1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN KASUS HALUSINASI
RUMAH SAKIT JIWA Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Mengetahui,
Kepala Ruangan Garuda
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Asuhan
Keperawatan Jiwa”
Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik ataupun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya, dan kelompok pada khususnya.
3
Lawang, 5 November 2022
Tim Penyusun
4
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
DAFTAR ISI..............................................................................................................................4
bab I PENDAHULUAN............................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................6
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI............................................................7
A. DEFINISI HALUSINASI...............................................................................................7
B. JENIS HALUSINASI.....................................................................................................7
C. TANDA DAN GEJALA.................................................................................................8
D. ETIOLOGI......................................................................................................................9
E. Rentang Respon............................................................................................................10
F. PATHWAY...................................................................................................................12
G. FASE HALUSINASI....................................................................................................12
BAB III ITINJAUAN KASUS................................................................................................15
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................15
I. IDENTITAS KLIEN.....................................................................................................15
II. ALASAN MASUK...................................................................................................15
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI).........................16
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI).......................16
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit).................................18
VI. PEMERIKSAAN FISIK........................................................................................19
VII. STATUS MENTAL...............................................................................................20
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG................................................................25
IX. MEKANISME KOPING...........................................................................................27
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN.................................................27
XI. ASPEK PENGETAHUAN........................................................................................27
XII. ASPEK MEDIS........................................................................................................28
B. ANALISA DATA.........................................................................................................29
C. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................30
D. POHON MASALAH....................................................................................................30
5
Effect....................................................................................................................................30
Cause....................................................................................................................................30
E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................31
F. Intervensi Keperawatan.................................................................................................32
Kriteria Evaluasi...................................................................................................................32
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................43
A. KESIMPULAN................................................................................................................43
B. SARAN............................................................................................................................43
daftar pustaka...........................................................................................................................44
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampumengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Sertamempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study
terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara)negara berkembang, sekitar
76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama
(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang demikiantinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada
dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes) ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4% dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layananuntuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin
berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya
kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk /ndonesia
mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Jelaskan klasifikasi halusinasi
3. Jelaskan tanda dan gejala dari halusinasi
4. Jelaskan etiologi halusinasi
5. Jelaskan rentang respon halusinasi
6. Jelaskan pohon masalah halusinasi
7. Jelaskan penatalaksanaan halusinasi
8. Jelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien halusinasi
7
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari halusinasi
2. Untuk mengetahui klasifikasi halusinasi
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari halusinasi
4. Untuk mengetahui etiologi halusinasi
5. Untuk mengetahui rentang respon halusinasi
6. Untuk mengetahui pohon masalah halusinasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan halusinasi
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien halusinasi
8
BAB II
A. DEFINISI HALUSINASI
Halusinasi adalah persepsi pasien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya pasien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan
dari luar (Stuart, 2017). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). pasien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan
yang nyata. Sebagai contoh pasien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada
orang berbicara.
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran
yang saling terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system
pengindraan. Menurut (Ermawati Dalami ,2019).Halusinasi merupakan pengalaman
panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-
suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari,
2015).
B. JENIS HALUSINASI
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi.Pikiran yang terdengar dimana pasien mendengar perkataan bahwa
pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, atau mesin,
barang, kejadian alamiah dan music keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun
(Maramis, 2015). Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai pasien
sehingga pasien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2008).
c. Penglihatan
9
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
d. Penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidung sering akibat stroke, tumor,
kejang, atau dimensia.
e. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
f. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mata atau orang lain.
g. Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urin.
h. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
10
D. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Menurut (Yosep. 2012) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah :
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terggangu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentang terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurotransmitter otak.
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptive baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut :
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbic berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah pada system reseptor dopamine dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
pasien dengaan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
antropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
11
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2017), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
E. Rentang Respon
Rentang respon neurobiologis menurut Stuart dan Laria, 2001 :
Keterangan Gambar :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatau masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
12
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
b. Respon psikososial meliputi :
1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulakan gangguan.
2. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3. Emosi berlebihan atau berkurang.
4. Perilaku tidak biasa adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladaptife
Respon maladaptife adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptife meliputi :
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial.
2. Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah ata persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang ngatif mengancam.
13
F. PATHWAY
G. FA
SE
HALUSINASI
14
yang dipersepsikan. meningkat
pasien mungkin - penyempitan
mengalami kemampuan untuk
dipermalukan oleh
konsentrasi
pengalaman sensori
dan menarik diri dari - Asyik dengan
orang lain. Psikotik pengalaman
Ringan sensori dan
kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan
realita
15
yang kompleks
- Tidak mampu
merespon > 1
orang
16
BAB III
ITINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr. F
Umur : 25 Tahun
Alamat : Malang
Pendidikan : SMU
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
JenisKel : Laki-laki
No CM : 1467xx
17
Pasien selalu senyum senyum sendiri dan berkata menggelitik. Pasien lebih sering
menunduk dan susah untuk berkonsentrasi.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Pasien dibawa ke IGD RSJ RW pada tanggal 24/11/22 karena memukul dan
melempar kakanya dengan gelas. Dan klien dirumah mengatakan sering mendengar
bisikan yang tidak jelas. Klien dirumah jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar
karena merasa tetangganya semua jahat dan selalu mengejek klien sehingga membuat
klien marah. Klien juga sering menjual barang barang di rumah untuk membeli rokok.
18
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Tidak
Jika ya jelaskan :
Pasien tidak memiliki penyakit fisik tumbuh kembang
Diagnosa Keperawatan :-
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan pernah mencoba obat penenang bermerk DOUBLE L
Diagnosa Keperawatan :-
3. Upaya yang dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan :
Pasien tidak melakukan rehabilitasi
Diagnosa Keperawatan :-
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
Ada
Jika ada :
Hubungan keluarga : bude / kakak dari ayah
Gejala :
Riwayat pengobatan:
Diagnosa Keperawatan :-
19
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram
25
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Menikah
: Keturunan
: Tinggal serumah
× : Meninggal
Jelaskan :
Pasien mengatakan anak terakhir dari 9 bersaudara yang semuanya laki laki.
Orang tua pasien keduanya telah meninggal. Pasien dekat dengan salah satu kakak
kandungnya. Pola komunikasi sedikit tertutup. Pola asuh yang tidak terlibat. Dan
untuk pengambilan keputusan dilakukan oleh saudara nomer 2.
Diagnosa Keperawatan :-
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh :
Pasien bangga dengan dirinya dengan bercerita bahwa dirinya murah senyum.
b. Identitas :
- Pasien menjawab dirinya laki laki
- Anak terakhir dari 9 bersaudara
20
- Dan berusia 25 tahun
c. Peran :
Mengetahui perannya sebagai anak.
d. Ideal diri :
Harapan pasien ingin dapat bekerja sebagai analis.
e. Harga Diri :
Pasien jarang berkomunikasi dengan orang lain dan sulit memulai
pembicaraan dengan orang lain karena malu.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang paling berarti/terdekat
Di rumah : cukup baik, tetapi terkadang merasa tetangganya jahat
Di RSJ : pasien tidak mau bergaul dan bersosiali dengan teman sekamar.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dab hubungan sosial
- Pernah mengikuti karang taruna
- Tetapi sejak di PHK jarang berinteraksi dengan tetangga.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien enggan bercerita dengan teman se RSJ tampak lebih banyak diam,
tidak pernah memulai pembicaraan.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Agama :
Px mengatakan beragama islam. Jarang melakukan sholat 5 waktu.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa :
Px mengatakan bahwa orang yang dibawa di RSJ itu orang yang sakit kepala
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : K/U baik, pasien sering melamun,tidak fokus ketika diajak
berbicara, sering berbicara sendiri, tersenyum sendiri.
2. Kesadaran ( Kuantitas) : Composmentis, GCS : 4-5-6
3. Tanda-tanda vital:
TD (Tekanan Darah) : 100/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,2 C
Pernafasan: 20 x/menit
21
4. Ukur
BB: 60 Kg
TB: 160 cm
5. Keluhan Fisik
Jelaskan : Px mengatakan mengeluh otot kadang tertarik dan lutut kadang
terasa nyeri
Diagnosa Keperawatan:-
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan (Penampilan usia, cara pakaian, kebersihan)
Jelaskan: penampilan sesuai usia, berpakaian lengkap, terlihat cukup bersih.
Diganosa Keperawatan :-
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter)
Jelaskan :
- Frekuensi : lambat, terlalu banyak berpikir
- Volume : pelan
- Jumlah : sedikit
- Karakter : kata kata bersambung
Diagnosa Keperawatan:-
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia, hipoaktifitaS
Sub stupor katatonik
Jelaskan : pasien lebih banyak diam, jarang bergerak meskipun pada saat
senam.
Peningkatan :
Stereotipi
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan :
4. Mood dan Afek :
a. Mood
Jelaskan : pasien berekpresi datar namun sering menunduk saat
berkomunikasi
b. Afek
Tumpul/dangkal/datar
22
Labil
Jelaskan : respon pasien datar
Dignosa Keperawatan :
5. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang
Jelaskan: pasien mau menjawab pertanyaan perawat, namun sulit fokus,
sering menunduk dan kontak mata kurang.
Diagnosa Keperawatan:-
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
Pendengaran
b. Ilusi
Tidak ada
Jelaskan : Px mengatakan mendebgar bisikan tetapi tidak menjelaskan apa
yang didengar. Pasien sering tersenyum sendiri dan berkata menggelitik.
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Blocking
Afasia
Jelaskan :pada saat pengkajian pembicaraan pasien sering berbelit-belit
tidak sampai dengan tujuan pembicaraan, dan juga saat ditengah-tengah
pembicaraan pasien sering terhenti secara tiba-tiba.
b. Isi Pikir
Pikiran curiga
Jelaskan : pasien merasa takut berbicara dengan orang baru
c. Bentuk pikir :
Non realistik
25
Berat badannya stabil selama di RSJ
Diagnosa Keperawatan :
c. Tidur
1) Istirahat dan Tidur
Tidur siang, lama : 11.00 s/d 13.00
Tidur malam, lama : 21.00 s/d 03.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : minum obat, semua kegiatan di dalam
ruangan.
Jelaskan : px mengatakan tidak ada gangguan tidur, px tidur nyenyak, px
tidur mulai siang pukul 11.00-13.00, tidur malam 21.00-03.00
2) Gangguan tidur
Jelaskan : Px mengatakan tidak mengalami gangguan tidur
Diagnosa Keperawatan :
3. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Px mengatakan sebalum masuk RSJ bisa memenuhi ADL Sehari-Hari
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Px mengatakan ketika di RSJ mematuhi semua peraturan yang ada,dan
pasien belum mampu mengambil keputusan sendiri
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatannyasendiri.
Px hanya mematuhi perintah-perintah perawat ketika disuruh minum obat
Diagnosa Keperawatan :
4. Sistem pendukung ya tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan : keluarga mendukung penuh atas kesembuhan px dengan
membawa px berobat ke RSJ.
Diagnosa Keperawatan :
26
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan : pasien mengatakan ketika ada masalah pasien tidak pernah bercerita dengan
orang tuanya, dan saat ini pasien lebih sering menyendiri dan takut berientraksi dengan
orang lain.
Diagnosa Keperawatan : koping tidak efektif
Apakah pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal ?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaan faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya, apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya, masalah tsb :
27
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Penatalaksanaan
Jelaskan : px mengatakan tidak mengetahui tentang gangguan jiwa, faktor yang
menyebabkan kambuhnya gangguan jiwa dan gejala-gejalanya sehingga perlu diberikan
tambahan pengetahuan tentang gangguan jiwa, obat-obatnya yang perlu diminum serta
terapi yang harus dijalani.
Diagnosa Keperawatan : pengetahuan kurang
28
B. ANALISA DATA
D. POHON MASALAH
Core Problem
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Cause
Isolasi sosial
29
E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
30
F. Intervensi Keperawatan
No. Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Halusinasi TUM: pasien dapat membina hubungan saling 1. Bina hubungan saling percaya dengan
pasien tidak percaya dengan perawat dengan kriteria hasil: menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
mencederai diri Membalas sapaan perawat (sapa klien, perkenalkan diri, tanyakan
sendiri/ orang lain Ekspresi wajah bersahabat dan senang nama, jelaskan maksud dan tujuan, berikan
ataupun lingkungan Ada kontak mata perhatian)
TUK 1: Mau berjabat tangan 2. Beri kesempatan pada pasien untuk
pasien dapat Mau menyebut tangan mengungkapkan perasaannya
membina hubungan Mau menyebutkan nama
saling percaya
pasien mau duduk berdampingan dengan
dengan perawat
perawat
pasien mau mengutarakan masalah yang
dihadapi
TUK 2: pasien dapat mengenali halusinasinya dan 1. Adakan kontak sering dengan singkat secara
pasien dapat kriteria hasil: bertahap
mengenali pasien dapat menyebutkan waktu 2. Tanyakan apa yang didengar dari
halusinasinya timbulnya halusinasinya halusinasinya
pasien dapat mengidentifikasi kapan 3. Tanyakan kapan halusinasinya datang
frekuensi situasi saat terjadi halusinasi 4. Bantu pasien mengenal halusinasinya
pasien dapat mengungkapkan Tanyakan apa yang didengar
perasaannya Katakan bahwa perawat percaya pasien
mendengar suara itu, namun perawat
tidak
Katakan bahwa perawat akan membantu
5. Tanyakan isi halusinasinya
6. Diskusikan dengan pasien apa yang
31
dirasakan jika terjadi halusinasi
TUK 3: pasien dapat mengontrol halusinasinya 1. Identifikasi bersama pasien tindakan yang
pasien dapat dengan kriteria hasil: biasa dilakukan jika terjadi halusinasinya
mengontrol pasien dapat mengidentifikasi tindakan 2. Diskusikan manfaat dan cara yang
halusinasinya yang dilakukan untuk mengendalikan digunakan klien, jika bermanfaat berikan
halusinasinya pujian
pasien dapat menunjukkan cara baru 3. Diskusikan cara baik memutuskan dan
untuk mengontrol halusinasinya mengontrol halusinasinya
4. Bantu pasien memilih dan melatih cara
memutus halusinasi
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
dipilih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika
berhasil
TUK 4: pasien dapat menggunakan obat dengan 1. Anjurkan pasien berbicara dengan dokter
pasien dapat benar untuk mengendalikan halusinasinya tentang manfaat dan efek samping obat
menggunakan obat dengan kriteria hasil: 2. Diskusikan akibat berhenti minum obat
dengan benar untuk pasien dapat menginformasikan tentang tanpa konsultasi
mengendalikan manfaat dan efek samping 3. Bantu pasien menggunakan obat dengan
halusinasinya pasien dapat memahami akibat berhenti prinsip 5 benar
minum obat tanpa konsultasi
pasien dapat menyebutkan prinsip 5 benar
penggunaan obat
32
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dengan klien)
Hari Selasa Tanggal 26 Juli 2022
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
Pasen tampak tersenyum sendiri, tidak fokus saat berbicara, kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Presepsi Sensori Halusinasi
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan klien
4. Jelaskan maksud dan tujuan interaksi
5. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
6. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPEAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi , perkenalkan nama saya Ragilia biasa dipanggil Lia , Saya
mahasiswa Stikes Kendedes Malang yang dinas pada pagi hari ini
2. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Sdr hari ini
3. Kontrak
Topik: Bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar tentang identitas bapak
Waktu: Kira-kira 15 menit ya ?
Tempat: Kita ngobrol disini saja ya ?
b. FASE KERJA
Kalau boleh tau nama siapa?, Biasa dipanggil apa?
Sekarang umur berapa?, Masih ingat tanggal lahirnya?
33
Alamat dimana?, Apa alasan dibawa kesini?
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan evaluasi
Subjektif (klien)
Bagaimana perasaan Sdr setelah kita ngobrol-ngrobrol tadi?
Sdr senang atau tidak berkenalan dengan saya
Evaluasi Objektif (Perawat)
Coba ulangi lagi nama ?
Coba ulangi lagi tanggal lahir dan umur bapak
Coba ulangi lagi nama saya tadi?
Coba ceritakan kembali alasan dibawa kesini?
2. Rencana Tindak lanjut
Baiklah, Sekian dulu pembicaraan dari kita besok kita lanjutkan lagi
Kalau ada keluhan Sdrbisa ceritakan kepada saya
3. Kontrak yang akan datang
Topik:
Untuk pertemuan besok kita bahasa tentang mengidentifikasi halusinasi
Waktu:
Bagaimana kalau besok kita mengobrol jam 09.00?
Tempat:
Besok kita mengobrol disini lagi ya ?
34
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama: Sdr. F Ruang: Garuda No RM. 1476xx
A: Gangguan Persepsi
Sensori;Halusinasi
P:
Lanjutkan intervensi SP 1 (TUK 2
dan TUK 3)
- Ajarkan Klien Mengenal
Halusinasinya
- Ajarkan Pasien Menghardik
Halusinasinya dengan 4 cara
35
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi/pertemuan dengan klien)
Hari Jumat Tanggal 4 November 2022
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
Do:
- kontak mata kurang
- tidak fokus saat di ajak berbicara
- pasien tersenyum sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Presepsi Sensori Halusinasi
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 2 : Mengidentifikasi halusinasi: Isi, Frekuensi, Waktu terjadi, Situasi pencetus,
perasaan
TUK 3 : Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik
4. Tindakan Keperawatan
TUK 2
1. Tanyakan apa yang dilihat dan di dengar halusinasinya
2. Tanyakan kapan halusinasinya datang
3. Tanyakan isi halusinasinya
4. Bantu pasien mengenalkan halusinasinya
5. Diskusikan waktu, frekuensi, terjadinya halusinasi
6. Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan jika halusinasinya datang
TUK 3
1.Identifikasi dengan pasien tindakan yang biasa dilakukan bila halusinasinya datang
2. Diskusikan cara baik untuk mengontrol halusinasinya
3. Bantu pasien meemilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
4. Beri kesempatamn untuk melakukan cara yang dilatih, evaluasi, hasilnya, dan diberi
pujian jika berhasil
36
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPEAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamualiakum, F apa kabar? masih ingat dengan saya? Ayo, nama saya
siapa? Ya betul nama saya Lia
2. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan hari ini? Oh iya, tadi pagi bangun jam berapa?
sudah mandi? masih inagt apa yang kita biacarakan kemarin?
3. Kontrak
Topik: Bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar tentang identitas
bapak
Waktu: Kira-kira 15 menit ya ?
Tempat: Kita ngobrol disini saja ya?
b. FASE KERJA
Apakah F pernah mendengar bisikan tanpa wujudnya? Kapan mendengar
itu? Apakah sewaktu-waktu atau terusan? Kapan yang paling sering
dengar itu? Berapa kali dalam sehari? Pada saat apa Sdr mendengar itu?,
Apakah saat sendiri apa yang Sdr rasakan saat mendengar itu apa yang
Sdrlakukan saat mendengar itu? Apakah dengan cara itu bisa hilang?
Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah bisikan itu, ada 4
cara untuk mencegah bisikan itu muncul?
Pertama dengan cara menghardik, kedua dengan cara mengobrol dengan
orang lain, ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?, yaitu menghardik caranya
begini ketika suara itu muncul Sdr bisa tutup mata dan berkata dalam
hati”Pergi....saya tidak mau mendengar itu” Begitu diulang-ulang sampai
tidak terdengar lagi
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan evaluasi
Subjektif (klien)
Bagaimana perasaan F setelah latihan tadi?
Evaluasi Objektif (Perawat)
37
Coba F ulangi apa yang saya ajarkan tadi?
2. Rencana Tindak lanjut
Kalau hal itu muncul lagi, F bisa coba cara tadi. Terus berlatih ya pak
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihanya lagi?
3. Kontrak yang akan datang
Topik:
Untuk pertemuan besok kita bertemu lagi untuk belajar dan melatih cara kedua
pak?
Waktu:
Kita mengobrol jam 09.00 ya ?, kurang lebih 15 menit saja
Tempat:
Besok kita mengobrol disini lagi ya (ruang tengah)?
38
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama: Tn S Ruang: Garuda No RM. 1476xx
39
40
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien halusinasi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Saat memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan
adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus
menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien khususnya dengan
halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu
perawat atau petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam
memberikan data yang diperlukan dan membina kerja sama dalam memberi
perawaat pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran
serta keluarga merupakan faktor yang penting dalam proses penyembuhan klien.
B. SARAN
Sebagai seorang perawat kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus
halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko halusinasi tersebut dan
bagaimana cara penanganannya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Direja, AHS, 2011, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Cetakan penerbit: Mulia medika
yogyakarta
Ermawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pasien dengan Gangguan Jiwa. CV Trans Info
Medika: Jakarta Timur
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-Teori dan
Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Yulian, S. (2016). Aplikasi Multifungsi Tenaga Kesehatan. Mojokerto: Badan Penerbit Graha
Pustaka.
42