(Asuhan Keperawatan Pada Anak Autis Dan Dampaknya Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia Dalam Kontex Keluarga)
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Ilma Wati
Siti Andriyani
Yunita Indah
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat & hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan anak II yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Autis Dan Dampaknya Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia Dalam Konteks Keluarga”.
Kelompok 6
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................................ii
A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang..............................................................................................................................................1
2. Tujuan penulisan.........................................................................................................................................1
B. BAB II PEMBAHASAN
1. Laporan pendahuluan autisik
a. Pengertian......................................................................................................................................2
b. Etiologi.............................................................................................................................................2
c. Menifestasi
klinis.........................................................................................................................3
d. Pathofisiologi................................................................................................................................4
e. WOC...................................................................................................................................................
5
f. Penatalaksanaan..........................................................................................................................6
g. Dampak autistik dalam pemenuhan kebutuhan manusia dalam kontex
keluarga...........................................................................................................................................7
2. Asuhan keperawatan teoritis pada anak autis
a. Pengkajian......................................................................................................................................8
b. Diagnosa.......................................................................................................................................11
c. Intervensi.....................................................................................................................................11
3. Asuhan keperawatan pada anak autis
a. Kasus fiktif...................................................................................................................................13
b. Pengkajian...................................................................................................................................13
c. Rumusan diagnosa.................................................................................................................. 14
d. Intervensi.....................................................................................................................................14
e. Implementasi..............................................................................................................................1
5
f. Evaluasi.........................................................................................................................................15
C. BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan.................................................................................................................................18
b. Daftar
pustaka............................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan autistik adalah gangguan perkembangan pervasif yang paling dikenal
lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan, gejalanya biasa
muncul dan disadari oleh orang tua saat anak berusia 3 tahun. Kondisi ini ditandai
dengan pola perilaku yang menunjukkan gangguan pada rentang area perkembangan
tetapi paling umum mencakup hambatan komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan
autistik dibedakan dari gangguan perkembangan pervasif lain, skizofrenia pada masa
kanak-kanak, buta, tuli, mutisme selektif dan gangguan bahasa lain berdasarkan
karakteristik dan pola defisit perkembangan gangguan ini.
Secara substansial pada beberapa kasus, autisme cenderung memburuk ketika
anak mulai belajar bahasa dan mulai menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Jika perilakunya memburuk saat remaja, hal ini mungkin
menggambarkan efek perubahan hormonal atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
sosial kompleks yang terus meningkat. Sifat autistik pada anak berlangsung hingga usia
remaja, dan sebagian besar individu yang mengalami autisme tetap bergantung pada
orang lain sampai beberapa tingkat. Orang dewasa yang mengalami autisme dipandang
sebagai orang yang aneh, mereka mungkin didiagnosa mengalami gangguan obsesif-
komplesif, gangguan kepribadian skizoid, atau reterdasi mental.
B. Tujuan penulisan
a. Mahasiswa menguasai tentang konsep autistik pada anak
b. Mahasiwa memahami asuhan keperawatan teoritis yang akan diberikan pada
anak autistik.
c. Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada anak autis dan memberi
edukasi pada keluarga dalam menghadapi anak dengan autis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Autisme
1. Pengertian
Autisme diambil dari bahasa yunani “Autos” yang berarti diri sendiri dan “Isme”
yang berarti suatu aliran, sehingga disimpulkan autisme adalah suatu faham yang
tertarik hanya pada dunia nya sendiri.
Autisme adalah kelainan neuropsikistrik yang menyebabkan kurangnya
kemampuan berineraksi social & komunikasi, minat yang terbatas, perilaku tidak
wajar dan adanya gerakan stereotipik, dimana kelainan ini muncu sebelum anak
berusia 3 tahun (Teramiharja J.2007)
Autis adalah gangguan yang timbul akibat abnormalitas fungsi otak yang secara
biologis berdasar dan muncul akibat kombinasi kerentanan genetik dan pemicu di
lingkungan (Blackwell & Niederhauser,2003)
Gangguan autis dideskripsikan “mengalami ketidakmampuan untuk mengaitkan diri
mereka dalam cara biasa dengan orang lain dan situasi dari awal kehidupan
(kanner,1972)
Gangguan autistik merupakan ketunadayaan perkembangan ketiga tesering dan
terjadi empat kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan.
2. Etiologi
Penyebab pasti autisme masih sukar disimpulkan tetapi faktor pencetus gangguan
autisme adalah:
Faktor predisposisi
a. Faktor neurologis : gangguan neurologis pada susunan saraf pusat (otak)
biasanya gangguan ini terjadi 3 bulan pertama masa kehamilan akibat
cedera saat masa kehamilan, stress, nutrisi yang tidak adekuat sehingga
ertumbuhan sel dibeberapa tempat tidak sempurna (maulana,2007)
b. Masalah genetik : mutasi genetik dikarenakan kelainan gena tunggal
(misalnya: kesalahan metabolisme bawaan, gangguan neurokutan) kelainan
kromosom (misalnya: gangguan terkait-X, translokasi, X fragile) sindrom
poligenik familial.
c. Gangguan embrio awal : gangguan kromosom (misalnya : trisomi, mosaiks).
Infeksi (misalnya : sitomegalovirus, rubella, toksoplasmosis, virus
imunodefisiensi manusia). Teratogens (misalnya : alkohol dan radiasi).
Disfungsi plasenta. Malformasi sistem saraf central kongenital (idiopatik)
d. Gangguan otak janin : toksin (misalnya : alkohol, kokain, timah hitam,
fenilketoniuria pada ibu). Malnutrisi pada ibu.
e. Kesukaran perinatal : prematuritas ekstrim, jejas hipoksik-iskemik,
perdarahan intrakranium, gangguan metabolik (misalnya : hipoglikemia,
hiperbilirubinemia), infeksi (misalnya : herpes simplex, meningitis bakteria)
f. Gangguan otak pasca lahir : trauma (jejas kepala saat lahir), asfiksia
(misalnya : apnea lama,tercekik). Perdarahan intrakranium. Malnutrisi
g. Gengguan lingkungan : kemiskinan dan disorganisasi keluarga. Disfungsi
interaksi penyedia perawatan. Psikopatologi orangtua. Orang tua yang
menyalahgunakan obat-obatan.
3. Manifestasi klinis
Gejala neurologis dan medis terkait juga muncul jika gangguan autistik menyertai
kondisi lain, seperti ensefalitis, feniketonuria, sindrom X rapuh, skeleosis tuberosa,
kejang dan abnormalitas EEG sering ditemukan walaupun kejang tidak terjadi
(APA,2000;Walz,2000)
Gangguan autistik umumnya diidentifikasi dan didiagnosis pada 3 tahun pertama
kehidupan. Adapun tanda dan gejala gangguan autistik, menurut (Yeargin-allsoff et
al, 2003) :
a. Kelambatan dalam perkembangan bahasa
b. Ketidakmampuan anak untuk berhubungan dengan orang lain/interaksi
sosial. Anak tampak menyendiri (isolasi sosial)
c. Anak tidak berespon terhadap isyarat lingkungan (senyuman,marah dll)
serta tidak menyadari kontak mata
d. Anak menghindari kontak fisik yang dekat (seperti pelukan dan pangkuan)
e. Anak tidak menyukai perilaku soliter
f. Anak tidak dapat melakukan atau terlibat dalam permainan imajinatif dan
spontan
g. Anak menunjukkan perlekatan kuat dengan benda mati daripada manusia
h. Tingkat aktivitas yang over aktif hingga sangat pasif dan menunjukkan
respon yang berlebihan terhadap obyek atau seseorang
i. Anak menunjukkan gerakan tubuh atau perilaku repetitif atau stereotip
(seperti menggoyang-goyangkan tubuh, menjentikkan jari, menatap lekat
tangan, dan ketertarikan terhadap organ tertentu)
j. Defisit komunikasi verbal dan non-verbal dan ketidakmampuan memahami
komunikasi verbal & non-verbal.
k. Ekolalia, yaitu mengulangi kata-kata atau frasa berkali-kali “banyak omong”
l. Anak mengalami kesulitan mengintegraskan fungsi ognitif.
m. Memiliki intelegensi normal atau diatas normal. Tetapi hampir 79-80%
memiliki IQ yang rendah.
n. Pada beberapa kasus anak dapat melakukan perilaku mencederai diri
(seperti membenturkan kepala, mengigit bagian tubuh, dll
4. Pathofisiologi
Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia
kandungan 3-7 bulan. Pada trisemester ke 3 pembentukan sel saraf berhenti dan
dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia 2 tahun. Namun setelah anak lahir terjadi proses pengaturan pertumbuhan
otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps.
Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal
sebagai growth factors dan proses belajar anak. Semangkin banyak sinaps yang
terbentuk anak semangkin cerdas melalui stimulus dari lingkungan. Sedangkan
bagian otak yang tidak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson,
dendrit dan sinaps. Kelainan genetik, keracunan logam berat dan nutrisi yang tidak
adekuat mengakibatkan gangguan hal tersebut. Sehingga anak mengalami
abnormalis pertumbuhan sel dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neurotrophin-4, vasoactiv intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide yang
merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur pertambahan
sel saraf, migrasi, diferensial, pertumbuhan dan perkembangan jalinan sel saraf.
Braing growth factor sangat penting bagi pertumbuhan otak, peningkatan
neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada
daerah tertentu sehingga otak tumbuh dan mati secara tak beraturan dan
berkurangnya sel purkinye di otak kecil sehingga merangsang pertumbuhan akson
dan mielin mengakibatkan sel purkinye megalami kematian. Ganggguan pada sel
purkinye dapat terjadi secara primer dan skunder. Apabila disebabkan faktor
genetik maka disebut gangguan sel purkinye primer jika disebabkan faktor
kehamilan (misal: ibu meminum alkohol/obat-obatan) maka disebut sekunder.
Gangguan pada otak kecil mengakibatkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan
memproses persepsi, membedakan target, over selektivitas, dan kegagalan
mengeksplorasi lingkungan. Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi di otak
besar bagian depan (lobus frontal) sehingga kurang sel neuro hipocampus dan
amigdala mengakibatkan anak tidak mau kontak sosial, menarik diri, menunjukkan
gerakan stereotipik dan hipersensitivitas serta gangguan kognitif.
5. WOC
Pathofisiologi autistik
Growth Reaksi
without Kasein dan
atensi lebih
guidance gluten
lambat
terserap
kedalam
darah
AUTIS
Gangguan Menimbulkan
komunikasi Gangguan PERUBAHAN Gangguan efek morfin
Gangguan
interaksi INTERAKSI persepsi pada otak
perilaku
Keterlambatan sosial SOSIAL sensori
dalam
berbahasa Acuh Hiperaktif PERUBAHAN
Tidak PERSEPSI
terhadap Prilaku respon
lingkungan stereotip SENSORI
GANGGUAN terhadap
dan orang isyarat
KOMUNIKASI
lain
VERBAL DAN
NON-VERBAL
Menghindari Agresif pada Sensitive
kontak fisik obyek/benda pada
dengan orang mati cahaya dan
6. Penatalaksanaan
lain suara
Keluarga harus membantu dalam pemenuhan keutuhan anak, dan mengajak anak
bermain sebagai salah satu terapi untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan motorik anak,
mengajak bicara sehingga kedekatan anak dan orang tua terjalin walau tidak dengan kontak
fisik.
Asuhan Keperawatan Autistik Pada Anak
A. Pengkajian
1. Identifikasi Data
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Ras/budaya :
Agama :
Riwayat alergi :
Keluhan utama :
Nama orangtua :
Diagnosa medis :
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : keluhan yang dirasakan pasien dan dilihat
keluarga
b. Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah menyerang anak dan
berdampak/berhubungan dengan gangguan autistik (misalnya: kejang,
trauma cranial dll.)
c. Riwayat penyakit keluarga : riwayat keluarga memiliki gangguan yang sama,
keluarga yang memiliki penyakit menular (TB, HIV) atau genetik (DM,
Hipertensi)
3. Pemeriksaan fisik
Pada umumnya anak autis tidak memiliki kelainan fisiologi yang berarti.
a. Kepala
Inspeksi : kesimerisan, lesi, kebersihan kulit kepala, warna, penyebaran
rambut,
Palpasi : nyeri tekan, tumor, ubun-ubun cekung(+/-),
b. Thorax
Inspeksi : kesimetrisan, lesi, bentuk dada, apex cordis terlihat,
Palpasi : apex cordis teraba, pergerakan dada simetris saat inspirasi dan
ekspirasi,
Perkusi : suara nyaring pada IC 1-4 thorax sinistra, dan IC 4-6 suara redup
Auskultasi : suara nafas (vesikuler, ronchi, krekels, dll). Adanya bunyi
jantung tambahan (+/-)
c. Abdomen
Inspeksi : kesimetrisan, lesi,
Palpasi : nyeri tekan, tumor,
Perkusi :
Auskultasi : suara bising usus
d. Punggung
Inspeksi : kesimetrisan, posisi tulang belakang, lesi
Palpasi : nyeri tekan, kesimetrisan getaran
Auskultasi : suara nafas (vesikuler, ronchi, wheezing dll)
e. Ekstremitas
Inspeksi : kelengkapan jari, anak melakukan gerakan stereotip(+/-), lesi,
edema, hygiene,
Palpasi : turgor kulit,
Perkusi : reflex patela (+/-),
4. Pengkajian status mental
a. Gambaran fisik umum
Berpakaian atau berhias : anak dengan autis biasanya tidak
menggunakan pakaian atau berhias sesuai dengan usianya, pasien
berhias dan berpakaian dibawah umur sebenarnya. (anak usia 15
tahun menggunakan tas anak usia 5 tahun (anak TK) )
Hygiene : anak autis tidak mempedulikan kebersihan dirinya dan
kebersihan lingkungan sekitarnya.
Ekspresi wajah : Anak dengan autis tidak memahami isyarat seperti
marah, senyum, ketawa. Anak tidak merespon jika di beri isyarat
senyum dan anak lebih suka menyendiri/ menyibukkan diri sendiri
tanpa kontak mata saat dilakukan wawancara
b. Aktivitas motorik
B. Rumusan diagnosa
1. Hambatan komunikasi verbal
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial
4. Resiko perubahan peran orang tua
C. Intervensi
NO DIAGNOSA INTERVENSI
1. Hambatan komunikasi verbal 1. Bicara dengan anak dengan kalimat
singkat terdiri atas 1-3 kata
2. Ajarkan anak menatap lawan bicara
saat di ajak berbicara
3. Gunakan irama/musik dan gerakan
tubuh saat berbicara dengan anak
4. Ajarkan anak tentang konsep sebab-
akibat tentang ekspresi wajah
5. Ajarkan anak mengeja kata demi kata
6. Gunakan teknik konsensual dan
klarifikasi untuk menguraikan kode
pola
2. Resiko perilaku kekerasan 1. Sediakan lingkungan kondusif saat
perawatan di rumah sakit
2. Lakukan intervensi keperawatan
dalam waktu singkat dan sering
3. Temani anak saat melakukan
aktivitas/bermain
4. Jauhkan benda-benda yang beresiko
melukai anak
5. Gunakan restrain fisik selama
prosedur krtika dibutuhkan
6. Tanykan keinginan anak ketika anak
berprilaku deskruktif
3. Isolasi sosial 1. Jalin hubungan satu-satu untuk
meningkatan kepercayaan anak
2. Berikan benda-benda yang dikenal
anak
3. Sampaikan sikap yang hangat dan
jangan memaksa
4. Resiko perubahan peran orang tua 1. Anjurkan orang tua untuk
mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran mereka
2. Rujuk orang tua ke kelompok
pendukung autisme setempat dan
sekolah khusus
3. Anjurkan orang tua untuk mengikuti
konseling
4. Sekolahkan anak di sekolah
berkebutuhan khusus
5. Anjurkan orangtua untuk membawa
anak ke taman bermain
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISTIK
Ilustrasi kasus :
Ny.N dan Tn.A datang ke poli anak untuk memeriksakan putra pertamanya An.K
yang kini beranjak 5 tahun. Orang tua mengatakan diusia ini anak belum mampu
berbicara dengan jelas, awalnya orangtua menganggap ini masalah keterlambatan
pertumbuhan saja karena sebelumnya anak tampak normal, jika dipanggil ia akan
menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya. Sehingga orang tua memasukkan An.K
ke playgroup, namun 6 bulan kemudian An.K tidak mengalamu perkembangan bahkan
semangkin menunjukkan perilaku yang aneh seperti : tidak mau bermain bersama
temannya, sering melakukan gerakan menepuk-nepuk tangan, tidak merespon terhadap
ajakan bermain dan tertawa bersama, bahkan anak pernah memukul-mukul kepalany
sendiri hingga membenturkan kepala ke meja.
Ny.N mengatakan pernah terjatuh dari tangga saat mengandung 4 bulan dan mengalami
stress akibat ekonomi yang belum stabil di usia pernikahan muda. Keluarga Ny.N dan
Tn.A tidak mendampatkan dukungan dari keluarga bahkan anak cenderung dijauhi.
A. Pengkajian
1. Identifikasi Data
Nama : An.K
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 5 tahun
Ras/budaya : batak
Agama : islam
Riwayat alergi : seafood
Keluhan utama : orang tua mengatakan anak tidak mampuan bicara dengan jelas
Dan menunjukkan perilaku yang aneh.
Nama orangtua : ibu (Ny.N) ayah (Tn.A)
Diagnosa medis : Gangguan Autistik
2. Pengkajian status mental
a. Gambaran fisik umum
Berpakaian atau berhias : anak berpakaian atas pilihan orang tua,
anak masih dipakaikan baju oleh orang tua
Hygiene : orang tua mengatakan anak tidak mempedulikan
kebersihan dirinya. Anak malas mandi dan jarang mencuci tangan
saat makan,
Ekspresi wajah : orang tua mengatakan anak tidak mengerti saat ibu
nya mengajak bergurau, anak tidak mampu mengikuti permainan
“cilup-baa”.
b. Aktivitas motorik
C. Intervensi keperawatan
D. Implementasi keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syndrom autis lebih identik kedalam ketidakmampuan dala berbicara dan menafsirkan
sebuah akata serta mengamati sebuah obyek. Hal ini dikarenakan gangguan fungsu otak.
Dan syndrom ini dapat di terapi dengan terapi wicara dan memasukkan anak ke dalam
sekolah berkebutuhan khusus sehingga anak tetap bisa melatih kemampuannya dan
berinteraksi dengan teman sebayanya tanpa merasa berbeda dan diasingkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu kesehatan anak nelson. Vol. 1 /editor , Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman,
Ann M. Arvin : editor bahasa indonesia, A.Samik Wahab-ed.15-jakarta : EGC, 1999
2. Keperawatan pediatrik, wong , EGC
3. Pathofisiologi : proses-proses penyakit, edisi 4, wilkinson, M.Judith, jakarta : EGC 1997
4. Buku saku diagnosis keperawatan NANDA NOC NIC