Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 5

MATA KULIAH
PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN TUNANETRA
“IDENTIFIKASI ANAK TUNANETRA”

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd

Nama Anggota :

1. Anita : (23003228)
2. Eka Yuliana : (23003238 )
3. Ira Lasmanegara : (23003247 )
4. Novita Dwi Wahyuni : (23003261)
5. Sabtu Apendi : (23003272)

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena

dengan rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

mata kuliah Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran Tunanetra yang berjudul “Identifikasi

Anak Tunanetra”

Ini semuanya sebatas pengetauan dan kemampuan yang penulis miliki dan penulis

juga berterimakasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu

penulis baik secara moril maupun materil.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini

banyak kekurangan dan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik

dan saran yang mendukung untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Jambi, 06 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Identifikasi .................................................................................... 5
B. Prosedur Pelaksanaan Identifikasi ..................................................................... 7
C. Metode Penelitian .............................................................................................. 8
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 8
E. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesempulan ..................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14


LAMPIRAN. FORM IDENTIFIKASI ASESMEN

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tunanetra diartikan sebagai seorang yang mengalami gangguan penglihatan


sebagian atau total yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu walaupun telah
diberi alat bantu, tetapi mereka masih membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami gangguan penglihatan seperti
keturunan, kecelakaan maupun penyakit lainnya yang menular ke mata sehingga
menyebabkan kerusakan pada organ penglihatannya. Anak tunanetra dapat
didefinisikan sebagai anak yang mengalami gangguan penglihatan baik kebutaan yang
menyeluruh atau sebagian walaupun telah diberi pertolongan dengan alat bantu
mereka masih tetap memerlukan pendidikan khusus (Sumekar, 2009: 32).
Secara umum tunanetra dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu totally blind
(buta total) dan low vision. Pertama, Totally blind dapat didefinisikanhilangnya
penglihatan sesorang secara menyeluruh. Totally blind terbagi menjadi dua kategori
yaitu seseorang yang masih bisa mengandalkan cahaya untuk melihat bentuk benda
namun tidak secara nyata (Afin Murtie, 2014:283) dan seseorang yang sama sekali
tidak dapat mengandalkan cahaya. Hal tersebut terjadi karena faktor keturunan,
kecelakaan, dan virus misalnya virus Chilimidezoon Trachamanis (Widjaya, 2012:
14).
Mereka yang tergolong buta biasanya menunjukan ciri khas fisik. misalnya
bola mata kurang atau tidak bergerak, kelopak mata kurang atau tidak berkedip, tidak
bereaksi terhadap cahaya, keterlambatan dalam pembentukan postur tubuh, misalnya
kepala tunduk, bahu bungkuk, tangan menggantung layu atau kaku, dan berdiri tidak
tegak (Hadi, 2005: 50).

3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas pemakalah dapat membuat rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Menjelaskan Pelaksanaan Identifikasi Anak Tunanetra


2. Menjelaskan Prosedur Pelaksaan Identifikasi Anak Tunanetra
3. Menjelaskan Metode Penelitian
4. Menjelaskan Teknik Pengumpulan Data
5. Menjelaskan Teknik Analisis Data

C. Tujuan

Dari rumusan masalah maka Tujuan dari peyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Dapat mengetahui Pelaksanaan Identifikasi Anak Tunanetra
2. Dapat mengetahui Prosedur Pelaksaan Identifikasi Anak Tunanetra
3. Dapat mengetahui Metode Penelitian
4. Dapat menegetahui Teknik Pengimpulan Data
5. Dapat mengetahui Teknik Analisis Data

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaa Identifikasi Anak Tunanetra

Sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah seluruh anak usia pra-
sekolah dan usia sekolah. Sedangkan secara khusus (operasional), sasaran identifikasi
anak dengan kebutuhan khusus adalah:
1. Anak yang baru masuk sekolah baik di SLB maupun di sekolah penyelenggara
inklusif.
2. Anak yang sudah bersekolah di sekolah dasar/madrasah ibtidaiah.
3. Anak yang belum/tidak bersekolah karena orang tuanya merasa anaknya tergolong
anak dengan kebutuhan khusus sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat
tinggalnya; sementara itu, semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya.
4. Anak yang drop-out sekolah dasar/madrasah ibtidaiah karena faktor akademik.
Untuk mengidentifikasi seorang anak apakah tergolong anak dengan kebutuhan
khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh:
1. guru kelas;
2. orang tua anak; dan/atau
3. tenaga profesional terkait.
Jika guru mencurigai bahwa seorang anak memiliki masalah perkembangan atau
pembelajaran, hal-hal berikut harus dipertimbangkan ketika memantau kondisinya:
1. Kemajuan perkembangan bervariasi di antara anak-anak. Sangat wajar jika
beberapa anak mencapai beberapa pencapaian lebih awal dan yang lain lebih
lambat.
2. Ada perbedaan usia yang jauh di antara anak-anak di kelas yang sama. Anak-
anak yang lebih kecil membutuhkan lebih banyak waktu dan bantuan untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Guru dan orang tua
harus menyesuaikan harapan mereka pada pembelajaran anak yang sesuai
3. Kinerja anak-anak dapat bervariasi dalam pengaturan yang berbeda.
Komunikasi antara guru dan orang tua memungkinkan kedua belah pihak untuk
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perilaku anak-anak.
4. Jika anak-anak tidak masuk sekolah untuk suatu periode karena sakit atau
alasan lain, mereka mungkin mengalami kesulitan untuk kembali ke jalurnya

5
dengan pembelajaran mereka dalam jangka pendek. Guru dan orang tua harus
meluangkan lebih banyak waktu
untuk membantu dan memantau penyesuaian anak-anak.Jika ada kekhawatiran
tentang perkembangan anak, guru dan orang tua dapat mengamati jika anak-anak
menunjukkan peningkatan setelah periode adaptasi dengan kehidupan sekolah. Jika
masalah hanya sementara, atau jika anak-anak memiliki kinerja yang sedikit lebih
lemah hanya dalam satu atau dua domain perkembangan (mis. bahasa, kemampuan
kognitif, kemampuan motorik halus, dll.), tidak ada alasan untuk menganggap anak
berbeda dari yang semestinya. Namun, jika ada perbedaan yang nyata
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, guru dan orang tua harus waspada dan
mendiskusikan apakah tindakan tindak lanjut perlu diambil.
Diagram alur di bawah ini membantu kita untuk mempertimbangkan apakah
seorang anak membutuhkan referal atau pengalihtanganan:

6
B. Prosedur Pelaksanaan Identifikasi
Ada beberapa langkah dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak
berkebutuhan khusus. Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah
atau drop out sekolah, maka sekolah yang bersangkutan perlu melakukan pendataan
ke masyarakat sekitar kerja sama dengan Kepala Desa/Lurah, RT, RW setempat. Jika
pendataan tersebut ditemukan anak berkelainan, maka proses berikutnya dapat
dilakukan pembicaraan dengan orang tua, komite sekolah maupun perangkat desa
setempat untuk mendapatkan tindak lanjutnya. Gunawan (2016), untuk anak-anak
yang sudah masuk dan menjadi siswa pada sekolah tertentu, identifikasi dilakukan
dengan langkahlangkah sebagai berikut.
1. Menghimpun data tentang anak
Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas
(berdasar gejala yang tampak pada siswa) dengan menggunakan Alat Identifikasi
Anak dengan kebutuhan khusus.
2. Menganalisis data dan mengklasifikasi anak
Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak
dengan kebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah
daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan standar
nilai yang telah ditetapkan. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau
berindikasi kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam
daftar nama-nama anak yang berindikasi kelainan sesuai dengan format khusus yang
disediakan seperti terlampir. Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukkan
gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus
tersebut.
3. Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah
Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan kepada
Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya
4. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference)
Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak
dengan kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat
melibatkan: (1) kepala sekolah sendiri; (2) dewan guru; (3) orang tua/wali siswa; (4)
tenaga profesional terkait, jika tersedia dan dimungkinkan; (5) guru pembimbing
khusus (guru PLB) jika tersedia dan memungkinkan. Materi pertemuan kasus adalah

7
membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai hasil identifikasi untuk
mendapatkan tanggapan dan cara-cara pemecahan serta penanggulangannya.
5. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus
Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya
perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus. Format laporan hasil
pertemuan kasus dapat menggunakan contoh seperti terlampir

C. Metode Penelitian
Penelitian mengenai konsep diri anak penyandang tunanetra di SLB Ngasem
Kabupaten Kediri memerlukan pendekatan penelitian yang mampu menelaah
kejadian, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya untuk kemudian
dideskripsikan dalam data berupa kalimat atau kata-kata. Berdasarkan hal tersebut,
maka penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif-deskriptif. Penelitian
dengan pendekatan deskriptif-kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memberikan
gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran
tentang suatu gejala.1 Menurut Moleong, dalam pendekatan kualitatif-deskriptif, data
yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, foto,
video tape, dokumentasi pribadi, catatan atau memo, dan dokumentasi lainnya. Hasil
penelitian berupa kutipan dari transkrip hasil wawancara yang telah diolah dan
kemudian disajikan secara deskriptif.2 Tujuan dari penelitian deskriptif-kualitatif
adalah untuk membuat penggambaran secara sistematis, akurat, dan faktual mengenai
fakta dari suatu daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana bentuk
D. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik khusus akan sangat diperlukan untuk menemukenali anak-
anak yang berkebutuhan khusus, hal ini diperlukan, mengingat adanya karakteristik
atau ciri-ciri khusus yang ada pada mereka, yang tidak dapat diidentifikasi secara
umum. Pada kesempatan ini hanya akan diuraikan beberapa teknik identifikasi secara
umum, yang memungkinkan bagi guru-guru untuk melakukannya sendiri di sekolah,
yaitu; observasi; wawancara; tes psikologi; dan tes buatan sendiri. Secara lebih jelas
keempat teknik tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi

8
Observasi merupakan kegiatan mengamati kondisi atau keberadaan anak-anak
berkebutuhan khusus yang ada di kelas atau di sekolah secara sistematis.
Observasi dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara
langsung, dalam arti melakukan observasi secara langsung terhadap obyek atau
siswa dalam lingkungan yang wajar, apa adanya dalam aktivitas kesehariannya.
Sedang observasi tidak langsung, dilakukan dengan menciptakan kondisi yang
diinginkan untuk diobservasi, misalnya anak diminta untuk melakukan sesuatu,
berbicara, menulis, membaca atau yang lainnya untuk selanjutnya diamati dan
dicatat hasilnya. Dilihat dari kedudukan observer, observasi dapat pula dilakukan
secara partisipan dan non partisipan.
Partisipan dalam artian apabila orang yang melakukan observasi turut
mengambil bagian pada situasi yang diobservasi. Sedang non partisipan, apabila
orang yang melakukan observasi berada di luar situasi yang sedang diobservasi,
ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi anak yang diobservasi.
Observasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa memperoleh data
yang lengkap, namun hal ini akan lebih baik dan lebih mudah dilakukan oleh
guru-guru di sekolah, dibandingkan dengan teknik lainnya. Melalui observasi ini
pula akan diperoleh data individu anak yang lebih lengkap dan utuh baik kondisi
fisik maupun psikologisnya.
Guru di sekolah akan memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan
observasi dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Apabila guru saat observasi
mendapati seorang anak yang selalu mendekatkan matanya saat menulis atau
membaca, maka dimungkinkan anak tersebut mengalami kelainan fungsi
penglihatan. Jika kelainan anak tersebut tidak dapat dikoreksi dengan kacamata,
maka dia termasuk pada anak yang berkebutuhan khusus. Demikian juga
misalnya ada anak-anak sulit berkonsentrasi, suka mengganggu temannya, sering
membolos, jarang mencatat, dan masih banyak lagi yang bisa diobservasi dan
mengindikasikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Untuk mempermudah
pelaksanaan observasi dalam upaya identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus,
guru dapat mempersiapkan lembar observasi sederhana yang dapat dirancang dan
dikembangkan berdasarkan karakteristik yang dimiliki anak-anak berkebutuhan
khusus.

9
b. Wawancara
Apabila data atau informasi yang diperoleh melalui observasi kurang
memadai, maka guru dapat melakukan wawancara terhadap siswa, orangtua,
keluarga, teman sepermainan, atau pihak lain yang dimungkinkan untuk dapat
memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan anak tersebut. Anda
dapat menggunakan materi instrumen observasi sebagai panduan dalam
melakukan wawancara. Hal ini akan
mempermudah bagi guru dalam menfokuskan informasi yang ingin diperoleh.
Kendati demikian, saudara juga dapat mengembangkan instrumen sebagai
panduan dalam wawancara sesuai dengan tujuan yang lebih spesisif yang ingin
diperoleh informasinya, yang mungkin dapat melengkapi data observasi.
c. Tes
Teknik lain yang dapat dilakukan dalam idenditikasi anak-anak berkebutuhan
khusus di sekolah dasar adalah melalui tes yang dibuat sendiri oleh guru. Tes
merupakan suatu cara untuk melakukan penilaian yang berupa suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak, yang akan menghasilkan suatu
nilai tentang kemampuan atau perilaku anak yang bersangkutan. Bentuk tes
berupa suatu tugas yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang
harus dikerjakan anak, untuk selanjutnya dinilai hasilnya.
Tes dapat dilakukan dalam bentuk perbuatan ataupun tulisan. Dalam bentuk
perbuatan, misalnya guru dapat meminta siswa yang diduga mengalami kelainan
tertentu untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan kemungkinan terjadinya
kelainan. Misalnya, untuk anak yang diduga mengalami kelainan pendengaran
diminta untuk menyimak beberapa jenis suara, kemudian ditanyakan suara apa itu,
dari mana datangnya suara, dan sebagainya. Sedang tes tertulis dapat diberikan
kepada siswa-siswa yang diduga mengalami kelainan untuk menilai
kemampuannya. Dalam hal ini, soal atau pertanyaan-pertanyaan dapat dibuat
secara sederhana, sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak. Apabila anak
mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan usianya, maka
materi tugas yang diberikan ditingkatkan sesuai dengan usia di atasnya,
sebaliknya bila anak tidak mampu mengerjakan, maka materi tugas diturunkan di
bawah usia anak yang bersangkutan. Hal ini dilakukan secara sistematis dan
terstruktur. Melalui tes ini guru akan memperoleh informasi pendukung dalam
menafsirkan keberadaan seorang anak, apakah berkebutuhan khusus atau tidak.

10
Untuk itu sangat penting bagi saudara untuk kembali memperhatikan karakteristik
anak-anak berkebutuhan khusus, yang telah dibahas pada unit sebelumnya.
Dengan demikian saudara mendapat kemudahan dalam menginterpretasikan
seseorang anak yang berkebutuhan khusus.
Tes Psikologi Salah satu teknik lain yang sangat popular dan sering digunakan
dalam upaya identifikasi anak berkebutuhan khusus adalah dengan tes psikologi.
Jenis tes ini memiliki kelebihan dibanding dengan tes yang lainnya, karena
memiliki akurasi yang lebih baik dibanding tes buatan guru. Selain waktu
pelaksanaannya yang lebih singkat, melalui tes psikologi juga dapat diprediksikan
apa-apa yang akan terjadi dalam belajar anak di tahapan berikutnya. Untuk
melihat tingkat kecerdasan seorang anak, tes psikologi merupakan salah satu
instrument yang lebih obyektif dan validitasnya telah teruji.
Sebenarnya tes psikologi tidak hanya terbatas pada tes kecerdasan saja, namun
ada juga jenis tes psikologi yang digunakan untuk melihat aspek kepribadian atau
perilaku seseorang. Untuk melihat kecerdasan, ada beberapa jenis tes yang dapat
digunakan seperti; Test Stanford-Binet, yaitu tes buatan Binet yang dimodifikasi
oleh Stanford University, kemudian Wechsler Intelligence Scale for Children
(WISC), maupun Raven’s Matrices.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan atau
dihimpun oleh peneliti setelah melakukan proses pengambilan data dari lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data difokuskan pada proses selama di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data kualitatif berlangsung selama
proses pengumpulan data, kemudian dilanjutkan setelah selesai pengumpulan data.
Adapun proses analisis data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilihan dan pemutusan perhatian pada
penyederhanaan yang dilakukan dengan membuat ringkasan dari data-data yang
diperoleh peneliti dari lapangan.
2. Penyajian Data Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, yang paling sering
digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif.

11
3. Penarikan Kesimpulan Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah hingga ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung
tahap pengumpulan data berikutnya. Data yang sudah direduksi dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai hasil dari perolehan data-data penelitian di lapangan.

12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Tunanetra diartikan sebagai seorang yang mengalami gangguan penglihatan
sebagian atau total yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu walaupun telah
diberi alat bantu, tetapi mereka masih membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Sasaran identifikasi anak dengan kebutuhan khusus adalah seluruh anak usia pra-
sekolah dan usia sekolah
Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out
sekolah, maka sekolah yang bersangkutan perlu melakukan pendataan ke masyarakat
sekitar kerja sama dengan Kepala Desa/Lurah, RT, RW setempat
Teknik identifikasi secara umum, yang memungkinkan bagi guru-guru untuk
melakukannya sendiri di sekolah, yaitu; observasi; wawancara; tes psikologi; dan tes
buatan sendiri
Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan atau
dihimpun oleh peneliti setelah melakukan proses pengambilan data dari lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data difokuskan pada proses selama di lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data

B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak sekali
kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca,
tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu kami secara terbuka menerima kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Saeful M, Endang.2016. Modul guru pembelajar slb tunanetra.Bandung: Kementrian

Pendidikan Kebudayaan

https://www.academia.edu/37329550/Perspektif_Pendidikan_dan_Pembelajaran_Anak

_Tunanetra_Kelompok_4 diakses 06 Oktober 2023

http://etheses.iainkediri.ac.id/2746/3/933406116%20bab3.pdf diakses 06 Oktober 2023

14
Lampiran. Form Identifikasi Asesmen

IDENTITAS ANAK

Nama : Teknik
Tempat,tgl lahir : 1. Observasi
2. Wawancara
Jenis kelamin :
3. Dokumen
Nama Sekolah : 4. Perintah
Kelas : 5. Gabungan 1,2,3
Alamat rumah :
Alamat sekolah :
Tanggal :
Nama Asesor :
Tanda tangan :

TUNANETRA
PETUNJUK
Ketik angka 1 jika ya dan angka 0 jika tidak pada kolom warna kuning pernyataan sesuai dengan gejala yang tampak/
diperoleh
N Ya=1,
KATEGORI O PERTANYAAN BOBOT TEKNIK tidak=0 SKOR
A. Buta Tidak dapat melihat tetapi dapat membedakan sumber
1 cahaya 100 4
Tidak dapat melihat tetapi dapat memahami bayangan
2 benda 100 4
Tidak dapat melihat tetapi dapat membedakan benda
3 bergerak 100 4
4 Hanya dapat membedakan gelap dan terang 100 4
5 Tidak dapat membedakan gelap dan terang 100 4
B. Low Kurang melihat (Kabur) tidak mampu menghitung jari
Vision 1 asesor dalam jarak 1 m 60 4
2 Kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya 15 4
3 Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus 15 4
4 Sering meraba dan tersandung waktu berjalan 15 1
Bagian bola mata yang hitam bewarna keruh/
5 bersisik/kering 15 1
6 Mata bergoyang terus (nistagmus) 15 1
7 Peradangan hebat pada kedua bola mata 15 1
Penglihatan periperal (melihat tepi), yang ditandai
dengan kemampuan melihat bagian samping tetapi
8 tidak mampu melihat bagian tengah (fokus) 20 4
Penglihatan teropong, yang ditandai dengan
kemampuan melihat seperti orang menggunakan
9 teropong/ sempit 20 4
Skor gejala A
Skor gelaja B

15
A.
Diduga
KESIMPULAN B.
Diduga

Jambi, …………………….2023
Mengetahui
, Guru Kelas
Kepala
Sekolah

……………………

16

Anda mungkin juga menyukai