Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

AUTISME
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II
S1 Keperawatan kelas 3A
Dosen Pembimbing Hj.Ns.Rosmiati,S.Kep.,M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 4
- Alienda Puspita P 1903277006
- Farda fauziah 1903277013
- Lidia sri rahayu 1903277019
- Rahmat jalaludin 1903277026
- Rakha erlangga 1903277028
- Sendi Septian 1903277038

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS


Jl.K.H Ahmad Dahlan No.20 Tlp/Fax (0265) 773052 Ciamis 46216
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
serta karunianya-Nya kami dapat menyalesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas dari mata kuliah Keperawatan Jiwa II dengan judul ”Asuhan Keperawatan
pada anak dengan Autisme”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.Akhirnya kami ucapkan
terimakasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, September 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. Defenisi .......................................................................................... 3
B. Etiologi ......................................................................................... 4
C. Patofisiologi.................................................................................... 7
D. Manifestasi klinis ........................................................................... 9
E. Penatalaksanaan.............................................................................. 12
F. Pemeriksaan Diagnostik................................................................. 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 15

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 21


A. Kesimpulan .................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Autisme adalah perkembangan kekacauan otak dan gangguan pervasif
yang di tandai dengan terganggunya interaksi sosial, keterlambatan dalam bidang
komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan
emosi, interaksi social, gangguan dalam perasaan sensoris, serta tingkah laku yang
berulang – ulang. Gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar
dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis dan marah
– marah sendiri. Gejala autisme dapat terdeteksi pada usia sebelum 3 tahun.
(Huzaemah, 2010)
Berbagai pendekatan, metode, teknik, dan treatmen dikembangkan untuk
membantu anak – anak penyandang autisme dari mulai terapi modifikasi tingkah
laku, wicara, makanan makanan yang dikonsumsi, farmakoterapi, cognitive,
bahkan sampai pada masalah sensori yang dialami oleh penyandang auitsme. Dari
beberapa jenis terapi yang telah diimplementasikan secara meluas, ada yang
melibatkan peran serta orang tua. Ada terapi yang memerlukan bantuan ahli atau
terapis dan ada juga yang dilakukan sendiri oleh orang tua di rumah. Banyak hal
yang bisa dan harus dilakukan orang tua anak autis.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan membahas asuhan keperawatan
pada anak dengan autisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan autisme ?
2. Apa yang etiologi autisme ?
3. Bagaimana patofisiologi autisme ?
4. Apa saja manifestasi klinis autisme pada anak ?
5. Apa saja penatalaksanaan autisme pada anak ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic autisme pada anak?

1
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan autisme ?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan
memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan autisme
2. Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar mahasiswa mengetahui dan
memahami:
a. Defenisi autisme
b. Etiologi autisme
c. Patofisiologi autisme
d. Manifestasi klinis autisme
e. Penatalaksanaan autisme
f. Pemeriksaan Diagnostik autisme
g. Asuhan keperawatan pada anak dengan autisme

D. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang anak autis. Dan diharapkan agar
mahasiswa/mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan pada anak dengan
autisme. Disamping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah keperawatan anak
1 yang berjudul Asuhan keperawatan pada anak dengan autisme

2
BAB II
PEMBAHASAN
 
A. DEFINISI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos ( diri ) sedangkan isme
( paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki
gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
 Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian,
kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo, 2003 )
 Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak
mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan
perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak
Austistik”. ( American PsychiaticAssociation 2000 )
 Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,
komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan
perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak
lahir atau saat masi bayi ( biasanya sebulum usia3 tahun ). “Sumber dari
Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
 Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir
ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan
anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang
sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun
mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.

Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:


a. Segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan

3
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan
pendidikan secara khusus sejak dini.
b. Segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang
menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku
sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.
c. Segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek
komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan
secara psikologis.
d. Segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi
sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial
agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi
otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif,
bahasa, perilaku,komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga
ia mempunyai dunianya sendiri.

7
Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara
diketemukan beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme mempunyai kelainan
pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap
lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama
pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensoris,
daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian).Juga
didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi
gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau
kekacauan impuls di otak. 
Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut
hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan
emosi yang disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak

4
terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam
tubuh anak-anak penderita autister kandung timah hitam dan merkuri dalam
kadar yang relatif tinggi.
Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif
atau sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan
daya ingat.Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang
diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hippocampus.
Faktor genetika dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel – sel saraf dan
sel otak, namun diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autisme,
walaupun bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan.
Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya
gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme.
Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai
pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada bayi.
Pemakaian antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan tumbuhnya
jamur yang berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky getsyndrome) dan
tidak sempurna nya pencernaan protein kasein dan gluten. Kedua protein ini
hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua
protein tersebut terserap ke dalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada
otak anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan
dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya
jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena faktor ekonomi.

Penyebab Autisme diantaranya :


a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b.  Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).

5
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan
syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
g. Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak
mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan
cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan
terganggu dan tampak berteriak-teriak.
h. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon
yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan
tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat
mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan
kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya
anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan
intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan
fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorasi
lingkungannya.

B. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik
(dendrit). Sel saraf terdapat dilapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).
Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih.
Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.Sel saraf terbentuk saat usia

6
kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf
berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut
sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain
growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit,dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak
yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan
sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,
berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.kelainan genetis, keracunan logam berat,
dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan
sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan
neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive
intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak
yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi,
diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth
factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara
tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel
saraf lain.Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf
tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada
autisme. Berkurangnya selPurkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia
(jaringan penunjang pada system saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi
pertumbuhan otak secara abnormal atausebaliknya, pertumbuhan akson secara

7
abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived
neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematiansel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.
Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan
gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu
mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang,
kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye.
Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau
obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami
aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi,
proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan
reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target,
overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian
depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman
menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak
besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian
samping depan otak besar yang berperandalam proses memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara
lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang
diderita ibu pada masa kehamilan.
C. MANIFESTASI KLINIS

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal


Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau
sama sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi

8
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Tidak
mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimatatau lagu tanpa tahu
artinya. Bicara monoton seperti robot.
2. Gangguan dalam bidang interaksi social
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka.
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak
senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan
orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu
untuknnya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain
bila didekati malah menjauh.
3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya
menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada
mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada
kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling,
terus dipegang dibawa kemana saja diapergi. Bila senang satu mainan
tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai
atau benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam
bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari- jarinya
sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang
ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus
melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat
terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama
kali ia datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan
berlari-lari tentu arah.Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan

9
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri
seperti memukul kepala didinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau
sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong. Marah
tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda,
ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya.
Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif
tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau
marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya,
bahkan bisa menjadi agresif dan merusak. Tidak dapt berbagi perasaan
(empati) dengan anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata),
pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat. Menggigit, menjilatatau mencium mainan atau benda apa
saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali
dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu.
Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering merosotatau melepaskan
diri dari pelukan.
7. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal,
karena terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70%
penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ
diatas 100. Anak autis sulitmelakukan tugas yang melibatkan pemikiran
simbolis atau empati. Namun adayang mempunyai kemampuan yang
menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.

Ciri yang khas pada anak yang austik :


a. Defisit keteraturan verbal

10
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan
orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal
c.  Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan
tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

Tanda autis berbeda pada setiap interval umurnya :


 Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi
tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orang tuanya, tidak bersemangat
dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya
menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik
pada boneka atau binatang mainan untuk bayi, menolak makanan keras
atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua
tangannya sendiri.
 Pada usia 2-3 tahun dengan gejala suka mencium atau menjilati benda-
benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai
benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya
tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
 Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa
sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak
akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang
apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan
anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada
tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki),
tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.

11
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan :
1. Penatalaksanaan Medis
Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan
penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi
anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi
farmakologi, yang saat ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine,
lithium, haloperidol dan naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai.
Terapi anak dengan autisme membutuhkan identifikasi diri. Intervensi
edukasi yang intensif, lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf
yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat meningkat prognosis.Terapi
perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk lebih bias
menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang harus
menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota
keluarga di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi
anak autis.
Terapi peilaku terdiri dari tetapi wicara, terapi okupasi, dan
menghilangkan perilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi
dinyatakan belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan
kelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna terhadap gejala yang
menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-psikotik
teradap perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood
(suasana hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap
ansietas, kecemasan, mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan
mengurangi ansietas dan fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri sendiri
dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat naltrexone.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
1. Mengurangi masalah perilaku.

12
2. Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat
meningkatkan kemahiran berbicara. menagement perilaku dapat
mengubah perilaku destruktif danagresif.
3. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan
terutama bahasa.Latihan dan pendidikan dengan menggunakan
pendidikan (operant conditioning yaitu dukungan positif (hadiah)
dan dukungan negatif (hukuman).
4. Anak bisa mandiri dan bersosialisasi. Mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes
secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme,
maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autisme:
 Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 1:5
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal
 The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan
autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur
18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
 The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri
dari 40 skala item yang digunakan pada anak diaatas usia 4 tahun untuk
mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka.
 The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tesscreening  autisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di
Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain,
imitasi motor dan konsentrasi.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian
      > Kaji riwayat  kehamilan ibu,nutrisi saat hamil dan terjadi
ganguan pada saat hamil atau tidak.
      > Kaji riwayat partum dan post partum
      > Uji perkembangan
      * Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
      * Neurologis
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulasi
 Reflex mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar
* Gastrointestinal
 Penurunan nafsu makan
 penurunan berat badan
* Gangguan tingkah laku
 Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal.contoh:sulit bicara atau bicara
berulang-ulang

14
 Gangguan pola bermain.contohnya:tidak suka bermain dengan teman
sebaya
 Gangguan sensori,seperti tidak sensitive terhadap rasa  sakit/takut
 Gangguan respon emosi.contoh:sering  marah-marah dan tertawa tanpa
alas an
 Gangguan interaksi social

2.    Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap
stimulasi
b. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan
dengan rawat inap di rumah sakit
c. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan

3.    Intervensi Keperawatan
a.  Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap
stimulasi
Hasil yang diharapkan :
Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata
atau gerakan tubuh yang sederhana,konkret; bayi dengan efektif dapat
mengomunikasikan kebutuhannya (keinginan akan makan, kenyamanan,
dan sebagainya).

INTERVENSI RASIONAL
Ketika berkomunikasi Kalimat yang sederhana dan
dengan anak,bicaralah diulang-ulang mungkin
dengan kalimat singkat  yang merupakan satu-satunya cara
terdiri atas satu hingga tiga berkomunikasi karena anak yang
kata,dan ulangi perintah autistic mungkin tidak mampu
sesuai yg diperlukan. mengembangkan tahap
operasional yang konkret
Gunakan irama,music,dan Gerakan fisik dan suara
gerakan tubuh untuk membantu anak mengenali

15
membantu perkembangan integritas tubuh serta batasan-
komunikasi sampai anak batasannya sehingga
dapat memahami bahasa. mendorongnya terpisah dari objek
dan orang lain.
Bantu anak mengenali Memahami konsep penyebab dan
hubungan antara sebab akibat efek membantu anak membangun
dengan cara menyebutkan kemampuan untuk terpisah dari
perasaannya yang khusus dan objek serta orang lain dan
mengidentifikasi penyebab mendorongnya mengekspresikan
stimulus bagi mereka. kebutuhan serta perasaannya.

Ketika berkomunikasi Biasanya anak autistic tidak


dengan anak,bedakan mampu membedakan antara
kenyataan dengan realitas dan fantasi,dan gagal
fantasi,dalam pernyataan untuk mengenali nyeri atau
yang singkat dan jelas. sensasi lain serta peristiwa hidup
dengan cara yang bermakna.
Sentuh dan gendong bayi, Menyentuh dan menggendong
tetapi semampu yang dapat mungkin tidak membuat bayi
ditoleransi yang autistic merasa nyaman

b.    Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan


dengan rawat inap di rumah sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau
perilaku merusak diri sendiri,yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap
agresi atau destruksi berkurang,serta peningkatan kemampuan mengatasi
frustasi.

INTERVENSI RASIONAL
Sediakan lingkungan anak yang autistic dapat
kondusif dan sebanyak berkembang melalui
mungkin rutinitas sepanjang lingkungan yang kondusif

16
periode perawatan di rumah dan rutinitas,dan biasanya
sakit. tidak dapat beradaptasi
terhadap perubahan dalam
hidup mereka.
Lakukan intervensi Sesi yang singkat dan sering
keperawatan dalam sesi memungkinkan anak mudah
singkat dan sering.Dekati mengenal perawat serta
anak dengan sikap lembut lingkungan rumah
dan bersahabat,dan jelaskan sakit.Mempertahankan
apa yang akan anda lakukan sikap tenang,ramah,dan
dengan kalimat yang mendemonstrasikan
jelas,dan sederhana. prosedur pada orang
tua,dapat membantu anak
menerima intervensi.
Gunakan restrain fisik Restrain fisik dapat
selama prosedur ketika mencegah anak dari
membutuhkannya, untuk tindakan mencederai diri
memastikan keamanan anak sendiri.Biarkan anak terlibat
dan untuk mengalahkan dalam perilaku yang tidak
amarah dan frustasinya. terlalu membahayakan.

Gunakan teknik modifikasi Pemberian imbalan dan


perilaku yang tepat untuk hukuman dapat membantu
menghargai perilaku positif mengubah perilaku anak
dan menghukum perilaku dan mencegah episode
yang negative. kekerasan.

Ketika anak berperilaku Setiap peningkatan perilaku


destruktif, tanyakan apakah agresif menujukkan
ia mencoba menyampaikan perasaan stress meningkat,
sesuatu untuk dimakan atau kemungkinan muncul dari
diminum atau apakah ia kebutuhan untuk
perlu pergi ke kamar mandi mengkomunikasikan

17
sesuatu

c.    Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan


Hasil yang diharapkan :
Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang
tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi
anak dan mencari nasihat serta bantuan.

INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan orang tua untuk Membiarkan orang tua
mengekspresikan mengekspresikan perasaan
perasaan  dan kekhawatiran dan kekhawatiran mereka
mereka. tentang kondisi kronis
anak membantu mereka
beradaptasi terhadap
frustasi dengan baik.
Rujuk orang tua ke kelompok Kelompok pendukung
pendukung autism setempat memperbolehkan orang
dan ke sekolah khusus jika tua menemui orang tua
diperlukan. dari anak lain yang
menderita autis untuk
berbagi informasi dan
memberikan dukungan
emosional.
Anjurkan orang tua untuk Kontak dengan kelompok
mengikuti konseling swabantu membantu orang
tua memperoleh informasi
tentang masalah
terkini,dan perkembangan
yang berhubungan dengan
autisme

4. IMPLEMENTASI

18
Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang
nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar
semua perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah
ditentukan. Dalam implementasi keperawatan perawat langsung melaksanakan
atau dapat mendelegasikan kepada perawat lain yang dipercaya.

5. EVALUASI

Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan


yang dibuat dan menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan
balik atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dalam proses
keperawatan.

BAB IV
PENUTUP

19
A. Kesimpulan
Autisme suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala– gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam
kemampuaninteraksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam
kemampuan komunikasitimbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar,
disertai gerakan-gerakanberulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak
pula adanya respon tak wajarterhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum
usia 3 tahun. Sampai saat inipenyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa
hal yang dapat memicu adanyaperubahan genetika dan kromosom, dianggap
sebagai faktor yang berhubungandengan kejadian autis pada anak, perkembangan
otak yang tidak normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pada neurotransmitter, danakhirnya dapat menyebabkan adanya
perubahan perilaku pada penderita.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ksususnya
bagi mahasiswa-mahasiswi Poltekkes Kemenkes Padang dapat memahami
asuhan keperawatan pada anak dengan autisme dan khususnya bagi orang tua
yang memiliki anak autisme.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta :

20
Salemba Medika

Betzz, Cicilia. 2002. Keperawataan Pediatric. Jakarta : EGC


Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih

Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Ed.2. Jakarta : Salemba


Medika
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai