Anda di halaman 1dari 24

WIZERTI ARIASTUTI SALEH, S.Pd., M.

Pd
MODIFIKASI DAN TERAPI PERILAKU

LAPORAN PROGRAM MODIFIKASI DAN TERAPI PERILAKU

ANAK HIPERAKTIF

Disusun oleh:

AGNI AGATHA PATUARA


1845042003

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
kehendaknya tentu saya tidak akan mampu untuk menyelesaikan laporan ini.

Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat kesehatan,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan laporan sebagai tugas dari mata kuliah Modifikasi Dan Terapi Perilaku dengan judul
“Laporan Program Modifikasi dan Terapi Perilaku Anak Hiperaktif”

Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca terhadap makalah ini, agar nantinya penulis dapat memperbaiki
laporan ini lebih baik lagi. Demikian pula dengan penulisan , apabila ada kesalahan penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan laporan ini, sehingga dapat terselesaikan. Dengan segala harapan dan doa semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Makassar, Mei 2020

Penulis
DAFTRA ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………...iii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………….......1
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………….1
C. TUJUAN…………………………………………………………………………………..2
D. MANFAAT………………………………………………………………………………..2
BAB II. KAJIAN
TEORI………………………………………………………………………….3
A. PERILAKU ANAK HIPERAKTIF……………………………………………………….3
B. MASALAH ANAK HIPERAKTIF……………………………………………………….4
C. TEKNIK TOKEN
EKONOMI…………………………………………………………….8
BAB
III…………………………………………………………………………………………...12
A. ASSESMENT……………………………………………………………………………12
B. PROGRAM MODIFIKASI
PERILAKU………………………………………………...14
C. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN PROGRAM MODIFIKASI………………….15
BAB IV.
PENUTUP……………………………………………………………………………...19
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………..19
B. SARAN…………………………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengingat bahwa setiap manusia atau individu memiliki sifat khas yang diperoleh
dari lingkungan keluarga maka dalam wujud pergaulan menunjukkan sifat dan perilaku
yang berbeda-beda. Salah satunya adalah istilah ADHD (Marlina, 2007: 1). ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorders) dapat diterjemahkan dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Menurut Zaviera (2008: 1) “Anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas yang
akan membawa dampak untuk timbulnya masalah fisik, psikis dan masalah sosial”.
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperktivitas lebih dikenal
dengan sebutan ADHD (attention deficit-hyperactivity disorder). Dalam
berbagaiterminologi di Indonesia anak ADHD sering disebut sebagai anak hiperaktif.
Problem perilaku pada anak hiperaktif dapat merupakan masalah pada anak itu sendiri,
masalah bagi orang tua yang memiliki anak hiperaktif,dan masalah bagi masyarakat yang
mempunyaai rasa tanggung jawab terhadap pendidikan bagi generasi penerus. Problema
utama yang paling di khawatirkan adalah ketahanan memperhatikan sangat rendah,
kurang adanya kontrol perilaku, di mana kemampuan ini sangat dituntut apabila anak
sudah mulai sekolah dan bermain dengan teman-temanya.
Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam pengubahan perilaku manusia
berdasarkan pendekatan behaviorism adalah teknik ekonomi token (Token Economy
Technique). Ekonomi Token adalah satu bentuk pengubahan perilaku yang dirancang
untuk meningkatkan perilaku yang disukai dan mengurangkan perilaku yang tidak
disukai dengan menggunakan token atau koin (Ayllon, 1999). Seorang individu akan
menerima token dengan segera setelah menampilkan perilaku yang disenangi, sebaliknya
akan mendapat pengurangan token jika menampilkan perilaku yang tidak disukai.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam laporan ini ialah:
1. Bagaimana perilaku anak hiperaktif?
2. Apa saja masalah perilaku anak hiperaktif?
3. Apa yang dimaksud dengan token ekonomi?
4. Apa Assesment anak hiperaktif?
5. Bagaimana program modifikasi perilaku?
6. Apa saja langkah-langkah modifikasi perilaku?

C. TUJUN
Tujuan dari laporan ini ialah:
1. Agar mengetahui perilaku anak hiperaktif.
2. Agar mengetahui masalah perilaku anak hiperaktif.
3. Agar mengetahui dimaksud dengan token ekonomi.
4. Agar mengetahui Assesment anak hiperaktif.
5. Agar mengetahui program modifikasi perilaku.
6. Agar mengetahui langkah-langkah modifikasi perilaku.

D. MANFAAT
Manfaat dari lapaoran ini ialah agar pembaca dapat mengetahui tentang modifikasi
perilaku untuk anak hiperaktif dan dapat membuat assement dan program modifikasi
perilaku serta langkah-langkah untuk modifikasi perilaku anak hiperaktif dengan
menggunakan teknik token ekonomi.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PERILAKU ANAK HIPERAKTIF


Pengertian Hiperaktif Pada dasarnya setiap manusia memiliki dorongan hidup
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal tersebut dilakukan oleh manusia
untuk mendapatkan penghargaan atas dirinya. Namun, mengingat bahwa setiap manusia
atau individu memiliki sifat khas yang diperoleh dari lingkungan keluarga maka dalam
wujud pergaulan menunjukkan sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Salah satunya
adalah istilah ADHD (Marlina, 2007: 1). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorders) dapat diterjemahkan dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.
Istilah ADHD dapat disebut juga dengan istilah hiperaktif. ADHD atau hiperaktif
merupakan perilaku yang berkembang dan timbul pada anak-anak. Perilaku yang
dimaksud berupa kekurangmampuan dalam hal menaruh perhatian dan pengontrolan diri.
Keadaan yang demikian akan menjadi masalah bagi anak-anak yang berperilaku
demikian. Masalah yang akan dialami oleh anak penderita ADHD di antaranya adalah
masalah dalam pemusatan perhatian dan bermasalah dengan waktu sehingga akan
menimbulkan kesukaran dalam kelas.
Menurut Zaviera (2008: 1) “Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami
gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas yang akan membawa dampak untuk
timbulnya masalah fisik, psikis dan masalah sosial”. Sedangkan Baihaqi & Sugiarmin
(2006: 2) menjelaskan bahwa anak hiperaktif adalah “Kondisi anak-anak yang
memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi, banyak gerak, emosi yang meledak-
ledak, mudah putus asa dan kecil hati yang akan mengakibatkan anak tidak memiliki
teman”.
Lebih lanjut Prasetyono (2008: 99) mengatakan: ”ADHD merupakan perilaku
menyimpang yang menunjukkan tanda-tanda kurang perhatian, aktifitas yang berlebihan
mudah teralih perhatian, emosi yang meledak-ledak, mudah putus asa, dan kecil hati yang
disebabkan oleh berbagai faktor”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hiperaktif adalah
karakteristik atau pola tingkah laku pada seseorang anak yang menunjukkan sikap atau
tingkah laku yang menunjukkan keadaan aktifitas fisik seperti gerakan yang
berlebihan seolah digerakkan oleh mesin, tidak dapat duduk tenang, keadaan psikologis
seperti emosi yang meledak-ledak, mudah putus asa dan kecil hati serta hubungan sosial
seperti tidak memiliki teman, berkelahi atau berantem dengan teman, ingin menjadi
pemimpin di antara teman-temannya yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Perilaku hiperaktif atau ADHD yang dialami oleh anak, dapat digolongkan ke
dalam beberapa jenis. Julia Maria van Tiel (2006: 236—238) menyatakan “ADHD
dibedakan dalam jenis attention disorder, planning disorder, motoric hyperactivity, serta
ADHD yang disertai gangguan lain”.
1. Attention disorder adalah jenis hiperaktif yang ditandai dengan adanya gangguan
pada peningkatan terhadap kepekaan terhadap berbagai faktor yang dapat menarik
perhatian, misalnya anak mudah teralih perhatiannya jika mendengar suara di luar dan
tidak dapat memperhatikan hal yang seharusnya diperhatikannya.
2. Planning disorder adalah bentuk perilaku yang ditandai dengan gejala impulsivitas
seperti bertindak tanpa berpikir dahulu, sulit menjalani satu aktivitas, tidak sabar
dalam menunggu giliran.
3. Motoric hyperactivity adalah bentuk perilaku yang ditandai dengan tidak pernah
tenang, misalnya banyak gerakan yang dilakukan anak seperti dikendalikan oleh
mesin, tidak dapat duduk tenang.
ADHD yang disertai gangguan lain yaitu bentuk perilaku yang disertai dengan
berbagai gangguan seperti gangguan kognitif, gangguan tidur (sleep disorder) yang akan
mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam memperhatikan sesuatu dengan detail
serta anak mengalami masalah dalam tidurnya seperti banyak gerakan ketika dia tidur.
Ahli lain Marlina (2007: 12) menyatakan “Hiperaktif dibedakan menjadi empat jenis
yaitu berdasarkan gejala perilaku, berdasarkan jenis kelainan perilaku, berdasarkan
penyebab, serta berdasarkan berat ringannya penyimpangan perilaku”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hiperaktif dapat dibedakan
dalam tiga jenis atau katagori yaitu jenis hiperaktif yang ditandai dengan kurangnya daya
perhatian (inattentive), jenis hiperaktifitas dan impulsive, serta jenis hiperaktif kombinasi.
Hiperaktif dengan kecenderungan kurangnya perhatian ini ditandai dengan ciri seperti
sembarangan dalam melakukan aktifitas, kesulitan dalam melakukan konsentrasi,
minimnya ketrampilan organisasional, menghindari tugastugas yang membutuhkan
upaya, kesulitan bertahan dalam satu aktifitas, sering tidak mendengarkan instruksi atau
lawan bicara, serta sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk tugas, sedangkan
hiperaktif dengan jenis hiperaktifitas dan impulsive adalah jenis hiperaktif yang ditandai
dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh seseorang anak tanpa berpikir resiko yang
akan dihadapi maupun pendapat orang lain mengenai tingkah laku dan tindakan yang
dilakukannya.
Lebih lanjut adalah hiperaktif dengan jenis kombinasi. Hiperaktif dengan jenis
kombinasi ini adalah jenis hiperaktif gabungan yang ditandai dengan ciri hiperaktif
kurangnya perhatian dan hiperaktifitas yang disertai impulsive.

B. MASALAH YANG DIHADAPI ANAK HIPERAKTIF


Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperktivitas lebih dikenal dengan
sebutan ADHD (attention deficit-hyperactivity disorder). Dalam berbagai terminologi di
Indonesia anak ADHD sering disebut sebagai anak hiperaktif. Gejala utama yang sering
ditampakkan pada anak yang mengalami ADHD oleh Anastopoulus dan Barkley (1992)
digambarkan sebagai berikut:

a. Inattention (kekurangan perhatian)


Anak menunjukkan perilaku tidak mendengarkan perintah, tidak menyelesaikan
tugas pekerjaan, daydreaming (melamun), mudah bosan, sehingga anak tampak
bodoh, bosan dan meengulang-ulang tugas.
b. Impulsivity
Impulsivitas sering diartikan cepat merespon dan tidak akurat dalam merespon.
Kadang-kadang juga diartikan ada hambatan dalam mempertahankan respon,
kurang dapat menunda kegembiraan.
c. Hyperactivity
Hiperaktif dapat ditunjukkan secara motorik atau verbal. Beberapa kasus anak
hiperaktif tampak ada gerakan yang tidak konsisten, selalu pada keadaan akan
pergi, mengendarai motor, tidak mampu tetap duduk.
a) Tipe inattentive
1) Sering gagal untuk memberi perhatian ke arah yang detail atau
membuat kesalahan dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan,
atau aktivitas lain;
2) Sering mempunyai kesulitan dalam mempertahankan perhatian
pada tugas-tugas atau aktivitas bermain;
3) Sering nampak tidak mendengarkan ketika diajak berbicara
langsung;
4) Sering tidak mengikuti perintah dan gagal untuk menyelesaikan
tugas sekolah, menyanyi bersama, atau tugas ditempat kerja (bukan
karena perilaku oposisi atau keliru memahami intruksi);
5) Sering kesulitan mengorganisasi tugas-tugas atau aktivitas;
6) Sering menghindari, tidak menyukai (dislike) atau enggan untuk
asyik melakukan tugas-tugas yang melibatkan kerja mental;
7) Sering menghilangkan benda-benda yang diperlukan dalam tugas
atau aktivitas (seperti mainan, tugas sekolah, pensil, buku atau alat-
alat);
8) Sering mudah bingung oleh stimuli dari luar;
9) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.
b) Tipe hiperaktif
1) Sering tidak dapat diam dengan (kaki dan tangan) atau bergerak-
gerak duduknya;
2) Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau pada situasi yang
lain dimana posisi duduk masih diharapkan;
3) Sering berkeliling atau memanjat terlalu berlebihan pada situasi di
mana tidak patut dilakukan (pada remaja dan orang dewasa
mungkin terbatas perasaan gelisah atau keresahan yang bersifat
subjektif)
4) Sering berkesulitasan untuk diam dalam melakukan aktivitas
bermain atau aktivitas yang menarik hati;
5) Sering bepergian atau sering beraktivitas dengan mengendarai
motor;
6) Sering berbicara secara berlebihan.
c) Tipe impulsive
1) Sering membuka mulut atau menjawab sebelum pertanyaan
lengkap;
2) Sering berkesulitan menunggu atau berbelok;
3) Sering melakukan interupsi atau mengganggu orang lain (seperti
turut campur dalam percakapan atau permainan)

Problem perilaku yang paling utama pada anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) atau anak hiperaktif adalah
ketidakmampuan untuk mengontrol perilakunya (Andrian, Ashman, dan John Elkines,
1994).
Problem perilaku pada anak hiperaktif dapat merupakan masalah pada anak itu
sendiri, masalah bagi orang tua yang memiliki anak hiperaktif,dan masalah bagi
masyarakat yang mempunyaai rasa tanggung jawab terhadap pendidikan bagi generasi
penerus. Problema utama yang paling di khawatirkan adalah ketahanan memperhatikan
sangat rendah, kurang adanya kontrol perilaku, di mana kemampuan ini sangat dituntut
apabila anak sudah mulai sekolah dan bermain dengan teman-temanya. Problem anak
hiperaktif dimulai dari ketidakmampuan untuk memperhatikan, kontrol perilaku yang
rendah dan kecenderungan untuk mencari dan membutuhkan stimulus. Kondisi ini akan
mempengaruhi motivasi dan skema, sehingga perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan
motoric mengalami gangguan.

Suprapti Djuari Soerais (1994) mengidentifikasi perilaku khusus anak hiperaktif


yang sering merupakan problem bagi anak hiperaktif secara umum adalah:

a. Memfokuskan terhadap hal-hal yang tidak perlu,


b. Sulit memilih antara suara dan pusat dari rangsangan,
c. Tidak mampu bereaksi secara refleks, merencanakan atau memonitor reaksi (output),
memikir berat, memecahkan masalah, menghambat perilaku yang tidak baik,
d. Lemah dalam memodulasi aktivitas, gelisah, dan resah, gerakan motorik yang tidak
tertuju, hipoaktif (pada beberapa kasus),
e. Sulit mencapai kepuasan dan kemantapan, selalu berkeinginan, tidak tenang, suka
memekik, dan merengek, rewel (irritability),
f. Lemah dalam merespons terhadap sanjungan atau hukuman,
g. Mudah lelah, sulit untuk tetap tegar dan giat, sering menguap,
h. Sulit tidur di malam hari,
i. Sulit menyelesaikan tugas,
j. Sulit bergaul, kurang perhatian,
k. Sulit mengembangkan minat, hobi, mainan yang di sukai,
l. Disfungsi perkembangan, lambat maturasi saraf.

C. TEKNIK TOKEN EKONOMI


Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam pengubahan perilaku manusia berdasarkan
pendekatan behaviorism adalah teknik ekonomi token (Token Economy Technique).
Ekonomi Token adalah satu bentuk pengubahan perilaku yang dirancang untuk
meningkatkan perilaku yang disukai dan mengurangkan perilaku yang tidak disukai
dengan menggunakan token atau koin (Ayllon, 1999). Seorang individu akan menerima
token dengan segera setelah menampilkan perilaku yang disenangi, sebaliknya akan
mendapat pengurangan token jika menampilkan perilaku yang tidak disukai. Token-token
ini dikumpulkan dan kemudian dalam jangka waktu tertentu dapat ditukarkan dengan
hadiah atau sesuatu yang mempunyai makna. Secara singkatnya Token Ekonomi
merupakan sebuah sistem reinforcement untuk perilaku yang dikelola dan diubah,
seseorang mesti dihadiahi/ diberikan penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi
perilaku yang diinginkan (Garry, 1999). Tujuan utama dari Ekonomi Token adalah
meningkatkan perilaku yang disukai (baik) dan mengurangkan perilaku tidak disukai
(Miltenberger, 2001). umumnya ekonomi token digunakan dalam pengubahan perilaku di
setting institusional (termasuk rumah sakit jiwa, lembaga koreksional atau pusat
rehabilitasi) untuk mengatur perilaku individu yang agresif atau tidak dapat diprediksi.
Bagaimanapun, tujuan ekonomi token yang lebih besar adalah mengajarkan tingkah laku
yang tepat dan keterampilan sosial yang dapat dipergunakan dalam suatu lingkungan
alamiah. Pendidikan khusus (bagi anak dengan kecacatan perkembangan atau kesulitan
belajar, hiperaktif, kurang perhatian, atau gangguan perilaku), pendidikan regular,
akademi, berbagai tipe panti, divisi militer, panti werdha, program rehabilitasi narkoba,
setting pekerjaan, konseling keluarga dan rumah sakit dapat juga menggunakan ekonomi
token (Fahrudin, 2010). Ekonomi token juga bisa digunakan pada individu atau dalam
kelompok.

PELAKSANAAN TOKEN EKONOMI


Menurut Fahrudin (2010) terdapat enam elemen yang perlu ada dalam pelaksanaan terapi
psikososial menggunakan teknik Ekonomi Token yaitu;
1. Token (Koin)
Segala sesuatu yang bisa dilihat dan dapat dihitung dapat dijadikan token. Token
seharusnya sesuatu yang menarik, mudah dibawah dan sukar ditiru. Umumnya
beberapa item dapat dijadikan token seperti duit poker, stiker, tally poin, atau uang
mainan. Ketika individu menampilkan tingkah laku yang disukai, maka klien segera
diberikan sejumlah token. Token harus tidak punya nilai bagi mereka. Mereka harus
mengumpulkan token dan kemudian menukarkannya dengan sesuatu yang berharga,
diberikan keistimewaan atau diberi kemudahan melakukan aktivitas lain. Individu
juga dapat kehilangan token (denda) jika menunjukkan perilaku yang tidak disukai.
2. Kejelasan Pendefinisian Tingkah Laku Target
Individu yang terlibat dalam ekonomi token harus mengetahui secara jelas apakah
yang harus mereka lakukan agar mendapatkan token. Tingkah laku yang disukai dan
yang tidak disukai harus dijelaskan diawal secara sederhana dan termasuk yang
spesifik. Jumlah token yang akan dihadiahkan atau kehilangan token bagi setiap
perilaku juga harus bersifat spesifik
3. Motif-motif Penguat (Back-up Reinforcers)
Motivasi penguat adalah objek yang penuh arti, keistimewaan, atau aktivitas
tambahan yang dapat diberikan kepada klien sebagai pertukaran dengan token yang
mereka peroleh. Token dapat berupa mainan-mainan, waktu tambahan, atau tamasya/
aktivitas di luar panti. Kesuksesan dari suatu token ekonomi tergantung pada pesona
(tawaran menarik/kenikmatan) dari motif-motif penguat tersebut. Individu akan
termotivasi untuk mendapatkan token jika mereka mengetahui bentuk penghargaan di
masa depan yang diwakili oleh tanda-tanda yang mereka terima. Suatu ekonomi token
yang direncanakan akan menjadi baik jika penggunaan motif-motif penguat tersebut
dipilih sendiri oleh individu tersebut berbanding yang dipilih oleh pekerja Sosial atau
Petugas panti.
4. Sistem Penukaran Token
Klien perlu tahu adanya mekanisme tempat dan waktu yang sesuai untuk mereka
menukarkan token dengan motif-motif penguat tadi. Nilai dari suatu token dari setiap
motif penguat ditentukan oleh nilai uang, permintaan, atau nilai terapi yang
dijalankan. Sebagai contoh, jika motif penguat itu adalah mahal atau sangat menarik
maka nilai token harus yang lebih tinggi. Jika nilai token ditetapkan terlalu rendah,
maka individu kurang termotivasi untuk mendapatkan token. Dan sebaliknya, jika
nilai itu diatur terlalu tinggi, maka individu akan merasa takut atau ragu dalam
mendapatkan token. Adalah penting agar masing-masing individu dapat memperoleh
sedikitnya beberapa token.
5. Suatu Sistem Perekam Data
Sebelum rawatan (treatment) dimulai, informasi (baseline data) perilaku individu
yang sekarang perlu dikumpulkan. Perubahan perilaku kemudian direkam di lembar
data harian (daily data sheet). Informasi ini digunakan untuk mengukur kemajuan
individu dan efektivitas dari token ekonomi. Informasi mengenai pertukaran dari
token juga perlu untuk direkam/dicatat.
6. Implementasi Konsistensi token ekonomi oleh Pekerja Sosial
Keberhasilan implementasi Token Ekonomi sangat tergantung dari semua Pekerja
Sosial atau Petugas sebagai terapis/fasilitator yang harus memperlihatkan perilaku-
perilaku yang sama, menggunakan token dalam jumlah yang sesuai, menghindari
motif penguat dibagikan dengan bebas, dan mencegah token dari pemalsuan,
pencurian, atau diperoleh secara tidak adil. Tanggungjawab Pekerja Sosial dan
ketentuanketentuan token ekonomi harus dijelaskan dalam suatu manual tertulis.
Pekerja Sosial atau Petugas juga perlu dievaluasi pada waktu tertentu dan diberi
peluang untuk bertanya atau berpendapat.

Sesungguhnya token sering diberikan dan di dalam sejumlah yang banyak, tetapi
individu belajar untuk perilaku yang diinginkan, lambat laun peluang untuk mendapatkan
token berkurang secara bertahap. Jumlah dan frekuensi dari pembagian token disebut
suatu jadwal penguatan. Misalnya di sebuah Panti Sosial, masing-masing klien boleh
mendapatkan 25 sampai 75 token pada hari pertama, sehingga mereka dengan cepat
belajar nilai dari token. Kemudian, para klien boleh mendapatkan 15 sampai 30 token per
hari. Secara berangsurangsur mengurangi ketersediaan token (memudar), para klien perlu
belajar untuk menampilkan perilaku yang diinginkan secara mandiri, tanpa pengaruh
yang tidak wajar akibat penggunaan token. Motif penguat ini akan ditemukan
individu/klien secara normal di dalam masyarakat, seperti pujian lisan, yang seharusnya
perlu diberikan bersamaan dengan proses pemberian token.
Keuntungan dari token ekonomi adalah bahwa perilaku-perilaku yang ditunjukan
individu dapat dihargai dengan segera, besarnya reward/hadiah adalah sama nilainya
untuk semua individu dalam suatu kelompok, penggunaan dari hukuman (respon costs)
lebih sedikit resikonya dibandingkan bentuk-bentuk hukuman yang lain, dan individu
dapat belajar ketrampilan-ketrampilan yang berhubungan dengan masa depan. Kerugian-
kerugian yang pantas dipertimbangkan dari token ekonomi termasuk biaya, usaha dan
pelatihan karyawan dan manajemen. Beberapa profesional menemukan bahwa token
ekonomi bersifat tidak praktis dan memakan waktu.
Penggunaan teknik token ekonomi bukan tanpa resiko. Resiko di dalam token
ekonomi adalah sama halnya dengan teknik pengubahan perilaku yang lain. Pekerja
Sosial atau Petugas panti dalam menerapkan treatment ini bisa dengan sengaja atau tidak
sengaja kurang memperhatikan apakah individu dengan rela menerima treatment
(Fahrudin, 2010). Token economy tidak perlu merampas/mencabut kebutuhan dasar
mereka, seperti makanan yang cukup, selimut yang nyaman, atau peluang layak untuk
memperoleh kesenangan). Jika pekerja Sosial atau Petugas panti tidak terlatih dengan
baik boleh jadi perilaku-perilaku yang diinginkan justru tidak diberikan rewards token
sedangkan perilaku-perilaku yang tidak diinginkan malah dihadiahi token. Hal ini dapat
menghasilkan peningkatan perilaku negatif pada klien.
PROSEDUR EKONOMI TOKEN
Menurut Fahrudin (2010) dan Miltenberger, R. G. (2001) bahwa sebelum Pekerja
Sosial panti menerapkan teknik Ekonomi Token maka perlu diperhatikan langkah-
langkah sebagai berikut;
1. Langkah pertama adalah Pekerja Sosial atau mengenali dengan jelas tingkah laku yang
akan diubah menggunakan teknik ekonomi token. Definisi perilaku tersebut secara
spesifik, dapat diamati (observable) dan terukur supaya dapat menjaga konsistensi
dalam implementasinya.
2. Memulai Token
a. Pilih Jenis Token yang Akan Dipakai
Banyak benda/objek yang dapat digunakan sebagai Token. Misalnya pekerja Sosial
atau Petugas dapat menggunakan uang mainan, kelereng, kancing, stiker, dan
berbagai benda lain. Apabila pekerja Sosial atau Petugas menghadapi klien yang
masih anak-anak perlu diperhatikan keamanan Token supaya tidak terjadi anak
menelan Token atau memasukan ke dalam hidung atau telinga. Perlu diingat dalam
memilih Token yaitu mudah untuk dihitung, sulit untuk dipalsukan dan aman
digunakan.
b. Pilih Penguat/Hadiah yang akan Ditukar dengan Token
Pekerja Sosial atau Petugas memilih hadiah yang dapat ditukar dengan Token yang
telah dikumpulkan. Hadiah ini tidak perlu mahal. Uang saku tambahan mungkin
bisa digunakan sebagai hadiah, atau juga keistimewaan (privilege) misalnya dengan
memberikan atau membuatkan makanan kesukaan atau memberikan hadiah tiket
nonton biskop atau pertandingan sepak bola.
c. Hitung Berapa Nilai
Token untuk suatu Perilaku Selanjutnya, pekerja Sosial atau Petugas perlu
mengatur berapa nilai Token untuk satu jenis perilaku yang diinginkan. Misalnya
apabila klien tidak terlambat hadir ke dalam program bimbingan berharga 1. Token,
mengerjakan tugas membersihkan kamar dan tempat tidur sendiri bernilai, 2.
Token, bisa mengerjakan latihan keterampilan yang diajarkan 3 Token, dan
seterusnya. Begitu pula jika klien menunjukkan perilaku negatif maka pekerja
sosial/klien dapat mengambil semua atau sebagian Token sebagai bentuk hukuman
(punishment). Namun pekerja Sosial atau Petugas perlu memperhatikan perilaku
apa yang jelas untuk dijadikan patokan sebagai hukuman.
d. Berapa Harga untuk Hadiah yang Ditukar dengan Token
Pekerja Sosial atau Petugas perlu mengatur berapa harga hadiah yang dapat ditukar
dengan dengan jumlah Token. Misalnya saja 10 Token bisa ditukar dengan main
game computer selama 2 jam. Dalam hal ini pekerja Sosial atau Petugas perlu
mengatur dan menjaga konsistensinya.
e. Buatlah Bank Token
Pekerja Sosial atau Petugas perlu mengorganisasi Token untuk klien. Pekerja Sosial
atau Petugas perlu mencatat sehingga teratur. Oleh sebab itu dibutuhkan Bank
Token. Bank Token dapat berbentuk toples untuk token yang berupa kelereng,
kancing atau hal-hal lain yang dapat ditempelkan. Bisa pula berupa papan/kertas
yang dapat ditempel atau bisa juga papan tulis sehingga leluasa mengganti jumlah
Token. Untuk menghindari kecurangan diantara klien, maka Bank Token harus
ditempatkan di tempat yang dapat terlihat oleh semua klien.
f. Tentukan Kapan Waktu untuk Menukar Token
Pekerja Sosial perlu menentukan kapan waktu untuk menukar Token yang sudah
dikumpulkan klien. Pekerja Sosial atau Petugas perlu membuat kesepakatan dengan
klien kapan mereka dapat menukarkan Token secara berkala. Untuk memperoleh
hasil yang optimal, maka teknik ekonomi token dapat divariasikan dengan teknik
dan cara lain. Ekonomi Token dapat dimodifikasi atau diperbaiki dengan berbagai
variasi yang diperlukan. Beberapa variasi yang dapat ditambahkan dalam teknik
ekonomi token yaitu:
a. Memperbolehkan klien menikmati hadiah (reinforcement) bersama teman-
temannya,
b. Pengelolaan program Ekonomi Token oleh klien itu sendiri,
c. Kombinasikan program Ekonomi Token dengan program bimbingan
keterampilan,
d. Kombinasikan dengan kelompok yang berbeda.
BAB III

A. ASSESMENT
Data Anak
Nama : Angga Dani Ananda
Tempat Tanggal Lahir : Sukoharjo, 14 Februari 2001
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Kelas : III
Jumlah saudara : 3
Alamat : Pundung Sari
Bahasa sehari-hari : Jawa
Penyakit yang sedang diderita : Radang tenggorokan
Data Orang Tua
Nama ayah : Surono
Pekerjaan : Polisi
Agama : Islam
Nama ibu : Sumarni
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Fisik Anak
Angga merupakan siswa yang memiliki berat badan 25 kilogram dengan tinggi 143cm.
Angga memiliki kesehatan yang baik dan tidak memiliki cacat tubuh serta tidak
menderita suatu penyakit yang membahayakan, akan tetapi Angga hingga kini sering
mengalami sakit radang tenggorokan. Angga sering mengalami sakit di pergelangan
tangan atau kaki. Hal tersebut Angga alami karena perilaku hiperaktifnya seperti
sering naik turun tangga di dalam rumah, sering naik pohon yang ada di lingkungan
rumah serta gerakan tangan dan kakinya yang seolah-olah seperti gerak reflek,
sehingga Angga sering mengalami cidera atau sakit fisik karena perilakunya tersebut.
Aktifitas Anak
Aktifitas Angga baik di rumah dan di sekolah tidak jauh berbeda. Aktifitas yang
dilakukan Angga menunjukkan perilaku hiperaktif, baik di rumah maupun di sekolah.
Perilaku hiperaktif yang dilakukan Angga ketika berada di rumah di antaranya
menggerak-gerakan tangan dan kaki secara berlebihan seperti memukul-mukul benda
yang ada di dekatnya, jika bermain tidak dapat bertahan lama dengan satu permainan,
tidak dapat membereskan alat bermainnya setelah selesai bermaian selain itu perilaku
Angga juga destruktif seperti mudah merusak mainannya. Selain hal tersebut jika di
ajak bicara dengan orang tua atau pembantunya, Angga tidak dapat memperhatikan.
Hal tersebut juga Angga alami ketika berada di sekolah. Aktifitas yang dilakukan
Angga di sekolah menunjukkan bahwa Angga mengalami perilaku hiperaktif. Perilaku
hiperaktif pada saat di sekolah di antaranya sering menunjukkan sikap cuek dan tidak
memperhatikan ketika diajak berbicara dengan orang lain dan cenderung semaunya
sendiri, tidak dapat duduk tenang seperti banyak menggeliat di kursi pada waktu
pelajaran, meninggalkan tempat duduk dan mondar-mandir dari bangku satu ke
bangku teman satunya, sering berkelahi dengan teman, Suara nyanyian lirih yang di
lakukan Angga, Suka berjalan-jalan di dalam kelas ketika guru menyampaikan materi,
Ceroboh dalam menyimpan peralatan bermain dan sekolahnya, tergesa-gesa dalam
mengerjakan tugas dan cenderung lebih memilih menyontek. Hubungan Angga
dengan teman, baik di rumah dan di sekolah juga tidak jauh berbeda. Dalam bergaul
dengan lingkungan sekitar Angga selalu ingin menjadi pemimpin dalam permainan,
ingin menang sendiri dan tidak mau kalah dengan teman-temannya yang lain. Angga
sangat menginginkan robot dan mobil-mobilan yang menggunakan remot tapi kedua
orang tuanya belum membelikan dengan alasan takut Angga merusaknya.
Aktifitas Orang Tua
Kedua orang tua Angga merupakan orang tua yang jarang berada di rumah. Ayah
Angga bekerja sebagai polisi yang tidak tentu jadwal pekerjaannya, sedangkan ibu
Angga bekerja sebagai PNS. Kedua orang tua Angga merupakan orang tua yang sibuk
dengan pekerjaannya. Berangkat bekerja pagi dan pulang sore hari atau bahkan malam
hari. Kedua kakak Angga juga tidak tinggal bersama dengan orang tua, karena bekerja
dan kuliah di luar kota. Kondisi yang demikian membuat Angga jarang berkumpul
dengan kedua orang tuanya serta membuat Angga hanya ditemani dengan pembantu di
rumah. Hubungan Angga dengan pembantu lebih dekat dibanding dengan orang
tuanya, karena segala sesuatu yang dibutuhkan Angga dibantu oleh pembantu, dari hal
yang dibutuhkan Angga sebelum berangkat sekolah hingga Angga pulang sekolah,
seperti peralatan sekolah hingga baju yang digunakan Angga sepulang sekolah. Kedua
orang tua Angga merupakan orang tua yang memberikan kasih sayang berlebihan, hal
ini dapat terlihat dari sikap dan cara pendidikan orang tua yang diterapkan pada Angga
serta segala sesuatu yang diinginkan Angga selalu dituruti oleh kedua orang tua.
Angga sangat menyukai permen, donat, dan coklat. Angga selalu meminta itu pada
ibunya. Selain hal tersebut kedua orang tua Angga juga menerapkan disiplin yang
ketat pada Angga seperti sepulang sekolah harus segera pulang, Angga harus dapat
menjadi yang pertama di kelas, belajar harus tepat waktu dan tidak diperbolehkan
main diluar rumah padahal Angga sanagt suka bermain sepeda, lari-larian diluar
rumah, dan Angga suka diam-diam main komputer Ayahnya ketika Angga dilarang
keluar. Angga hanya boleh main diluar ketika ditemani sama pembantunya. Hal
tersebut dilakukan orang tua Angga dengan alasan bahwa Angga merupakan anak laki-
laki dalam keluarga dan menginginkan Angga kelak dapat menjadi pemimpin yang
lebih dibanding orang tua. Selain hal tersebut, orang tua Angga terdapat kekhawatiran
jika Angga salah bergaul dengan lingkungan sekitar, sehingga mereka memperlakukan
Angga dengan demikian.

B. PROGRAM MODIFIKASI PERILAKU


Tabungan kepingan adalah salah satu teknik modifikasi perilaku dengan cara
pemberian satu kepingan (atau satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setiap kali
setelah perilaku-sasaran muncul. Kepingan-kepingan ini nantinya dapat ditukar
dengan benda atau aktivitas pengukuhan lain yang diinginkan subjek. Prosedur
tabungan kepingan tidak berbeda dengan orang bekerja yang menerima upah berupa
uang langsung setelah satu porsi pekerjaannya selesai. Uang adalah semacam
kepingan, yang bila telah terkumpul dapat dibelikan sesuatu yang diinginkan.
Program kepingan dapat diterapkan pada anak-anak normal, pada anak-anak atau
orang-orang yang perkembangannya terlambat, yang cacat mental, atau yang
mengalami penyimpangan kepribadian. Dalam program modifikasi kalian ini
kepingan diganti dengan materai. Program modifikasi perilaku anak hiperaktif
sebagai berikut.
Angga sangat suka makan donat dan coklat. Angga pun menginginkan robot dan
mobil-mobilan yang menggunakan remot. Angga juga senang main game dikomputer
Ayahnya, sepeda dan lari-larian diluar rumah. Angga akan mendapatkan apa yang ia
inginkan dengan cara mengumpukan materai yang akan ditukarnya dengan barang
yang Angga mau. Ini adalah salah satu program modifikasi perilaku yang akan
diterapkan pada Angga yaitu dengan teknik token ekonomi. Agar Angga bisa
mendapatkan materai, Angga tidak boleh melakukan perilaku hiperaktifnya yaitu
menghilangkan mainan serta perlatan sekolah, tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas
dan menyontek, tidak membereskan alat bermainnya setelah bermain, merusak alat
bermainnya, memukul-mukul benda yang ada didekatnya, tidak memperhatikan
orang yang bicara sama Angga, dan berkelahi dengan teman. Ketika Angga berhasil
tidak melakukan satu perilaku maka Angga akan dibayar dengan materai sesuai
harga perilakunya dan dapat ditukarkan dengan barang yang Angga mau sesuai
dengan harga barang tersebut. Seperti donat harganya 5 materai, coklat harganya 10
materai, robot harganya 25 materai, dan mobil-mobilan yang ada remotnya harganya
40 materai, main komputer 10 materai, main sepeda 15 materai, lari-larian diluar
rumah 10 materai. Materai-materai yang Angga dapat akan tempel dibuku khususnya
yang Angga bawa kemana-mana. Program ini bekerja sama dengan orang tua,
pembantu dan gurunya disekolah untuk memantau perilaku Angga.

C. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN PROGRAM MODIFIKASI


Langkah-langkah penerapan program modifikasi dengan teknik token ekonomi dibagi
dalam 3 langkah, yaitu lakah persiapan, langkah pelaksanaan, dan langkah evaluasi.
Masing-masing langkah ada hal-hal yang harus diperhatikan agar penerapan program
ini dpat berjalan dengan baik.

a. Langkah Persiapan
Pada langkah persiapan ini ada empat hal yang perlu dipersiapkan (Napsiah
Ibrahim dan Rohana Aldy, 1995), yaitu (1) menentukan tingakah laku atau
kegiatan yang akan diubah disebut sebagai tingkah laku yang ditargetkan; (2)
menentukan barang(benda) atau kegiatan apa saja yang mungkin dapat menjadi
penukaran materai. Guru atau orang tau harus benar bahwa kegiatan atau barang
tersebut disukai oleh anak hiperaktif. Dalam hali ini, guru dan orang tua dapat
juga memilih barang-barang atau kegiatan dengan cara menanyakan kepada anak
barang-barang atau kegiatan apa yang disukai anak sebagai hadiah; (3) memberi
nilai atau harga untuk setiap kegiatan atau tingkah laku yang ditargetkan dengan
materai. Misalnya, apabila Angga dapat membereskan alat bermainnya setelah
bermain, ia akan menerima 5 materai; (4) menetapkan harga barang-barang atau
kegiatan penukar (reinforcers = sebagai pengukuh) dengan materai. Misalnya,
Angga dapat main komputer selama 15 menit.

Pembayaran dan Harga Program


No Kegiatan/Perilaku Dibaya No. Pendorong/Penghukuh Dibayar
. (Reinforcers)
1. Tidak 5 materai 1. Makan donat 5 materai
menggangu
temannya saat
belajar
2. Tidak mondar- 5 materai 2. Makan coklat 5 materai
mandir saat
belajar dikelas
3. Tidak boleh 5 materai 3. Main computer selama 15 10 materai
keluar kelas saat menit
guru
menyampaikan
materi
4. Tidak 10 4. Mendapatkan mainan 30 materai
menghilangkan materai robot
mainan serta
peralatan sekolah
5. Tidak tergesa- 10 5. Mendapatkan mainan 40 materai
gesa dalam materai mobil-mobilan yang
mengerjakan menggunakan remot
tugas dan
monyontek
6. Tidak dapat 10 6. Main sepeda selama 20 15 materai
membereskan materai menit
alat bermainnya
setelah bermin
dan tidak
merusak alat
bermainnya
7. Tidak memukul- 5 materai 7. Main lari-larian diluar 10 materai
mukul benda rumah selama 15 menit
yang ada
didekatnya
8. Memperhatikan 5 materai
pembicarann
orang
9. Berkelahi dengan 10
teman materai

Pada bagan diatas dapat dilihat bahwa setiap tigkah laku yang ditargetkan
telah ditetapkan berapa materai yang diterima. Demikian pula setiap kegiatan
(atau benda) sebagai pengukuhan atau pendorong dihargai dengan materai.
b. Langkah pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan diawali dengan pembuatan kontrak antara subjek dan
terapis. Kegiatan yang sederhana, biasanya kontraknya cukup secara lisan dan
keduanya dapat saling memahami, tetapi kegiatan yang kompleks sering
kontraknya ditulis dan ditandatangaini oleh keduanya dan bahkan ada saksinya.
Kontrak untuk perilaku umum dari Rosenberg, et.al. (1992).

Kontrak Tingkah Laku Umum


Ini adalah kontrak antara Angga Dani Ananda dan Surono.
Peserta didik Angga Dani Ananda sejutuh melaksanakn
Beberapa tingkah laku berikut:
1. Tidak mengganggu temannya saat belajar
2. Tidak mondar-mandir saat belajar dikelas
3. Tidak boleh keluar kelas saat guru menyampaikan materi
4. Tidak menghilangkan mainan serta perlatan sekolah
5. Tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas dan menyontek
6. Dapat embereskan alat bermainnya setelah bermain dan tidak merusak alat
bermainnya
7. Tidak memukul-mukul benda yang ada didekatnya
8. Memperhatikan pembicaraan orang
9. Tidak berkelahi dengan teman
Jika saya melaksanakan apa yang tertera di atas, maka saya akan menerima dia
orang tua:
1. Makan donat
2. Makan coklat
3. Main komputer 15 menit
4. Mendapatkan mainan robot
5. Mendapatkan mainan mobil-mobilan yang menggunakan remot
6. Main sepeda selama 20 menit
7. Main lari-lari diluar rumah 15 menit
Sebagai hadia khusus. Jika isi kontrak tidak dilaksanakan oleh peserta, semu hadia
akan ditangguhkan (ditahan).
Tanda tangan dan tanggal

……………………………. …………………………
Peserta didik Tanggal
…………………………… …………………………
Orang tua Tanggal
…………………………... ………………………….
Saksi Tanggal
Kami akan memeriksa kembali kotrak ini pada :………………………
Untuk menyepakati ulang nilai kontrak ini.

Pada langkah pelaksanaan guru dan orang tua, serta orang yang ditugasi
untuk mencatat peristiwa yang timbul dalam melaksanakan kontrak tingkah laku
melaksanakan sesuai dengan pos masing-masing. Bila tingkah laku anak muncul,
maka akan segera mendapatkan hadiah materai. Setelah materai cukup subjek
dibimbing ke tempat penukaran kegiatan dengan membeli kegiatan sesuai dengan
nilai kepingannya.
Pada langkah awal pelaksanaan bimbingan perlu dilakukan, tetapi setelah
kegiatan berjalan beberapa kali subjek diminta melaksanakan sendiri penukaran
kepingan yang ia peroleh di tempat yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaan diperlukan ketelitian dalam melaksanakan rencana,
staf pelaksana yang terlatih, dan staf pencatat kegiatan dari dekat yang merekam
kegiatan anak. Lamanya pelaksanaan bergantung kesepakatan dalam kontrak,
tetapi biasanya guru (terapis) telah menentukan sesuai dengan bobot perilaku
yang akan diubah.
Dalam kaitannya dengan rambu-rambu bagi pelaksana program tabungan
kepingan (Martin dan Pear, 1992) menyarankan:
1) Pelaksana perlu menyiapkan alat merekam data, siapa yang mengambil data,
dan kapan data direkam;
2) Menentukan siapa yang akan mengelola pengukuh;
3) Menentukan jumlah kepingan yang dapat diperoleh setiap perilaku setiap
subjek, setiap hari;
4) Waspada terhadap kemungkinan hukuman; seyogianya menggunakan sedikit
hukuman.

c. Langkah Evaluasi
Pada langkah ini akan diketahui faktor-faktor apa yang perlu ditambah
ataupun dikurangi dalam daftar pengukuhan ataupun pengubahan tingkah laku
yang telah dilaksanakan tersebut. Misalnya apakah nila- nilai kepingan perlu diuji
untuk setiap tingkah laku yang akan diubah; apakah subjek tertarik atau terlibat
dalam program yang dibuat. Keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan
didiskusikan untuk merencanakan program selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIPULAN
ADHD atau hiperaktif merupakan perilaku yang berkembang dan timbul pada
anak-anak. Perilaku yang dimaksud berupa kekurangmampuan dalam hal menaruh
perhatian dan pengontrolan diri. Keadaan yang demikian akan menjadi masalah bagi
anak-anak yang berperilaku demikian. Masalah yang akan dialami oleh anak penderita
ADHD di antaranya adalah masalah dalam pemusatan perhatian dan bermasalah dengan
waktu sehingga akan menimbulkan kesukaran dalam kelas. Dalam berbagaiterminologi di
Indonesia anak ADHD sering disebut sebagai anak hiperaktif. Gejala utama yang sering
ditampakkan pada anak yang mengalami ADHD oleh Anastopoulus dan Barkley (1992)
digambarkan sebagai berikut: Inattention (kekurangan perhatian), Impulsivity,
Hyperactivity. Salah satu teknik yang biasa digunakan dalam pengubahan perilaku
manusia berdasarkan pendekatan behaviorism adalah teknik ekonomi token (Token
Economy Technique). Ekonomi Token adalah satu bentuk pengubahan perilaku yang
dirancang untuk meningkatkan perilaku yang disukai dan mengurangkan perilaku yang
tidak disukai dengan menggunakan token atau koin (Ayllon, 1999).
Angga merupakan siswa yang memiliki berat badan 25 kilogram dengan tinggi
143cm. Angga memiliki kesehatan yang baik dan tidak memiliki cacat tubuh serta tidak
menderita suatu penyakit yang membahayakan, akan tetapi subyek hingga kini sering
mengalami sakit radang tenggorokan. Angga sering mengalami sakit di pergelangan
tangan atau kaki. Hal tersebut Angga alami karena perilaku hiperaktifnya seperti sering
naik turun tangga di dalam rumah, sering naik pohon yang ada di lingkungan rumah serta
gerakan tangan dan kaki subyek yang seolah-olah seperti gerak reflek, sehingga subyek
sering mengalami cidera atau sakit fisik karena perilakunya tersebut.
Angga sangat suka permen, donat, dan coklat. Angga pun menginginkan robot
dan mobil-mobilan yang menggunakan remot. Angga akan mendapatkan apa yang ia
inginkan dengan cara mengumpukan materai yang akan ditukarnya dengan barang yang
Angga mau. Ini adalah salah satu program modifikasi perilaku yang akan diterapkan pada
Angga yaitu teknik token ekonomi. Langkah-langkah penerapan program modifikasi
dengan teknik token ekonomi dibagi dalam 3 langkah, yaitu lakah persiapan, langkah
pelaksanaan, dan langkah evaluasi.

B. Saran
Saran untuk program modifikasi perilaku dengan teknik ekonomi ialah:
1. Saran untuk membuat program modifikasi perilaku dengan teknik token ekonomi
harus mengetahui perilaku anak dan mengetahui apa yang anak inginkan seperti
barang atau kegiatan.
2. Saran untuk menerapkan modifikasi perilaku dengan teknik token ekonomi yaitu tidak
boleh seorang terapis atau pemberi hadiah mengikari janjinya atau tidak memberikan
hadiah yang sesuai dengan perjanjian atau penundaan dan tidak berikan materai secara
konsiten. Sebaiknya ketika anak sudah melakukan perilaku posifitif sehendaknya
orang tua atau guru secara ceoat beri reward berupa pujian atau tepuk tangan agar anak
mereasa senang dan mau untuk melakukan perilaku positif lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, Adi. 2012. Teknik Ekonomi Token Dalam Pengubahan Perilaku Klien. Informasi, Vol.
17, No. 03: 139-143. https://media.neliti.com/media/publications/52789-ID-teknik-ekonomi-
token-dalam-pengubahan-pe.pdf
Kusumawati, Eny. 2010. Studi Kasus Perilaku Hiperaktif Dan Faktor Penyebabnya Pada Siswa
Kelas III SD Negeri Mranggen 05 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS SEBELAS MARET.
SURAKARTA. file:///C:/Users/Sarti/Downloads/eny%20kusumawati.pdf
Purwanta, Edi. 2012. Modifikasi Perilaku. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai