Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA THROMBOPHLEBITIS, DVT,


THROMBOEMBOLISM, VARICOSE VEIN, DAN ANEURISME AORTA

DOSEN PENGAMPU : Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes.

Oleh :
SITTI HAJARIANI (R011191027)
MERLYANTI AMRIN (R011191143)
YULIANTI (R011191057)
JANTIARA DATULALONG (R011191117)
HELENA CHRISTY RANNU T (R011191083)

KELAS REGULER A

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Thrombophlebitis, DVT, Thromboembolism, Varicose Vein, dan
Aneurisme Aorta” dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I, disamping itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu selama penyusunan makalah ini berlangsung.
Kami menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan dan perbaikannya,
sehingga makalah ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 28 September 2020

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................6
C. Tujuan................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Jantung.......................................................................................7
B. Thrombophlebitis............................................................................................................10
C. DVT..................................................................................................................................21
D. Thromboembolism..........................................................................................................28
E. Varicose Vein...................................................................................................................38
F. Aneurisme Aorta.............................................................................................................48
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................................56
B. Saran.................................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................57
PATHWAY………………….................................................................................................59

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung dan darah menyediakan semua organ dan jaringan dengan nutrisi dan oksigen
dan buang limbah. Penyakit dan gangguan pada sistem kardiovaskular dapat mempengaruhi
jantung, darah dan / atau pembuluh darah dan mungkin gangguan primer. Gangguan sistem
kardiovaskular mempengaruhi banyak orang selama mereka seumur hidup. Banyak tanda dan
gejala gangguan sistem kardiovaskular bisa jadi umum dan samar-samar pada awalnya.
Seringkali bila timbul gejala khusus dan penderita muncul untuk pengobatan, kerusakan pada
jantung dan pembuluh peredaran darah sistem tidak dapat diubah.
Banyak kampanye kesehatan masyarakat sekarang berfokus pada peningkatan
kesadaran akan gangguan sistem ini, untuk membantu orang mengurangi risiko terkena
kardiovaskular penyakit. Dalam banyak kasus, kesadaran dan penyesuaian gaya hidup
sederhana mungkin mengurangi risiko dan secara signifikan meningkatkan harapan hidup.
Perawat harus menghargai gangguan atau kerusakan yang kronis atau akut organ atau
pembuluh dari sistem kardiovaskular dapat menjadi serius dan kehidupan-konsekuensi yang
mengancam.
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi
jantung dan pembuluh darah, seperti thombophlebitis, Deep Vein Thromboembolism (DVT),
thromboembolism, varicose vein, dan aneurisme aorta. Penyakit kardiovaskuler hampir selalu
didasari oleh gaya hidup, seperti merokok, kurangnya olahraga, dan konsumsi makanan
berlemak yang berlangsung dalam kurun waktu 10-15 tahun atau bahkan lebih (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
Thrombophlebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.
Thrombophlebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan
kulit. Thrombophlebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Thrombophlebitis sering
terjadi pada orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak
mengembangkan thrombophlebitis (Afrian, 2011).
Thrombophlebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti
aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya, yang di dahului dengan trombosis.
Thrombophlebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap
pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan trombus hilang.
Thrombphlebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut dengan migrasi
thomplebitis yang mungkin menunjukkan adanya kelainan yang mendasari serius, seperti

4
kanker dari organ internal (Afrian, 2011).
Deep Vein Thromboembolism (DVT) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya respon inflamasi pada vena dalam dan gangguan terhadap koagulasi. Deep Vein
Thromboembolism disebabkan oleh adanya disfungsi endotel pembuluh darah,
hiperkoagulabilitas dan gangguan aliran darah vena (statis) yang dikenal dengan trias
Virchow. Deep Vein Thromboembolism (DVT) merupakan kelainan kardiovaskuler tersering
nomor tiga setelah penyakit koroner dan stroke, DVT terjadi pada kurang lebih 0,1% orang
pertahun. Faktor risiko DVT antara lain berupa faktor demografi/lingkungan (usia tua,
immobilisasi yang lama), kelainan patologi (trauma, hiperkoagulabilitas kongenital,
anthiphospholipid syndrome, vena varikosa ekstermitas bawah, obesitas, riwayat
tromboemboli vena, keganasan), kehamilan, obat-obatan (kontrasepsi hormonal,
kortikosteroid), dan tindakan bedah [ CITATION And18 \l 1057 ].
Thromboembolism atau Venous thromboembolism (VTE) adalah suatu penyakit
sistem pembuluh darah yang dapat dipicu oleh posisi kerja yang statis. Thromboembolism
merupakan penyakit yang sering terjadi dan banyak disebabkan oleh komplikasi dari penyakit
dan atau prosdur yang lain. Thromboembolism dapat bermanifestasi menjadi penyakit Deep
Vein Thrombosis (DVT) (Lopez, et al., 2014)
Varicose vein atau varises adalah suatu keadaan vena normal yang mengalami dilatasi
akibat pengaruh peningkatan tekanan vena. Varises ini merupakan suatu manifestasi dari
sindrom insufisiensi vena dimana pada sindrom ini aliran darah dalam vena mengalami aliran
retrograde atau aliran balik menuju tungkai yang kemudian mengalami kongesti. Terdapat
tiga jenis vena pada tungkai, yaitu vena tepi, vena dalam, dan vena penghubung (perforantes),
vena ini merupakan vena yang paling sering terjadi varises.
Varises dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan penampilan yang tidak menarik
dari tungkai penderita. Pada kasus yang berat dapat terjadi edem tungkai permanen yang
disertai pigmentasi, ulserasi, dan selulitis kekambuhan, dimana keadaan ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa kurang percaya diri pada penderita. Penyebab dari
varises vena tungkai ini multifaktorial, baik itu faktor endogen maupun eksogen, seperti
faktor genetik, usia, pola hidup (berdiri terlalu lama atau duduk lama), obesitas, dan
multiparis kehamilan memegang peranan penting dalam mempengaruhi timbulnya varises
vena tungkai.[CITATION Pra20 \l 1057 ].
Aneurisme aorta adalah aneurisme (pembuluh darah membesar secara abnormal) yang
melibatkan aorta. Aorta adalah pembuluh darah besar utama yang berasal dari jantung yang
mensuplai darah ke abdomen, pelvis, dan tungkai bawah. Aorta dapat mengalami aneurisme

5
yang biasanya terjadi pada abdomen dibawah ginjal (abdomina aneurysm), tetapi dapat juga
terjadi di rongga thorak (thoracic aneurysm). Hal tersebut dapat terjadi jika dinding aorta
menjadi lemah karena deposit lemak (plak) pada atherosclerosis. Aneurisme juga dapat
terjadi sebagai penyakit yang diturunkan seperti Marfan syndrome.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada Thrombophlebitis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada DVT?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada Thromboembolism?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada Varicose Vein?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada Aneurisme Aorta?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu penyakit kardiovaskuler (thrombophlebitis, DVT,
thromboembolism, varicose vein, tanda dan gejala penyebab serta tindakan asuhan
keperawatan apa yang akan dilakukan.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
Sistem kardiovaskular tersusun jantung, pembuluh darah, limfatik sistem, dan darah.
Komponen kardiovaskular sistem bekerja sama untuk mempertahankan kehidupan. Selain itu,
komponen ini memainkan peran penting dalam file berfungsinya sistem lain. Peran penting
ini dimulai sejak awal kehidupan, saat janin hampir lahir 4 minggu, dan berlangsung sampai
akhir hayat. Gangguan pada sistem kardiovaskular sering terjadi dan kompleks, karena sering
kali memengaruhi sistem lain. Perawat di semua bidang praktik kemungkinan akan
menghadapi pasien dengan masalah dalam sistem ini dan perlu diperlengkapi untuk
menanggapi mereka kebutuhan yang rumit.

Sistem kardiovaskular mirip dengan pipa ledeng di rumah. Keduanya memiliki pompa
(jantung), jaringan pipa (pembuluh darah), dan cairan (darah). Sistem kardiovaskular
mengirimkan oksigen dan nutrisi penting ke sel, menghilangkan produk limbah, dan
mengangkut hormon. Sirkulasi dibagi menjadi dua cabang— paru dan sistemik Dalam
sirkulasi paru, produk limbah— karbon dioksida — ditukar dengan oksigen di paru-paru
melalui difusi. Dalam sirkulasi sistemik, darah membawa oksigen dan nutrisi ke semua sel
dan produk limbah ke ginjal, hati, dan kulit untuk ekskresi. Untuk mencapai fungsi
transportasi tersebut, diperlukan sistem kardiovaskular yang berfungsi dengan baik jantung
untuk mendorong darah dengan kontraksi ritmis. Darah beredar melalui tiga jenis pembuluh
darah — arteri, kapiler, dan vena. Itu sistem limfatik membantu mempertahankan

7
homeostasis dengan mengembalikan kelebihan cairan dari tubuh jaringan kembali ke sistem
peredaran darah juga dengan memainkan peran penting dalam sistem kekebalan.

Jantung. Secara kasar seukuran kepalan tangan tertutup, jantung adalah organ otot
yang memompa darah ke seluruh tubuh tubuh. Ini adalah pekerja keras dari sistem
kardiovaskular, memompa darah 50.000 mil dari pembuluh darah tubuh dan berdetak kira-
kira 100.000 kali per hari. Jantung bisa dengan cepat menyesuaikan nilainya untuk memenuhi
yang selalu berubah kebutuhan tubuh.
Jantung terletak di rongga dada antara paru-paru dan di belakang tulang dada. Itu
kantung perikardial, atau perikardium, membungkus hati untuk memberikan perlindungan
dan dukungan. Kantung ini mengandung sekitar 50 mL cairan dan melindungi jantung dari
trauma sekitarnya struktur, invasi organisme asing, dan gesekan dari gerakan konstan.
Perikardium memberikan dukungan dalam hal penahan jantung dan mencegah overdistensi.
Miokardium, lapisan tengah dari jantung, adalah bagian otot dari organ. Itu dinding
ventrikel, terutama ventrikel kiri, lebih tebal dari pada atrium karena jarak ke mana kamar-
kamar itu harus memompa darah. Atrium menerima kamar-kamar itu memompa darah ke
ventrikel masing-masing. Itu ventrikel memompa darah dari luar jantung ke paru-paru dan
sirkulasi sistemik.
Endokardium adalah epitel bagian dalam lapisan jantung yang menyusun jantung
katup; katup ini berfungsi untuk memastikan satu arah aliran darah melalui jantung.
Memahami aliran darah melalui hati sangat penting untuk memahami perubahan struktural

8
dan menghargai bagaimana hasilnya penurunan curah jantung dan / atau jaringan yang
berubah perfusi. Darah rendah oksigen dan kaya karbon dioksida memasuki sisi kanan
jantung dari sirkulasi sistemik melalui vena kava superior dan vena inferior cava. Pembuluh
darah ini mengalirkan darah langsung ke atrium kanan. Atrium kanan memompa darah
melalui katup trikuspid ke ventrikel kanan. Ventrikel kanan memompa darah melalui katup
pulmonal ke paru arteri. Arteri pulmonalis kemudian membawa darah ke paru-paru untuk
oksigenasi. Darah yang baru beroksigen kembali dari paru-paru ke jantung melalui paru-paru
pembuluh darah. Dari vena pulmonalis, darah masuk atrium kiri. Atrium kiri memompa
darah melalui katup mitral ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri kemudian memompa darah melalui
katup aorta ke aorta. Pada titik ini, darah diangkut ke tubuh, dimulai dengan arteri koroner
(jika jantung tidak membutuhkan terpenuhi terlebih dahulu, tidak ada kebutuhan lain yang
akan terpenuhi) dan arteri karotis (otak mengontrol bagian vital fungsi tubuh). Baik atrium
mengisi dan berkontraksi secara bersamaan; demikian pula, kedua ventrikel mengisi dan
kontrak secara bersamaan. Kontraksi terkoordinasi ini terjadi karena internal alat pengatur
waktu, atau alat pacu jantung, dari konduksi sistem.

Pembuluh darah adalah sistem jalan raya yang rumit di mana darah mengalir. Arteri
membawa darah menjauh dari jantung, sementara pembuluh darah membawa darah kembali
ke jantung. Kontraksi ventrikel kiri memproyeksikan darah melalui arteri katup di pembuluh
darah membantu dalam menggerakkan darah kembali ke jantung melawan gravitasi. Sekali
arteri tinggalkan hati, mereka mulai bercabang pembuluh darah kecil yang disebut arteriol.
Kapal ini terus bercabang menjadi genap lebih kecil, pembuluh berdinding tipis yang disebut
kapiler. Dinding tipis mereka memungkinkan oksigen dan nutrisi bergeser keluar dari kapiler
ke dalam sel. Selain itu, karbon dioksida dan produk limbah bergeser dari sel ke kapiler.
Pertukaran ini terjadi melalui difusi. Setelah darah digunakan di tingkat sel, darah bergerak
melalui kapiler dan transisi ke pembuluh yang lebih besar dikenal sebagai venula. Venula

9
terus bergabung menjadi pembuluh yang lebih besar sampai menjadi vena, sebanyak sungai
kecil bersatu membentuk sungai.
Umumnya, arteri membawa darah yang kaya oksigen dan nutrisi, sedangkan vena
membawa darah jenuh dengan karbon dioksida dan limbah metabolisme. Satu pengecualian
untuk pola ini terjadi di paru arteri dan vena. Arteri paru membawa darah yang kekurangan
oksigen menjauh dari sisi kanan dari jantung ke paru-paru untuk pertukaran gas. Mengikuti
pertukaran gas di paru-paru, darah yang jenuh oksigen kembali ke sisi kiri jantung melalui
vena pulmonalis.

Dinding pembuluh darah terdiri dari tiga bagian lapisan. Tunica intima adalah halus,
tipis, lapisan dalam pembuluh darah. Itu media tunika, lapisan tengah, terdiri dari jaringan
elastis dan otot polos yang bertanggung jawab atas kemampuan pembuluh darah untuk
mengubah diameter. Lapisan luar, tunica adventitia, terdiri jaringan ikat elastis dan fibrosa itu
memberikan "memberi" yang diperlukan untuk mengakomodasi aliran darah dengan setiap
kontraksi jantung.
B. TROMBOFLEBITIS
Tromboflebitis merupakan peradangan pada permukaan pembuluh darah (vena) yang
disertai dengan pembekuan darah. Tromboflebitis biasa ditemukan pada bagian ekstremitas
atas maupun bawah seperti lengan dan kaki. Lebih sering terjadi saat kondisi pasca

10
melahirkan atau post-partum karena akbiat dari tekanan kepala janin selama proses
kehamilan dan persalinan yang meneyebabkan penumpukan dan pembekuan darah pada
ekstremitas bawah. Tromboflebitis dibagi menjadi dua, yaitu Pelvio Tromboflebitis dan
Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis bisa terjadi pada vena di bawah permukaan kulit,
maupun di bagian yang lebih dalam. Tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan kulit
disebut superficial thrombophlebitis, sedangkan tromboflebitis yang terjadi pada vena di
bagian yang lebih dalam disebut trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT).
DVT lebih berbahaya dibanding superficial thrombophlebitis, karena gumpalan darah bisa
masuk ke aliran darah menuju ke pembuluh darah arteri di paru-paru dan menghambat aliran
darah. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kematian.

Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena.


Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat,
dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena
adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam,
malaise, dan leukositosis. Faktor Risiko :
a. Usia. Individu di atas usia 60 tahun memiliki risiko tromboflebitis yang lebih tinggi.
b. Perubahan hormon, misalnya karena menjalani terapi penggantian hormon atau
konsumsi pil KB.
c. Riwayat penyakit, misalnya pernah menderita tromboflebitis sebelumnya atau memiliki
anggota keluarga yang menderita gangguan pembekuan darah.
d. Kanker. Beberapa jenis kanker dapat meningkatkan kadar protein tubuh yang memicu
penggumpalan darah.
e. Dehidrasi. Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit
dan membuat darah lebih mengental, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
pembekuan darah.

11
f. Merokok. Merokok dapat merusak lapisan pembuluh darah, yang kemudian memicu
terbentuknya gumpalan darah.
g. Kehamilan. Ibu hamil berisiko mengalami tromboflebitis selama hamil atau setelah
melahirkan.
h. Obesitas, atau berat badan berlebih.
Tromboflebitis disebabkan oleh terbentuknya gumpalan darah di dalam vena yang
menimbulkan peradangan. Gumpalan darah ini dapat terjadi akibat beberapa hal, seperti:
a. Gangguan pembekuan darah yang diturunkan, misalnya defisiensi protein C.
b. Cedera pada vena akibat pemasangan kateter pembuluh darah atau alat pacu jantung.
c. Seseorang yang tidak bergerak dalam waktu lama, misalnya duduk di mobil atau
pesawat dalam perjalanan panjang, serta terlalu lama berbaring karena menderita sakit
(misalnya stroke).
Etiologi yang menyebabkan terjadinya tromboflebitis antara lain:
a. Perluasan infeksi endometrium
b. Memiliki varises pada pembuluh darah vena
c. Obesitas
d. Riwayat Tromboflebitis
e. Persalinan dengan posisi litotomi yang lama dan berusia 30 tahun atau lebih
Patofisiologi. Keadaan statis vena yang menyebabkan gangguan koabilitas darah atau
kerusakan pembuluh darah endotel menyebabkan pembentukan thrombus yang menjadi
patofisiologis terjadinya tromboflebitis. Trombosit yang melekat pada permukaan endotel
pembuluh darah awal terjadinya thrombus. Lalu darah yang mengalir menyebabkan semakin
banyaknya trombosit yang tertimbun sehingga membentuk massa yang menonjol kedalam
lumen.
Penanganan tromboflebitis tergantung kepada jenis serta tingkat keparahan yang
dialami oleh pasien. Untuk tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan kulit,
penanganan bisa dilakukan di rumah dengan langkah-langkah sederhana, seperti mengompres
area yang sakit dengan air hangat, meletakkan tungkai yang sakit pada posisi lebih tinggi saat
sedang tidur atau duduk, dan mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Bila
diperlukan, direkomendasikan beberapa metode pengobatan sebagai berikut:
a. Penggunaan stoking khusus (kompresi) untuk mengurangi pembengkakan dan risiko
komplikasi.
b. Pemberian obat pengencer darah atau antikoagulan, seperti heparin atau warfarin, untuk
mencegah gumpalan darah semakin membesar.

12
c. Pemberian obat penghancur gumpalan darah atau trombolisis.
d. Pemasangan filter atau saringan pada pasien yang tidak bisa mengonsumsi obat
pengencer darah. Saringan akan dipasang pada pembuluh darah balik utama (vena
cava) di perut, untuk mencegah gumpalan darah menyumbat pembuluh darah arteri di
paru-paru (emboli paru).
e. Bedah untuk membuang vena yang melebar dan tidak beraturan (varises) yang
menimbulkan nyeri dan membuat tromboflebitis berulang.

Tanda dan gejala pada tromboflebitis bergantung pada jenis penyakit yang di derita.
Tromboflebitis ditandai dengan pembengkakan dan rasa sakit pada bagian yang mengalami
peradangan. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain seperti kulit di atas vena yang terserang
mengeras dan berwarna lebih gelap, serta kulit sekitar vena teraba hangat dan semakin nyeri
bila ditekan.
a. Pelvio Tromboflebitis. Tanda dan gejala yang biasa ditemukan pada pasien yang
menderita pelvio tromboflebitis antara lain:
1) Nyeri pada bagian bawah atau samping abdomen dengan atau tanpa disertai panas
yang biasa timbul pada hari ke 2-3 masa nifas.
2) Tampak sakit dengan karakteristik sebagai berikut:
- Menggigil berulang kali dengan durasi 30-40 menit dengan interval dalam
hitungan jam dan kadang-kadang dalam 3 hari menggigil pasien hamper tidak
panas
- Suhu badan naik turun dengan drastic
- Bisa berlangsung 1-3 bulan
- Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke bagian paru-
paru

13
3) Abses pada bagian pelvis
4) Gambaran karakteristik darah
- Terdapat leukositosis
- Kultur darah sukar dibuat karena pengaruh bakteri anaerob
5) Pada pemeriksaan dalam jarang ditemukan apa-apa karena bagian yang terkena
adalah vena ovarika yang sulit dijangkau oleh pemerikasaan dalam
b. Tromboflebitis Femoralis. Tanda dan gejala pada pasien dengan tromboflebitis femoralis
antara lain:
1) Keadaan umum baik dengan suhu badan subfebris selama 7-10 hari kemudian
mendadak naik pada hari 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri
2) Pada salah satu ekstremitas bawah yang terkena akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak,
dibandingkan dengan kaki lainnya terasa lebih panas
- Pada bagian paha atas salah satu vena terasa tegang dab keras
- Terasa nyeri hebat pada bagian paha dan lipatan paha
- Reflektorik pada spasmus arteria menyebabkan kaki bengkak, tegang, putih,
nyeri, dingin, dan pulsasi yang menurun
- Pada paha atas biasanya terjadi edema setelah atau sebelum nyeri, namun lebih
sering diawali dari jari kaki dan pergelangan kaki.
- Tanda Homan Positif
Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon
e. Pemeriksaan (Umum, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang) meliputi tes
darah, USG, atau CT scan.
f. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
- Leher
- Dada
- Payudara
- Abdomen

14
- Genetalia
- Ekstremitas Atas
- Ekstremitas bawah
g. Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasonograf Droppler

- Pemeriksaan Hematokrit

- Pemeriksaan koagulasi

15
- Kultur darah

- Venografi

Penatalaksaan tromboflebitis berdasarkan dengan jenis tromboflebitis yang diderita.


a. Pelvio Tromboflebitis
- Gunakan teknik aseptic yang baik untuk pencegahan terjadinya endometritis dan
tromboflebitis
- Pantau gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum dengan cara

16
menganjurkan penderita untuk tirah baring
b. Tromboflebitis Femoralis
- Meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembentukan pembekuan darah dengan cara ambulasi dini
- Berikan alas pada penyokong kaki untuk mencegah tekanan yang kuat pada betis dan
pastikan pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi maupun manggantung kaki lebih dari
1 jam
- Pada pasien pasca partum yang memiliki varises vena sediakan stocking untuk meningkatkan
sirkulasi vena dan mencegah berada pada kondisi statis.
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
Ketidakefektifan Tujuan: Observasi
perfusi jaringan Lihat ekstremitas Mengetahui adanya
Setelah dilakukan
perifer berhubungan untuk warna kulit gangguan atau
tindakan selama
dengan gangguan adanya edema. Cacat kelainan pada
3X24 jam
aliran darah vena kesimetrisan betis, ektremitas
diharapkan pasien
ukuran dan cacat
menunjukkan
lingkar betis
perbaikan perfusi
Terapeutik/Tindakan
jaringan.
Mandiri
Kaji ektrimitas Distensi vena dapat
Kriteria hasil:
untuk penonjolan terjadi karena aliran
Menunjukkan vena yang jelas. balik melalui vena
perbaikan perfusi Palpasi perlahan Percabangan
jaringan yang untuk regangan
dibuktikan oleh jaringan lokal,
adanya nadi perifer, regangan kulit, ikatan
atau penonjolan vena.

17
Tingkatkan tirah Pembatasan aktivitas
warna kulit dan suhu
baring selam fase Menurunkan
normal tidak, edema
akut. kebutuhan oksigen
dan nutrisi pada
1. Menunjukkan
ekstremitas trombus
peningkatan toleransi
atau pembentukan
aktivitas.
emboli.
Anjurkan pasien untuk Menurunkan
meninggikan kaki bila pembengkakan
tidur atau duduk jaringan dan
sesuai indikasi. Secara pengosongan cepat
periodik tinggikan vena superfisial dan
kaki dan telapak kaki tibial, mencegah
lebih tinggi dari pada distensi berlebihan
jantung. yang dapat
meningkatkan aliran
balik vena.
Anjurkan pasien untuk Tindakan ini
melakukan latihan dilakukan untuk
aktif atau pasif meningkatkan aliran
sementara ditempat balik vena dari
tidur misal seperti ekstremits yang
fleksi ektensi. lebih rendah dan
menurunkan stasis
vena, dan juga
memperbaiki tonus
otot umum
regangang

18
Anjurkan pasien untuk Aktivitas ini
menghindari pijatan berpotensi
atau mengurut memecahkan atau
ekstremitas yang sakit. menyebarkan
trombus,
meningkatkan
embolisasi dan
meningkatkan resiko
komplikasi

Edukasi
Ingatkan pasien untuk Pembatasan fisik
tidak menyilangkan terhadap sirkulais
kaki atau hiperfleksi mengganggu aliran
lutut (posisi duduk darah dan
dengan kaki meningkatkan stasis
menggantung atau vena dan pelvis
berbaring dengan popliteal, dan
posisi menyilang). pembuluh kaki, jadi
Meningkatkan

Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim Membantu
medis untuk mengatasi masalah
pemberian dengan medikasi
antikoagulan
contohnya heparin.
Nyeri berhubungan Tujuan: Observasi
dengan proses Setelah dilakukan Kaji tingkat nyeri Derajat nyeri secara
inflamasi tindakan selama yang dialami pasien. langsung dapat
3x24 jam diharapkan berhubungan dengan
nyeri yang dialami luasnya kekurangan
pasien berkurang. sirkualsi, proses
Kriteria hasil: inflamsi, derajat
Pasien mengataan hipoksia, dan edema

19
sudah tidak nyeri luas sehubungan
2. Pasien dengan terbentuknya
menunjukkan trombus.
Terapeutik/Tindakan
tindakan rileks
Mandiri
maupun istirahat dan
Atur posisi yang Posisi yang nyaman
dapat berakitivitas
nyaman bagi pasien. akan membantu
seperti yang
memberikan
diinginkan
kesempatan pada
otot untuk relaksasi
seoptimal mungkin.
Pertahankan tirah Menurunkan
baring selama fase kenyamanan
akut. sehubungan dengan
kontraksi otot dan
gerak.
Edukasi
Berikan healthPemahaman pasien
education tentang tentang penyebab
penyebab nyeri yang yang terjadi akan
dialami pasien. mengurangi
ketegangan pasien
dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan Obat-obatan
dokter untuk analgesik dapat
pemberian analgesik. membantu
mengurangi nyeri
pasien.

Hipertermi Tujuan: Observasi


berhubungan dengan Selama dilakukan Pantau suhu Suhu ruangan atau

20
proses inflamasi tindakan 3x24 jam lingkungan jumlah selimut harus
diubah untuk
diharapkan suhu batasi/tambahkan line
mempertahankan
tubuh pasien tempat tidur sesuai suhu mendekati
normal
Normal Indikasi
Terapeutik/Tindakan
Kriteria hasil:
Mandiri
Suhu tubuh
Peningkatan suhu
Pantau suhu tubuh
pasien normal
menunjukkan proses
pasien(derajat dan
370C
penyakit infeksius
pola) perhatikan
akut.
menggigil atau
diaforesis.

Ukur TTV secara Mengetahui adanya


rutin. perubahan suhu.

Berikan kompres Kompres hangat


Hangat dapat membantu
mengurangi demam
Edukasi -
Kolaborasi
Kolaborasi dengan Membantu
mengatasi masalah
tim medis untuk
dengan medikasi
pemberian obar
penurun demam
C. DVT
Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah (trombus) didalam pembuluh
darah. Bekuan darah pada keadaan normal terbentuk untuk mencegah perdarahan. Deep Vein
Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah yang terjadi di
dalam pembuluh darah vena dalam. Trombosis vena dalam juga dapat muncul di pembuluh
darah vena lainnya, seperti lengan dan dapat menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang
menyerang paru-paru ini dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari arteri paru dan
menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya yaitu emboli paru pulmonary embolism (PE)
dan venous thromboebolism.
Patofisiologi. DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau

21
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
Trombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun yang paling sering terjadi adalah pada
vena ekstremitas . Gangguan ini dapat menyerang baik vena superficial maupun vena dalam
ungkai. Pada vena superficial, vena safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena
dalam tungkai, yang paling sering terkena adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis.
Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding vena,
disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel
darah merah. “Ekor “ dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai arah aliran darah
akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena yang terus tumbuh ini sangat
berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi emboli pada
pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus dapat terjadi secara spontan karena bekuan
secara alamiah bisa larut, atau dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan tekanan vena,
seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan aktifitas otot setelah lama istirahat.

Etiologi. DVT atau deep vein thrombosis terjadi ketika ada kehadiran pembentukan
bekuan darah dalam pembuluh darah yang terletak di dalam otot tubuh seseorang. Ini
biasanya terjadi di kaki, tetapi juga dapat berkembang pada dada, lengan atau beberapa
bagian tubuh. DVT adalah kondisi umum yang dialami oleh banyak orang, tetapi hal ini dapat
berbahaya jika diabaikan dan bisa menimbulkan komplikasi seperti emboli paru terjadi jika
bekuan darah yang tersangkut itu terlepas dan berjalan dalam aliran darah kemudian
memblokir salah satu pembuluh darah di paru-paru. Menurut para ahli penyebab seseorang
bisa terkena DVT karena mereka memiliki sirkulasi darah yang buruk di dalam tubuh
mereka.
Pada dasarnya penyebab utama DVT belum jelas, namun ada 3 faktor yang dianggap
penting dalam pembentukan bekuan darah, yaitu:
1. Statis aliran darah

22
2. Cedera dinding pembuluh darah
3. Gangguan pembekuan darah
Beberapa faktor lainnya seseorng bisa memiliki DVT yaitu berat badan yang ekstra,
duduk berjam-berjam didalam mobil atau penerbangan panjang pesawat, selain itu usia 60
tahun keatas juga bisa memiliki DVT. Adapun tanda dan gejalanya yaitu:
1. Kelelahan pada kaki
2. Pembengkakan pada kaki
3. Vena permukaan terlihat
4. Nyeri dikedua kakinya yang mungkin dirasakannya ketika berjalan atau berdiri
5. Warna kulit merah
Pengobatan untuk pasien DVT adalah dengan pemberian obat antikoagulan. Obat ini
mengubah protein dalam darah untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah. Obat ini juga
berfungsi mencegah gumpalan darah semakin membesar dan menyebar ke aliran darah. Jenis
obat antikoagulan yang umumnya digunakan untuk mengobati DVT adalah heparin dan
warfarin. Heparin diberikan melalui suntikan ke bawah lemak atau melalui pembuluh darah.
Bila pasien lebih memilih obat dalam bentuk tablet, warfarin dapat diberikan. Pasien dapat
mengonsumsi antikoagulan 3-6 bulan untuk mencegah gumpalan darah terbentuk kembali.
Pemberian dosis warfarin yang terlalu rendah tidak bisa mencegah penggumpalan darah.
Sebaliknya pemberian warfarin dalam dosis yang tinggi menyebabkan pasien mengalami
perdarahan. Warfarin tidak direkomendasikan pada wanita hamil, karena bisa menyebabkan
cacat lahir.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat
a. Gejala : Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama
b. Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis,
kondisi kecacatan)
c. Nyeri karena aktifitas / berdiri lama
d. Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit
e. Tanda : Kelemahan umum atau ekstremitas
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises
b. Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena kehamilan), DM, penyakit
katup jantung

23
c. Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit. Varises
dan atau pengerasan, gelembung / ikatan vena (thrombus). Warna kulit / suhu pada
ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin, oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena
d. Tanda human positif
3. Makanan / Cairan
a. Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi, pencetus untuk
hiperkoagulasi)
b. Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan vena pelvis)
c. Oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi)
4. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala : Berdenut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak
b. Tanda: Melindungi ekstremitas kaki yang sakit
5. Keamanan
a. Gejala : Riwayat cedera langsung / tidak langsung pada ekstremitas atau vena
(contoh : fraktur, bedah ortopedik, kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama pada
vena pelvic, terapi intra vena)
b. Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, system GI)
c. Tanda: Demam, menggigil
6. Penyuluhan / Pembelajaran
a. Gejala : Penggunaan kontrasepsi / estrogen oral, adanya terapi antikoagulan
(pencetus hiperkoagulasi)
b. Kambuh atau kurang teratasinya episode tromboflebitik sebelumnya
Pemeriksaan DVT:
1. Clinical prediction rule. Secara umum pendekatan diagnosis VTE menggunakan clinical
model dengan menggunakan penilaian klinik yang standar (kombinasi faktor risiko,
gejala dan tanda) dan selanjutnya dibuatkan stratifikasi kecurigaan adanya DVT. Model
yang paling umum dipakai adalah model yang dikembangkan ole Wells dan kawan-
kawan. Berdasarkan atas presentasi klinis dan faktor risiko penderita dibagi menjadi tiga
kelompok seperti low, moderate dan high probability. Kelompok dengan high probability
mempunyai risiko thrombosis 85%, kelompok moderate probability mempunyai risiko
33% dan low probability mempunyai risiko 5%. Selanjutnya Wells dan kawan-kawan
mengelompokkan penderita hanya menjadi dua yaitu DVT unlikely jika skor ≤ 1 dan
DVT likely bila skor > 1.8.

24
2. D-dimer assay. D-dimer merupakan hasil dari degradasi cross-linked fibrin oleh plasmin.
Test ini menunjukkan aktivitas secara umum dari koagulasi dan fibrinolisis. Merupakan
biomarker yang terbaik dari suatu VTE. Kombinasi dari clinical probability model dan
test D-dimer dapat menyingkirkan sebanyak 25% pasien yang dengan gejala klinis
meyerupai DVT tanpa perlu pemeriksaan lebih lanjut.
3. Venous ultrasonography. Venous ultrasonography merupakan pemeriksaan pilihan pada
pasien dengan DVT likely. Bersifat non-invasive, aman, mudah didapat, dan relatif
murah. Kriteria ultrasonografi mayor adanya trombosis adalah gagalnya penekanan
lumen vena dengan tekanan yang cukup dengan probe USG. Keunggulan lain dari
venous ultrasound ini adalah dapat mendeteksi adanya Baker’s cyst, hematoma dalam
otot atau di daerah yang lebih superfisialis, lymphadenopathy, aneurisma femoralis,
tromboplebitis superfisialis dan abses.
4. Contras venography. Venography merupakan test definitif untuk DVT, tetapi sangat
jarang dikerjakan karena test non-invasive seperti D-dimer dan venous ultrasound cukup
baik dan akurat untuk mendiagnosis DVT. Prosedurnya meliputi pamasangan kanul pada
vena, penyuntikan kontras bisanya contrast noniodinated seperti Omnipaque. Pemberian
volume contrast yang cukup banyak yang dilarutkan dengan normal salin menghasilkan
test yang lebih baik.16 Tanda utama yang ditemukan pada thrombosis vena ini adalah
adanya filling defect pada vena. Tanda lainnya adalah adanya tanda-tanda putusnya
gambar kontrast pada vena tiba-tiba. Pemeriksaan trombosis dengan metode ini bersifat
invasive, nyeri, terpapar oleh radiasi dan risiko alergi oleh karena kontras.
5. Magnetic resnonance imaging (MRI). Cara ini sangat sensitif untuk mendiagnosis DVT
di daerah pelvis, DVT di daerah betis dan DVT didaerah extremitas atas. Cara ini baik
juga untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya pada pasien yang DVT. MRI
merupakan test pilihan untuk mendiagnosis DVT di daerah vena iliaka atau vena cava
inferior pada saat computed tomography venography merupakan kontraindikasi atau
diperkirakan secara teknik mengalami kesulitan.
Nanda Noc Nic
Gangguan perfusi Hasil yang diharapkan :  Observasi ekstremitas,
jaringan perifer b.d a. Menunjukkan perbaikan warna kulit, dan perubahan
penurunan aliran perfusi yang dibuktikan oleh suhu juga oedema
darah / statis vena adanya nadi perifer / sama,  Kaji ekstremitas, palpasi
(obstruksi vena warna kulit dan suhu normal, tegangan jaringan local,
sebagian / penuh ), tidak ada odema. regangan kulit

25
ditandai dengan : b. Peningkatan perilaku /  Tingkatkan tirah baring
oedema jaringan, tindakan yang meningkatkan selama fase akut
penurunan nadi perfusi jaringa  Tinggikan kaki bila
perifer, pengisian c. Menunjukkan ditempat tidur atau duduk,
kapiler, pucat, eritema peningkatan toleransi terhadap secara periodic tinggikan
aktifitas kaki dan telapak kaki
diatas tinggi jantung
 Lakukan latihan aktif dan
pasif sementara di tempat
tidur. Bantu melakukan
ambulasi secara bertahap.
 Peringatkan pasien untuk
menghindari menyilang
kaki atau hiperfleksi lutut
(posisi duduk dengan kaki
menggantung atau
berbaring dengan posisi
menyilang)
 Anjurkan pasien untuk
menghindari pijatan / urut
pada ekstremitas yang
sakit
 Dorong latihan nafas
dalam
 Tingkatkan pemasukan
cairan sampai sedikitnya
2000 ml/hari dalam
toleransi jantung
 Kolaborasi : pemberian
kompres hangat/basah atau
panas pada ekstremitas
yang sakit ; dan
antikoagulan
 Pantau pemeriksaan

26
laboratorium : masa
protrombin (PT), masa
tromboplastin partial
(PTT), masa tromboplastin
teraktifasi partial (APTT),;
darah lengkap
 Berikan dukungan kaus
kaki elastik setelah fase
akut, hati-hati untuk
menghindari efek tornikuet
 Siapkan intervensi bedah
bila diindikasikan
Nyeri b.d penurunan Hasil yang diharapkan :  Kaji derajat nyeri, palpasi
sirkulasi arteri dan Nyeri hilang / terkontrol, kaki dengan hati-hati
oksigenasi jaringan menunjukkan tindakan rileks,  Pertahankan tirah baring
dengan produksi / mampu tidur / istirahat dan selama fase akut
akumulasi asam laktat meningkatkan aktifitas  Tinggikan ektremitas yang
pada jaringan atau sakit
inflamasi, ditandai  Berikan ayunan kaki
dengan ; pasien  Dorong pasien untuk sering
mengatakan nyeri, mengubah posisi
hati-hati pada kaki  Pantau tanda vital : catat
yang sakit, gelisah peningkatan suhu
dan perilaku distraksi.  Kolaborasi : analgesik,
antipiretik, pemberian
kompres panas pada
ekstremitas
Kurangnya Hasil yang diharapkan:  Kaji ulang kemungkinan
pengetahuan tentang a. Menyatakan obat dan tekankan perlunya
program pengobatan pemahaman proses membaca label kandungan
berhubungan dengan penyakit, program obat yang dijual bebas.
kesalahan interpretasi pengobatan, dan  Identifikasi efek
informasi. pembatasan. antikoagulan selama
b. Mengidentifikasi memerlukan perhatian

27
tanda/gejala yang medis.
memerlukan evaluasi  Anjurkan perawatan kulit
medis. ekstremitas bawah.
c. Melakukan prosedur
dengan benar dan
menjelaskan alasan
tindakan.

D. THROMBOEMBOLISM
Thromboembolism adalah suatu formasi gumpalan (trombus) dalam pembuluh darah
yang lepas dan dibawa oleh aliran darah untuk menyumbat pembuluh darah. Trombus adalah
bekuan abnormal dalam pembuluh darah yang terbentuk walaupun tidak ada kebocoran.
Trombus merupakan massa seluler yang menjadi satu oleh jaringan fibrin. Trombus terbagi
menjadi 3, yaitu :
1. Trombus merah (trombus koagulasi), dimana sel sel trombosit dan leukosit tersebar rata
dalam suatu massa yang terdiri atas eritrosit dan fibrin. Trombus ini biasanya terdapat
dalam vena.
2. Trombus putih (trombus aglutinasi), terdiri atas fibrin dan lapisan trombosit, leukosit
dengan sedikit eritrosit. Trombus ini biasanya terdapat dalam arteri.
3. Trombus campuran

Trombus vena adalah deposit intravaskuler yang tersusun atas fibrin dan sel darah
merah disertai berbagai komponen trombosit dan leukosit. Sedangkan, Trombosis adalah
pembentukan suatu massa abnormal yang berasal dari komponen darah (trombus) di dalam
pembuluh darah. Trombosis atau gumpalan yang terjadi baik pada pembuluh darah vena
maupun arteri disebut dengan istilah thromboembolism vena atau Venous Thromboembolism

28
(VTE).

Venous Thromboembolism (VTE) adalah suatu penyakit pembuluh darah yang dapat
mengancam nyawa penderitanya yang dipicu oleh faktor pembekuan darah yang tidak
normal. Secara klinis, penyebab penyakit Venous Thromboemlism (VTE) tidak diketahui dan
sulit di diagnosis [ CITATION Sar14 \l 1057 ]. Pada dasarnya, Venous Thromboembolism
(VTE) merupakan sumbatan aliran darah karena adanya bekuan darah (trombus). Jika
sumbatan terjadi pada vena bagian dalam, maka dapat mengakibatkan terjadinya Deep Vein
Thrombosis (DVT) yang biasanya mengenai bagian kaki atau tungkai.
Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi dimana trombus terbentuk pada
vena dalam terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah dapat menghambat darah
dari tungkai bawah ke jantung, yang fatal jika sumbatan di pembuluh darah paru atau jantung
[CITATION Riz12 \l 1057 ].
Berikut beberapa faktor-faktor pembekuan darah :
1. Faktor I : Fibrinogen
2. Faktor II : Prothrombin
3. Faktor III : Jaringan thromboplastin
4. Faktor IV : Kalsium
5. Faktor V : Proaccelerin
6. Faktor VII : Proconvertin
7. Faktor VIII : Antihemophilic
8. Faktor IX : Tromboplastin plasma komponen
9. Faktor X : Stuar-power factor
10. Faktor XI : Plasma thromboplastine antecedent (PTA)
11. Faktor XII : Faktor Hageman
12. Faktor XIII : Faktor stabilisasi fibrin

Etiologi. Thromboembolism merupakan suatu keadaan terjadinya penggumpalan

29
(trombosis) dalam pembuluh darah. Trombosis juga dapat dikatakan sebagai proses
tersumbatnya aliran darah akibat adanya bekuan darah. Thromboembolism disebabkan oleh :
1. Tindakan operasi. Pada saat tindakan operasi thromboembolisme dapat terjadi karena
adanya penurunan aktivitas fibrinolitik pada 24 jam pertama sesudah operasi, terlepasnya
plasminogen jaringan ke dalam sirkulasi darah karena trauma pada waktu operasi,
operasi di daerah tungkai yang menimbulkan kerusakan vena secara langsung pada
daerah tersebut, serta terjadinya statis aliran darah karena immobilisasi selama periode
preoperatif, operatif, dan post operatif.
2. Kehamilan dan persalinan. Selama trimester ketiga kehamilan terjadi penurunan aktivitas
fibrinolitik dan statis vena yang disebabkan oleh bendungan dan peningkatan faktor
pembekuan VII, VIII, dan IX. Pada permulaan proses persalinan terjadi pelepasan
plasenta yang menimbulkan lepasnya plasminogen jaringan ke dalam sirkulasi darah
sehingga terjadi peningkatan koagulasi darah.
3. Infark miokard, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang melepaskan plasminogen
yang mengaktifkan proses pembekuan darah dan adanya statis aliran darah karena
istirahat total.
4. Immobilisasi yang lama dan paralisis ekstremitas menimbulkan statis aliran darah yang
mempermudah timbulnya trombosis vena
5. Obesitas dan varices, yang dapat menimbulkan statis aliran darah dan penurunan
aktivitas fibriolitik yang mempermudah terjadinya trombosis vena.

Selain itu, thromboembolism juga kebanyakan terjadi pada orang yang memiliki
faktor risiko pembekuan darah seperti merokok, penyakit jantung (gagal jantung), hipertensi,
kanker (kanker pankreas, kanker ovarium, kanker paru-paru), dan aterosklerosis
(penumpukan plak lemak dalam pembuluh darah). Adapun tanda dan gejala yang dapat
muncul pada penderita thromboembolism, yaitu :
1. Laju denyut jantung meningkat
2. Nyeri saat bergerak (kaki)
3. Pingsan
4. Sesak nafas
5. Batuk (berdarah)
6. Nyeri dada
7. Perubahan warna pada daerah yang terkena

Patofisiologi. Emboli merupakan suatu kondisi dimana aliran darah pada arteri

30
tersumbat oleh objek asing, seperti gumpalan darah atau gelembung udara. Sebagian besar
emboli terdiri dari sel-sel darah beku. Embolus adalah partikel yang bergerak di pembuluh
darah, baik pada pembuluh darah vena ataupun arteri. Bekuan darah disebut dengan trombus
dan gumpalan darah beku yang bergerak disebut thromboembolism.

Thromboembolism terjadi ketika seseorang menjadi lumpuh dan otot tidak


berkontraksi untuk mendorong darah balik ke jantung sehingga darah menjadi tergenang.
Darah yang tergenang ini mulai membentuk gumpalan-gumpalan kecil disepanjang dinding-
dinding vena. Kemudian, gumpalan darah tersebut secara berangsur-angsur menghambat
sebagian atau secara keseluruhan pada vena dan mencegah darah kembali ke jantung.
Berdasarkan Triad of Virchow, throboembolism dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1. Statis vena.
2. Kerusakan vaskular.
3. Hiperkoagulabilitas.

Penyebab thromboembolism juga dikatakan multifaktorial, dari tiga faktor tersebut


juga dipengaruhi oleh beberapa variabel dari masing-masing individu. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pada tempat-tempat dimana aliran darah lambat, seperti daerah
sinus, di belakang katup vena, dan pada tempat percabangan dari vena-vena, tempat ini paling
berisiko untuk terjadinya trombosis.

Thromboembolism juga dapat terjadi jika statis vena terjadi dalam waktu yang lama ,
seperti pada pasien yang immobilisasi pada jangka waktu yang lama sangat berisiko untuk
terjadinya trombosis vena [ CITATION MDS11 \l 1057 ]. Kecenderungan terjadinya
thromboembolism, apabila aktivitas darah meningkat atau aktivitas fibrinolisis menurun.
Thromboembolism vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktivitas pembekuan darah
meningkat, seperti pada hiperkoagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi protein C, dan
kelainan plasminogen.

Adapun pemeriksaan penunjang untuk mengetahui terjadinya thromboembolism,


yaitu :
1. Tes D-Dimer, untuk mendeteksi gumpalan darah yang sudah terurai dan
memasuki aliran darah

31
2. USG Doppler, untuk memeriksa aliran darah (ada atau tidaknya hambatan
yang disebabkan oleh penggumpalan darah)

3. Angiografi, untuk melihat lebih detail kondisi pembuluh darah arteri yang
mengalami sumbatan dan kerusakan

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ketidakefektifan perfusi Tujuan : Observasi :
jaringan perifer b.d
Setelah dilakukan -Observasi ekstermitas
penurunan aliran darah/ statis
tindakan keperawatan terhadap warna.
vena.
selama 3x24 jam, Inspeksi adanya
diharapkan perfusi edema dari lipat paha
jaringan perifer kembali sampai telapak kaki,
efektif ukur, dan catat lingkar

32
Kriteria hasil : betis pada kedua kaki.

a).Nadi perifer dapat -Kaji pernapasan dan


diraba bunyi paru serta catat
keluhan-keluhan nyeri
b).Pengisian kapiler
pada dada
adekuat
Terapeutik :

-Berikan kompres
hangat lembab pada
ekstermitas yang sakit.

-Pertahankan tirah
baring.

Edukasi :

-Instruksikan pasien
untuk menggerakkan
ekstermitas.

-Anjurkan untuk
meninggikan tungkai
di atas level jantung
(10-20º).

Kolaborasi :

-Pantau pemeriksaan
laboratorium masa
protombin, masa
tromboplastin/Hb/Ht,
AST (SGOT).

-Kolaborasi dalam
pemberian
antikoagulan
menggunakan heparin.
2. Hambatan rasa nyaman Tujuan : Observasi :

33
:nyeri akut b.d penurunan Setelah dilakukan -Kaji derajat
sirkulasi arteri tindakan keperawatan ketidaknyamanan atau
selama 3x24 jam, nyeri dengan
diharapkan adanya melakukan palpasi
peningkatan rasa nyaman pada kaki.
dan nyeri berkurang.
-Pantau tanda vital :
Kriteria Hasil : catat peningkatan
suhu
a).Menunjukkan tindakan
rileks, mampu tidur atau Terapeutik :
istirahat
-Pertahankan tirah
b).Nyeri terkontrol baring.

-Tinggikan
ekstermitas yang sakit.

-Berikan kompres
hangat yang lembab
pada ekstermitas

Edukasi :

-Dorong pasien untuk


sering mengubah
posisi.

Kolaborasi :

-Berikan obat-obatan
sesuai dengan indikasi
(antiinflamasi)
3. Kurang pengetahuan tentang Tujuan : Observasi :
kondisi, program pengobatan
Setelah dilakukan -Kaji ulang
b.d kesalahan interpretasi
tindakan keperawatan kemungkinan interaksi
informasi, tidak mengenal
pasien diharapkan dapat obat dan tekankan
sumber informasi
mengetahui informasi perlunya membaca
terkait kondisi, program label kandungan obat

34
pengobatan. yang mungkin obat
tersebut dijual bebas
Kriteria Hasil :
Terapeutik :
a).Menyatakan
pemahaman proses -Jelaskan tujuan
penyakit, program pembatasan aktivitas
pengobatan dan dan kebutuhan
pembatasan keseimbangan
aktivitas/tidur.
b).Berpartisipasi dalam
proses pembelajaran -Selesaikan masalah
faktor pencetus yang
c).Mengidentifikasi tanda
mungkin ada, contoh :
dan gejala yang
tindakan yang
memerlukan evaluasi
memerlukan berdiri/
medis
duduk lama,
d).Melakukan prosedur
immobilisasi, dll.
dengan benar dan
Edukasi :
menjelaskan alasan
tindakan. -Anjurkan perawatan
kulit ekstermitas
bawah

Kolaborasi :

-Identifikasi efek obat


antikoagulan.

-Tekankan pentingnya
pemeriksaan lab.

35
Pengobatan thromboembolism dengan cara farmakologis dapat menggunakan
beberapa obat, sebagai berikut :
1. Obat antikoagulan (obat pengencer darah) yang berfungsi untuk memecah emboli dan
mencegah aliran darah dari gumpalan darah, seperti heparin, warfarin, dan aspirin dosis
rendah.
2. Obat trombolitik yang berfungsi untuk membantu tubuh untuk melarutkan bekuan darah
yang sudah terbentuk, seperti alteplase dan streptokinase.

Pengobatan thromboembolism dengan cara non farmakologis dapat dilakukan dengan


menggunakan perangkat kompresi dan stoking kompresi yang bertujuan untuk memastikan
darah tidak terbendung atau tertahan di kaki. Selain itu, thromboembolism dapat dicegah juga
dengan sering melakukan peregangan, pemijatan, dan menggerakkan otot kaki bagian bawah,
serta mengurangi faktor risiko yang bisa menyebabkan gumpalan darah, misalnya dengan
berhenti merokok dan mengontrol tekanan darah tinggi.
Asuhan Keperawatan

E. VARICOSE VEIN
Varicose veins atau varises adalah pembengkakan dan pembesaran pada vena.Varises

36
merupakan kelainan pembuluh darah yang merupakan salah satu manifestasi kutaneus dari
insufiensi vena kronik .Kelainan ini disebabkan oleh katup pembuluh darah yang tidak
menutup dengan baik sehingga menyebabkan perubahan tekanan atau perlambatan aliran
darah dan akhirnya menyebabkan dilatasi pada vena.Varises atau pembesaran vena, dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh ,tetapi paling sering terjadi pada bagian ekstremitas bawah
(tungkai dan kaki).Varicoses veins atau varises masih dianggap remeh oleh masyarakat
karena ditingkat mortalitas yang rendah.

Picture by Krista Garcia,Medium


Jenis-jenis varises :
 Varises ; Spyder Navy. Varises ini berbentuk seperti sarang laba – laba dan disebabkan
oleh paparan sinar matahari , suhu ( dingin atau panas ) , sedang hamil , keturunan,
kebiasaan menkonsumsi makanan berserat , rempah , dan pedas serta pengobatan
hormonal.
 Varises ; dalam kulit kaki
 Varises ; Varikosa Vena. Vena yang menonjol dari dalam kaki dan berliku-liku
Letak – letak pembesaran vena ;
 Extremitas Bawah : Tungkai dan Kaki
 Esofagus
Etiologi. Pembuluh vena memiliki katup satu arah yang berfungsi membuat darah
tetap mengalir satu arah.Katup ini sangat penting perannya.Katup ada di seluruh bagian
pembuluh darah. Bagian terjauh dari jantung adalah kaki,sehingga tekanan darah pada
pembuluh darah ekstremitas bawah semakin meningkat.Kegagalan dari struktur vena dan
katup pembuluh darah bisa menyebabkan hal yang serius yaitu varises. Varises terjadi ketika
vena tidak berfungsi dengan baik.Varises disebabkan oleh insufisiensi vena, aliran darah dari
kaki ke jantung tidak lancar sehingga terjadi penumpukan cairan di kaki (Vena). Varises

37
biasanya terjadi di area kaki karena pengaruh gravitasi membuat darah lebih sulit mengalir ke
bagian atas tubuh.Menurut The University of Chicago Medical Center, kondisi ini juga lebih
mungkin terjadi pada wanita usia 40-49 dan pria usia 70-70 serta lebih banyak dialami oleh
wanita dibanding pria.

Patofisiologi yang tepat masih diperdebatkan, tetapi ini melibatkan kecenderungan


genetik, katup yang tidak kompeten, dinding pembuluh darah yang melemah, dan
peningkatan tekanan intravena. Patofisiologi varises adalah stasis dan peningkatan tekanan di
vena yang dapat disebabkan oleh kelainan struktural ataupun biokimia pada pembuluh
darah. Faktor yang meningkatkan risiko timbulnya varises adalah riwayat keluarga, usia, jenis
kelamin, kehamilan, obesitas, dan faktor genetik.

Faktor pemicu varises ;


1. Kehamilan. Selama kehamilan, volume darah dalam tubuh meningkat untuk
mendukung pertumbuhan janin Namun, hal ini dapat memperbesar pembuluh darah di
kaki dikarenakan tekanan. Perubahan hormon selama kehamilan juga dapat berperan
dalam mengembangkan varises. Peningkatan hormon progesterone memperngaruhi
dinding vena.
2. Penuaan. Risiko varises meningkat dengan bertambahnya usia. Penuaan menyebabkan
keausan pada katup di pembuluh darah yang membantu mengatur aliran darah.
Akibatnya, sejumlah darah mengalir kembali dan mengumpul ke pembuluh darah
sehingga tak dapat mengalir ke jantung.
3. Berdiri atau duduk untuk waktu yang lama. Orang yang memiliki pekerjaan yang
membutuhkan waktu banyak untuk berdiri memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
varises . Hal ini terjadi karena tekanan aliran darah meningkat saat berdiri .
4. Obesitas. Kelebihan berat badan menambah tekanan pada pembuluh darah yang bisa
menyebabkan varises.

38
5. Genetik. Jika anggota keluarga kita memiliki varises, ada kemungkinan kita juga
berisiko mengalami hal yang sama.
Pengobatan. Vena jarang membutuhkan perawatan, tetapi jika terjadi pembengkakan,
nyeri, dan nyeri pada kaki, dan jika terdapat ketidaknyamanan yang cukup besar, pengobatan
tersedia. Pada kasus yang parah, varises bisa pecah, atau berkembang menjadi bisul varises di
kulit. Ini akan membutuhkan perawatan.Ada berbagai pilihan, termasuk pengobatan rumahan.

Metode pengobatan yang akan digunakan tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

 Kondisi pasien secara keseluruhan


 Ukuran dan posisi varises
 Tingkat keparahan varises.

Metode pengobatan varises disesuaikan berdasarkan tujuan pengobatannya seperti


untuk mengurangi gejala , meredakan nyeri,dan mencegah komplikasi. Metodenya berupa :
 Pemberian obat. Pemberian obat antiinflamasi seperti asam mefenamat dan ibuprofen
 Penggunaan stoking kompresi. Stoking kompresi memberi tekanan pada otot kaki dan
vena sehingga aliran darah lebih lancer. Tujuan penggunaan stoking ini adalah
meredakan nyeri dan pembengkakan.

 EVLT(Endovenous Theraphy Laser). Perawatan laser endovena (EVLT) adalah


prosedur yang menggunakan panas laser untuk mengobati varises.Selama EVLT,
panas yang dibuat menggunakan laser dikirim ke pembuluh darah melalui tabung tipis
dan fleksibel (kateter). Ini menutup aliran darah di pembuluh darah utama yang
bermasalah.

39
 Skleroterapi. Dilakukan dengan menyuntikkan cairan khusus sehingga pembuluh
darah mengempis. Tujuannya adalah meredakan nyeri dan pendarahan vena.

Selain perawatan diatas , masih banyak opsi untuk menangani varises. Pilihan
perawatan konservatif termasuk kompresi eksternal;
 Modifikasi gaya hidup
 Seperti menghindari berdiri dan mengejan dalam waktu lama
 Olahraga
 Mengenakan pakaian nonrestrictive
 Modifikasi faktor risiko kardiovaskular
 Dan intervensi untuk mengurangi edema perifer; ketinggian kaki yang terkena
 Penurunan berat badan

Asuhan keperawatan
Pengkajian preoperasi
Pengkajian focus preoperative meliputi :

a. Identitas : kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria

40
5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan
simtomatik pada waktu kehamilan.

b. Alasan masuk rumah sakit : kosmetik, gejala simtomatik lainnya seperti : kelelahan dan
sensasi berat, kram, nyeri , odema, perdarahan spontan/akibat trauma dan
hiperpigmentasi.

c. Riwayat penyakit

1. Profokatif, pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena

2. Kualitatif, kuantitatif, semakin berat

3. Regio ekstremitas bawah (kedua kaki)

4. Severity, sakitnya mengganggu kosmetik dan aktivitas sehari-hari (kelelahan dan


sensasi berat, kram, nyeri , odema)

5. Time, semakin hari semakin berat dan bertambah besar

d. Riwayat atau factor-faktor resiko :


1.  Kelemahan congenital/tidak adanya katup
2.  Pekerjaan yang nmengharuskan berdiri/duduk dalam waktu lama tanpa kontrasi otot
intermettentrauma langsung ke katup vena perforantes
3.  Kehamilan atau kelainan hormonal
4.  Riwayat keluarga dengan varises vena

e. Pemenuhan pola kebutuhan sehari-hari :


1.  Persepsi. Perawat bertanggung jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang
infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan
kemungkinan komplikasi), yang kemudian diberitahukan kepada ahli bedah apaakah
diperlukan informasi lebih banyak (informed consent). Pengalaman pembedahan
masa lalu dapat meningkatkan kenyamanan fisik dan psikis serta mencegah
komplikasi.
2.  Status nutrisi. Secara langsung mempengaruhi respon pada trauma pembedahan dan
anestesi. Sebelumnya  perlu masukan karbohidrat dan protein untuk  keseimbangan
nitrogen negative. Puasa perlu dipersiapkan 8 jam sebelum operasi.
3.  Status cairan dan elektrolit. Klien dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
cendrung mengalami komplikasi syok, hipotensi, hipoksia dan distritmia baik
intraoperasi dan paska operasi.

41
4.  Status emosi. Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan
tergantung pengalaman masa lalu, strategi koping, system pendukung dan tingkat
pembedahan. Kebanyakan klien yang mengantisipasi mengalami pembedahan
dengan anssietas dan ketakutan.ketidakpastian prosedur pembedahan menimbulkan
ansietas, nyeri, insisi dan imobilisasi.
f.  Pemeriksaan fisik
Status lokalis :
1. Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki
2. Keluhan sakit dangkal, kelelahan, kram, dan kaki berat, khsusnya setelah berdiri
lama
3. Pigmentasi kecoklatan pada kulit
4. Bengkak, yang secara umum berkurang dengan peninggian tungkai
g.  Pemeriksaan diagnostik
1.  Venogram menunjukkan lokasi pasti dari varises kedua vena superficial dan dalam.
2.  Test  perfthes (klien berdiri sampai vena varikosa tampak dan digambar)
h.  Diagnosa keperawatan
1.  Praoperasi : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam
tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang
diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
2.  Inoperasi :
-  Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari
ligasi dan pemotongan vena
-  Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks
sekunder ligasi dan pemotongan vena
3.  Paskaoperasi :
-  Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi
sekunder intubasi
-  Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada jaringan dan saraf

Perencanaan
1.  Praoperasi : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman tentang
operasi informasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan
kemungkinan komplikasi).
Tujuan : Cemas berkurang

42
Kriteria :
-      Klien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
-      Klien tenang dan tidak gelisah

INTERVENSI RASIONAL
1.  Ciptakan saling percaya 1.   Dasar untuk menemukan dan
2.  Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas pemcehan masalah.
2.   Perasaan cemas yang diungkapakan
pada orang yang dipercaya akan
3.  jawab pertanyaan yang berhubungan dengan memberikan dampak lega dan merasa
penatalaksanaan keperawatan dan perawatan aman.
medis 3.   Pertanyaan yang dijawab dan
4.  Selesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke dimengerti akan mengurangi rasa
kamar operasi cemasnya.
5.  meminimalkan keributan di lingkungan 4.   Persiapan yang matang dapat
6.  Orientasikan pada ruang operasi (ulangi menengkan suasana lingkungan
informasi untuk memungkinkan penyerapan) sebelum operasi.
7.  Pemantauan psikologis klien 5.   Lingkungan rebut memuat stress.
6.   Lingkungan yang dimengerti akan
8.  Tunjukkan perhatian dan sikap mendukung mendorong kenyamanan dan keamanan
klien.
9.  Beri penjelasan singkat tentang prosedur operasi 7.   Tingkat kecemasan intoleran akan
mengganggu pelaksanaan operasi dan
anestesi.
10.              Beri reinforcement terhadap pernyataan 8.   Support system meningkatkan
yang positif dan mendukung mekanisme koping klien dalam
menghadapi masalah.
9.   Penjelasan tentang informaasi seputar
bedah memberikan informasi yang
positif dan pengalaman persiapan diri
dalam pembedahan.
10.   Reinforcement meberikan dorongan
system social untuk meningkatan
koping mekanisme.

43
11.  

4.  Intraoperasi :
-  Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan
pemotongan vena
Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik
Kriteria :
-      Penurunan edema
-      Ekstremitas hangat
-      Nadi pedalis dapat diraba
INTERVENSI RASIONAL
Pantau status neurovaskuler setiap 15 menit 1.   Pencatatan perdarahan selama operasi
< 250 cc, pulsasi nadi pedalis
merupakan data pendukung tentang
O Observasi tanda-tanda vital perfusi jaringan masih baik.
2.   Salah satu tanda penurunan pefusi
jairngan menurun adalah tensi menurun,
Balance cairan suhu akral dingin dan nadi meningkat.
3.   CAiran masuk dan perdarahan serta
output lainnya perlu diperhiutngkan
pa Pantau saturasi oksigen pada jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan balance
cairan
4.   Saturasi oksiegen > 95% menunjukkan
perfusi jaringan perifer masih baik.

-  Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder
ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : infeksi tidak terjadi
-          perdarahan dirawat
-          lapangan operasi bersih
INTERVENSI RASIONAL
1.   Persiapan operasi secara seaseptik dan antiseptic1.  Aseptik merupakan cara untuk

44
membuat ruang antikontminasi. Dan
alat-alat bersih dan tak terkontaminasi,
2.   DAsar doek operasi dilandasi dengan perlak, sehingga pajangan infeksi minimal.
plastic atau bahan lain yang kedap air 2.  Darah dan rembsean darah merupakan
media yang paling baik dalam
3.   Perwatan darah (kasa steril/penyedot cairan atau perkembangan kuman atau bakteri
darah) 3.  Darah bekas insisi, lligasi dibersihkan
untuk mencegah perdarahan yang
4.   Tambahkan doek diatas doek yang penuh tercecer, tromboplebitis.
dengan perdarahan 4.  Penambahan doek untuk mencegah
infeksi atau kontaminasi.

5.  Paskaoperasi :
-  Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder
intubasi
Tujuan : tidak terjadi aspirasi
Kriteria :
-      Jalan nafas lancar
-      Tidak ada tanda-tanda syok
-      Sekresi tidak ada
-      Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80, nadi 88 kali/menit, RR 16-20 kali/menit)

INTERVENSI RASIONAL
1.      Atur posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan 1. Poisis ini untuk meluruskan
miring kanan/kiri jalan nafas sehingga pemenuhan akan
oksigen terpenuhi dan jalan nafas bersih
dan lancer
2.      Kaji ekstubasi jalan nafas dan aspirasi 2. Lidah tertekuk dan muntahan
(muntahan atau lidakh tertekuk) dapat menghambat/membuntui jalan
3.      Observasi Tanda-tanda vital nafas.
3. Hipotensi, dyspneu dan apneu
4.      Bersihkan jalan nafas dengan slem suction merupakan tanda terjadinya syok.
4. Jalan nafas yang penuh dengan
secret peru dihilangkan untuk jalan

45
5.      Oritentasi klien dengan menggunakan nafas spontan paska ekstubasi.
observasi aldert. 5. Tingkat perkembangan paska
anestesi dapat dilihat dari aktivitas,
kesadaran, warna,

-  Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi
stripping
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria :
-          Klien tenang dan tidak menyeringai
-          Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri 1. Nyeri dapat diantisipasi klien
secara individualisme dan penanganan
2. Atur posisi yang baik dan nyaman yan berbeda
2. Posisi kaki lebih tinggi dari
badan 30o dapat mengurangi
peningkatan penekanan pada jaringan
3. Anjurkan klien nafas panjang dan dalam yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
3. Nafas panjang dan dalam
merelaksasi otot yang dioperasi dan
4. Observasi luka paskaoperasi terimobilisasi sehingga nyeri berkurang
4. Perhatikan stuwing yang
meningkat menghambat suplai oksigen
5. Terapi analgetik sehingga nyeri bertambah.
5. Analgetik merupakan obat anti
nyeri yang bekerja secara sentral atau
perifer/local.

Implementasi
Tindakan yang diberikan pada klien preoperasi, intraoperasi dan paska operasi berbeda-beda
sesuai tingkat pengalaman pembedahan masa lalu, umur, jenis operasi serta koping
mekanismenya, sehingga dalam penanganannya dari segi perawatan perlu dimodifikasi sesuai
dengan masalah dan sumber pendukung dan pemecahan masalah.

46
Evaluasi
Evaluasi ini dalam jangka waktu pendek yang dalam penanganannya dapat berupa masalah :
a. dapat diatasi
b. Dapat diatasi sebagian
c. Tidak dapat diatasi/tidak berhasil
F. ANEURISME AORTA
Aneurisma aorta adalah penyakit yang ditandai
dengan penggelembungan pada pembuluh darah aorta. Penggelembungan dapat terjadi pada
aorta di bagian perut, dada, atau keduanya. Aorta adalah pembuluh darah utama dan terbesar
di tubuh manusia. Pembuluh darah ini berfungsi untuk mengalirkan darah yang kaya akan
oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Aorta memiliki dinding yang tebal, sehingga dapat
mempertahankan bentuknya meskipun tekanan darah di dalamnya cukup tinggi.
Etiologi aneurisma aorta berupa proses degeneratif yang berhubungan dengan faktor
genetik. Proses ini lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia. Penuaan menghasilkan
perubahan kolagen dan elastin, yang menyebabkan melemahnya dinding aorta dan pelebaran
aneurismal. Menurut hukum Laplace, pelebaran luminal menghasilkan peningkatan tegangan
dinding dan lingkaran setan pelebaran progresif dan tekanan dinding yang lebih besar. Sekuel
patologis dari penuaan aorta juga termasuk fragmentasi serat elastis dan nekrosis medial
kistik. Etiologi pasti aneurisma bersifat multifaktorial. Walau demikian, terdapat kondisi
yang berkaitan dengan kedua aneurisma aorta tersebut, secara umum dapat dikelompokkan
menjadi 3: proses inflamasi, genetik, dan trauma.
1. Proses Inflamasi : Proses inflamasi yang diduga terkait dengan pembentukan aneurisma
aorta antara lain disebabkan oleh aterosklerosis, arteritis, serta infeksi. Aneurisma aorta
sering ditemukan bersamaan dengan adanya aterosklerosis, namun apakah aterosklerosis
berperan terhadap terjadinya aneurisma aorta atau kebetulan terjadi secara bersamaan masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. Sementara etiologi aneurisma aorta terkait infeksi,
umumnya terbagi 2: infeksi mikotik atau sifilitik. Sifilis dapat menyebabkan infeksi aorta
(aortitis sifilitik) yang menyebabkan destruksi tunika media yang berlanjut pada terjadinya
aneurisma. Sedangkan, Aneurisma mikotik terjadi akibat infeksi oleh organisme gram positif
seperti Staphylococcus aureus atau Streptococcus viridans. Bakteri tersebut akan menginvasi
tunika intima dan media yang menyebabkan terbentuknya abses dan pelebaran aneurisma
pada pembuluh darah

47
2. Genetik : Faktor genetik telah diketahui berperan sebagai salah satu etiologi dari aneurisma
aorta, mengingat adanya beberapa sindroma bawaan yang erat berhubungan dengan kejadian
aneurisma aorta, seperti:
- Sindrom Marfan: terjadi abnormalitas protein struktural aorta sehingga meningkatkan
risiko aneurisma aorta, khususnya aorta torakalis
- Sindrom Ehlers-Danlos tipe IV: menyebabkan defisiensi kolagen tipe III, sehingga
berisiko terbentuk aneurisma aorta di segmen mana pun
3. Trauma : Trauma yang berhubungan dengan kejadian aneurisma aorta adalah jenis trauma
tumpul yang menyebabkan robekan subintima aorta.
Patofisiologi aneurisma aorta bergantung pada jenisnya. Keduanya disebabkan oleh
faktor genetik tetapi studi menunjukkan faktor genetik keduanya tidak saling berhubungan.
Studi menunjukkan bahwa tidak ada overlap pada peta kelainan genetik kedua jenis
aneurisma tersebut. Efek kelainan genetik ini menyebabkan munculnya aneurisma aorta
berbeda antara aorta abdominalis dan aorta torakalis.

1. Patofisiologi Aneurisma Aorta Abdominalis

Patofisiologi aneurisma aorta abdominalis diawali gangguan protein struktural utama


aorta (elastin dan kolagen) di tunika media. Terjadi penurunan jumlah sel otot polos pada
lapisan tunika media, fragmentasi matriks ekstraselular, dan peningkatan ekspresi sitokin
proinflamasi dan matrix metalloproteinases (MMP), sehingga terjadi inflamasi lokal kronis
pada dinding aorta. Meskipun aneurisma merupakan dilatasi pada semua lapisan dari dinding
pembuluh darah, aneurisma aorta abdominalis berawal dari degenerasi tunika media. Oleh
karena tunika media berperan dalam kekuatan tegangan / tensile strength dan elastisitas aorta,
semua proses ini menyebabkan hilangnya integritas struktural aorta serta pelebaran lumen
pembuluh darah secara kronis.

48
2. Patofisiologi Aneurisma Aorta Torakalis

Patofisiologi aneurisma aorta torakalis didasari perubahan degeneratif pada dinding


aorta yang menyebabkan nekrosis medial kistik atau disebut sebagai “Erdheim’s cystic
medial necrosis”. Hal ini menyebabkan kerusakan pada kolagen dan elastin, hilangnya sel
otot polos, dan peningkatan substansi basofilik di tunika media yang merupakan lapisan
elastis aorta. Kerusakan aorta torakalis asendens umumnya paling dipengaruhi oleh nekrosis
medial kistik, sedangkan aneurisma torakalis desendens terutama akibat dari aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya sindrom koroner akut.
Melemahnya dinding aorta diperparah oleh peningkatan tegangan geser (shear stress),
terutama di aorta asendens. Segmen aorta ini paling sering terkena tekanan dari pompa
sistolik jantung serta gerak jantung dinamis yang ditransmisikan dari setiap siklus jantung.
Karena kelemahan dinding lokal menyebabkan dilatasi aorta, tegangan dinding meningkat
(dijelaskan oleh hukum Laplace, di mana tegangan dinding sama dengan jari-jari silinder
dikalikan dengan tekanan di dalamnya). Robekan kecil di lapisan intima aorta dapat
memungkinkan darah menembus lapisan medial, sehingga dapat menyebabkan diseksi aorta. 
Tujuan dari pengobatan aneurisma aorta adalah untuk mencegah semakin
membesarnya aneurisma dan mencegah pecahnya aneurisma. Jika ukuran aneurisma masih
kecil dan pasien tidak merasakan gejala apa pun, dokter meminta pasien melakukan kontrol
rutin untuk memonitor perkembangan aneurisma. Selain kontrol rutin, dokter juga dapat
memberikan obat-obatan untuk mencegah atau meminimalkan risiko pecahnya aorta.
Beberapa obat yang akan diberikan adalah:
1. Obat golongan statin, untuk menurunkan koleseterol dan mengurangi risiko terjadinya
penyumbatan aorta akibat aterosklerosis.
2. Obat penghambat beta atau beta blocker, untuk menurunkan tekanan darah dengan cara
memperlambat denyut jantung.
3. Obat penghambat reseptor angiotensin 2 (ARB), untuk menurunkan tekanan darah jika
obat penghambat beta tidak bekerja dengan efektif. Obat ini sering direkomendasikan pada
penderita sindrom Marfan.
Jika ukuran aneurisma sudah mencapai lebih dari 5,5 cm, dokter akan melakukan
operasi. Operasi juga akan disarankan bagi penderita yang memiliki riwayat diseksi aorta

49
atau sindrom Marfan dalam keluarga, meskipun ukuran aneurismanya masih kecil. Operasi
perlu dilakukan sebagai penanganan darurat jika aneurisma sudah pecah atau robek. Beberapa
jenis operasi untuk menangani aneurisma aorta adalah:
1. Bedah terbuka : Operasi ini dilakukan dengan cara membuang bagian aorta yang
menggelembung dan menggantinya dengan pembuluh darah yang baru (graft).
2. Bedah endovascular : Prosedur ini lebih tidak invasif. Operasi endovascular dilakukan
dengan cara memasang stent atau ring di bagian aneurisma dengan menggunakan kateter.
Stent berfungsi menguatkan dinding pembuluh aorta yang lemah dan mencegah pecahnya
pembuluh tersebut.

Diagnosa Keperawatan Aneurisma Aorta Abdominalis

1. Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan


Tujuan:  Setelah Dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam, nyeri tidak terjadi atau nyeri
berkurang
Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan hilangnya nyeri

- Melaporkan penurunan intensitas nyeri

- Ekspresi wajah rileks

- Tak ada merintih


Intervensi :

50
Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
Menentukan keadaan umum pasien
Pantau Tanda Tanda Vital Pasien
Selidiki keluhan nyeri dada, Perhatikan Dengan mengetahui faktor pemberat nyeri kita
awitan, lokasi, lamanya, intensitas (0-10) jadi bisa menurunkan/mengurangi tingkatan
dan faktor pemberat atau penurun. skala nyeri.
Berikan lingkungan yang tenang dan
Tindakan ini dapat menurunkan
tindakan kenyamanan, mis. Perubahan
ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
posisi, gosokan punggung, penggunaan
kompres hangat/dingin, dukungan
emosional.
Dapat menurunkan kebutuhan terapi
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
farmakologis dan mengalihkan/mengurangi
nyeri
Kaji karakteristik nyeri meliputi : lokasi,
Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga
durasi, intensitas nyeri dengan
dapat menentukan jenis tindakannya).
menggunakan skala nyeri.
Beri tahu dokter bila nyeri menetap atau Ini dapat menandakan progresi aneurisma dan
memburuk seperlunya intervensi pembedahan segera).
Kolaborasi
Berikan analgesik yang diresepkan dan Analgesik memblok jaras nyeri. Dosis besar
evaluasi keefektifan seperlunya. Namun narkotik dapat menutupi gejala-gejala
gunakan amanlgesik narkotik secara
hemat.(narkotik/non narkotik)

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri


Tujuan : Setelah Dilakukan tindakan keperawatan ...x 24 jam, pola nafas efektif kembali atau
tidak terjadi gangguan pola nafas
Kriteria Hasil :

- TTV dalam batas normal

- klien tidak tampak perubahan atau kesulitan dalam bernafas

- Pola tidur dan aktivitas klien tidak terganggu


Intervensi :
Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri Memantau perkembangan Respiration Rate

51
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi pernafasan (RR)
Pemberian oksigenasi dapat menurunkan
Lakukan oksigenasi frekuensi RR dan mempertahankan oksigen
arteri
Tinggikan kepala tempat tidur, Memudahkan ekspansi paru untuk
pertahankan posisi semi fowler. meningkatkan pengembangan paru
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
Untuk mengatasi masalah oksigenasi melalui
Kolaborasi dengan tim medis dalam
farmakologi.
pemberian terapi obat atau terapi medis
yang lainnya.

3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi 


Tujuan : Setelah Dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, perfusi jaringan kembali
normal atau berangsur-angsur membaik
Kriteria Hasil :

- Ektremitas hangat pada perabaan 

- Warna ektremitas membaik

- Mengalami pengurangan nyeri otot saat latihan

- Melakukan seri latihan Bueger Allen 6x, 4x sehari secukupnya

- Meninggikan akstremitas seperti yang dianjurkan

- Mengurangi edema ekstremitas

- Menghindari berdiri diam atau duduk lama

- Meningkatkan waktu yang diperlukan untuk berjalan secara bertahap

- Melindungi ektremitas terhadap pajanan dingin

- Tidak merokok

- Menggunakan program penatalaksanaan stress untuk meringankan gangguan emosi

- Menghindari pakaian dan asesori yang tepat

- Menghindari menyilang kaki

52
- Minum obat sesuai resep
Intervensi :
Intervensi Keperawatan Rasional
Menurunkan ekstremitas di bawah Ektremitas bawah yang tergantung memperlancar
jantung suplai darah arteri
Mendorong latihan jalan sedang atau Latihan otot memperbaiki aliran darah dan
latihan ekstermitas bertahap pertumbuhan sirkulasi kolateral
Mendorong latihan postural aktif Dengan latihan postural, pengisisan akibat
gravitasi terganggu sehingga pembuluh darah
menjadi kosong
Meninggikan ekstremitas di atas Peninggian ekstremitas melawan tarikan
jantung gravitasi, meningkatkan aliran balik vena dan
mencegah stasis vena
Melarang berdiri diam atau duduk Berdiri diam atau duduk lama menyebabkan
dalam waktu lama stasis vena
Mendorong pasien untuk berjalan- Berjalan-jalan memperbaiki aliran balik vena
jalan dengan mengaktivasi “pompa otot”
Menjaga suhu hangat dan Kehangatan memperbaiki aliran arteri dengan
menghindari suhu dingin mencegah efek vasokontriksi akibat dingin
Melarang merokok Nikotin menyebabkan vasopasme, yang
menghambat sirkulasi perifer
Memberikan penyuluhan cara Stress emosional menyebakan vasokonstriksi
menghindari gangguan emosi, perifer dengan menstimulasi system syaraf
menatalaksanakan stress simpatis
Mendorong menghindari pakaian dan Baju dan asesori yang ketat menghambat sirkulasi
asesori yang mengikat (mis; sabuk dan menyebakan stasis vena
pengaman yang terlalu ketat)
Mendorong untuk menghindari Menyilangkan kaki menyebabkan penekanan
menyilang kaki pada pembuluh darah dengan gangguan sirkulasi
yang diakibatkannya, menghasilkan stasis vena
Mendorong untuk mengihndari obat Vasodilator melemaskan otot polos, bahaan
Vasodilator dan, penyekat adrenergic adrenergic menyekat respons terhadap impuls sya
sesuai resep, dan pendekatan
keperawatan yang sesuai

53
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembuluh darah adalah sistem jalan raya yang rumit di mana darah mengalir. Arteri membawa
darah menjauh dari jantung, sementara pembuluh darah membawa darah kembali ke jantung.
Tromboflebitis merupakan peradangan pada permukaan pembuluh darah (vena) yang disertai dengan
pembekuan darah. Varicose vein atau varises adalah suatu keadaan vena normal yang mengalami
dilatasi akibat pengaruh peningkatan tekanan vena. Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis
vena dalam adalah penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam.
Thromboembolism adalah suatu formasi gumpalan (trombus) dalam pembuluh darah yang lepas dan
dibawa oleh aliran darah untuk menyumbat pembuluh darah. Aneurisma aorta adalah penyakit
yang ditandai dengan penggelembungan pada pembuluh darah aorta.

B. Saran

Meskipun kelompok menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan kelompok. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. L., Suega, K., & Bakta, I. M. (2013). TROMBOSIS VENA DALAM.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) XXI 2013.

Atkin L (2019) Venous leg ulcer prevention 1: identifying patients who are at risk. Nursing

Times [online issue]; 115: 6, 24-28.

Andriani, R., & Wahid, I. (2018). Defisiensi Protein S pada Trombosis Vena Dalam. Jurnal

Kesehatan Andalas. From http://jurnal.fk.unand.ac.id

Anonim. (n.d.). ACADEMIA. From TROMBOFLEBITIS:

https://www.academia.edu/38619038/DEFINISI_ETIOLOGI_PATOFISIOLOGI_DA

N_ASUHAN_KEPERAWATAN_TROMBOFLEBITIS

Aryanto, B. (2014, Agustus 16). Scribd. From WOC Tromboflebitis:

https://www.scribd.com/doc/236952440/WOC-TROMBOFLEBITIS

Brazier,Y.(2017).What can I do about varicose veins?.Medical News Today

Endovenous Laser Treatment (EVLT) for Varicose Veins .Mount Nittany Health.

HONESTDOCS EDITORIAL TEAM. (2019, Februari 22). Emboli: Gejala, Penyebab,

Pengobatan, dan Pencegahan. honestdocs. (D. A. Muhlisin, Ed.) Retrieved September

25, 2020 from https://www.honestdocs.id/emboli.amp

Indonesia, U. (2018, Oktober 24). Asuhan Keperawatan Aneurisma Aorta Abdominalis Part

2. From Perawat Kita Satu: https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-

keperawatan-aneurisma-aorta.html?m=1

MD, S. F. (2011). Pembedahan pada Trombosis Vena Dalam. Departement of Surgery,

Division of Thorax & Cardiovascular Surgery. Faculty of Medicine, Diponegoro

University. From http://libmed.ugm.ac.id/download.php%3file%3Dpsd%255Epdf

Nurin, F. (2019, November 25). Emboli. (d. M. Yosia, Ed.) helloSEHAT. Retrieved

September 25, 2020 from https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/emboli-adalah/

55
Pratiknyo, K. A. (2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Varises. Retrieved

September 27, 2020 from

http://eprints.undip.ac.id/55145/2/Kuncoro_Adii_Pratiknyo_22010111140198_Lap.K

TI_Bab1.pdf

Raetz ,J.,Wilson,M.,& Collins, K.(2019). Varicose Veins: Diagnosis and Treatment.Am Fam

Physician,99,686-688

Rizal, A. D. (2012). Pengaruh Pembekuan Pemberian Heparin Intravena sebagai Profilaksis

Deep Vein Thrombosis terhadap Kadar Fibrinogen. Program Pendidikan Sarjana

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Retrieved September 26, 2020 from

https://core.ac.uk/download/pdf/11735709.pdf

Sari Etika, E. M., Diba, F. D., Said, M. R., Septalia, Arsela, D., & Florencia, R. (2014).

Makalah Farmakoterapi Venous Thromboembolism. Program Studi Farmasi

Universitas Sriwijaya. (M. R. Said, Ed.) SCRIBD. From

https://id.scribd.com/doc/223468107/VENOUS-THROMBOEMBOLISM-FIX-bgt-1-

docx

Sumber berita dari Dr.  Gabor Kovacs, M.D., F.A.C.S.(How to treat varicose veins.Vein care

center of Amelia Island.)

Willy, d. T. (2018, July 17). Tromboflebitis. From Alodokter:

https://www.alodokter.com/tromboflebitis

56
PATHWAY THROMBOPHLEBITIS

57
PATHWAY DVT

58
PATHWAY THROMBOEMBOLISM

59
PATHWAY VARICOSE VEIN

60
PATHWAY ANEURISME AORTA

61
62

Anda mungkin juga menyukai