RHEUMATOID ARTRITIS
Dosen Pembimbing :
Ns. Fernalia,S.Kep.M.Kep
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan banyak kemudahan, sehingga dapat
menyelesaikan makalah askep dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS”
dengan baik.
Tak lupa penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ................................................................................................. 3
B. Etiologi ................................................................................................. 3
C. Anatomi fisiologi.................................................................................. 4
D. Manifestasi klinis.................................................................................. 5
E. Patofisiologi..........................................................................................
F. Klasifikasi.............................................................................................
G. Komplikasi............................................................................................
H. WOC.....................................................................................................
I. Penatalaksanaan....................................................................................
A. Latar Belakang
Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat
progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan
lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana, secara
simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan
sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik artritis
rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten,
biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris
(Junaidi, 2018).
Prevalensi penyakit sendi atau Rematik di Indonesia berdasar diagnosis
sebesar 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi berada di Bali yaitu
berjumlah 19,3% dan terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar
5,6%. Sedangkan prevalensi penyakit sendi di provinsi Sumatera Selatan
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan berdasarkan
diagnosis atau gejala sebesar 15,6% (Riskesdas, 2017).
Dampak dari penyakit rematik adalah terganggunya aktivitas karena
nyeri, tulang menjadi keropos, terjadi perubahan bentuk tulang. Dari 100 jenis
rematik, diketahui Artritis Reumatoid yang dapat menyebabkan kecacatan yang
paling parah pada penderitanya. Asupan makanan yang kurang sehat,
kurangnya berolahraga, stress dan lain sebagainya diketahui sebagai faktor
pencetus terjadinya rematik. Salah satu solusi untuk penyakit ini adalah dengan
menjaga perilaku hidup sehat baik dari aktivitas, seperti rajin berolahraga, dan
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan sempurna dengan cara memenuhi asupan
makanan yang bergizi, hal itu dianjurkan untuk mengurangi kekakuan pada
sendi, dan untuk meminimalisirkan bagi yang sudah menderita penyakit
rematik tidak berulang atau mengalami kekambuhan (Purwoastuti, 2019).
Oleh karena itu, dalam menanggulangi dampak tersebut, peran perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar
keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota
keluarganya sangat diperlukan sehingga apabila keluarga tersebut mempunyai
masalah kesehatan, mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam
keadaan kronis. Perawat keluarga juga memiliki peran yang sangat strategis
dalam pemberdayaan kesehatan dalam sebuah keluarga sehingga keluarga
mampu menjalankan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah
kesehatan keluarga, mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi keluarga,
merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan untuk
menjamin kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan baik sehingga upaya pencegahan maupun pengobatan dapat berjalan
dengan baik (Harmoko, 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi rheumatoid arthritis?
2. Apa anatomi dan fisiologi rheumatoid arthritis?
3. Apa etiologi rheumatoid arthritis?
4. Apa patofisiologi rheumatoid arthritis?
5. Apa klasifikasi rheumatoid arthritis?
6. Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
7. Apa WOC rheumatoid arthritis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis rheumatoid arthritis?
9. Bagaimana komplikasi rheumatoid arthritis?
C. Tujuan Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi rheumatoid arthritis
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi rheumatoid arthritis.
3. Untuk mengetahui etiologi rheumatoid arthritis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi rheumatoid arthritis.
5. Untuk mengetahui klasifikasi rheumatoid arthritis.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis rheumatoid arthritis.
7. Untuk mengetahui WOC rheumatoid arthritis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis rheumatoid arthritis.
9. Untuk mengetahui komplikasi rheumatoid arthritis.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Ciri-ciri otot
Kontraktilitas
Eksitabilitas
Ekstensibilitas
Elastisitas
Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali
konstruksinya, volunteer (sadar) atau involunter (tidak sadar), dan
juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang hanya ditemukan di
jantung.
Jenis-jenis Otot
Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini
dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung
kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem
respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem
sirkulasi darah.
Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan
pada jantung.
2.1.5 Patofisiologi
2.1.7 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi non steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis rheumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis (Mansjoer, 2019)
2.1.8 WOC
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Arthtritis
Reumatoid yaitu:
a. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid
adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit
kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan
klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang
patofisiologi penyakit, penyebab, dan prognosis penyakit, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan
metode-metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan
oleh tim kesehatan.
b. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan yaitu :
1) Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya 3-4 x
1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl
2) Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya
c. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthtritis
reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin (yang paling
banyak digunakan, karena harganya yang terjangkau), sulfasalazin,
garam emas (gold standard bagi DMARD), obat imunosupresif atau
imunoregulator, dan kortikosteroid.
d. Rehabilitasi, tujuannya yaitu unttuk meningkatkan kualitas hidup klien.
Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :
1) Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit, kursi
roda, sepatu dan alat
2) Terapi mekanik
3) Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi
4) Terapi mekanik
5) Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah
dilakukan dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat,
sehingga dapat dilakukan pembedahan (Mansjoer, 2016 dan
Lukman, 2019).
Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa kita
berikan pada klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai berikut :
e. Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi,
faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat
1) Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti melakukan
senam rematik.
2) Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres dingin
dapat membantu meredakan nyeri.
3) Pertahankan berat badan agar tetap normal
4) Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit
5) Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung purin,
seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan, kembang kol,
jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan, sayuran seperti daun
singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai efek kambuh yang
sama pada setiap orang)
6) Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat, memakan
makanan seperti tahu untuk pengganti daging
7) Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi
8) Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk., 2017)
Perjalanan penyakit dari RA ini bervariasi dan juga ditentukan dari
ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu yang lama. Lima puluh
hingga tujuh puluh lima persen penderita ditemukan mengalami remisi
dalam dua tahun. Selebihnya dengan prognosis yang lebih buruk. Kejadian
mortalitas juga meningkat 10-15 tahun lebih awal dibandingkan mereka
yang tidak mengalami RA. Khususnya pada penderita RA dengan
manifestasi yang berat, kematian dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit
jantung, gagal nafas, gagal ginjal, dan gangguan saluran cerna. Sekitar
40% pasien RA mengalami hendaya dalam 10 tahun ke depanya.
Penggunaan DMARD kurang dari 12 minggu setelah gejala awal
menunjukkan hasil remisi yang lebih baik (Kapita Selekta, 2014).
Indikator prognostik buruk berupa banyak sendi yang terserang, LED dan
CRP tinggi, RF (+) tinggi dan anti CCP (+), erosi sendi pada awal penyakit
dan sosial ekonomi rendah.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/
kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal)
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan
dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ) Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan
pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual,
anoreksia,Kesulitanuntuk mengunyah (keterlibatanTM )
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan
6. Neurosensori
Tanda: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan. Gejala : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi)
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetapKekeringan pada meta dan membran
mukosa.
9. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan artitis
reumatoid, adalah :
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan desrtuksi sendi akibat
akumulasi cairan sinovial dan proses peradangan.
Di tandai dengan : keluhan nyeri, kekakuan dalam pergerakan,
aktivitas terganggu
Tujuan: nyeri berkurang dan klien mampu mengontrol rasa nyerinya,
dengan kriteria hasil :
a. Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
b. Klien mampu berrelaksasi dan melakukan aktivitas yang dapat
ditolerir
c. Klien terlihat/dapat tenang dan mampu beristirahat dengan
maksimal Rencana tindakan :
a. Observasi sifat, intensitas, lokasi dan durasi tingkat nyeri
b. Beri obat non steroi anti inflamasi (analgeisk), antipiretik sesqui
program observasi catat adanya toksisitas dari obat, seperti mual
muntah
c. Anjurkan klien istirahat dengan adekuat dan imobilisasikan
persendian yang sakit dengan alas yang khusus.
d. Beri kompres hangat untuk mengurangi kekakuan dan nyeri pada
persendian
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan, deformitas
fungsi sendi
Di tandai dengan: pergerakan lambat, ROM menurun, koordinasi
terganggu, kekuatan otot menurun dan adanya rasa nyeri Tujuan:
klien mampu mempertahankan posisi, gerakan sendi yang optimal
serta deformitas minimal, dengan kriteria hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang saat
melakukan aktivitas/pergerakan
b. Klien dapat meningkatkan aktivitas secara bertahap
Rencana tindakan:
a. Observasi kesimetrisan sendi, bentukdan tanda-tanda inflamasi
b. Kaji kemampuan klien dalam melakukan ROM aktif maupun
pasif, kolaborasi dengan fisioterapi untuk rehabilitasi
c. Observasi kekakuan pada pagi hari serta beberapa lama
d. Bantu klien saat melakukan aktivitas seperti duduk,
berjalan/memindah benda
3. Ketidakmampuan melakukan perawatan diri berhubungan dengan
deformitas sendi, rasa nyeri, penurunan kekuatan sendi
Ditandai dengan: pergerakan yang kaku, nyeri, lelah
Tujuan: klen dapat memperlihatkan kemampuan untuk memenuhi
ADL dan menunjukkan penurunan tingkat ketergantungan, dengan
kriteria hasil :
a. Rasa nyeri minimal
b. Klien mampu memenuhi kebutuhan ADL Rencana
tindakan:
a. Tentukan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan
skala ketergantungan
b. Pertahankan mobilitas kontrol nyeri dan program latihan
c. Ajarkan klien posisi duduk dan berdiri sesuai dengan body
alignment
d. Ingatkan kepada keluarga untuk memberi kesempatan pada kilen
untuk memenuhi ADL-nya secara mandiri sesuai dengan
kemampuan klien dan cegah terjadi cedera jatuh.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diagnosa keperawatan 2:
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Implementasi:
1) mengakaji pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan
harapan masa depan,
2) memberikan penjelasan tentang penyakit , pengobatan dan diet
4.1 Kesimpulan
Pada kasus Ny. M. data yang ditemukan yaitu : nyeri pada lutut kanan
seperti tertusuk dan nyeri saat melakukan aktifitas, Ny.M mengatakan tidak
tahu sakit yang di deritanya. Tampak meringis dan memegang lutut dan
kemerahan pada lutut kanan serta nyeri pada saat di tekan, Pasien tampak
mengurut kakinya dan pada saat berjalan agak sedikit terangkat, tampak
bingung saat ditanya apa penyebab nyeri yang dialamnya dan Ny.M tidak
bisa menjawab. Masalah keperawatan yang ditegakan : Nyeri berhubungan
dengan Inflamasi peradangan, dan Defisit Pengetahuan tentang proses
penyakit RA berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi.
Intervensi pada diagnosa pertama :
Kaji tingkat nyeri, kualitas, frekuensi, presipitasi, durasi dan lokasi, Monitor
vital sign, Lakukan teknik distraksi dan relaksasi, dukung istirahat yang
adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
Intervensi pada diagnosa kedua :
1) kaji tingkat pengetahuan klien
2) beri pendidikan kesehatan tentang reumatik artritis sesuai kebutuhan klien.
Implementasi keperawatan dengan diagnosa keperawatan nyeri kronis
berhubungan dengan inflamasi peradangan, yaitu:
1) Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi : P: Pada saat
beraktivitas, Q: Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk, R: Nyeri dirasakan pada lutut
bagian kanan, S: Skala nyeri 3 (dengan menggunakan angka 0-10), T: Nyeri
dirasakan sewaktu-waktu.
2) Mengoservasi tanda-tanda vital.
3) mengajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri. Diagnosa
keperawatan ke dua :
1) kaji tingkat pengetahuan klien
2) beri pendidikan kesehatan tentang reumatik artritis sesuai kebutuhan klien.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa keperawatan 1 : S : pasien
mengatakan bahwa lututnya kanannya masih terasa sakit, O : pasien
memijatmijat lutut kanannya, A : masalah belum teratasi, P : intervensi di
lanjutkan. Diagnoas keperawatan 2: S: Ibu mengatakan sudah tahu
penyebabnya. O: 1) pasien tampak bisa menjawab saat ditanya kembali
materi yang diberikan. A: Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga
1. Disarankan untuk menjalani pengobatan dengan teratur baik yang
bersifat terapi maupun nonterapi sehingga mempercepat proses
penyembuhan.
2. Keluarga mampu mengaplikasikan cara perawatan secara baik sesuai
yang telah diajarkan agar klien dapat sembuh dan terbebas dari nyeri.
3. Pasien dan keluarga mampu mengaplikasikan perencanaan diit,
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan yang sesuai dengan
teori yang diterapkan.
4.2.2 Bagi Perawat
Hasil karya tulis ilmiah ini di harapkan dapat menjadi pedoman untuk
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan dispepsia.
DAFTAR PUSTAKA
Brrnner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta :EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume
1.Jakarta EGC
Endy, M.Clevo & Margareth TH. 2002.Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah.Yogjakarta : Nuha Medika
Kardiyudiani & Susanti,Brigitta A.D. (2019). Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Pustaka Baru
Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Edisi:
10. EGC: Jakarta
Padila. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogjakarta : Nuha Medika
Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Naha Medika
Price SA. 2006. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
2.Edisi 6.Jakarta .EGC