD adalah keadaan neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas. Dimana keadaan tersebut tidak sejalan dengan
perkembangan usia anak. ADHD adalah suatu keadaan gagalnya perkembangan dalam
fungsi di sirkuit otak yang menghambat monitoring dan self control. Regulasi diri
yang hilang dan ketidakmampuan membuat sistem kerja otak terganggu dalam
memelihara perhatian. Berkurangnya kemampuan dalam memusatkan perhatian dapat
muncul dalam perilaku berikut. Ketidakmampuan dalam memperhatikan secara detail
atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan tugas, kesulitan dalam memusatkan
perhatian terhadap tugas pada aktivitas bermain. Juga terlihat tidak memperhatikan
lawan bicara saat diajak bicara, sulit dalam mengorganisasi tugas dan aktivitas,
menolak, tidak suka atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses mental
yang lama, sering kehilangan barang pribadi, mudah terganggu dan sering lupa
dengan aktivitas yang dilakukan sehari - hari. (Kosasih, 2012, hal 19 – 20).
Novriana, Yanis & Masri (2014) berpendapat jika gangguan ini dapat ditemui
dalam kehidupan sehari - hari, baik pada anak usia pra sekolah, remaja, maupun
dewasa. Sebagian besar masyarakat masih menganggap jika gangguan ini sebagai
atensi yang kurang baik yang tidak dapat diterima oleh lingkungannya.
Melihat kondisi tersebut maka diperlukan penanganan yang segera untuk anak
ADHD. Apabila gangguan tersebut tidak ditangani dari awal maka akan menimbulkan
dampak berupa hambatan dalam kemampuan belajar, menurunnya tingkat
kepercayaan diri dan tentunya akan memengaruhi tumbuh kembang anak serta
mengalami masalah - masalah lain yang memiliki potensi pengaruh yang
berkepanjangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Baihaqi
& Sugiarmin (dalam Hatiningsih, 2013).
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, lantas berbagai terapi atau metode
dalam penanganan anak dengan ADHD semakin dikembangkan. Belum adanya obat
yang menyembuhkan ADHD, maka berbagai terapi dikembangkan yang dilakukan
untuk menangani ADHD. Hal tersebut dikemukakan dalam penelitian Mulyani
(2013). Pada penelitian tersebut juga dijelaskan penelitian Christopher dan McLauglin
dimana setelah melakukan penanganan untuk anak ADHD saat berada di dalam kelas

6
menunjukkan bahwa pemberian token ekonomi dapat menurunkan perilaku yang
tidak pantas di kelas dan meningkatkan tingkat kinerja akademik. Selain itu, token
ekonomi juga dapat mendukung dalam penyelesaian tugas. Maka, lebih sedikit waktu
yang dibutuhkan siswa dalam menyelesaikan suatu tugas. Perilaku yang tidak pantas
pada anak berkebutuhan khusus juga berkurang.
Menurut Doll, McLaughlin & Barretto (2013), disebutkan bahwa ruang kelas
sekolah dasar menjadi salah satu yang paling umum dimana sistem token ekonomi
digunakan. Banyak penelitian menunjukkan efektivitasnya manajemen perilaku
tersebut.
Penelitian terdahulu yang membahas token ekonomi sering dilakukan. Berbagai
penelitian yang berkaitan dengan token ekonomi telah banyak dilakukan oleh para
ahli psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan klinis namun penelitian tersebut
dilakukan untuk mengetahui penerapan token ekonomi dengan aspek lain. Penelitian
Higim, William dan McLauglin (2001), tentang penerapan token ekonomi pada anak
sekolah yang mengalami hambatan belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan token efektif mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami hambatan
belajar.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dan melihat dampak dari
gangguan ADHD, maka peneliti mencoba menggunakan terapi modifikasi perilaku
dengan menerapkan token ekonomi untuk meningkatkan atensi anak ADHD pada
suatu tugas karena salah satu symptom dari gangguan ADHD adalah sering gagal
dalam menyelesaikan tugas.
Kaplan, Sadock&Greeb (2006), terapi perilaku berdasarkan pada prinsip teori
belajar melalui pembiasaan perilaku tanpa menimbulkan rasa cemas. Hal ini
merupakan salah satu Upaya mengurangi perilaku yang tidak sesuai pada anak
hiperaktif. Token ekonomi adalah salah satu bagian dari terapi perilaku, dimana
bertujuan agar dapat menghilangkan kebiasaan akan sikap yang tidak sesuai dan
menggantikannya dengan pola perilaku yang baru dengan menggunakan token/tanda.
Kesimpulan dalam penelitian yang dilakukan Mulyani (2013) adalah sebagai
berikut dimana penerapan teknik token ekonomi mampu meningkatkan perhatian
pada anak ADHD dengan adanya hadiah berupa penguatan atau token yang langsung
diberikan serta hadiah tersebut harus memiliki kriteria disukai, dibutuhkan serta
menarik lantas membuat anak menjadi termotivasi untuk melakukan perilaku yang
diinginkan kembali. Kebiasaan baik pun meningkat dan terpelihara.

7
Teknik token ekonomi adalah salah satu bentuk aplikasi pendekatan behavior
dimana merupakan penerapan dari operant conditioning dengan mengganti hadiah
langsung dengan sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Disebut operant karena
memberikan perlakuan terhadap lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah laku
(Martin & Pear, 2005).
Dari uraian di atas dipilihlah teknik token ekonomi untuk menaikan perilaku
atensi pada anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Token ekonomi merupakan
intervensi yang paling banyak diteliti dan terbukti valid dalam setting sekolah
(McLaughlin & Williams, 1998). Token ekonomi yang telah terbukti efektif untuk
meningkatkan ketrampilan akademik di sekolah. Berbagai penelitian yang berkaitan
dengan token ekonomi telah banyak dilakukan oleh para ahli psikologi, khususnya
psikologi pendidikan dan klinis namun penelitian tersebut dilakukan untuk
mengetahui penerapan token ekonomi dengan aspek lain. Selain itu, berdasarkan
penelitian Erianawati (2005), diketahui bahwa metode yang menggambarkan secara
konkrit tentang sesuatu sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi tentang
pengertian sesuatu tersebut.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar anak ADHD.
2. Untuk mengetahui hasil identifikasi anak secara langsung di lapangan.
3. Untuk mengetahui layanan apa saja yang diberikan pada anak ADHD di lapangan.

8
BAB II

PEMBAHASAN
A. Identitas Anak
Nama : ZR
Tempat Tanggal Lahir : Martapura, 30 April 2012
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Sekolah : SDN 2 Komet
Kelas : 6A
B. Riwayat Kelahiran dan Perkembangan Anak
Ananda ZR lahir dengan proses operasi caesar di sebuah rumah sakit. Ananda ZR
mengalami posisi sungsang saat masih dalam kandungan dan saat proses kelahiran,
sampai 2 hari setelahnya ananda ZR tidak kunjung menangis sebagaimana bayi
seharusnya.
C. Hasil Identifikasi
Dari pelaksanaan identifikasi dan wawancara anak dengan hambatan perhatian
dan hiperaktifitas di SDN 2 Komet, anak yang kami identifikasi memiliki
kecenderungan ke arah hiperaktif walaupun ada beberapa perilaku anak yang
menunjukkan ADD (Attention Defisit Disorder). Beberapa perilaku hiperaktifnya
terlihat pada saat kegiatan belajar di kelas, seperti tanpa sadar bersiul dan beceloteh
sendiri, hal itu kerap kali membuat teman di sekitarnya merasa terganggu. Akan
tetapi, ZR jarang meminta bantuan pendampingan oleh guru GPK saat pembelajaran
di kelas, begitu juga dengan pendampingan di ruang sumber, hingga bantuan saat
mengerjakan tugas sekolah, ZR mampu melakukannya sendiri. Semua yang dilakukan
ZR sama dengan anak yang lain saat berada di kelas, terkecuali saat anak berada di
ruang sumber anak akan mendapat pendampingan sama seperti yang lain. Anak juga
memerlukan pendekatan guru karena sepertinya anak menyimpan kesedihan yang
mendalam karena meninggalnya kedua orang tuanya.

9
D. Hasil Asesmen

ASPEK KEMAMPUAN KEMAMPUAN KEBUTUHAN


YANG TELAH YANG BELUM BELAJAR
TERCAPAI TERCAPAI
Akademik Anak memiliki Anak belum mampu 1. Pembelajaran
(kemampuan kemampuan membaca memahami bacaan dengan metode
membaca) dan pemahaman tanda seperti menceritakan bercerita. Anak
baca yang baik. kembali tesk bacaan dibiasakan
yang dibaca hanya untuk
dengan satu kali membaca buku
pengulangan, bacaan setiap
menyebutkan gagasan harinya, lalu
pokok, latar belakang diminta
masalah, membuat menceritakan
kesimpulan, serta kembali apa
membaca dengan yang ia baca.
ekspresi sesuai bacaan. 2. Anak juga
dapat diminta
menceritakan
pengalamannya
di sekolah
maupun di
rumah,
misalnya
apakah ada hal
yang membuat
anak senang
ataupun sedih.
Akademik 1. Anak mampu - -
(kemampuan meraih dan
menulis) memegang
objek
2. Anak mampu
melepas objek
3. Anak mampu
menentukan
arah
4. Anak mampu
memegang dan
menggerakan
alat tulis
5. Anak mampu
menebalkan
huruf, kata,
dan bentuk
6. Anak mampu
menyalin huruf
dan angka
7. Anak mampu

10
menyalin kata
dan kalimat
8. Anak mampu
mewarnai
9. Anak mampu
membuat
karangan
berupa kalimat
maupun
paragraf
10. Anak mampu
melakukan
semua instruksi
pada butir
instrumen
dengan baik
Akademik Anak mampu - -
(kemampuan melakukan semua
berhitung) instruksi yang ada di
butir instrumen
dengan baik, yang
meliputi:
memahami aritmatika,
geometri, dan
pengukuran.
Perkembangan Anak mampu - -
(Kognitif melakukan semua
Dasar) instruksi yang ada di
butir instrumen
dengan baik, yang
meliputi:
Tahap sensorimotor,
pra-operasional,
operasional konkrit,
serta operasional
formal
Perkembangan Anak mampu - -
(Persepsi) melakukan semua
instruksi yang ada di
butir instrumen
dengan baik, yang
meliputi:
Aspek persepsi
auditori, taktil,
kinestetik, dan visual.
Perkembangan Anak mampu - -
(Bahasa melakukan semua
Komunikasi) instruksi yang ada di
butir instrumen
dengan baik, yang

11
meliputi:
Bahasa reseptif dan
ekspresif
Perkembangan 1. Pada indikator 1. Anak 1. Pembelajaran
(Motorik) Anak mampu belum olahraga
melakukan mampu mengenai lari
push-up, sit up, melakukan sprint
dan squat jump sprint 20 2. Melatih
2. Pada indikator meter, keseimbangan
kelenturan, dalam anak dengan
anak mampu waktu 3 latihan berdiri
melakukan detik di atas bola
duduk selonjor (kecepatan) 3. Latihan pull up
dan meraih 2. Anak di tempat yang
ujung jari kaki belum menyenangkan,
dengan kedua mampu seperti di
tangan serta melakukan taman bermain.
melakukan pull-up
gaya kobra 3. Anak
3. Pada indikator belum
kelincahan, mampu
anak mampu melakukan
melakukan lari gaya split
halang rintang 4. Anak
dan zig-zag. belum
4. Anak memiliki mampu
kemampuan melakukan
yang baik pada gaya
motork halus kayang
yang meliputi,
5. Anak
meronce,
belum
menggunting,
menempel, dan mampu
melipat. berdiri di
5. Anak memiliki atas bola
kemampuan
yang baik
dalam
keseimbangan
statis dan
dinamis
6. Anak memiliki
kemampuan
yang baik
dalam
koordinasi
mata dan
tangan serta
mata dan kaki

12
Perkembangan 1. Anak memiliki Anak kurang mampu Pembelajaran berbasis
(Sosial Emosi) perkembangan belajar secara optimal video-based learning
sosial yang pada mata pelajaran atau contextual-based
baik pada yang kurang diminati learning.
ruang lingkup
keluarga,
teman sebaya,
serta di
lingkungan
sekolah
2. Anak memiliki
perkembangan
emosi yang
baik pada
ruang lingkup
perilaku
agresif, senang,
takut, sedih,
bimbang dan
gelisah, serta
tidak percaya
diri.

E. Hasil Implementasi Program Pembelajaran

13
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Anak mampu menyelesaikan proses identifikasi, asesmen, hingga implementasi
program pembelajaran dengan sangat baik. Pada beberapa lembar checklist instrumen
kami anak menunjukkan kriteria mampu hampir pada semua aspek, baik aspek
perkembangan maupun akademik. Berdasarkan hasil pengamatan kami, hambatan
anak terlihat saat ia memerlukan waktu untuk memproses pertanyaan atau instruksi
dari asesor, namun itu hanya terjadi di beberapa butir instrumen. Pertanyaan dan
instruksi dari asesor pun setelahnya tetap dikerjakan anak dengan tepat.
Anak juga terkadang lupa saat ditanyakan mengenai kapan kegiatan yang telah ia
lalui sebelumnya dilaksanakan, seperti ulangan tengah semester yang baru saja dilalui
anak. Dari hambatan tersebut dapat disimpulkan kebutuhan belajar yang diperlukan
anak adalah pembelajaran berbasis pengulangan serta bercerita. Selain itu, anak juga
lebih menggemari pembelajaran berbasis video dan kurang optimal dalam menerima
pembelajaran yang memang kurang digemarinya, sehingga penggunaan video
pembelajaran sederhana serta pembelajaran kontekstual juga baik apabila diterapkan
pada anak.
B. Saran
Saran bagi pihak sekolah/guru agar dapat melakukan pendekatan kepada anak
secara emosi, karena terkadang anak menunjukkan kesedihan, agar anak bisa kembali
ceria. Kemudian memberikan arahan kepada wali anak untuk membawa anak
melakukan tes psikolog, guna mengetahui perkembangannya hingga saat ini. Pihak
sekolah juga bias melakukan pembelajran lebih dalam pada mata pelajran Matematika
dan Bahasa Inggris, sebab anak memiliki ketertarikan dan kemampuan yang cukup
baik pada mata pelajaran tersebut.
Adapun saran untuk pihak keluarga/wali, sebaiknya lebih sering berkomunikasi
dan arahkan anak untuk bergaul dengan teman-teman yang ada di sekitarnya, terutama
lingkungan rumah. Sebab anak memiliki sifat pemalu dan cukup tertutup, apalagi
setelah kedua orangtuanya meninggal dunia. Hal tersebut sangat berpengaruh dengan
perkembangannya yang akan dating nanti, baik dari perkembangan emosi, perilaku,
hingga kognitifnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Mirnawati. 2020. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Deepublish (Grup Penerbitan CV
BUDI UTAMA).
Mirnawati, & Amka. (2019). Pendidikan Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder). CV. Budi Utama.

15
LAMPIRAN

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai