Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS

Disusun Oleh:

1. Rahayu Gustiana (22.0603.0005)


2. Fitriya Arbangatun N (22.0603.0006)
3. Alda Setyowati (22.0603.0042)
4. Adila Awani F (22.0603.0047)
5. Dimas Anggoro P (22.0603.0048)
6. Nungki Dian P (22.0603.0049)
7. Riski Zulfa Nur A (22.0603.0052)
8. Ryanda Fikri H (22.0603.0053)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur
atas nikmat rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan asuhan keperawatan pada mata kuliah Keperawatan Anak yang
berjudul “Asuhan Keperawata pada Anak dengan Retardasi Mental” dengan tepat
waktu.

Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak guna memperlancar penulisan tugas ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Reni Mareta, M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak.
2. Kepada seluruh keluarga dan teman-teman kami yang telah memberikan
dukungan serta doa sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan tepat waktu.
Terlepas dari semua ini, kami sepenuhnya menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dalam susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala kritik dan saran pembaca agar kami dapat menyempurnakan
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, atas kritik dan saran yang diberikan, kami
ucapkan terimakasih.

Magelang, 12 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL................1


KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................5
A. Definisi Retardasi Mental....................................................................................5
B. Etiologi Retardasi Mental....................................................................................5
C. Tanda dan Gejala Penderita Retardasi Mental.................................................6
D. Anatomi dan Fisiologi Penderita Retardasi Mental........................................12
F. Pathways Retardasi Mental pada Anak...........................................................15
G. Penatalaksanaan.................................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................18
KONSEP KEPERAWATAN.........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup,
diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini.
Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan
masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami
retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental
merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak
sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama,
hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting pada anak
tersebut. Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan adanya gangguan pada fase
pranatal, perinatal maupun postnatal. Mengingat beratnya beban keluarga maupun
masyarakat yang harus ditanggung dalam penatalaksanaan retardasi mental, maka
pencegahan yang efektif merupakan pilihan terbaik

Retardasi mental menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi


selama masa perkembangan. Klasifikasi retardasi mental adalah mild retardation,
moderate retardation, severe retardation dan profound retardation. Etiologi
retardasi mental dapat terjadi mulai dari pranatal, perinatal dan postnatal.
Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000 macam penyebab
terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau
dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial. Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas uji
intelegensia saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua,
laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Retardasi Mental?
2. Apa etiologi Retardasi Mental?
3. Apa saja tanda dan gejala penderita Retardasi Mental?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologi penderita Retardasi Mental?
5. Bagaimana gambar organ penderita Retardasi Mental?
6. Bagaimana patofisiologi penderita Retardasi Mental?
7. Bagaimana pathways Retardasi Mental ?
8. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada pasien penderita
Retardasi Mental?
9. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan kasus dari pengkajian pada
pasien pederita Retardasi Mental?
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Agar penulis dan pembaca mengetahui tentang penderita Retardasi
Mental pada anak.
b. Tujuan khusus
Setelah mempelajari asuhan keperawatan Retardasi diharapkan
penulis dan pembaca dapat :
1. Mengetahui definisi Retardasi Mental.
2. Mengetahui etiologi Retardasi Mental.
3. Mengetahui tanda dan gejala Retardasi Mental.
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi Retardasi Mental.
5. Mengetahui anatomi/fisiologi penderita Retardasi Mental.
6. Mengetahui gambar organ penderita Retardasi Mental.
7. Mengetahui pathways Retardasi Mental.
8. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada pasien penderita
Retardasi Mental.
9. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan kasus dari pengkajian
pada pasien pederita Retardasi Mental
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa a
nak-anak seblum usia 18 tahun dengan ditandai ketidaknormalan fungsi intelektua
l (IQ = 65-75) dan keterbatasan lainnya seperti berbicara dan berbahasa, ketrampil
an merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sumber-sumb
er komunitas, pengarahan dir, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, ber
santai, dan berkerja. Retardasi mental disebut juga dengan disabilitas kognitif, dis
abilitas intelektual, disabilitas belajar, gangguan mental, abuse, keterbelakangan
mental, dan gangguan intelektual.
B. Etiologi Retardasi Mental
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase prenatal, perinatal, dan
postnatal.
1. Penyebab prenatal
a. Kelainan kromosom
b. Kelainan genetic/herediter
c. Gangguan metabolic
d. Sindrom dismorfik
e. Infeksi intrauterine
f. Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
a. Prematuritas
b. Asfiksia
c. Kernicterus
d. Hipoglikemmia
e. Meningitis
f. Hidrosefalus
g. Perdarahan intraventricular
3. Penyebab postnatal
a. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
b. Trauma
c. Kejang lama
d. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
C. Tanda dan Gejala Penderita Retardasi Mental
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu
sindrom penyakit tertentu.

Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:

a. Kelainan pada mata :

1) Katarak :

a) Sindrom Cockayne

b) Sindrom Lowe

c) Galactosemia

d) Sindrom Down

e) Kretin

f) Rubela prenatal

2) Bintik cherry- merah daerah macula

a) Mukolipidosis

b) Penyakit Niemann- pick

c) Penyakit Tay-sachs

3) Korioretinitis

a) Lues Kongenital

b) Penyakit stimegalo virus

c) Rubela prenatal
4) Kornea keruh

a) Lues kongenital

b) Sindrom hunter

c) Sindrom hurler

d) Sindrom Lowe

b. Kejang

1) Kejang umum tonik klonik

a) Defisiensi glikogen sinthease

b) Hiperlisinemia

c) Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease I, III, IV


dan VI

d) Phenyl ketonuria

e) Sindrom malabsorpsi methionine

2) Kejang masa neonatal

a) Arginosuccinic asiduria

b) Hiperammonemia I dan II

c) Laktik Asidosis

c. Kelainan Kulit Bintik cafe-au-lait

1) Ataksia-telengiektasia

2) Sindrom bloom

3) Neurofibromatosis

4) Tuberous selerosis
d. Kelainan rambut

1) Rambut rontok

a) Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati

2) Rambut cepat memutih

a) Atrofi progresif serebral hemisfer

b) Ataksia telangiectasia

c) Sindrom malabsorpsi methionine

3) Rambut halus

a) Hipotiroid

b) Malnutrisi

e. Kepala

1) Mikrosefali

2) Makrosefali

a) Hidrosefalus

b) Mucopolisakaridase

c) Efusi subdural

f. Perawakan pendek

1) Kretin

2) Sindrom prader- wili

g. Distonia

1) Sindrom Hallervorden- spaz Gejala klinis retardasi mental berdasarkan tipe


dan umur :
a. Retardasi mental ringan

1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan Cara


berjalan, makan sendiri, dan berbicara lebih lambat dibandingkan
anak normal.

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mampu


mempelajari keterampilan, membaca serta mempelajari aritmatika
sampai ke tingkat kelas tiga-kelas enam dengan pendidikan khusus,
dapat dibimbing kearah penyesuaian sosial sampai usia mental 8-
12 tahun normal.

b. Retardasi mental sedang

1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan


Keterlambatan dapat dilihat pada perkembangan motorik, yaitu
cara berbicara dan berespon tehadap pelatihan dalam berbagai
aktivitas menolong diri.

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mampu


mempelajari komunikasi sederhaana, perilaku kesehtan dan
keamanan tingkat dasar serta keterampilan manual sederhana, tidak
mengalami perkembangan dalam membaca atau aritmatika secara
fungsional, usia mental mencapai 3-7 tahun usia mental normal.

c. Retardasi mental berat

1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan


Keterampilan komunikasi kurang atau tidak ada, mampu berespon
terhadap pelatihan mengenai perawatan dasar diri sendiri, misalnya
makan sendiri

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan Mempunyai


sedikit pemahaman terhadap percakapan dan sedikit merespon,
mampu mengambil manfaat dari latihan kebiasaan yang sistematik,
usia mental mencapai usia mental toddler normal.

d. Retardasi mental sangat berat

1) Usia prasekolah 0- 5 tahun : Maturasi dan perkembangan


Membutuhkan perawatan total.

2) Usia sekolah 6- 21 tahun : Pelatihan dan pendidikan


Keterlambatan pada semua area perkembangan, menunjukkan
respon emosional dasar, mampi berespon terhadap latihan
keterampilan dalam menggunakan lengan, tangan, dan rahang,
membutuhkan supervise ketat, usia mental mecapai usia mental
bayi muda normal.

(Wong, D, dkk, 2009)

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi mental


berdasarkan umur antara lain:

1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system


organ mayor
2. Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan
lingkungan,
gangguan penglihatan atau pendengaran

3. Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar

4. Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara

5. Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara,


masalah perilaku termasuk kemampuan bermain, keterlambatan
perkembangan moptorik halus, menggunting, mewarnai,
menggambar

6. School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah


perilaku (perhatian, kecemasan, nakal)
gejala dari Retardasi Mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut (Kusumawardhani, 2013). :
1) Retardasi Mental ringan atau Debil (IQ 50-69)
Penyandang Retardasi Mental ringan biasanya sedikit
terlambat dalam belajar bahasa tetapi sebagian besar dapat
mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari,
mengadakan percakapan dan dapat diwawancarai. Kebanyakan dari
mereka juga dapat mandiri penuh dalam hal merawat diri sendiri
(makan, mandi, berpakaian, buang air besar dan kecil) dan
mencapai ketrampilan praktis serta ketrampilan rumah tangga,
walaupun perkembangannya sedikit lambat dibandingkan anak
normal.
2) Retardasi Mental sedang atau Imbecile ringan (IQ 35-49)
Kategori ini lambat dalam mengembangkan pemahaman dan
penggunaan bahasa, prestasi akhir yang dapat dicapai dalam bidang
ini terbatas. Ketrampilan merawat diri dan ketrampilan motorik juga
terlambat. Sebagian dari mereka memerlukan pengawasan seumur
hidup. Kemajuan dalam pendidikan sekolah terbatas tetapi sebagian
dari mereka ini dapat belajar ketrampilan dasar yang dibutuhkan
untuk membaca, menulis, dan berhitung.
3) Retardasi Mental berat atau Imbicile berat (IQ 20-34)
Kategori ini menderita hendaya motorik yang mencolok dan
deficit lain yang menyertainya. Hal ini menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara
klinis dar susunan saraf pusat.
4) Retardasi Mental sangat berat atau Idiot (IQ dibawah 20)
IQ dalam kategori ini diperkirakan kurang dari 20. Secara
praktis penyandang yang bersangkutan sangat terbatas
kemampuannya untuk memahami atau mematuhi permintaan atau
intruksi. Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak atau
sangat terbatas dalam gerakannya, mungkin juga terdapat
inkontinensia, dan hanya mampu mengadakan komunikasi non-
verbal yang belum sempurna. Mereka tidak atau hanya mempunyai
sedikit sekali kemampuan untuk mengurus sendiri
kebutuhan dasar mereka sendiri, dan senantiasa memerlukan
bantuan dan pengawasan.
D. Anatomi dan Fisiologi Penderita Retardasi Mental
Retardasi mental, yang juga dikenal sebagai gangguan perkembangan intelekt
ual, adalah kondisi yang ditandai oleh keterbatasan dalam kemampuan kognitif da
n adaptasi sosial. Ini adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi fungsi
kognitif, sosial, dan adaptif individu. Mari kita bahas anatomi dan fisiologi yang t
erkait dengan retardasi mental.

A. OTAK

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan
tulang tengkorak yang kuat dan terletak dalam kavum kranui. Berat otak orang
dewasa kira-kira 1400 gram, setengah padat dan berwarna kelabu kemerahan.
Otak dibungkus oleh tiga selaput otak (meningen) dan dilindungi oleh tulang
tengkorak. Otak mengapung dalam suatu cairan untuk menunjang otak yang
lembek dan halus. Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan akibat
pukulan dari luar terhadap kepala. Selaput otak (meningen) adalah selaput yang
membungkus otak dan sumsum tulang belakang untuk melindungi struktur
saraf yang halus mem- bawa pembuluh darah dan cairan sekresi
serebrospinalismemperkecil ben- turan atau getaran pada otak dan sumsum
tulang belakang. Selaput otak (meningen) terdiri dari tiga lapisan:

1) Duramater: Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan


ikat tebal dan kuat. Pada bagian tengkorak terdiri dari periost (selaput)
tulang tengkorak dan duramater propia bagian dalam. Dura mater di
tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah dari vena
otak. Rongga ini dinamakan sinus vena. Diafragma sellae adalah lipatan
berupa cincin dalam duramater menutupi sela tursika sebuah lekukan pada
tulang stenoid yang berisi kelenjar hipofisis.
2) Araknoidea: Selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi
cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. Otak dan medula
spinalis berada dalam balon yang berisi cairan itu. Kantong araknoid ke
bawah berakhir di bagian sakrum, medula spinalis berhenti setinggi lumbal
I-II. Di bawah lumbal II kantong berisi cairan hanya terdapat saraf-saraf
perifer yang keluar dari medula spinalis. Pada bagian ini tidak ada medula
spinalis. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengambilan cairan otak yang
disebut pungsi lumbal. Ruang subaraknoid pada bagian bawah serebelum
merupakan ruangan yang agak besar disebut sistern. magma. Besarnya
sistema magma dapat dimasukkan jarum ke dalam melalui foramen
magnum untuk mengambil cairan otak. Tindakan ini pungsi suboksipitalis.
3) Plamater, merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan
jaringan piamater dengan araknoid melalui struktur jaringan ikat yang
disebut trabekhel. Tepi flak serebri membentuk sinus longitudinal inferior
dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan da- rah dari flak serebri
tentorium memisahkan serebrum dengan serebelum.

E. Patofisiologi Retardasi Mental


Retardasi mental dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu ada empat
faktor yang dapat berpengaruh seorang anak terjadi/menderita retardasi mental :
a. Faktor genetik dari keluarga yang mana bisa terjadi kelainan jumlah dan
bentuk kromosom.
b. Faktor prenatal yang terdiri gizi, mekanis, toksin, endokrin, radiasi,
infeksi, stres, imunitas dan anoreksia embrio.
c. Faktor perinatal bisa disebabkan mulai dari proses kelahiran yang lama,
posisi janin yang abnormal, kecelakaan pada waktu lahir dan kegawatan
fatal.
d. Faktor pascanatal yang dapat menyebabkan terjadinya retardasi
mental yaitu akibat adanya infeksi pada tubuh, terjadinya trauma
kaptis dan tumor otak, adanya kelainan tulang tengkorak, kelainan
endokrin dan metabolik serta keracunan pada otak.
Dari keempat faktor tersebut salah satunya dapat menjadikan
kerusakan fungsi otak pada hemisfer kanan sehingga keterlambatan
perkembangan motorik kasar dan halus. Pada hemisfer kiri dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan bahasa, sosial dan kognitif
sehingga kebanyakan penderita retardasi mental dalam berkomunikasi
kurang bisa menangkap pembicaraan dengan baik, kurang bisa
berinteraksi sosial atau bersosialisasi dengan teman sebaya atau dengan
lingkungan disebabkan karena merasa malu dengan kondisinya.
Kognitif yang rendah sehingga penderita retardasi mental sedikit
tertinggal pola pikirnya dengan anak normal lainnya.
Oleh karena itu terjadi penurunan fungsi intelektual secara
umum dan gangguan perilaku adaptif sosial. Dari penurunan fungsi
intelektual tersebut menyebabkan masalah pada keluarga yaitu
pertumbuhan dan perkembangan anak terlambat sehingga keluarga
cemas, keluarga tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
sehingga kurangnya pengetahuan, dan mengabaikan kebutuhan dasar
klien sehingga menjadi koping keluarga tidak efektif. Sedang pada
hubungan sosial menyebabkan masalah gangguan komunikasi verbal.
Pada perkembangan menjadikan fungsi intelektual menurun menyebabkan
masalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan (Muttaqin,
2011).
F. Pathways Retardasi Mental pada Anak
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada anak dengan retardasi mental adalah multidimensi
dan sangat individual. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua anak
penanganan multi disiplin dapat berjalan dengan jalan yang baik, sehingga
alangkah baiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak
secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal
mungkin. Untuk itu, perlu melibatkan psikolog dalam menilai perkembangan
mental anak terutama kemampuan kognitifnya. Dokter anak disini juga
berperan dalam pemeriksaan fisik anak, menganalisis penyebab, dan
mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Selain itu, kehadiran
pekerja sosial terkadang diperlukan dalam menilai situasi keluarganya. Atas
dasar tersebut sehingga perlu dibuatnya strategi terapi, biasanya melibatkan
lebih banyak ahli, misalnya ahli saraf, psikiater, ahli rehabilitasi, dan ahli
terapi wicara, serta buruh pendidikan luar biasa. Ahli saraf, diperlukan apabila
anak juga menderita epilepsi, palpasi serebral, dan lainnya. Psikiater,
diperlukan apabila anak tersebut menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila
orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,
apabila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensorik
anak. Ahli terapi wicara, dibutuhkan untuk memperbaiki gangguan bicara
maupun untuk merangsang perkembangan bicara si anak. Selain itu,
diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi
mental.
Pada orang tua, perlu diberikan penjelasan mengenai keadaan anaknya,
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Terkadang
diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan
anaknya, sehingga diperlukan konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater.
Disamping itu, diperlukan kerjasama yang baik antara guru dengan orang
tuanya, supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Disamping itu, masyarakat perlu pemahaman tentang
retardasi mental supaya mereka dapat menerima anak sekolah dengan retardasi
mental yaitu SLB-C. Dalam sekolah tersebut, anak akan diajarkan
keterampilan, sehingga harapannya mereka dapat mandiri dikemudian hari.
Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu, sehingga
mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji, misal
mencuri, merampas, kejahatan seksual, dan lainnya. Anak-anak dengan
retardasi mental sering kali disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan
penanganan khusus, disamping itu juga membutuhkan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya.
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Anak pada Kasus Retardasi Mental

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan anak dengan masalah tumbuh kembang dapat
menggunakan indikator berikut :
a. Ditemukan adanya ketidakmampuan atau kesulitan melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian
tumbuh kembang.
b. Adanya perubahan pertumbuhan fisik (berat/ tinggi badan) yang
tidak sesuai dengan standar pencapaian tumbuh kembang.
c. Adanya perubahan perkembangan saraf yang tidak sesuai dengan
tahapan perkembangan, seperti gangguan motorik, bahasa, dan
adaptasi sosial.
d. Adanya perubahan perkembangan perilaku, seperti hiperaktif,
gangguan belajar dan lain lain.
e. Adanya ketidakmauan atau ketidakmampuan melakukan perawatan
diri atau kontrol diri dalam beraktivitas sesuai dengan usianya.

Proses pengkajian bersifat komprehensif dalam lingkup yang berbasis


dimensi kebutuhan biofisik, psikososial, perilaku, dan pendidikan.
Pengkajian terdiri dari atas evaluasi komprehensif mengenai defisit dan
kekuatan yang berhubungan dengan keterampilan adaptif: komunikasi,
perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sumber- sumber di komunitas,
pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan keterampilan bersantai dan rekreasional, dan
bekerja. Pengkajian mempertimbangkan pengaruh latar belakang kultural
dan bahasa, perhatian, dan kesukaan anak.
Pengkajian fisik meliputi pengukuran pertumbuhan (tinggi badan dan
berat badan yang diidentifikasi pada grafik pertumbuhan) dan evaluasi
infeksi saat ini, status masalah- msalah kongenital saat ini, fungsi tiroid,
perawatan gigi, ketajaman pendengaran dan penglihatan, masalahmasalah
nutrisi dan makan, dan masalah ortopedik. Pengkajian fisik juga meliputi
pemantauan kondisi sekunder yang berkaitan dengan diagnosis spesifik,
seperti memantau hipotiroidisme dan depresi pada orang yang mengalami
sindrom down.
Pengkajian Anak
a. Identitas
Nama : Identitas
Umur : Umur untuk mengetahui dasar perkembangan anak.

b. Jenis kelamin :

c. Anak ke :

Jumlah anak yang banyak dalam keluarga dengan keadaan sosial


ekonomi cukup, akan mengakibatkan kurangnya perhatian dan kasih
sayang yang diterima. Belum ditambah lagi bila jarak kelahiran antara
anak yang satu dengan anak yang lain teralu dekat

d. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak- anak sedini
mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk
berbuat kebaikan dan kebajikan.
e. Penanggung jawab
1) Nama orang tua sebagai penanggung jawab.
2) Pendidikan Ayah/Ibu
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang lebih baik, maka
orangtua dapat menerima informasi tentang kesehatan anaknya
3) Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga yang memadai, dapat
menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua dapat
menyediakan segala kebutuhan anak.
4) Alamat Adanya alamat tempat tinggal akan memudahkan jika
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk berbagai kepentingan. Maka dari itu,
oangtua sebaiknya mulai mengenalkan alamat tempat tingal mereka
kepada anak
f. Riwayat Kesehatan Anak Masa Lalu Riwayat
Riwayat kesehatan anak masa lalu, berhubungan erat dengan riwayat
kesehatan ibu pada masa sebelum terjadinya kehamilan maupun saat
hamil. Dikarenakan, gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun
sedang hamil
g. Riwayat Parental (Riwayat Kesehatan Ibu)

Riwayat Kesehatan Ibu berhubungan erat dengan terpenuhi atau


tidaknya gizi ibu hamil sebelum terjadinya kehamilan maupun sedang
hamil. Menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,
BBLR mudah terkena infeksi, abortus, dan lain-lain.

h. Riwayat Kelahiran

Bayi baru lahir harus bisa melewati masalah transisi, dari suhu sistem
yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke
suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme
homeostatik bayi itu sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu
dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa awal
dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat yang permanen.
i. Riwayat Kesehatan

Keluarga Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya. Juga faktor genetik merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang

j. Riwayat Tumbuh Kembang

Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai


hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan sosial, juga
menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari
penyebabnya

k. Riwayat Imunisasi

Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari


penyakitpenyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan
kematian. Dianjurkan anak sebelum umur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi lengkap.

l. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

1) Nutrisi/Gizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya seperti: protein, lemak, karbohidrat dan mineral
serta vitamin
2) Eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1,5-2 tahun berhenti mengompol pada siang hari. Usia
2,5- 3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan
lebih dulu berhenti mengompol , dicari penyebabnya. Toilet training
(latihan defekasi perlu dimulai, supaya evakuasi sisa makanan
dilakukan secara teratur, sehingga mempermudah kelancaran
pemberian makanan)

3) Istirahat dan tidur


Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya.
Karena kegiatan fisiknya mulai meningkat, seperti bermain. Namun,
kebutuhan tidur anak sebaiknya tetap dipenuhi antara 2 hingga 3 jam
tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari
4) Olahraga dan Rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan mulai
perkembangan otot-otot
5) Personal Hygiene
Personal Hygiene menyangkut cara anak membersihkan diri.
Upaya ini dapat dilakukan anak dengan mandi 2x sehari, keramas 3x
seminggu, potong kuku 1 kali seminggu, membersihkan mulut dan
gigi
6) Tanda-tanda vital
Tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, nadi, dan respirasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan tumbuh kembang b/d efek ketidak mampuan fisik ditandai
dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai
usia (D.0106)
b. Defisit perawatan diri b/d penurunan motivasi atau minat ditandai
dengan minat melakukan perawatan diri kurang (D.0109)
c. Defisit pengetahuan b/d gangguan fungsi kognitif ditandai dengan
menunjukan perilaku berlebihan (D.0111)
d. Gangguan interaksi sosial b/d hambatan perkembangan ditandai dengan
tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik (D.0118)
e. Isolasi sosial b/d keterlambatan perkembangan ditandai dengan menarik
diri (D.0121)

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1. Gangguan Status Perkembangan Perawatan perkembangan
tumbuh (L.10101) (I.10339)
kembang b/d Kemampuan untuk Observasi
efek ketidak berkembang sesuai 1.Identifikasi pencapaian tugas
mampuan fisik dengan kelompok usia. perkembangan anak
ditandai Dengan kriteria hasil : Terapeutik
dengan tidak 1. Keterampilan perilaku 1.Pertahankan lingkungan yang
mampu sesuai usia meningkat mendukung perkembangan
melakukan (5) optimal
keterampilan 2. Kemampuan 2. Sediakan aktivitas yang
atau perilaku melakukan perawatan memotivasi anak berinteraksi
khas sesuai diri meningkat (5) dengan orang lain
usia 3. Dukung anak mengekpresikan
(D.0106) diri melalui penghargaan positif
atau umpan balik atas usahanya
Edukasi
1.Jelaskan orang tua dan/atau
pengasuh anak tentang mllestone
perkembangan anak dan perilaku
anak
2. Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
2. Defisit Perawatan Diri Dukungan perawatan diri
(L.13121) (I.11348)
perawatan diri
Kemampuan melakukan Observasi
b/d penurunan atau menyelesaikan 1. Identifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri. aktivitas perawatan diri sesuai
motivasi atau
Dengan kriteria hasil usia
minat ditandai sebagai berikut : 2. Monitor tingkat kemandirian
1. Kemampuan mandi 3. Identifikasi kebutuhan alat
dengan minat
meningkat (5) bantu kebersihan diri,
melakukan 2. Verbalisasi keinginan berpakaian, berhias dan makan.
melakukan perawatan Terapeutik
perawatan diri
diri meningkat (5) 1. Sediakan lingkungan yang
kurang 3. Minat melakukan terapeutik (mis. Suasanan
perawatan diri hangat, rileks, privasi)
(D.0109)
meningkat (5) 2. Siapkan keperluan pribadi
4.Mempertahankan (mis. Parfum, sikat gigi, dan
sabun mandi)
kebeersihan diri
3. Dampingi dalam melakukan
meningkat (5) perawatan mandiri sampai
mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi
1.Anjurkan melakukan
perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan

3. Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Perawatan diri


pengetahuan (L.12111) (I.12420)
b/d gangguan Kecukupan informasi Observasi
fungsi kognitif kognitif yang berkaitan 1.Identifikasi pengetahuan
ditandai dnegan topik tertentu. perawatan diri
dengan Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan
menunjukan 1. Kemampuan membaca, status kognitif,
perilaku menjelaskan psikologis, tingkat kecemasan,
berlebihan pengetahuan tentang dan budaya.
(D.0111) suatu topik meningkat 3. Identifikasi masalah atau
(5) hambatan perawatan diri yang
2. Perilaku sesuai dengan dialami
pengetahuan meningkat
(5)
3. Pertanyaan tentang Terapeutik
masalah yang dihadapi 1.Rencanakan strategi edukasi,
menurun (5) termasuk tujuan yang realistis
4. perilaku membaik (5) 2. Berikan penguatan positif
terhadap kemampuan yang di
dapat
Edukasi
1.Anjurkan menemostrasikan
praktik perawatan diri sesuai
kemampuan
4. Gangguan Interaksi Sosial Promosi Sosialisasi (I.13498)
interaksi sosial (L.13115) Observasi
b/d hambatan Kuantitas dan/atau 1.Identifikasi kemampuan
perkembangan kualitas hubungan sosial melakukan interaksi dengan
ditandai yang cukup. orang lain
dengan tidak Dengan kriteria hasil : 2. identifikasi hambatan
berminat 1.Minat melakukan interaksi dengan orang lain
melakukan kontak emosi meningkat Terapeutik
kontak emosi (5) 1.Motivasi meningkatkan
dan fisik 2.Minat melakukan keterlibatan dalam suatu
(D.0118) kontak fisik meningkat hubungan
(5) 2. Motivasi berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan kegiatan
kelompok
3.Motivasi berinteraksi di luar
lingkungan (mis. Jalan-jalan. Ke
toko buku)
4. Berikan umpan balik positif
pada setiap peningkatan
kemampuan
Edukasi
1.Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta dalam
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
3. Anjurkan membuat
perencanaan kelompok kecil
untuk kegiatan khusus
4.Latih mengekspresikan marah
dengan tepat
5. Isolasi sosial Keterlibatan Sosial Promosi Isolasi Sosial
(L.03021) (I.09313) :
b/d
Kemampuan untuk Obsrvasi
keterlambatan membina hubungan yang 1. Identifikasi kemampuan
erat, hangat, terbuka, dan melakukan interaksi dengan
perkembangan
independen dengan orang lain
ditandai orang lain. 2. Identifikasin hambatan
Dengan kriteria hasil : melakukan interaksi dengan
dengan
1. Minat interaksi orang lain
menarik diri meningkat meningkat (5) Terapeutik
2.Verbalisasi isolasi 1. Motivasi meningkatkan
(D.0121)
menurun (5) keterlibatan dalam suatu
3. Perilaku menarik diri hubungan
menurun (5) 2. Motivasi berpartisipasi dalam
4. Afek murung/sedih aktivitas baru dan kegiatan
menurun (5) kelompok
5. Perilaku sesuai dengan 3. Berikan umpan balik prositif
harapan orang lain pada setiap peningkatan
membaik (5) kemampuan
6. Kontak mata membaik Edukasi
(5) 1.Anjurkan berinteraksi dengan
7. Tugas perkembangan orang lain secara bertahap
sesuai usia membaik (5) 2. Anjurkan ikut serta kegiatan
sosial dan kemasyarakatan
DAFTAR PUSTAKA

Ujianti, I., Ashilah, C., & Fadhilla, R. (2023). FISIOLOGI ENDOKRIN.


Maryana & Kirnanoro. (2022). ANATOMI FISIOLOGI. Pustaka Baru Press
Habibi. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI
MENTAL DI SLB KASIH UMMI KOTA PADANG. Padang: Poltekkes
Kemenkes padang.
Sularyo, T. u. (2000). Retardasi Mental. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember
2000: 170-177.
Devi Septiana. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. Y DENGAN
KASUS RETARDASI MENTAL PADA An. M DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JURANGOMBO DI KOTA MAGELANG: Prodi
Keperawatan Magelang

Anda mungkin juga menyukai