R DENGAN
GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI AKIBAT ARTHRITIS RHEUMATOID
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Sistem Muskuloskeletal. Kami berterima kasih kepada Ibu Ns.
Kiki Rizki Amelia, M.Kep selaku koordinator mata kuliah KMB Sistem Sistem
Muskuloskeletal.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................23
A. Konsep Dasar Arthritis Rheumatoid.................................................23
B. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.......................................33
C. Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Arthritis
Rheumatoid (AR)...........................................................................................36
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................29
A. Pengkajian...............................................................................................29
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................31
C. Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)............32
BAB V PENUTUP..............................................................................................36
A. Kesimpulan..............................................................................................36
B. Saran.......................................................................................................37
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri lebih dari sekedar sebuah gejala; nyeri merupakan masalah yang
memiliki prioritas tinggi. Nyeri menandakan bahaya fisiologis dan psikologis
bagi kesehatan dan pemulihan. Nyeri berat dianggap sebagai situasi darurat
yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat.
> 10 kg dalam 2 bulan terakhir. Klien sudah berobat ke beberapa klinik dan
dokter umum tetapi nyeri berkurang selama minum obat, setelah itu nyeri
lagi. Obat yang pernah diminum adalah parasetamol. Peroksikam,
deksametason, prednisone
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Arthritis Rheumatoid
dengan menggunakan metode proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan
Arthritis Rheumatoid.
b. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan kasus
tersebut.
c. Mampu membuat rencana keperawatan berdasarkan teori
keperawatan.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan Arthritis Rheumatoid.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan Arthritis Rheumatoid.
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
Arthritis Rheumatoid.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
29
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 1.1
Gambar 1.2
a. Sendi fibrosa atau sendi mati terjadi bila batas dua buah tulang
bertemu membentuk cekungan yang akurat dan hanya
30
dipusahkan oleh lapisan tipis jaringan fibrosa. Sendi seperti ini
terdapat di antara tulang-tulang kranium.
c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas terdiri dari dua
atau lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan
hialin sendi. Terdapat rogga sendi yang mengandung cairan
sinovial, yang memberi nutrisi pada tulang rawan sendi yang
tidak mengandung pembuluh darah keseluruhan sendi tersebut
dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi membran sinovial.
Membran sinovial ini melapisi seluruh interior sendi, kecuali
ujung-ujung tulang, meniskus, dan diskus. Tulang-tulang sendi
sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah ligamen dan sejumlah
gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi sinovial meskipun
terbatas, misalnya gerak luncur (gliding) antara sendi-sendi
metakarpal.
31
dalam kapsul yang berbeda, misalnya sendi lutut.
3. Etiologi
32
respon imun selular ( TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progresteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini ( Suarjana,
2009).
4. Patofisiologis
33
imunologi dapat pula terlibat (Smelzer dan Bare, 2002).
Panus
Defisist Pengetahuan Ansietas
Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Kartilago
Artikularis
Gangguan Citra Tubuh
Gangguan
Akilosis fibrosa
mobilitas fisik
Mudah Luksasi
Hilangya kekuatan
dan Sublukasi
Resiko Cidera
Keterbatasan Gerak sendi
34
5. Manifestasi Klinis
35
banyak kasus sering terjadi kaheksia (malnutrisi) yang secara umum
merefleksi derajat imflamasi dan biasanya mendahului terjadinya
gejala awal kerusakan sendi .
1) Nodul , merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi 30-
40% pada penderita .
2) Sjogren’ssyndrome, terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai
dengan adanya keratoconjutivitas sicca (dry eyes)
3) Vaskulitis , hanya terjadi <1% pada penderita dengan penyakit RA
yang sudah kronis .
4) Limfoma , resikonya pada pasien RA mencapai 2-4 kali lebih
besar dibandingkan populasi umum . Hal ini disebabkan
penyebaran B-cell lymphoma secara luas.
6. Pemeriksaan Diagnostik
b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien
reumatoid arthritis terutama bila masih aktif . Sisanya dapat
dijumpai pada pasien lepra , TB paru , sirosis hepatis , penyakit
kolagen dan sarkoidosis .
d. Trombosit meningat
36
i. Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igC atau igM (faktor
mayor dari rheumatoid ) tinggi .Makin tinggi iter , maka makin
berat penyakitnya
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan Penunjang
2) Pemeriksaan radiologi
37
B. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Medikamentosa
38
2) Pengunaan DMARD
39
hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.
b. Keperawatan
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri.
40
a. Mc. Coffery mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya.
b. Arthtur
c. curton mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinim, prostaglandin,dan macam-macam asam
yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik,
atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor
tersebut ditranmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang
belakang oleh dua jenis serabut yang bermielin rapat atau serabut A
(delta) dan serabut lamban (serabut C. Impuls-impuls yang
ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang
ditransmisikan ke serabut C, serabutserabut aferen masuk ke spinal
melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.
Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau lamina yang saling
bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa
yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri
menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron atau
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
spinothalamic tract (STT) atau jalur spinotalamus dans pinoreticular tract
(SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari
proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu
41
jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan
reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ketanduk dorsal dari
sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls
supresif. Serotonin merupakan neuro transmitter dalam impuls supresif.
System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh serabut A, jalur nonopiate merupakan jalur
desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang
kurang banyak diketahui mekanismenya (Long, 2009)
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul
secara perlahanlahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama,
yaitu lebih dari enam bulan. Hal ini termasuk dalam kategori nyeri kronis
adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Tabel kalsifikasi nyeri
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Sumber Satu kejadian, sebab Satu situasi., tidak
eksternal atau dietahui atau
penyakit dari dalam pengobatan yang
terlalu lama
serangan mendadak Bisa mendadak,
berkembang, dan
terselubung
waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan
sampai bertahun-
tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah yeri sulit
diketahui dengan dibedakan
pasti intensitasnya,
sehingga kuli di
42
evaluasi 9perubahan
perasaan)
Gejal-gejala klinis Pola respon yang [ola respon bervarias
khas dengan gejala dengan sedikit gejala
yang lebih jelas (adaptasi)
Pola perjalanan Terbatas, biasanya Berlangsung terus,
berkurang setelah dapat bervariasi.
beberapa saat penderita meningkat
setelah beberapa saat
43
d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada atreria
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya
asam laktat
e. spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
5. Teori Nyeri
Menurut Barbara C. Long tahun 1989 terdapat beberapa teori
tentang terjadinya rangsangan nyeri diantaranya:
a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal
cord) melalui kornudorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudian naik ke tractuslissur dan menyilang di garis median
kesisilainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan
nyeri tersebut diteruskan.
b. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan
suatu respons yang merangsang kebagian yang lebih tinggi, yaitu
korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi
olehm modalitas respon dari reaksisel T'
c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat syaraf besar dan
kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas
substansi agelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu
mekanisme sehingga aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan
hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar
dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil presepsi ini akan
dikembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat
kecil akan menghambat aktivitas substansi agelatinosa dan
membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T
yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
d. Teori Transmisi dan Inhibisi.
44
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi implus-implus
saraf,sehingga transmisi implus menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh implusimpuls pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls pada serabut-serabut lamban dan endogen
opiate system supresif.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya adalah :
a. Arti nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti
membahayakan merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi
oleh beberapa factor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang
social budaya, lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi
ini dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Factor yang
dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol,
obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan factor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah,cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat
dipengaruhi oleh eberapa factor, arti nyeri, tingkat persepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan fisik
dan mental, rasa takut, cemas, usia dan lain-lain.
45
D. Konsep dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Arthritis Rheumatoid
(AR)
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung
jawab.Data dasar pengkajian penerima manfaattergantung pada
keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata,
jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
Rematik adalah klien mengeluh nyeri
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Berupa uraian pada mengenal penyakit yang diderita oleh klien
dadri mulai timbulnya keluhan yang dirasakan.
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit kesehatan yang dulu sperti riwayat penyakit
musculoskeletal sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
musculoskeletal biasanya lemah
b. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis
c. Tanda-tanda Vital
a) Suhu
b) Nadi
c) Pernafasan
d) Tekanan darah
d. Pemeriksaan Review Of System
46
a) System pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal
b) System sirkulasi (B2 : Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apika;, sirkulasi
perifer, warna dan kehangatan.
c) System persarafan (B3 : Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/ sensai, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan
melihat, dilatasi pupil.
d) System perkemihan (B4 : Bleder)
Perubahan pola perkemihan, seperti disuria, distensi
kandung kemih,warna dan bau urin.
e) Sitem pencernaan (B5 : Bowel)
Konstipasi, konsistensi feses, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri
tekan abdomen.
f) System musculoskeletal (B6 : Bone)
kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin, terlokasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan, otot,
kontraktur, atrofi oto, laserasi kulit dan perubahan warna.
e. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana pola hidup sehat
b) Pola nutrisi
Mengambarkan masukan nutrisi, balance cairan, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah
dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi.
d) Pola istirahat tidurmenggambarkan pola tidur, istirahat dan
persepsi terhadap energy, jumlah tidur malam dan siang,
masalah tidur.
e) Pola hubungan dan peran
47
Menggambarkan dan mengetahui hubungfan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, masalah keuangan.
Pengkajian APGAR keluarga.
f) Pola sensori kognitif Menjelaskan persepsi sensori dan
kognitif. Pola sensori meliputi pengkajian pengelihatan,
pendengaran, perasaan, pembau. Pengkajian ststus mental
menggunakan Tabel Short Portable Mental Status
Quesionare (SPMSQ).
g) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri
menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran, identitas
diri. Manusia sebagai system terbuka dan mahkluk bio-psiko
—sosio-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan
dampak terhadap sakit. Pengkajian tingkat Depresi
menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back
h) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan masalah terhadap seksualitasi
i) Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani strees
j) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai keyakinan
termasuk spiritual (Aspiani, 2014, h. 261-264).
2. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian
dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan
klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data
sujektif adalah data yang di dapat dari pasien langsung, dan data
objektif adalah data yang didapat dari observasi perawat langsung
kepada pasien kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
Klien yang mengalami perubahan tingkat oksigenasi dapat memiliki
diagnosa keperawatan yang awalnya dari kardiovaskular atau pulmoner.
Setiap diagnosa keperawatan harus didasarkan pada batasan
48
karakteristik dan melibatkan etiologi terkait. Label diagnostik divalidasi
dengan menggunakan batasan karakteristik atau tanda dan gejala
(Potter & Perry,2005).
3. Diagnosa Keperawatan
Contoh diagnosa yang sering muncul pada penyakit rematik:
1) Nyeri Akut
2) Gangguan Citra Tubuh
3) Defisiensi pengetahuan ansietas
4) Gangguan mobilitas fisik
5) Defisit perawatan diri
6) Resiko cidera
4. Perencanaan Tindakan Keperawatan (Nursing Care Planning)
Salah satu tujuan keperawatan keluarga adalah membantu
keluarga dan anggota keluarga untuk memenuhi tugas perkembangan
keluarga dan individu. Menguasai suatu tugas perkembangan keluarga
memungkinkan keluarga untuk meningkatkan satu tugas
perkembangan keluarga ke tugas perkembangan keluarga berikutnya.
3 Definisi Pengetahuan
Ansietas b.d kurangnya
informasi (D.0080)
4 Gangguan Mobilitas
Fisik b.d kekakuan
49
sendi (D.0054)
6 Resiko Cidera b. d
adanya Arthritis
Rheumatoid (
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan yang
dialami ke status yang lebih baik dengan hasil yang diharapkan.
Anggota keluarga yang mengalami penyakit rematik dapat dilakukan
penyuluhan agar keluarga memahami tentang perawatan kesehatan
untuk klien dan untuk menginformasikan klien tentang status
kesehatan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan seberapa efektif intervensi yang dilakukan
keluarga, perawat, dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh
hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga dari intervensi yang
diimplementasikan. Keluarga dengan rematik sudah paham apa itu
rematik, faktor timbulnya rematik, tanda dan gejala, akibat lanjut, cara
pengangganan, yang tidak boleh dilakukan, cara mengatur lingkungan.
50
BAB III
TINJAUAN KASUS
51
Tahap 3 Jawab Pertanyaan
52
Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Gangguan Sistem Imunologi dan
Manjemen Nyeri akibat Rheumatoid Arthritis di Poliklinik
Ruang perawatan :
No MR/CM :
Tanggal masuk RS :
Tanggal pengkajian :
A. Pengkajian
I. Biodata
53
Klien mengatakan Nyeri seluruh persendian
54
terlihat adanya bengkak pada kedua lutut kaki klien.
IV. Pola Aktivitas Sehari-hari : -
B. Diagnosa
1. Analisa Data
nyeri akut
-
sinovial menebal gangguan citra
tubuh
55
Kerusakan kartilago & tulang
Kekakuan sendi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d reaksi peradangan d.d adanya bengkak pada kedua lutut.
b. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kekakuan sendi d.d kekakuan saat pagi
hari, terdapat nyeri saat berjalan.
56
3. Intervesi Keperawatan
1 Nyeri akut b.d reaksi peradangan Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri
d.d adanya bengkak pada kedua keperawatan selama 1x30
1. Observasi 1. Memberikan informasi untuk
lutut, frekuensi TD dan nadi menit, nyeri berkurang dengan
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, membantu dalam menentukan
meningkat. kriteria hasil:
durasi, frekuensi, kualitas dan pilihan atau keefektifan
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri tindakan
2. Meringis menurun b. Identifikasi skala nyeri
3. Frekuensi nadi c. Identifikasi respon nyeri non
membaik verbal
4. Tekanan darah d. Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan
memperingan nyeri
2. Terapeutik 2. Berguna untuk mengevaluasi
a. Berikan teknik non farmakologi tindakan dan pilihan intervensi
untuk mengurangi nyeri (mis; guna mencegah terjadinya
TENS, hipnosis, akupresure, nyeri berkelanjutan
29
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi (SIKI) Rasional
30
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi (SIKI) Rasional
mengurangi nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian
analgetik jika perlu
31
Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi (SIKI) Rasional
c. Implementasi Keperawatan
32
Sesuai dengan kasus yang ada.
d. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan kasus yang ada.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan.
2. Pemeriksaan fisik :
29
3. Riwayat Psikososial
30
(1) Keluhan utama saat masuk RS
2. Pemeriksaan Fisik
(2) Kesadaran : CM
(3) Orientasi :-
- Suhu :-
- Nadi :-
- Respirasi :-
- TD :-
- BB :
- TB :
- IMT :
3. Sistem Muskuloskeletal :
31
- Ekstremitas Atas : Tidak ada kelainan bentuk pada tulang dan
tangan (anggota gerak atas), nyeri pada pergelangan lengan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d reaksi peradangan d.d adanya bengkak pada kedua
lutut,
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kekakuan sendi d.d kekakuan saat
pagi hari, terdapat nyeri saat berjalan.
3. Resiko Jatuh b.d kekakuan sendi d.d kekuatan otot menurun
Intervensi :
32
a. Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau
miring
b. Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan
merelaksasi otot
c. Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki
otot
d. Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
e. Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari
tempat tidur
f. Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi :
a. Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu
memperbaiki posisi tulang belakang
b. Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
c. Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan
fungsi persendian dan mencegah kontraktur
d. Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu
dilatih menggunakannya dan jelas tujuannya
e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen, kalsium, dan
f. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium
serta vitamin C dan D
g. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar
kalsium
Dan Intervensi yang dapat dilakukan untuk diagnosa yang muncul sesuai
data pada kasus adalah :
(1) dx : Nyeri akut b.d reaksi peradangan d.d adanya bengkak pada
kedua lutut,
a. Manajemen Nyeri
Observasi
− Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
33
− Identifikasi skala nyeri
− Identifikasi respon nyeri non verbal
− Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
b. Terapeutik
− Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
(mis; TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik, kompres
hangat/dingin, aroma terapi)
− kontrol lingkunagan yang memperberat rasa nyeri (mis;
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
− fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
− Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
− Jelaskan strategi meredakan nyeri
− Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
− Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
− Kolaborasikan pemberian analgetik jika perlu
(2) dx : Gangguan Mobilitas Fisik b.d kekakuan sendi d.d kekakuan
saat pagi hari, terdapat nyeri saat berjalan.
Dukungan mobilisasi
a. Observasi
b. Terapeutik
− Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis; bedplang)
− Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
− Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
c. Edukasi
34
− Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
− Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis; duduk
ditempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)
(3) dx : Resiko Jatuh b.d kekakuan otot d.d kekuatan otot menurun
− Pencegahan jatuh
− Manajemen keselamatan lingkungan
− Dukungan ambulasi
− Dukungan mobilisasi
− Pemasangan alat pengaman
− Identifikasi risiko
− Edukasi pengurangan risiko
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
35
B. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Adellia, 2010. Libas Rematik Dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yoygyakarta :
Briliant Books.
Junaidi.I, 2013. Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Pop
Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
Stanley, Mickey dkk. 2000. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
29
29