Anda di halaman 1dari 28

KISI-KISI INSTRUMEN IDENTIFIKASI ANAK DENGAN HAMBATAN

KECERDASAN

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak dengan
Hambatan Kecerdasan

Dosen Pengampu :
Dr. Oom Sitti Homdijah, M.Pd.
Een Ratnengsih, S.Pd., M.Pd.

oleh:
Kelompok 3
Isni Fauzi Marsidah NIM 1806743
Anurliawati Santun Amanah NIM 1804040

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kisi-kisi Instrumen Identifikasi Anak dengan
Hambatan Kecerdasan”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Anak dengan Hambatan Kecerdasan.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar identifikasi anak
dengan hambatan kecerdasan, tujuan identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan,
ruang linkup anak dengan hambatan kecerdasan, prinsip-prinsip identifikasi anak
dengan hambatan kecerdasan dan aspek identifikasi anak dengan hambatan
kecerdasan.
Pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Dra. Oom Sitti Homdijah, M.Pd. dan Een Ratnengsih, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Anak dengan Hambatan
Kecerdasan;
2. Rekan sekelompok yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah
ini;
3. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan dan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun sendiri, umumnya bagi para pembaca.

Bandung, April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI...............................................................................................................3
2.1 Konsep Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan........................................3
2.2 Tujuan Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan.........................................4
2.3 Ruang Lingkup Anak dengan Hambatan Kecerdasan..............................................5
2.4 Prinsip-prinsip Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan.............................5
2.5 Aspek Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan..........................................6
BAB III..................................................................................................................................10
PEMBAHASAN....................................................................................................................10
3.1 Kisi-kisi Instrumen Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan....................10
BAB IV..................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................26
4.1 Kesimpulan............................................................................................................26
4.2 Saran......................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya memahami kebutuhan anak tunagrahita, seorang guru selalu
membutuhkan data yang akurat berkenaan dengan kebutuhan dan masalah yang
dihadapi setiap anak tunagrahita. Untuk dapat menemukenali (penjaringan) dan
menggali data serta informasi tentang kebutuhan, potensi, masalah yang dihadapi
anak tunagrahita sehingga dapat memberikan layanan yang tepat sesuai kebutuhan
dan potensi yang dimiliki anak tunagrahita, guru dapat melakukannya melalui
kegiatan yang disebut dengan identifikasi dan asesmen.
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului asesmen. Kegiatan
mengidentifikasi adalah kegiatan untuk mengenal dan menandai sesuatu pada anak
tunagrahita. Proses identifikasi anak tunagrahita meliputi pengenalan kemampuan
(awal), kelemahan atau hambatan dan kebutuhan untuk mengikuti pembelajaran
selanjutnya. Tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah anak
mengalami kelainan/penyimpangan/hambatan (fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan lain sebagainya). Hasil identifkasi akan menjadi dasar dalam proses pembelajaran
bagi anak tunagrahita. Identifikasi dilakukan untuk lima hal yaitu penjaringan
(screening), pengalihtanganan (referal), klasifikasi, perencanaan pembelajaran, dan
pemantauan kemajuan belajar. Asesmen dimaknai kegiatan yang dilakukan dengan
berbagai cara untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kekuatan atau
potensi, kelemahan atau hambatan dan kesulitan anak tunagrahita dalam bidang yang
akan dimanfaatkan untuk penempatan dan penyusunan program pendidikan,
pembelajaran atau layanan bantuan yang diberikan.
Identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan diperlukan agar keberadaan
mereka dapat diketahui sedini mungkin. Selanjutnya, program pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka dapat diberikan. Pelayanan tersebut dapat berupa
penanganan medis, terapi, dan pelayanan pendidikan dengan tujuan mengembangkan
potensi mereka.
1.2 Rumusan Masalah
Oleh karena latar belakang di atas terdapat rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
2. Bagaimana tujuan identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?

1
3. Bagaimana ruang lingkup anak dengan hambatan kecerdasan?
4. Bagaimana prinsip-prinsip identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
5. Bagaimana aspek identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
6. Bagaimana kisi-kisi instrumen identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan.
2. Mengetahui tujuan identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
3. Mengetahui ruang lingkup anak dengan hambatan kecerdasan?
4. Mengetahui prinsip-prinsip identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
5. Mengetahui aspek identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
6. Mengetahui kisi-kisi instrumen identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan
7. Mengetahui kisi-kisi instrumen identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan di atas maka manfaat dari penulisan ini adalah
sebagai berikut.
1. Memahami konsep identifikasi serta langkah-langkah mengidentifikasi anak
dengan hambatan kecerdasan.
2. Memahami tujuan identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
3. Memahami ruang lingkup anak dengan hambatan kecerdasan?
4. Memahami prinsip-prinsip identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
5. Memahami aspek identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan?
6. Memahami kisi-kisi instrumen identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan
7. Memahami kisi-kisi instrumen identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

7.1 Konsep Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan


Identifikasi adalah usaha untuk mengenali atau menemukan anak tunagrahita
sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Menemukenali anak tunagrahita tentu membutuhkan
perhatian serius. Ada anak-anak yang dengan mudah dapat dikenali sebagai anak
tunagrahita, tetapi ada juga yang membutuhkan pendekatan dan peralatan khusus
untuk menentukan bahwa anak tersebut tergolong anak tunagrahita. Usaha
identifikasi perlu dilakukan dengan berbagai cara, selain melakukan pengamatan
secara seksama, perlu juga dilakukan wawancara dengan orangtua ataupun keluarga
lainnya.
Istilah identifikasi dan asesmen sering dipergunakan secara bergantian. Secara
harfiah seseungguhnya identifikasi berbeda dengan asesmen. Identifikasi merupakan
tahapan awal yang masih bersifat global/kasar dari asesmen yang lebih rinci dan
detail. Tujuan dari identifikasi dan asesmen juga berbeda. Identifikasi dimaknai
sebagai proses penjaringan awal, sedangkan asesmen dimaknai sebagai penyaringan.
Identifikasi anak tunagrahita dimaksudkan sebagai suatu upaya seseorang (orang tua,
guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk melakukan proses penjaringan
terhadap anak tunagrahita dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai.
Hasil dari identifikasi adalah ditemukannya anak tunagrahita yang perlu mendapatkan
layanan pendidikan, pembelajaran, intervensi sesuai kebutuhan dan potensi yang
dimiliki anak, selanjutnya dapat dilakukan kegiatan asesmen. Dengan asesmen akan
diketahui kelemahan, kesulitan, permasalahan, kebutuhan,
kekuatan/potensi/kemampuan dan kelebihan anak tunagrahita, serta layanan khusus
yang diperlukan utnuk mengatasi hal tersebut.
Identifikasi berkaitan dengan perencanaan intervensi dan layanan yang tepat
sesuai kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita (Burke, Arnold, Owen, 2018).
Identifikasi dan asesmen adalah dua istilah yang sangat berdekatan dan bisa
dikatakan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Identifikasi merupakan
kegiatan awal yang mendahului asesmen, apabila akan melaksanakan asesmen, maka
terlebih dahulu harus melaksanakan identifikasi (Lewis dan Doorlag dalam Azwandi,
2005). Identifikasi yang dilakukan untuk mengenali keberadaan anak tunagrahita,
berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada anak tunagrahita.

3
7.2 Tujuan Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan
Secara umum tujuan identifikasi ini adalah untuk menghimpun informasi seawal
mungkin apakah seorang anak mengalami hambatan intelektual, sosial, emosional,
perilaku, dan sebagainya atau tidak dibandingkan dengan anak lain yang sebaya
dengannya. Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya
akan dijadikan dasar untuk penyusunan program intervensi dan pembelajaran sesuai
dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
Dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunagrahita, kegiatan identifikasi
dan asesmen dilakukan dengan tujuan, sebagai berikut:
a. Penjaringan (screening) dan penyaringan
Penjaringan dilakukan terhadap semua anak pada awal anak mulai masuk sekolah
dengan alat identifikasi anak tunagrahita dan hasilnya dapat digunakan untuk
bahan penanganan lebih lanjut.
b. Pengalihtanganan (referal)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya
anak-anak dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Pertama, ada anak yang
perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani
sendiri oleh guru dalam bentuk layanan pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada
anak yang perlu dikonsultasikan ke ahli lain terlebih dulu (referal) seperti
psikolog, dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan terapis, kemudian ditangani oleh
guru.
c. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah
anak yang telah dirujuk ke tenaga profesional benar-benar memerlukan
penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.
Apabila ditemukan masalah yang perlu penanganan lebih lanjut (misalnya
pengobatan, terapi, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru
mengkomunikasikan kepada orang tua anak yang bersangkutan, artinya guru tidak
mengobati dan atau memberi terapi sendiri. Guru hanya memberi pelayanan
pendidikan sesuai dengan kondisi anak.
d. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi analisis hasil asesmen kemudian
dideskripsikan dan dibuatkan program pembelajaran berdasarkan hasil asesmen
yang kemudian menghasilkan program pembelajaran yang diindividualisasikan
(PPI).
e. Pemantauan kemajuan belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran
khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu tertentu
anak tidak mengalami kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau

4
kembali. Sebaliknya, apabila intervensi yang diberikan menunjukkan kemajuan
yang cukup signifikan maka pemberian layanan atau intervensi diteruskan dan
dikembangkan.

7.3 Ruang Lingkup Anak dengan Hambatan Kecerdasan


Identifikasi yang dilakukan untuk menemukenali keberadaan anak tunagrahita
berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik pada anak, yang mencakup kondisi fisik,
kemampuan intelektual, komunikasi, maupun sosial emosional.
1. Kondisi fisik, ini mencakup keberadaan kondisi fisik secara umum (anggota
tubuh) dan kondisi indera seorang anak, baik secara organik maupun fungsional,
dalam arti apakah kondisi yang ada mempengaruhi fungsinya atau tidak,
mekanisme gerak-gerak motorik seperti berjalan, duduk, menulis, menggambar
atau yang lainnya,
2. Kemampuan intelektual, dalam konteks ini adalah kemampuan anak untuk
melaksanakan tugas-tugas akademik di sekolah,
3. Kemampuan komunikasi, kesanggupan seorang anak dalam memahami dan
mengekspresikan gagasannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya,
4. Sosial emosial, mencakup aktivitas sosial yang dilakukan seorang anak dalam
kegiatan interaksinya dengan teman-teman ataupun dengan gurunya serta perilaku
yang ditampilkan dalam pergaulan kesehariannya.

7.4 Prinsip-prinsip Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan


Proses identifikasi dilakukan untuk mengenali karakteristik anak. Mengenali anak
berkenaan dengan kemampuan, kelemahan dan hambatan, kebutuhan, dan gaya
belajar anak. Prinsip-prinsip penting dalam melakukan identifikasi terhadap anak
tunagrahita adalah:
1. Bertujuan meningkatkan pembelajaran, setelah melakukan identifikasi, baik pihak
sekolah maupun guru, harus menghasilkan sebuah perencanaan dan penyediaan
pembelajaran yang mendekati kebutuhan belajar anak,
2. Menggunakan pendekatan yang komprehensif, sistematis, dan berkelanjutan,
3. Identifikasi bukan tujuan melainkan proses yang sistematis, identifikasi harus
menjadi proses yang berkesinambungan,
4. Efektif, mengacu pada berbagai sumber Ini berarti mengumpulkan dan
mempertimbangkan informasi dari beragam sumber seperti orang tua, rekan-
rekan, hasil observasi guru, hasil tes dan data yang telah tersedia,

5
5. Pendekatan dalam identifikasi harus ada komunikasi terbuka antara
orangtua/pengasuh, anak, guru, kepala sekolah, dan masyarakat atas seluruh
proses identifikasi,
6. Praktik identifikasi harus menghadirkan potensi dari kemampuan yang nyata,
7. Identifikasi harus menjadi alat untuk mencapai tujuan.

7.5 Aspek Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan


Permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita, diantaranya anak cukup sulit untuk
mengikuti pelajaran di sekolah dan beradaptasi dengan lingkungannya. Karakteristik
anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan
kata, mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi masih dapat mengikuti pelajaran
akademik. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan
anak umur 12 tahun, sebagian tidak dapat mencapai umur kecerdasan seperti itu.
Berkaitan karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki anak tersebut, maka secara
langsung maupun tidak langsung menimbulkan berbagai macam permasalahan.
Beberapa permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita, antara lain:
1. Masalah hambatan dalam belajar, anak tunagrahita pada umumnya tidak memiliki
kaidah dalam belajar. Mereka mengalami kesulitan dalam memproses informasi
secara abstrak, belajar bagi mereka harus terkait dengan objek yang bersifat
konkrit. Kondisi seperti itu berhubungan dengan kesulitan dalam mengingat,
terutama ingatan jangka pendek. Peserta didik tunagrahita dalam belajar hampir
selalu dilakukan dengan coba-coba, mereka tidak dapat menemukan kaidah dalam
belajar, sukar melihat objek yang sedang dipelajari secara keseluruhan. Mereka
cenderung melihat objek secara terpisah-pisah. Oleh karena itu peserta didik
tunagrahita mengalami kesulitan dalam mencari hubungan sebab akibat,
2. Masalah penyesuaian diri, individu tunagrahita mengalami hambatan dalam
memahami dan mengartikan norma lingkungan.Oleh karena itu mereka sering
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma lingkungan di mana mereka
berada. Tingkah laku individu tunagrahita kadang-kadang dianggap aneh oleh
orang lain karena mungkin tindakannya tidak lazim atau apa yang mereka
lakukan tidak sesuai dengan usianya, masalah pemeliharaan diri, pada umumnya
anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam mengurus dirinya sendiri,
tidak mengetahui cara menghadapi dan menghindari bahaya yang dapat
merugikan keselamatan diri,
3. Masalah pekerjaan, anak tunagrahita walaupun dapat dididik menjadi tenaga kerja
semi-skilled, tapi masih membutuhkan pengawasan, 4. masalah kepribadian,

6
anak-anak tunagrahita memiliki ciri kepribadian yang khas, berbeda dari anak-
anak pada umumnya,
4. Masalah perkembangan bahasa, anak tunagrahita banyak yang mengalami
kesulitan bicara dibandingkan anak pada umumnya. Bila mengalami gangguan
bahasa, seorang anak akan kesulitan dalam memahami konsep kosa-kata,
kesulitan memahami aturan sintaksis dan gramatikal dari bahasa yang digunakan,
5. Masalah yang berkaitan dengan perilaku adaptif anak tunagrahita,
ketunagrahitaan adalah suatu kondisi yang kompleks yaitu karena kemampuan
intelektual yang rendah dan adanya hambatan dalam perilaku adaptif. Anak
tunagrahita mengalami hambatan pada kemampuan menolong diri dan
keterampilan dalam hubungan interpersonal serta kemampuan dalam
menggunakan fasilitas yang diperlukan sehari-hari.
6. Beberapa indikasi anak tunagrahita yang berkaitan dengan metode untuk
mengidentifikasi anak tunagrahita adalah penampilan fisik tidak seimbang,
misalnya kepala terlalu kecil/besar, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
perkembangan bicara/bahasa terlambat, tidak ada/kurang sekali perhatiannya
terhadap lingkungan, koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Metode identifikasi anak tunagrahita, diantaranya adalah observasi, wawancara,
tes buatan guru, tes psikologi.
a. Observasi
Metode ini membutuhkan waktu yang relative lama, tetapi memberikan hasil
yang lebih lengkap dibandingkan dengan metode lain. observasi bisa juga untuk
melengkapi hasil tes dari psikolog karena hasil tes belum tentu menunjukkan
keadaan anak yang sebenarnya. Ada dua macam bentuk observasi. pertama
membiarkan anak hidup dalam lingkungan yang wajar, observer hanya mencatat
gejala-gejala yang timbul selama observasi. Supaya observasi lebih terarah harus
memiliki pedoman observasi, supaya lebih efektif observer menciptakan kondisi
lingkungan yang dapat menarik perhatian anak sehingga anak mau bicara,
melakukan sesuatu dan lain sebagainya.
b. Wawancara
Apabila data atau informasi yang diperoleh melalui observasi kurang memadai,
maka guru dapat melakukan wawancara terhadap anak, orangtua, keluarga, teman
sepermainan, atau pihak-pihak lain yang dimungkinkan untuk dapat memberikan
informasi tambahan mengenai keadaan anak tersebut.
c. Tes Buatan Guru
Tes buatan adalah tes yang dibuat oleh guru atau orang yang berkepentingan
untuk mengenali anak tunagrahita. Pada pelaksanaannya anak diminta untuk

7
mengerjakan tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan umurnya, apabila
anak belum dapat maka anak diberi tugas untuk umur sebelumnya sebaliknya
apabila anak mampu untuk mengerjakan tugas perkembangan yang sesuai dengan
umurnya maka dilanjutkan pada tugas perkembangan untuk umur di atasnya.
d. Tes Psikologi
Tes psikologi merupakan salah satu alat untuk mengenali apakah seorang anak
mengalami ketunagrahitaan atau tidak. Tes psikologi yang dipergunakan adalah
tes kecerdasasan. Tes ini lebih obyektif karena materi tes sudah diujicobakan
sehingga memenuhi persyaratan, prosedur pelaksanaan juga diatur, termasuk cara
pengolahan hasil tes sehingga akan mengurangi bias pada hasil tes. Tes
kecerdasan akan lebih baik apabila disertai dengan tes kematangan sosial,
mengingat kenyataan bahwa anak tunagrahita mengalami keterlambatan dalam
kecerdasan dan disertai hambatan dalam perilaku adaptif.
Selain alat identifikasi yang telah diuraikan di atas, ada alat identifikasi
sederhana untuk membantu guru dan orang tua dalam rangka menemukenali anak
tunagrahita, antara lain Form 1: Informasi riwayat perkembangan anak, Form 2:
informasi/data orangtua anak, Form 3: informasi profil hambatan anak tunagrahita,
dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Informasi riwayat perkembangan anak Informasi riwayat perkembangan anak
adalah informasi mengenai keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga
tahun-tahun terakhir sebelum masuk sekolah. Informasi perkembangan anak
biasanya mencakup identitas anak, riwayat masa kehamilan dan kelahiran,
perkembangan masa balita, perkembangan fisik, perkembangan sosial, dan
perkembangan pendidikan.
2. Data orang tua/wali siswa. Selain data mengenai anak, tidak kalah pentingnya
adalah informasi mengenai keadaan orang tua/wali siswa yang bersangkutan.
Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa lingkungan keluarga mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan belajar anak. Lingkungan
keluarga dapat meliputi pendidikan orang tua, hubungan orang tua dengan anak,
persepsi orang tua, pekerjaan orang tua, status sosial ekonomi, sikap dan
penerimaan orang tua terhadap anak, serta pola asuh yang diterapkan keluarga
terhadap anak.
3. Informasi mengenai profil anak tunagrahita. Informasi mengenai hambatan anak
sangat penting, sebab dari beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang
hasil belajarnya rendah cenderung memiliki hambatan penyerta.

Dalam pelaksanaan identifikasi anak tunagrahita usia sekolah yang belum


bersekolah atau drop out sekolah, maka perlu melakukan pendataan ke masyarakat

8
sekitar kerjasama dengan kepala desa/ lurah, perangkat desa, orang tua, komite
sekolah dan sebagainya. Untuk anak tunagrahita yang sudah masuk dan menjadi
siswa pada sekolah tertentu, identifikasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menghimpun data dan kondisi anak,
b. Menganalisis data dan mengklasifikasi anak.
Pada tahap ini membuat daftar nama anak yang diindikasikan anak tunagrahita
sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang ditetapkan
c. Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah.
Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan
kepada Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran dan pemecahan maupun
tindak lanjutnya,
d. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference). Materi pertemuan kasus
adalah membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai hasil
identifikasi untuk mendapatkan tanggapan dan cara-cara pemecahan serta
penanggulangannya,
e. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus, merumuskan laporan hasil pertemuan
kasus.

Secara umum sasaran identifikasi anak tunagrahita adalah seluruh anak usia pra -
sekolah dan usia sekolah dasar, baik yang sudah masuk, akan masuk, belum ma suk
sekolah, drop out dari sekolah dan tidak sekolah. Berkaitan dengan petugas
identifikasi, untuk mengidentifikasi anak tergolong anak tunagrahita atau bukan,
dapat dilakukan oleh: guru kelas, orang tua, tenaga professional terkait.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kisi-kisi Instrumen Identifikasi Anak dengan Hambatan Kecerdasan

N INDIKATOR YANG
KOMPONEN ASPEK SUB ASPEK BUTIRAN SOAL TEKNIK
O DIAMATI
1. Psikomotor 1.1 Mototrik kasar 1.1.1 Melompat 1.1.1.1 Anak 1.1.1.1.1 Anak diminta
kedepan, melakukan meloncat
belakang, kiri gerakan mengikuti arahan
dan kanan, melompat atau intruksi yang
merangkak, kesegala arah diberikan oleh
berguling. asseor
TES
1.1.1.1.2 Anak diminta
untuk berlari
dengan jarak yang
di tentukan.

2.1 Motorik halus 2.1.1 Mengambar, 2.1.1.1 Anak 1.2.1.1.1. Anak di TES
menulis, diperintahkan instruksikan untuk
menyusun untuk menggambar dan
puzzle menggambar mewarnai gambar
yang di inginkan

1.2.1.1.2 Anak diminta untuk

10
menuliskan
identitas dirinya

1.2.1.1.3 Anak diminta untuk


menyusun puzzle
yang disediakan.
3. Sensorimotor 3.1 Koordinasi 2.1.1 Anak 2.1.1.1 Anak 2.1.1.1.1 Anak di instruksikan
melakukan melakukan untuk mengikuti
gerakan yang gerakan gerakan seperti yang
berbeda senam pagi di contohkan diiringi
dengan dengan irama lagu TES
beriringan
dalam tempo
yang cepat

2.2 Keseimbangan 2.2.1 Berjalan 2.2.1.1 Anak 2.2.1.1.1 Anak diminta untuk
dengan jari melakukan berjalan di atas garis
kaki kanan di gerakan dengan kaki yang di
sejajarkan berjalan di atas sejajarkan tanpa
dengan tumit garis atau keluar dari garis yang
kaki belah benang yang di di tentukan
TES
kiri bentangkan di
lantai tanpa
keluar dari
batas

5. Persepsi 5.1 Persepsi 3.1.1 Membedakan 3.1.1.1Membedakan 3.1.1.1.1 Assesor akan


TES

11
Penglihatan beberapa bentuk bentuk memberikan
bangun ruang geometri yang beberapa bentuk
satu dengan geometri dengan
yang lainnya bentuk dan ukuran
sesuai dengan yang berbeda, lalu
ukuran dan anak akan di minta
bentuknya untuk menjelaskan
nama dan
mengurutkan ukuran
dari yang terkecil ke
yang paling besar.
6.1 Persepsi 3.2.1 Menyebutkan 3.2.1.1Menyebutkan 3..2.1.1.1 Assesor akan
Perabaan tekstrur benda dan menyediakan
yang diberikan membandingka beberapa kain dengan
n 2 atau lebih tekstur yang berbeda
tekstur benda dan anak akan TES
menyebutkan mana
yang lembut, dan
kasar

7.1 Persepsi 3.3.1 Menebak rasa 3.3.1.1 Menyebutkan 3.3.1.1.1. Assessor akan TES
Pengecapan yang rasa menyediakan
diberikan asam,manis, beberapa cairan
sembari asin, pahit dengan rasa yang
menutup secara berbeda. Anak akan
mata bergantian di minta untuk
dengan cara menutup mata dan
mata ditutup menjulurkan
lidahnya, asesor akan

12
meneteskan cairan
lalu anak akan
menyebutkan rasa
yang ia dapatkan.
8. Kemampuan 8.1 Makan dan 4.1.1 Cara anak 4.1.1.1 Benar tidaknya 4.1.1.1.1 Anak diminta untuk
menolong dan minum sendiri memegang penggunaan menggunakan alat
memelihara dan alat makan makan seperti biasa
diri menggunakan ia gunakan, apakah
alat makan makannya benar dan OBSERVA
dan minum bersih, dan cara SI
memegang alatnya
pun benar atau salah.

9.1 Berpakaian 4.2.1 Cara anak 4.2.1.1 Anak memakai 4.2.1.1.1 Anak diminta untuk OBSERVA
sendiri memakai baju sendiri menggunakan baju SI
baju, atau atau harus kemeja sendiri dan
mengancing dengan bantuan mengancingkan
pakaian orang dewasa, bajunya sendiri.
sekolahnya dan dengan Asesor mengamati
durasi yang pas dengan baik
atau lebih dari bagaimana cara anak
seharusnya. tersebut
menggunakan
pakaian dan berapa
lamakah waktu yang
di butuhkan sang
anak untuk
menyelesaikan

13
kegiatan tersebut.
dan apakah Selama
kegiatan berlangsung
anak meminta
bantuan atau tidak.
10.1 Toilet 4.3.1 Ketika 4.3.1.1 Anak 4.3.1.1.1.1 Setelah anak
sendiri membersihka membersihkan melakukan kegiatan
n diri setelah diri setelah di dalam toilet
melakukan melakukan apakah anak dengan
kegiatan di kegiatan di mandiri
dalam toilet dalam toilet membersihkan
seperti buang dirinya sendiri atau
air kecil dan harus diingatkan, dan OBSERVA
besar apakah anak tersebut SI
meminta bantuan
ketika ingin
membersihkan
dirinya sendiri

11. Kemampuan 11.1 Bicara 5.1.1Memperkenalka 5.1.1.1 Anak 5.1.1.1.1 Assesor akan TES
berbahasa n diri memperkenalk bertanya mengenai
an dirinya data diri anak
dengan kemudian anak
menyebutkan menjawab
namanya ( berbicara) dan
sendiri mengenalkan diri
dengan cara
menyebutkan

14
namanya
12.1 Menulis 5.2.1 Menuliskan 5.2.1.1 Anak mengisi 5.2.1.1.1 Setelah anak
namanya kolom data mengenalkan
sendiri diri dengan
menyebutkan
TES
namanya, kemudian
anak akan di minta
untuk mengisi
kolom data diri
13.1 Berhitung 5.3.1 Menghitung 5.3.1.1 Anak 5.3.1.1.1 Assesor akan
kancing yang menghitung menunjuk ke benda
menempel benda yang yang jumlahnya
pada bajunya jumlahnya banyak seperti
banyak kancing baju dan
anak di minta untuk TES
menghitung kancing
yang menempel pada
bajunya

14. Kemampuan 14.1 Bereaksi 6.1.1 Bereaksi 6.1.1.1 Menimbulkan 6.1.1.1.1 Assesor OBSERVA
Sosial terhadap reaksi terhadap menciptakan situasi SI
Emosional keadaan atau sesuatu seperti yang bisa membuat
situasi berteriak anak mengeluarkan
tertentu ketika di reaksi yang di
kagetkan atau inginkan
lari ketika
mendengar
suara keras

15
15.1 Bermain 6.2.1 Anak bermain 6.2.1.1 Anak bermain, 6.2.1.1.1 Assesor mengamati
Bersama dengan teman bergaul dan anak ketika sedang
temannya berbincang jam istirahat
saat jam dengan
istirahat temannya di OBSERVA
jam istirahat SI
dan tidak
menyendiri.

16.1 Menjalank 6.3.1 Mengikuti dan 6.3.1.1 Anak 6.3.1.1.1 Anak diberikan TES
an Perintah menuruti mengikuti beberapa perintah
perintah perintah yang ringan seperti
orang diberikan mengambilkan
orangtua barang dan
memanggilkan
temannya.

16
17.1 Tata Cara 6.4.1 Bergaul sesuai 6.4.1.1 Anak bergaul 6.4.1.1.1 Assesor
Bergaul dengan sesuai dengan mewawancarai
usianya usianya seperti kepada orang tua
anak kecil atau guru mengenai
masih bermain cara bergaul anak,
boneka dan apakah sesuai
WAWANC
mobil-mobilan dengan usianya atau
ARA
dan tidak tidak
merokok
ketika masih
kecil

18.1 Perilaku 6.5.1. Aktivitas 6.5.1.1 Anak ingat 6.5.1.1.1 Asesor


Adaptif sehari hari tugas yang mewawancarai
seperti ingat sudah kepada guru dan
akan tugas diberikan, dan orangtua mengenai
sekolah, ingat barang bawaan tugas yang di WAWA
akan barang untuk dibawa berikan, apakah
bawaan dsb. keesokan anak ingat dan
harinya selalu membawanya
atau tidak
19. Kemampuan 19.1 Memahami 7.1.1 Menyebutkan 7.1.1.1 Membedakan 7.1.1.1 Asesor mnyediakan
Kognitif bentuk dan bentuk yang beberapa bentuk
membedakan satu dengan kemudian anak
TES
bentuk bentuk yang lainnya diminta menjelaskan
geometri bentuk bentuk
tersebut
20.1 Memahami 7.2.1 Menyebutkan 7.2.1.1 Menyebutkan 7.2.1.1 Asesor akan menunjuk TES

17
warna warna warna warna warna warna benda yang ada
benda di benda yang di di sekitar anak, dan
sekitar sediakan kemudian anak
diminta menyebutkan
warna tersebut
21.1 Memahami 7.3.1 Menyebutkan 7.3.1.1 Mampu 7.3.1.1.1 Asesor akan
angka angka 1 hingga menjawab menuliskan angka
100 secara angka yang di bilangan antara 1
acak tunjuk hingga 100 secara
acak lalu
TES
menanyakan angka
berapakah yang di
tulis oleh asesor dan
anak akan
menjawabnya
22.1 Memahami 7.4.1 Mengenal mata 7.4.1.1 Mampu 7.1.1.1 Asesor akan bermain
cara uang rupiah membelanjaka jual beli dengan anak
penggunaan n uang dengan dan mengintruksikan
uang nominal yang anak berbelanja
TES
di tentukan dengan jumlah uang
tanpa yang di berikan
kelebihan
harga
23. Kemampuan 23.1 Menggunti 8.1.1 Menggunting 8.1.1.1 Menggunting 8.1.1.1.1 Asesor menyediakan TES
Penggunaan ng mengikuti dengan rapih kertas yang sudah
alat pola yang dan mengikuti memiliki pola yang
keterampilan sudah di pola yang buat berbeda beda, anak
buat dalam akan diminta untuk
selembar menggunting kertas

18
kertas yang diberikan
mengikuti pola yang
ada

24.1 Memotong 8.2.1 Memotong 8.2.1.1. Memotong 8.2.1.1.1 Asesor menyediakan


kertas benda hingga makanan padat dan
menjadi dua terbelah meminta anak
bagian atau memotong makanan
TES
lebih tersebut
menggunaka menggunakan pisau
n cutter atau atau cutter
pisau
25.1 Menggoso 8.3.1 Menggosok 8.3.1.1 Menggerakkan 8.3.1.1.1 Asesor meminta
k benda tangan dengan anak untuk
benar seperti membersihkan
halnya sedang membersihkan
TES
menggosokkan barang atau
tangan pada mengepel, dan
sebuah objek mengelap meja

26.1 Melipat 8.4.1 Melipat kertas 8.4.1.1 Melipat kertas 8.4.1.1.1 Asesor menyediakan
menjadi menjadi dua kertas origami dan
beberapa bagian secara mengintruksikan
bagian simetris untuk melipat kertas
TES
dengan rapi tersebut sesuai
dengan intruksi yang
d berikan

27.1 Menggaris 8.5.1 Membuat pola 8.5.1.1 Membuat pola 8.5.1.1.1 Asesor meminta TES

19
dengan persegi atau anak untuk menyalin
penggaris jajar genjang bentuk dengan
dengan rapi menggunakan menggunakan
penggaris penggaris

28.1 Memelihar 8.6.1 Memelihara 8.6.1.1 Memelihara 8.5.1.1.1 Asesor mengamati


a pakaian pakaian yang agar baju yang baju anak apakah
dikenakan dikenakan terlihat bersih dan TES
tidak kotor rapi atau kotor dan
tidak rapi

20
LEMBAR IDENTIFIKASI ANAK DENGAN HAMBATAN KECERDASAN

Nama Lengkap :

Sekolah :

Tempat Tanggal Lahir :

Usia :

Alamat :

KEMAMPUAN
NO BUTIRAN SOAL KET
MAMPU TIDAK
1. Anak diminta meloncat mengikuti arahan atau
intruksi yang diberikan oleh asseor

2. Anak diminta untuk berlari dengan jarak yang di


tentukan.
3. Anak di instruksikan untuk menggambar dan
mewarnai gambar yang di inginkan
4. Anak diminta untuk menuliskan identitas dirinya
5. Anak diminta untuk menyusun puzzle yang
disediakan.
6. Anak di instruksikan untuk mengikuti gerakan
seperti yang di contohkan diiringi dengan irama
lagu
7. Anak diminta untuk berjalan di atas garis dengan
kaki yang di sejajarkan tanpa keluar dari garis
yang di tentukan
8. Assesor akan memberikan beberapa bentuk
geometri dengan bentuk dan ukuran yang berbeda,
lalu anak akan di minta untuk menjelaskan nama
dan mengurutkan ukuran dari yang terkecil ke
yang paling besar.
9. Assesor akan menyediakan beberapa kain dengan
tekstur yang berbeda dan anak akan menyebutkan
mana yang lembut, dan kasar
10. Assessor akan menyediakan beberapa cairan

21
dengan rasa yang berbeda. Anak akan di minta
untuk menutup mata dan menjulurkan lidahnya,
asesor akan meneteskan cairan lalu anak akan
menyebutkan rasa yang ia dapatkan.
11. Anak diminta untuk menggunakan alat makan
seperti biasa ia gunakan, apakah makannya benar
dan bersih, dan cara memegang alatnya pun benar
atau salah.
12. Anak diminta untuk menggunakan baju kemeja
sendiri dan mengancingkan bajunya sendiri.
Asesor mengamati dengan baik bagaimana cara
anak tersebut menggunakan pakaian dan berapa
lamakah waktu yang di butuhkan sang anak untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut. dan apakah
Selama kegiatan berlangsung anak meminta
bantuan atau tidak.
13. Setelah anak melakukan kegiatan di dalam toilet
apakah anak dengan mandiri membersihkan
dirinya sendiri atau harus diingatkan, dan apakah
anak tersebut meminta bantuan ketika ingin
membersihkan dirinya sendiri
14. Assesor akan bertanya mengenai data diri anak
kemudian anak menjawab ( berbicara) dan
mengenalkan diri dengan cara menyebutkan
namanya
15. Setelah anak mengenalkan dengan menyebutkan
namanya, kemudian anak akan di minta untuk
mengisi kolom data diri
16. Assesor akan menunjuk ke benda yang jumlahnya
banyak seperti kancing baju dan anak di minta
untuk menghitung kancing yang menempel pada
bajunya
17. Assesor menciptakan situasi yang bisa membuat
anak mengeluarkan reaksi yang di inginkan
18. Assesor mengamati anak ketika sedang jam
istirahat
19. Anak diberikan beberapa perintah ringan seperti
mengambilkan barang dan memanggilkan
temannya.
20. Assesor mewawancarai kepada orang tua atau
guru mengenai cara bergaul anak, apakah sesuai
dengan usianya atau tidak
21. Asesor mewawancarai kepada guru dan orangtua
mengenai tugas yang di berikan, apakah anak ingat

22
dan selalu membawanya atau tidak
22. Asesor mnyediakan beberapa bentuk kemudian
anak diminta menjelaskan bentuk bentuk tersebut
23. Asesor akan menunjuk warna benda yang ada di
sekitar anak, dan kemudian anak diminta
menyebutkan warna tersebut
24. Asesor akan menuliskan angka bilangan antara 1
hingga 100 secara acak lalu menanyakan angka
berapakah yang di tulis oleh asesor dan anak akan
menjawabnya
25. Asesor akan bermain jual beli dengan anak dan
mengintruksikan anak berbelanja dengan jumlah
uang yang di berikan
26. Asesor menyediakan kertas yang sudah memiliki
pola yang berbeda beda, anak akan diminta untuk
menggunting kertas yang diberikan mengikuti
pola yang ada
27. Asesor menyediakan makanan padat dan meminta
anak memotong makanan tersebut menggunakan
pisau atau cutter
28. Asesor meminta anak untuk membersihkan
membersihkan barang atau mengepel, dan
mengelap meja
29. Asesor menyediakan kertas origami dan
mengintruksikan untuk melipat kertas tersebut
sesuai dengan intruksi yang d berikan
30. Asesor meminta anak untuk menyalin bentuk
dengan menggunakan penggaris
31. Asesor mengamati baju anak apakah terlihat bersih
dan rapi atau kotor dan tidak rapi

23
BAB IV
PENUTUP

1.
4.1 Kesimpulan
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului asesmen. Kegiatan
mengidentifikasi adalah kegiatan untuk mengenal dan menandai sesuatu pada anak
tunagrahita. Proses identifikasi anak tunagrahita meliputi pengenalan kemampuan
(awal), kelemahan atau hambatan dan kebutuhan untuk mengikuti pembelajaran
selanjutnya. Tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah anak
mengalami kelainan/penyimpangan/hambatan (fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan lain sebagainya). Hasil identifkasi akan menjadi dasar dalam proses pembelajaran
bagi anak tunagrahita. Identifikasi dilakukan untuk lima hal yaitu penjaringan
(screening), pengalihtanganan (referal), klasifikasi, perencanaan pembelajaran, dan
pemantauan kemajuan belajar. Asesmen dimaknai kegiatan yang dilakukan dengan
berbagai cara untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kekuatan atau
potensi, kelemahan atau hambatan dan kesulitan anak tunagrahita dalam bidang yang
akan dimanfaatkan untuk penempatan dan penyusunan program pendidikan,
pembelajaran atau layanan bantuan yang diberikan.
Identifikasi anak dengan hambatan kecerdasan diperlukan agar keberadaan
mereka dapat diketahui sedini mungkin. Selanjutnya, program pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka dapat diberikan. Pelayanan tersebut dapat berupa
penanganan medis, terapi, dan pelayanan pendidikan dengan tujuan mengembangkan
potensi mereka.

4.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, maka dari itu kami berharap agar pembaca
dapat mengkaji lagi tentang instrumen identifikasi anak dengan
hambatan kecerdasan berhubung materi yang dikajinya memiliki
cakupan yang cukup luas maka perlu dikaji lebih mendalam dari
berbagai sumber literatur lain untuk menambah informasi serta
pengetahuan mengenai materi tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/mod/resource/view.php?id=20270
(Diakses pada 13 April pukul 21.02)

27

Anda mungkin juga menyukai