Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL

1
Rezky Novaliza Ramdhani (R011191101)

2
Merlyanti Amrin (R011191143)

3
Revi Agustina Kurniawati (R011191081)

4
Kamlia Ramadhani (R011191061)

5
Hilwa Ramadhani (R011191041)

6
Berlian Fitridiahningrum Nur Mamonto (R011191023)

7
Kurnia RM (R011191001)

8
Risna (R011191125)

Abstrak : Nilai-nilai integritas dan identitas nasional Indonesia dewasa ini


mengalami tantangan yang berat baik dari pengaruh eksternal maupun internal,
dan nilai-nilai tersebut cenderung mengalami erosi dan degradasi. Dalam konteks
seperti ini, dunia pendidikan, termasuk para pendidik memiliki peran strategis
dalam mempertahankan sekaligus mengembangkan nilai-nilai integritas dan
identitas nasional, karena pendidikan memiliki fungsi enkulturasi dan sosialisasi
nilai kepada peserta didik agar mampu membangun dirinya dan bersama-sama
dengan lingkungannya membangun masyarakat dan bangsa. Untuk itu perlu
dikembangkan paradigma baru pendidikan yang dapat menjaga nilai-nilai tersebut
tumbuh dan berkembang dengan baik, dan dalam hubungannya dengan guru,
maka diperlukan guru-guru yang profesional dan mempunyai kompetensi yang
komprehensif.
Kata Kunci : Identitas Nasional, Tantangan, Pertahanan

Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa yang
tentunya berbeda antara satu bangsa, dengan bangsa yang lain. Indonesia adalah
salah satu Negara yang memiliki bermacam identitas nasional yang mengkhaskan

1
dan tentunya berbeda dengan Negara-negara lainnya. Mayoritas dari masyarakat
mengasosiakan identitas nasional mereka dengan negara dimana mereka
dilahirkan.

Beragamnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu


tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan identitasnnya.
Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia seharusnnya sudah mengetahui apa
itu identitas nasional bangsa kita. Namun pada kenyataannya masih banyak
generasi muda indonesia yang belum tahu tentang apa itu identitas nasional dan
apa saja wujud dari identitas nasional bangsa Indonesia itu sendiri.

Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru oleh
Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai warga negara Indonesia
hanya bersikap pasif dan enggan untuk menggembangkannya.

Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan
Negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi
ketentuan yang telah di sepakati bersama. Menjunjung tinggi dan
mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha memperbaiki segala kesalahan
dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan Negara sudah tidak perlu di
tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang Hukum.

Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui realita atau kondisi identitas
nasional di Indonesia, mengetahui masalah yang timbul dalam upaya
mempertahankan identitas nasional dan mengetahui solusi untuk masalah yang
timbul dalam upaya mempertahankan identitas nasional.

PEMBAHASAN

Realita/Keadaan Identitas Nasional di Indonesia

Dalam buku ajar Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi


(2016), disebutkan bahwa identitas nasional merupakan jati diri yakni ciri-ciri atau
karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa lain.

2
Hidayat (2009: 18) mengartikan identitas nasional sebagai ungkapan nilai-
nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakan dengan bangsa
lain. Adapun unsur pembentuk identitas nasional antara lain: sejarah, kebudayaan,
suku bangsa, agama dan bahasa. Sehubungan dengan kebudayaan, aspek
kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah akal budi,
peradaban dan pengetahuan.

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara yang besar


dengan potensi budaya yang beraneka ragam, yang tersebar dari sabang sampai
merauke. Laksmi (2007: 185), mengatakan bahwa kearifan lokal (indigenous
knowledge) dapat digolongkan ke dalam budaya tak benda, atau budaya yang
tidak berwujud benda (intangible culture) yang bersifat abstrak, seperti konsep
dan teknologi, musik, tari ritual dan perilaku terstruktur lainnya. Kearifan lokal
merupakan bagian dari budayasuatu masyarakatyang tidak dapat dipisahkan dari
bahasa masyarakat itu sendiri.Dari data yang diperoleh, Indonesia memiliki
sekitar 17.504 pulau, lebih dari 700 suku bangsa/etnis, serta memiliki sekitar 583
bahasa daerah atau dialek (Zelth, D. Kearifan Lokal: Aset Besar Bangsa
Indonesia,2017).

Ditengah potensi kearifan lokal sebagai harta kekayaan bangsa Indonesia,


disisi lain peradaban dan pengaruh dari luar negeri juga ikut mempengaruhi
potensi kearifan lokal yang kita miliki. Kearifan lokal yang seharusnya
dilestarikan dan dijaga, sejalan dengan perkembangan teknologi dan pengaruh
budaya luar, mulai mengalami degradasi. Pernyataan ini diperkuat oleh Dokhin
dkk (2016) yang menyatakan bahwa arus globalisasi yang deras menawarkan gaya
hidup yang cenderung pragmatis serta bergaya hidup konsumtif terbukti secara
perlahan-lahan telah mereduksi nilai-nilai yang diajarkan dalam kearifan lokal.
Jika diamati, hal ini dapat kita lihat dengan mulai tidak tertariknya generasi muda
sekarang dengan seni budaya asli Indonesia seperti wayang, ludruk, seni tari,
silat,dsb. Hal ini diindikasi karena generasi sekarang lebih banyak larut dengan
kemajuan teknologi, sehingga melupakan kearifan lokal yang seharusnya
dipelihara dan diturunkan dari generasi ke generasi. Selain itu, menurunnya

3
kesadaran dari pihak orangtua untuk mengenalkan budaya asli Indonesia kepada
generasi penerusnya (anak) juga menjadi salah satu penyebab telah mereduksinya
nilai-nilai yang diajarkan dalam kearifan lokal.Jika diamati,pada masa sekarang
orangtua cenderung memperlengkapi dan mengajarkan bagaimana menggunakan
teknologi yang canggih dibanding mengenalkan nilai-nilai budaya asli Indonesia
sejak dini.

Dalam sambutan Presiden RI masa kepemimpinan Susilo Bambang


Yudhoyono,pada Pencanangan Gerakan Pemberdayaan Perpustakaan di
Masyarakat di Jakarta, 17 Mei 2006 yang lalu diakses tanggal 24 Agustus 2017),
mengatakan bahwa naskah-naskah yang ditulis berabad-abad yang lalu pada daun
lontar, kulit kayu dan tulang, menunjukkan bahwa nenek moyang kita dulu telah
memberikan teladan dalam budaya menulis dan membaca. Hal ini menunjukkan
bahwa sebenarnya kearifan lokal begitu penting untuk diturunkan dari generasi
kegenerasi berikutnya sebagai warisan budaya. Warisan budaya inilah yang
mampu mempertahankan identitas nasional bangsa Indonesia.

Masalah yang Timbul dalam Upaya Mempetahankan Identitas Nasional

Identitas nasional adalah ciri khas dari suatu negara yang menjadi
pembeda dari negara lain. Namun, di era millenial yang sekarang berlangsung
kebanyakan masyarakat Indonesia malah menyepelekan identitas nasional. Warga
Indonesia sekarang banyak yang mengikuti dan terpengaruh oleh budaya asing.
Budaya-budaya barat yang masuk ke negara, rasanya sangat cepat diserap oleh
masyarakat Indonesia. Masyarakat cenderung lebih menyukai budaya barat
dibanding budayanya sendiri. Ini menjadi tantangan sendiri bagi negara Indoneisa
untuk mengembangkan dan mempertahankan identitas nasional negara kita.

Tantangan yang menjadi masalah dalam mengembangkan dan mempertahankan


identitas nasional, yaitu

- Pola pikir masyarakat yang kurang menerima keanekaramaan budaya


- Kurangnya dukungan terhadap ras yang non dominan
- Kurangnya rasa toleransi dalam masyarakat

4
- Masyarakat Indonesia sering menganggap budayanya terkesan kuno
- Pengamalan nilai Pancasila yang masih belum dilaksanakan dengan
maksimal oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
- Kehidupan masyarakat indonesia, pada khususnya anak muda banyak
dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai dari luar. Pada akhirnya hal ini
berakibat pada perubahan sikap dan perilaku yang tidak selaras dengan
nilai-nilai budaya lokal
- Selain perubahan sikap dan budaya berkaitan dengan pergeseran nilai
lokal, nilai-nilai nasionalime juga mengalami penurunan, terutama di
kalangan generasi muda
- Berkembangnya paham keagaamaan yang memandang universalisme lebih
penting dibandingkan dengan negara kebangsaan Indonesia
- Belum maksimalnya peranan institusi pendidikan formal dan non formal
dalam usaha-usaha internalisasi nilai-nilai Pancasila, termasuk nilai-nilai
nasionalisme kepada bangsa indonesia

Selain meniru budaya barat, salah satu masalah yang paling menghambat
upaya pertahana identitas nasional yaitu masih maraknya disintegrasi yang terjadi
di negara kita. Salah satu contohnya yaitu lepasnya Timor-Timur dari Indonesia.
Contoh lainnya yaitu, warga indonesia yang masih menganggap suku papua
rendah dan tidak berpendidikan. Di kalangan pelajar saja, tawuran anatar sekolah
merupakan salah satu bentuk dari disintegrasi.

Penyebab terjadinya disintegrasi, yaitu :

1. Sebab dari dalam diri sendiri yaitu yang menyangkut kemampuan internal
atau kualitas pribadi manusia. Hal ini kadang terjadi dari sistem
pemahaman dan interprestasi yang kurang tepat terhadap sistem nilai
budaya, sehingga menjadi rujukan perilaku yang fatalistik, tidka saling
menghargai martabat masing-masing, tidak saling mengetahui dan
menghargai identitas individu, penggunaan bahasa yang tidak
proporsional, menonjolkan/mengagung-agungkan filosofi suku bangsanya

5
ditenga-tengah perkauman lainnya, lemah wataknya bangsa Indonesia:
dikuasai oleh indoktrinasi dan pemujaan terhadap materi.
2. Sebab Kultural, yakni yang menyangkut pandangan nilai dan sikap mental
serta perilaku masyarakat. Hal ini tumbuh dari sistem nilai budaya yang
menghargai cara-cara kehidupan yang menghindari kesenanagan dan
keharmonisan hidup duniawi. Orang atau kelompok yang demikian itu
menghindar dari tekanan hidup duniawi dengan memilih melakukan
kegiatan-kegiatan yang selalu meresahkan masyarakat dan akhirnya
membawa dampak pada kesengsaraan orang banyak. Nilai budaya yang
dianutnya semakin melonggar baik sebagai akibat perubahan sosial yang
melanda hampir semua aspek kehidupan maupun kurang fungsionalnya
tokoh-tokoh agama dalam mengekspresikan nilai-nilai adat dan agama
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak saling mengenal dan saling
menghargai kebudayaan kelompok etnis masingmasing, tidak diterimanya
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat setempat, penggunaan bahasa
daerah yang tidak proporsional, dan ynag tidak kalah parahnya adalah
sikap ekspolifis dikalangan suku-suku bangsa tertentu yang pada akhirnya
menimbulkan kecemburuan bagi perkauman yang lain.
3. Sebab Struktural, artinya ada struktur kekuasaan yang memberikan
ruang/peluang bagi lahirnya desintegrasi bangsa seperti rendahnya
legitimasi pemerintahan, kekacauan ekonomi, tingginya represi,
banyaknya pelanggaran HAM dan ketidakadilan pemerintah pusat dalam
memperlakukan daerah terutama persoalan keuangan daerah, porsi
pembangunan yang kecil, penempatan aparat pemerintah yang tidak
memperhatikan dan tidak memperhitungkan elit-elit local, penyalahgunaan
kekuasaan dan hukum, pertarungan misi antar segenap unsur kekuasaan,
penataan ruang kota tanpa memberdayakan warga masyarakat lokal yang
tergusur, pembangunan prasarana umum (pasar) yang cenderung tidak
memperhatikan kemampuan warga lokal, serta pembangunan berbagai
fasilitas umum yang menimbulkan dampak rusaknya kebudayaan lokal.

6
Dari beberapa tantangan dan masalah yang menghambat identitas nasional,
bisa dikatakan bahwa Indonesia mengalami darurat kesadaran akan pentingnya
identitas nasional negaranya, masyarakat Indonesia yang sekarang sangat mudah
terpengaruh dan juga kurang menanamkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan
identitas negara Indonesia.

Pengaruh globalisasi juga menjadi faktor yang dapat menghambat upaya


pertahanan identitas negara. Di era globalisasi masyarakat semakin bersikap acuh
dan menarik diri dari kehidupan sosial dan sangat bergantung pada kehidupan
dunia maya yang perlahan-lahan mengubah sikap bangasa Indonesia.

Upaya Mempertahankan Identitas Nasional

Upaya atau solusi yang bisa dilakukan untuk mempertahankan Identitas Nasional
yaitu Pelestarian Indegenous Knowledge melalui Pengembangan Teknologi pada
PerpustakaanNasional.

1. Identitas Nasional
Dalam buku ajar Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi
(2016), disebutkan bahwa identitas nasional merupakan jati diri yakni ciri-
ciri atau karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Hidayat (2009: 18)
mengartikan identitas nasional sebagai ungkapan nilai-nilai budaya suatu
bangsa yang bersifat khas dan membedakan dengan bangsa lain. Adapun
unsur pembentuk identitas nasional antara lain: sejarah, kebudayaan, suku
bangsa, agama dan bahasa. Sehubungan dengan kebudayaan, aspek
kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah akal
budi, peradaban dan pengetahuan.
2. Perpustakaan Digital
Perpustakaan
Dalam bukunya, Basuki (1991) menyebutkan bahwa perpustakaan
diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan
buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan

7
tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual.Sutarno (2006: 11),
lebih dalam merinci mengenai arti perpustakaan sebagai suatu ruangan,
bagian dari gedung/ bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku-
buku koleksi yang disusun dan diatur demikian rupa, sehingga mudah
untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktuwaktu diperlukan oleh
pembaca. Sedangkan jika mengacu pada tujuan perpustakaan umum
menurut UNESCO tahun 1972 adalah:
 Memberikan kesempatan bagi kalayak umum untuk membaca
bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan kearah
kehidupan yang layak
 Sebagai penyedia sumber informasi yang cepat, tepat dan murah
bagi masyarakat
 Mengembangkan kemampuan masyarakat melalui bahan pustaka
 Sebagai agen kultural atau pusat utama kehidupan budaya dengan
menumbuhkan apresiasi budaya pada masyarakat.

Digital

Supriyanto (2008) berpendapat bahwa, produk digital merupakan hasil


darisebuah proses perubahan dari dokumen tercetak menjadi dokumen
elektronik. Format yang biasa digunakan antara lain: html, PDF,
Microsoft Word, Microsoft Excel, jpeg, GIF,dsb (Saleh,
2010).Wikipedia mendefinisikan digital merupakan penggambaran
dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off
dan on (bilangan biner). Sedangkan dalam KBBI Digital berhubungan
dengan angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu; berhubungan
dengan penomoran.

Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital adalah penerapan teknologi informasi sebagai


sarana untuk menyimpan, mendapatkan, dan menyebarluaskan
informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Atau secara

8
sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi
perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital. (Subrata, 2009)

Sedangkan menurut Sutton (1996) dalam Sudarsono, perpustakaan


digital merupakan jenis perpustakaan masa depan tanpa dinding yang
memberikan akses pada referensi atas sumberdaya informasi digital di
berbagai lokasi. Supriyanto (2008: 31) mendefinisikan perpustakaan
sebagai sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek
informasi yang mendukung akses objek informasi tersebut melalui
perangkat digital. Menurut Supriyanto perpustakaan digital sama
dengan perpustakaan biasa tetapi prosedur kerjanya berbasis komputer
dan sumber informasinya digital. Menurut Saleh (2010: 3),
menyebutkan bahwa perpustakaan digital adalah organisasi yang
menyediakan sumber-sumber dan staf ahli untuk menyeleksi,
menyusun, menyediakan akses, menerjemahkan, menyebarkan,
memelihara kesatuan dan mempertahankan kesinambungan koleksi-
koleksi dalam format digital sehingga selalu tersedia dan murah untuk
digunakan oleh komunitas tertentu dan ditentukan. Lebih dalam lagi
beliau mengatakan bahwa koleksi tidak terbatas pada dokumen
elektronik pengganti bentuk tercetak saja, ruang lingkup koleksinya
sampai pada artefak digital, yang tidak tergantikan oleh bentuk
tercetak.

Sutarno (2006: 62), menyebutkan bahwa perpustakaan digital


merupakan perpustakaan yang mengembangankan sistem pengelolaan
dan sistem layanannya dengan memanfaatkan teknologi
informasi.Senada dengan Supsiloani(2006), menyebutkan bahwa
perpustakaan digital merupakan penerapan teknologi informasi dalam
perpustakaan sebagai saranauntuk menyimpan, mendapatkan dan
menyebarluaskan informasi ilmupengetahuan dalam format digital.

9
“Merawat dan menjaga kearifan lokal budaya itu sangat penting sekali karena
intervensi peradaban barat dan peradaban negara lain itu sangat terus mendesak
kita,” ujar Presiden Jokowi.

Penggalan kalimat dari bapak Presiden diatas seakan menyadarkan kita


tentang terancamnya kearifan lokal yang Indonesia miliki.Jika diamati, Indonesia
merupakan negara yang dikenal sebagai negara yang besar dengan potensi budaya
yang beraneka ragam, yang tersebar dari sabang sampai merauke.Laksmi (2007:
185), mengatakan bahwa kearifan lokal (indigenous knowledge) dapat
digolongkan ke dalam budaya tak benda, atau budaya yang tidak berwujud benda
(intangible culture) yang bersifat abstrak, seperti konsep dan teknologi, musik, tari
ritual dan perilaku terstruktur lainnya. Kearifan lokal merupakan bagian dari
budayasuatu masyarakatyang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu
sendiri.Dari data yang diperoleh, Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau, lebih
dari 700 suku bangsa/etnis, serta memiliki sekitar 583 bahasa daerah atau
dialek.(Zelth, D. Kearifan Lokal: Aset Besar Bangsa Indonesia, 2017).

Dengan kekayaan budaya yang begitu besar tentunya hal ini juga
menyadarkan kita bahwa Indonesia juga memiliki potensi kearifan lokal yang
tentunya sangat besar.Meliono (2011), mengatakan bahwa secara langsung atau
tidak langsung, budaya memberikan pengaruh pada pembentukan kearifan
lokal.Tetapi ditengah potensi kearifan lokal sebagai harta kekayaan bangsa
Indonesia, disisi lain peradaban dan pengaruh dari luar negeri juga ikut
mempengaruhi potensi kearifan lokal yang kita miliki. Kearifan lokal yang
seharusnya dilestarikan dan dijaga, sejalan dengan perkembangan teknologi dan
pengaruh budaya luar, mulai mengalami degradasi. Pernyataan ini diperkuat oleh
Dokhin dkk (2016) yang menyatakan bahwa arus globalisasi yang deras
menawarkan gaya hidup yang cenderung pragmatis serta bergaya hidup konsumtif
terbukti secara perlahan-lahan telah mereduksi nilai-nilai yang diajarkan dalam
kearifan lokal. Jika diamati, hal ini dapat kita lihat dengan mulai tidak tertariknya
generasi muda sekarang dengan seni budaya asli Indonesia seperti wayang,
ludruk, seni tari, silat,dsb. Hal ini diindikasi karena generasi sekarang lebih

10
banyak larut dengan kemajuan teknologi, sehingga melupakan kearifan lokal yang
seharusnya dipelihara dan diturunkan dari generasi ke generasi. Selain itu,
menurunnya kesadaran dari pihak orangtua untuk mengenalkan budaya asli
Indonesia kepada generasi penerusnya (anak) juga menjadi salah satu penyebab
telah mereduksinya nilai-nilai yang diajarkan dalam kearifan lokal. Jika diamati,
pada masa sekarang orangtua cenderung memperlengkapi dan mengajarkan
bagaimana menggunakan teknologi yang canggih dibanding mengenalkan nilai-
nilai budaya asli Indonesia sejak dini.

Herdiawanto dan Jumanta (2010), berpendapat bahwa identitas nasional


Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan tersebut
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu:

 Suku bangsa, merupakan golongan sosial yang khusus yang bersifat


askriptif, yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
 Agama, merupakan keyakinan yang dianut oleh seseorang terhadap
penciptanya.
 Bahasa, merupakan sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas
unsurunsur bunyi ucapan manusia, dan digunakan sebagai sarana
berinteraksi antara manusia.
 Kebudayaan, diartikan sebagai pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang isinya adalah perangkat atau model pengetahuan yang secara
kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau
pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakukan dan benda- benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

Bakry (2011: 101) mengatakan bahwa kebudayaan daerah merupakan


kerangka dasar yang saling berintegrasi menuju kesatuan kebudayaan
nasional.Dan kebudayaan nasional tersebut merupakan “identitas nasional dan
menjadi kebanggan bangsa.Penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan
terintegrasinya (penyatuan) kebudayaan daerah, hal ini dimungkinkan dapat

11
mempertahankan serta memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia. Dalam
upaya mewujudkan penyatuan budaya ini, pemerintah tentunya membutuhkan
wadahnya. Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007, secara rinci fungi
perpustakaan yang berorientasi pada warisan budaya adalah sebagai berikut:

 Akuisisi, pelestarian, dan perekaman bibliografis atas materi yang muncul


dari atau tentang negara sendiri.
 Akses dokumen baik langsung atau jarak jauh pada akumulasi koleksi.
 Jasa referensi atau informasi, termasuk penyusunan petunjuk koleksi
warisan budaya nasional.
 Pelaksanaan pelatihan kerja bagi pustakawan setempat.
 Pelaksanaan penelitian dan pengembangan terkait dengan koleksi, sistem
dan sebagainya.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa perpustakaan nasional memiliki


tanggung jawab dalam melakukan akuisisi, melestarikan, memberikan akses,
memberikan informasi dan petunjuk terhadap warisan budaya nasional. Tetapi
ditengah gencarnya kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, tentunya
banyak tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan nasional dalam upayanya
memperkenalkan, memberikan akses, memberikan informasi terkait dengan
warisan budaya Indonesia ke generasi berikutnya. Faktor-faktor hambatan tersebut
dapat berasal dari dalam (internal) atau pun dari luar (eksternal). Faktor dari
dalam (internal) dimungkinkan karena keterbatasan sumber daya manusia yang
dimiliki, sumber dana, ide pengembangan,dsb. Sedangkan hambatan dari luar
(eksternal) dimungkin dapat terjadi karena kurang tertariknya generasi saat ini
dengan warisan budaya Indonesia, pengaruh perkembangan teknologi, juga
kesadaran orangtua/ generasi pendahulu untuk menurunkan warisan budaya/
kearifan lokal nya ke generasi berikutnya.Oleh karena itu, pada uraian berikutnya
penulis berupaya untuk menuliskan beberapa ide dari manifestasi perpustakaan
nasional untuk menghadapi hambatan-hambatan yang ada, baik internal maupun
eksternal.

12
Culture Experience dan Culture Knowledge

Budaya adalah bentuk jamak dari kata”Budi” dan “Daya” yang berarti
cinta, karas dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa
tersebut. Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta”buddhaya”, adalah bentuk
jamak dari buddhi yang mempunyai arti budi dan akal. Kata kebudayaan dalam
bahasa Belanda disebut”cultuur”, dan dalam bahasa Inggris”culture” yang berasal
dari bahasa latin”colere”yang berarti mengolah, mengerjakan,menyuburkan dan
mengembangkan tertutama mengoah tanah atau bertani [8]. Perkembangan
budaya yang ada didalam masyarakat sangatlah banyak dan beragam, oleh sebab
itu perlu adanya pemahaman bahwa budaya merupakan sebuah kekayaan yang
luhur serta kita wajib untuk menjaganya bersama, maka dalam hal itu akan
muncul rasa memiliki akan budaya bersama. Rasa idelisme akan luntur jika kita
memiliki rasa memiliki budaya bersama sebagai bentuk sebuah identitas.

Menjaga dan melestarikan budaya Indonesia diperlakukan dengan


berbagai cara. Ada cara yang dapat lakukan masyarakat khususnya sebagai
generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya
lokal, yaitu :

Culture Experience merupakan bentuk pelestarian kebudayaan yang


dilaksanakan melalui terjun langsung ke dalam sebuah pengalaman kultural.
Dalam hal ini terjadi pelibatan masyarakat secara langsung dalam konteks
pelestarian budaya. Contohnya masyarakat dianjurkan mempelajari tarian daerah
dengan baik, agar setiap tahunnya tarian ini dapat di tampilkan dan diperkenalkan
pada khalayak dengan demikian selain melestarikan kita juga memperkenalkan
kebudayaan kita pada orang banyak.

Culture Knowledge merupakan pelestarian budaya melalui pembangunan


pusat pembelajaran atau pusat informasi mengenai berbagai budaya. Sehingga
mempermudah seseorang untuk mencari tahu tentang kebudayaan. Selain itu cara
ini dapat menjadi sarana edukasi bagi para pelajar dan dapat pula menjadi sarana
wisata bagi wisatawan yang ingin mencari tahu serta ingin berkunjunjung dengan

13
mendapatkan informasi dari pusat informasi kebudayaan tersebut. Upaya
pelestarian budaya sangat diharapkan untuk membangkitkan kembali pengetahuan
masyarakat mengenai budaya yang ada di Indonesia agar tidak terkikis oleh
budaya luar.

Masyarkat wajib memahami dan mengetahui berbagai macam kebudayaan


yang dimiliki. Pemerintah jga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan
muatan lokal kebudayaan daerah. Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada cara
lain dalam melestarikan budaya loka, yaitu :

 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya


lokal.
 Mendorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi budaya lokal
beserta pemberdayaan dan pelestariannya.
 Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan,
keramahtamahandan solidaritas yang tinggi.
 Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah.
Mengusahakan agar masyarakat mampu mengelola keanekaragaman
budaya lokal .

Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat luar biasa, dan dalam kebudayaan
daerah memiliki ciri khas masing-masing yang tidak bisa dipukul rata. Selain itu
bangsa Indonesia juga memiliki budaya lokal yang beraneka ragam. Sebagai
generasi penerus kita wajib menjaga sebuah eksistensi budaya lokal.

Dengan demikian generasi muda dapat memperkaya pengetahuan tentang


kebudayaannya sendiri. Degnan demikian, setidaknya dapat diantisipasi
pembajakan kebudayaan yang dilakukan oleh negara-negara lain. Persoalan yang
sering terjadi dimasyarakat adalah terkadang tidak merasa bangga terhadap
produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya
impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagai orang
timur. Budaya lokal mulai hilang terkikis zaman,oleh sebaba masyarakat
khususnya generasi muda yang kurang memiliki kesadaran untuk

14
melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuaru ketika negara lain sukses dan
terkenal, dengan budaya yang meraka ambil secara diam-diam. Oleh karena itu
peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.
Bagaimanapun juga pemeintah memiliki peran yang sangat besar dalam upaya
pelestarian kebudayaan lokal di tanah air.

Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah
penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup untuk strategis
dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah tanah air. Pemerintah harus
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya
pelestarian kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas di
dukung adalah penampilan kebudayaan- kebudayaan daerah disetiap event-event
akbar nasional, misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus
dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang
ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara
tetangga. Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan

PENUTUP

Kesimpulan

Identitas nasional adalah ciri khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa
Indonesia dnegan bangsa lain. Di era globalisasi sekarang sangat banyak
tantangan dalam menghadapi ketidakpedulian masyarakat terhadap identitas
nasional. Perlahan-lahan identitas nasional akan hilang apabila tidak
dipertahankan. Salah satu upaya mempertahankan identitas nasional yaitu dengan
adanya program perpustakaan digital.

Saran

Kami berharap agar makalah ini dapat diberikan perincian yang harus ada
dalam makalah sehingga menjadi pembelajaran tambahan untuk kami dan dapat
lebih menyempurnakan makalah makalah ini.

15
DAFTAR RUJUKAN

Hasan, D. (2013). DESINTEGRASI. JURNAL ACADEMICA Fisip Untad , 1101-


1109.

Syarifah, S., & Kusuma, A. (2016). Globalisasi Sebagai Tantangan Identitas


Nasional Bagi Mahasiswa Surabaya. Global and Policy , 61-72.

TGS, Saidurrahman, & Arifinsyah. (2018). PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN NKRI Harga Mati. Jakarta: KENCANA.

Fikri, M. A. (2017, Desember). Scrib. Retrieved November 2020, from Scrib:


https://id.scribd.com/document/367053742/Culture-Experience

Hidayah, N. (2018). Upaya Perpustakaan dalam Melestarikan Khazanah Budaya


Lokal ( Studi Kasus Perpustakaan "HAMKA" SD Muhammadiyah
Condongcatur). Jurnal Kajian Perpustakaan dan Informasi.

Kholidah, N. R. (2019). Eksistensi Budaya Lokal Se bagai Penguat Nasionalisme


/ The Existence Of A Local Culture As Strengthener Nationalism. Seminar
Nasional Penelitian dan Pengabdian Masyarakat .

Saepuddin, E., Damayani, N. A., & Rusmana, A. (2018). Model Literasi Budaya
Masyarakat Tatar Karang di Kecamatan Cipatujah Kabupaten
Tasikmalaya. Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

FIKP-UMRAH. (2015). JUDUL ARTIKEL NON-PENELITIAN. Retrieved


November 14, 2020, from https://fkip.umrah.ac.id/wp-
content/uploads/2015/04/Format-Penulisan-Artikel-Non-Penelitian.pdf

16
LAMPIRAN

JUDUL ARTIKEL NON-PENELITIAN (tidak lebih dari 12 kata)

1
Nama penulis pertama (tanpa gelar akademik)

2
Nama penulis kedua (tanpa gelar akademik)

1
Institusi asal penulis pertama (lengkap dengan email)

2
Institusi asal penulis kedua (lengkap dengan email)

Abstract : Article Title. Artikel harus dilengkapi dengan abstrak berbahasa


Inggris yang merupakan terjemahan dari abstrak dalam bahasa Indonesia. Kata
kunci tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, cukup dalam bahasa
Indonesia dan dicantumkan setelah abstrak dalam bahasa Inggris.

Abstrak : Judul Artikel. Abstrak berupa komentar atau pengantar dari penulis.
Abstrak memuat: (a) tujuan penelitian, (b) isu-isu pokok, dan (c) alternatif
pemecahan. Abstrak diketik menggunakan spasi tunggal. Abstrak dilengkapi
dengan kata kunci (3 sampai 5 kata kunci) yang berfungsi untuk memudahkan
pencarian artikel ini secara elektronik (1 spasi, maksimum 200 kata).

Kata-kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3,...(3-5 kata kunci)

Pendahuluan tidak perlu diberikan subjudul ’PENDAHULUAN’. Pendahuluan


memuat hal pokok, yaitu: latar belakang atau acuan permasalahan, hal-hal
menarik yang belum tuntas, perkembangan baru, dan tujuan penelitian. Semua
referensi yang dirujuk dalam paparan, (Nama, tahun) untuk kutipan tidak
langsung atau (Nama, tahun: hlm) untuk kutipan langsung, dicantumkan di dalam
Daftar Rujukan. Pendahuluan diharapkan maksimum 20 persen dari keseluruhan
artikel. Alenia berikutnya dari paparan pendahuluan dibuat menjorok ke dalam
sesuai dengan penulisan alenia baru pada umumnya.

PEMBAHASAN

17
Paparan pada pembahasan dapat dibagi menjadi beberapa subjudul. Pembahasan
berupa kupasan yang sifatnya analitik, argumentatif, logis, dan kritis. Isi
pembahasan adalah cermin dari pendirian/sikap penulis terhadap permasalahan
yang menjadi fokus tulisan. Semua referensi yang dirujuk dalam paparan, (Nama,
tahun) untuk kutipan tidak langsung atau (Nama, tahun: hlm) untuk kutipan
langsung, dicantumkan di dalam Daftar Rujukan.

KESIMPULAN

Kesimpulan dibuat dalam paragraf pendek yang memuat tentang penegasan


pendirian penulis dan saran-saran. Kesimpulan ditulis maksimum 10% dari
keseluruhan isi artikel.

DAFTAR RUJUKAN

Semua rujukan yang dimuat dalam paparan artikel harus dicantumkan pada daftar
pustaka. Sumber yang dirujuk sedapat mungkin (minimal 80%) merupakan
pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan adalah
sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis,
disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau majalah ilmiah. Daftar
rujukan disusun dengan tata cara seperti sudah diuraikan di atas.

18

Anda mungkin juga menyukai