1
Rezky Novaliza Ramdhani (R011191101)
2
Merlyanti Amrin (R011191143)
3
Revi Agustina Kurniawati (R011191081)
4
Kamlia Ramadhani (R011191061)
5
Hilwa Ramadhani (R011191041)
6
Berlian Fitridiahningrum Nur Mamonto (R011191023)
7
Kurnia RM (R011191001)
8
Risna (R011191125)
Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa yang
tentunya berbeda antara satu bangsa, dengan bangsa yang lain. Indonesia adalah
salah satu Negara yang memiliki bermacam identitas nasional yang mengkhaskan
1
dan tentunya berbeda dengan Negara-negara lainnya. Mayoritas dari masyarakat
mengasosiakan identitas nasional mereka dengan negara dimana mereka
dilahirkan.
Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru oleh
Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai warga negara Indonesia
hanya bersikap pasif dan enggan untuk menggembangkannya.
Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan
Negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi
ketentuan yang telah di sepakati bersama. Menjunjung tinggi dan
mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha memperbaiki segala kesalahan
dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan Negara sudah tidak perlu di
tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang Hukum.
Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui realita atau kondisi identitas
nasional di Indonesia, mengetahui masalah yang timbul dalam upaya
mempertahankan identitas nasional dan mengetahui solusi untuk masalah yang
timbul dalam upaya mempertahankan identitas nasional.
PEMBAHASAN
2
Hidayat (2009: 18) mengartikan identitas nasional sebagai ungkapan nilai-
nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakan dengan bangsa
lain. Adapun unsur pembentuk identitas nasional antara lain: sejarah, kebudayaan,
suku bangsa, agama dan bahasa. Sehubungan dengan kebudayaan, aspek
kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah akal budi,
peradaban dan pengetahuan.
3
kesadaran dari pihak orangtua untuk mengenalkan budaya asli Indonesia kepada
generasi penerusnya (anak) juga menjadi salah satu penyebab telah mereduksinya
nilai-nilai yang diajarkan dalam kearifan lokal.Jika diamati,pada masa sekarang
orangtua cenderung memperlengkapi dan mengajarkan bagaimana menggunakan
teknologi yang canggih dibanding mengenalkan nilai-nilai budaya asli Indonesia
sejak dini.
Identitas nasional adalah ciri khas dari suatu negara yang menjadi
pembeda dari negara lain. Namun, di era millenial yang sekarang berlangsung
kebanyakan masyarakat Indonesia malah menyepelekan identitas nasional. Warga
Indonesia sekarang banyak yang mengikuti dan terpengaruh oleh budaya asing.
Budaya-budaya barat yang masuk ke negara, rasanya sangat cepat diserap oleh
masyarakat Indonesia. Masyarakat cenderung lebih menyukai budaya barat
dibanding budayanya sendiri. Ini menjadi tantangan sendiri bagi negara Indoneisa
untuk mengembangkan dan mempertahankan identitas nasional negara kita.
4
- Masyarakat Indonesia sering menganggap budayanya terkesan kuno
- Pengamalan nilai Pancasila yang masih belum dilaksanakan dengan
maksimal oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
- Kehidupan masyarakat indonesia, pada khususnya anak muda banyak
dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai dari luar. Pada akhirnya hal ini
berakibat pada perubahan sikap dan perilaku yang tidak selaras dengan
nilai-nilai budaya lokal
- Selain perubahan sikap dan budaya berkaitan dengan pergeseran nilai
lokal, nilai-nilai nasionalime juga mengalami penurunan, terutama di
kalangan generasi muda
- Berkembangnya paham keagaamaan yang memandang universalisme lebih
penting dibandingkan dengan negara kebangsaan Indonesia
- Belum maksimalnya peranan institusi pendidikan formal dan non formal
dalam usaha-usaha internalisasi nilai-nilai Pancasila, termasuk nilai-nilai
nasionalisme kepada bangsa indonesia
Selain meniru budaya barat, salah satu masalah yang paling menghambat
upaya pertahana identitas nasional yaitu masih maraknya disintegrasi yang terjadi
di negara kita. Salah satu contohnya yaitu lepasnya Timor-Timur dari Indonesia.
Contoh lainnya yaitu, warga indonesia yang masih menganggap suku papua
rendah dan tidak berpendidikan. Di kalangan pelajar saja, tawuran anatar sekolah
merupakan salah satu bentuk dari disintegrasi.
1. Sebab dari dalam diri sendiri yaitu yang menyangkut kemampuan internal
atau kualitas pribadi manusia. Hal ini kadang terjadi dari sistem
pemahaman dan interprestasi yang kurang tepat terhadap sistem nilai
budaya, sehingga menjadi rujukan perilaku yang fatalistik, tidka saling
menghargai martabat masing-masing, tidak saling mengetahui dan
menghargai identitas individu, penggunaan bahasa yang tidak
proporsional, menonjolkan/mengagung-agungkan filosofi suku bangsanya
5
ditenga-tengah perkauman lainnya, lemah wataknya bangsa Indonesia:
dikuasai oleh indoktrinasi dan pemujaan terhadap materi.
2. Sebab Kultural, yakni yang menyangkut pandangan nilai dan sikap mental
serta perilaku masyarakat. Hal ini tumbuh dari sistem nilai budaya yang
menghargai cara-cara kehidupan yang menghindari kesenanagan dan
keharmonisan hidup duniawi. Orang atau kelompok yang demikian itu
menghindar dari tekanan hidup duniawi dengan memilih melakukan
kegiatan-kegiatan yang selalu meresahkan masyarakat dan akhirnya
membawa dampak pada kesengsaraan orang banyak. Nilai budaya yang
dianutnya semakin melonggar baik sebagai akibat perubahan sosial yang
melanda hampir semua aspek kehidupan maupun kurang fungsionalnya
tokoh-tokoh agama dalam mengekspresikan nilai-nilai adat dan agama
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak saling mengenal dan saling
menghargai kebudayaan kelompok etnis masingmasing, tidak diterimanya
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat setempat, penggunaan bahasa
daerah yang tidak proporsional, dan ynag tidak kalah parahnya adalah
sikap ekspolifis dikalangan suku-suku bangsa tertentu yang pada akhirnya
menimbulkan kecemburuan bagi perkauman yang lain.
3. Sebab Struktural, artinya ada struktur kekuasaan yang memberikan
ruang/peluang bagi lahirnya desintegrasi bangsa seperti rendahnya
legitimasi pemerintahan, kekacauan ekonomi, tingginya represi,
banyaknya pelanggaran HAM dan ketidakadilan pemerintah pusat dalam
memperlakukan daerah terutama persoalan keuangan daerah, porsi
pembangunan yang kecil, penempatan aparat pemerintah yang tidak
memperhatikan dan tidak memperhitungkan elit-elit local, penyalahgunaan
kekuasaan dan hukum, pertarungan misi antar segenap unsur kekuasaan,
penataan ruang kota tanpa memberdayakan warga masyarakat lokal yang
tergusur, pembangunan prasarana umum (pasar) yang cenderung tidak
memperhatikan kemampuan warga lokal, serta pembangunan berbagai
fasilitas umum yang menimbulkan dampak rusaknya kebudayaan lokal.
6
Dari beberapa tantangan dan masalah yang menghambat identitas nasional,
bisa dikatakan bahwa Indonesia mengalami darurat kesadaran akan pentingnya
identitas nasional negaranya, masyarakat Indonesia yang sekarang sangat mudah
terpengaruh dan juga kurang menanamkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan
identitas negara Indonesia.
Upaya atau solusi yang bisa dilakukan untuk mempertahankan Identitas Nasional
yaitu Pelestarian Indegenous Knowledge melalui Pengembangan Teknologi pada
PerpustakaanNasional.
1. Identitas Nasional
Dalam buku ajar Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi
(2016), disebutkan bahwa identitas nasional merupakan jati diri yakni ciri-
ciri atau karakeristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Hidayat (2009: 18)
mengartikan identitas nasional sebagai ungkapan nilai-nilai budaya suatu
bangsa yang bersifat khas dan membedakan dengan bangsa lain. Adapun
unsur pembentuk identitas nasional antara lain: sejarah, kebudayaan, suku
bangsa, agama dan bahasa. Sehubungan dengan kebudayaan, aspek
kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah akal
budi, peradaban dan pengetahuan.
2. Perpustakaan Digital
Perpustakaan
Dalam bukunya, Basuki (1991) menyebutkan bahwa perpustakaan
diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan
buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan
7
tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual.Sutarno (2006: 11),
lebih dalam merinci mengenai arti perpustakaan sebagai suatu ruangan,
bagian dari gedung/ bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku-
buku koleksi yang disusun dan diatur demikian rupa, sehingga mudah
untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktuwaktu diperlukan oleh
pembaca. Sedangkan jika mengacu pada tujuan perpustakaan umum
menurut UNESCO tahun 1972 adalah:
Memberikan kesempatan bagi kalayak umum untuk membaca
bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan kearah
kehidupan yang layak
Sebagai penyedia sumber informasi yang cepat, tepat dan murah
bagi masyarakat
Mengembangkan kemampuan masyarakat melalui bahan pustaka
Sebagai agen kultural atau pusat utama kehidupan budaya dengan
menumbuhkan apresiasi budaya pada masyarakat.
Digital
Perpustakaan Digital
8
sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi
perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital. (Subrata, 2009)
9
“Merawat dan menjaga kearifan lokal budaya itu sangat penting sekali karena
intervensi peradaban barat dan peradaban negara lain itu sangat terus mendesak
kita,” ujar Presiden Jokowi.
Dengan kekayaan budaya yang begitu besar tentunya hal ini juga
menyadarkan kita bahwa Indonesia juga memiliki potensi kearifan lokal yang
tentunya sangat besar.Meliono (2011), mengatakan bahwa secara langsung atau
tidak langsung, budaya memberikan pengaruh pada pembentukan kearifan
lokal.Tetapi ditengah potensi kearifan lokal sebagai harta kekayaan bangsa
Indonesia, disisi lain peradaban dan pengaruh dari luar negeri juga ikut
mempengaruhi potensi kearifan lokal yang kita miliki. Kearifan lokal yang
seharusnya dilestarikan dan dijaga, sejalan dengan perkembangan teknologi dan
pengaruh budaya luar, mulai mengalami degradasi. Pernyataan ini diperkuat oleh
Dokhin dkk (2016) yang menyatakan bahwa arus globalisasi yang deras
menawarkan gaya hidup yang cenderung pragmatis serta bergaya hidup konsumtif
terbukti secara perlahan-lahan telah mereduksi nilai-nilai yang diajarkan dalam
kearifan lokal. Jika diamati, hal ini dapat kita lihat dengan mulai tidak tertariknya
generasi muda sekarang dengan seni budaya asli Indonesia seperti wayang,
ludruk, seni tari, silat,dsb. Hal ini diindikasi karena generasi sekarang lebih
10
banyak larut dengan kemajuan teknologi, sehingga melupakan kearifan lokal yang
seharusnya dipelihara dan diturunkan dari generasi ke generasi. Selain itu,
menurunnya kesadaran dari pihak orangtua untuk mengenalkan budaya asli
Indonesia kepada generasi penerusnya (anak) juga menjadi salah satu penyebab
telah mereduksinya nilai-nilai yang diajarkan dalam kearifan lokal. Jika diamati,
pada masa sekarang orangtua cenderung memperlengkapi dan mengajarkan
bagaimana menggunakan teknologi yang canggih dibanding mengenalkan nilai-
nilai budaya asli Indonesia sejak dini.
11
mempertahankan serta memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia. Dalam
upaya mewujudkan penyatuan budaya ini, pemerintah tentunya membutuhkan
wadahnya. Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007, secara rinci fungi
perpustakaan yang berorientasi pada warisan budaya adalah sebagai berikut:
12
Culture Experience dan Culture Knowledge
Budaya adalah bentuk jamak dari kata”Budi” dan “Daya” yang berarti
cinta, karas dan rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa
tersebut. Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta”buddhaya”, adalah bentuk
jamak dari buddhi yang mempunyai arti budi dan akal. Kata kebudayaan dalam
bahasa Belanda disebut”cultuur”, dan dalam bahasa Inggris”culture” yang berasal
dari bahasa latin”colere”yang berarti mengolah, mengerjakan,menyuburkan dan
mengembangkan tertutama mengoah tanah atau bertani [8]. Perkembangan
budaya yang ada didalam masyarakat sangatlah banyak dan beragam, oleh sebab
itu perlu adanya pemahaman bahwa budaya merupakan sebuah kekayaan yang
luhur serta kita wajib untuk menjaganya bersama, maka dalam hal itu akan
muncul rasa memiliki akan budaya bersama. Rasa idelisme akan luntur jika kita
memiliki rasa memiliki budaya bersama sebagai bentuk sebuah identitas.
13
mendapatkan informasi dari pusat informasi kebudayaan tersebut. Upaya
pelestarian budaya sangat diharapkan untuk membangkitkan kembali pengetahuan
masyarakat mengenai budaya yang ada di Indonesia agar tidak terkikis oleh
budaya luar.
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat luar biasa, dan dalam kebudayaan
daerah memiliki ciri khas masing-masing yang tidak bisa dipukul rata. Selain itu
bangsa Indonesia juga memiliki budaya lokal yang beraneka ragam. Sebagai
generasi penerus kita wajib menjaga sebuah eksistensi budaya lokal.
14
melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuaru ketika negara lain sukses dan
terkenal, dengan budaya yang meraka ambil secara diam-diam. Oleh karena itu
peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.
Bagaimanapun juga pemeintah memiliki peran yang sangat besar dalam upaya
pelestarian kebudayaan lokal di tanah air.
Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah
penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup untuk strategis
dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah tanah air. Pemerintah harus
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya
pelestarian kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas di
dukung adalah penampilan kebudayaan- kebudayaan daerah disetiap event-event
akbar nasional, misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus
dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang
ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara
tetangga. Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan
PENUTUP
Kesimpulan
Identitas nasional adalah ciri khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa
Indonesia dnegan bangsa lain. Di era globalisasi sekarang sangat banyak
tantangan dalam menghadapi ketidakpedulian masyarakat terhadap identitas
nasional. Perlahan-lahan identitas nasional akan hilang apabila tidak
dipertahankan. Salah satu upaya mempertahankan identitas nasional yaitu dengan
adanya program perpustakaan digital.
Saran
Kami berharap agar makalah ini dapat diberikan perincian yang harus ada
dalam makalah sehingga menjadi pembelajaran tambahan untuk kami dan dapat
lebih menyempurnakan makalah makalah ini.
15
DAFTAR RUJUKAN
Saepuddin, E., Damayani, N. A., & Rusmana, A. (2018). Model Literasi Budaya
Masyarakat Tatar Karang di Kecamatan Cipatujah Kabupaten
Tasikmalaya. Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
16
LAMPIRAN
1
Nama penulis pertama (tanpa gelar akademik)
2
Nama penulis kedua (tanpa gelar akademik)
1
Institusi asal penulis pertama (lengkap dengan email)
2
Institusi asal penulis kedua (lengkap dengan email)
Abstrak : Judul Artikel. Abstrak berupa komentar atau pengantar dari penulis.
Abstrak memuat: (a) tujuan penelitian, (b) isu-isu pokok, dan (c) alternatif
pemecahan. Abstrak diketik menggunakan spasi tunggal. Abstrak dilengkapi
dengan kata kunci (3 sampai 5 kata kunci) yang berfungsi untuk memudahkan
pencarian artikel ini secara elektronik (1 spasi, maksimum 200 kata).
Kata-kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3,...(3-5 kata kunci)
PEMBAHASAN
17
Paparan pada pembahasan dapat dibagi menjadi beberapa subjudul. Pembahasan
berupa kupasan yang sifatnya analitik, argumentatif, logis, dan kritis. Isi
pembahasan adalah cermin dari pendirian/sikap penulis terhadap permasalahan
yang menjadi fokus tulisan. Semua referensi yang dirujuk dalam paparan, (Nama,
tahun) untuk kutipan tidak langsung atau (Nama, tahun: hlm) untuk kutipan
langsung, dicantumkan di dalam Daftar Rujukan.
KESIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN
Semua rujukan yang dimuat dalam paparan artikel harus dicantumkan pada daftar
pustaka. Sumber yang dirujuk sedapat mungkin (minimal 80%) merupakan
pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan adalah
sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis,
disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau majalah ilmiah. Daftar
rujukan disusun dengan tata cara seperti sudah diuraikan di atas.
18