Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan berkatNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan sistem musculoskeletal : Rematik” .

Kami dapat menyelesaikan makalah ini karena adanya bantuan dari


berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepda kami.

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan,


sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat
membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Garut, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 3

A. Pengertian Rematik ................................................................................... 3


B. Jenis-jenis Rematik ................................................................................... 3
C. Etiologi ...................................................................................................... 5
D. Manifestasi klinis ...................................................................................... 6
E. Patofisiologi .............................................................................................. 6
F. Pemeriksaan diagnostic ............................................................................. 7
G. Penatalaksanaan ........................................................................................ 7

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................................ 9

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 24

A. Kesimpulan ............................................................................................... 24
B. Saran ......................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rematik merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
luas diseluruh dunia yang secara simetris mengalami peradangan sehingga
akan terjadi pembengkakan, nyeri dan akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi dan akan mengganggu aktivitas/pekerjaan penderita.
Rematik lebih sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang
berlebih dalam menggunakan lutut seperti pedagang keliling, dan pekerja yang
banyak jongkok karena terjadi penekanan yang berlebih pada lutut, umumnya
semakin berat aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam kegiatan sehari-
hari maka pasien akan lebih sering mengalami Rematik terutama pada bagian
sendi dan lebih sering terjadi pada pagi hari.
Menurut World Health Organisation (WHO) (2016) 335 juta penduduk di
dunia yang mengalami Rematik. Di Indonesia jumlah penderita Rematik pada
tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%, pada tahun 2012
prevalensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak
45,59%.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rematik?
2. Apa saja jenis-jenis rematik?
3. Apa saja etiologi rematik?
4. Apa manifestasi klinis yang muncul pada penderita rematik?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit rematik?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita
rematik?
7. Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita rematik?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan sistem
musculoskeletal : rematik?

1
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : Rematik.
2. Tujuan khusus
- Mahasiswa mampu memahami pengertian rematik, jenis-jenis,
etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan penyakit rematik.
- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada keluarga dengan
penyakit rematik
- Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada
keluarga dengan penyakit rematik
- Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan keluarga pada
keluarga dengan gangguan sistem muskuloskeletal : rematik
- Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga
pada keluarga dengan gangguan sistem muskuloskeletal : rematik
- Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada
keluarga dengan gangguan sistem muskuloskeletal : rematik

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, 2015).
Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang progresif,
akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya
sendi pada pasien Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini berkembang
lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala
artikular, Artritis Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala konstitusional
berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular
lainnya (Nugroho, 2012).
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan
inflamasi kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat
melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai dengan
pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang disertai
gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur (Mclnnes, 2011).
B. Jenis-jenis
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis rematik yaitu :
1. Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:
a. Artritis Reumatik
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun
yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan
berbagai organ di luar persendian.

3
b. Osteoatritis
Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan
akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial,
ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar
persendian (periartikular).
c. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia) . Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan
kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di
persendian meningkat.
2. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di
luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar
sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering
ditemukan yaitu:
a. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia
lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b. Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri
lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada
sarung pembungkus tendon.
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.
Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati.
Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara
berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau
otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik
gout dan pseudogout

4
e. Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan
fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan,
berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah
(lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan
kaki.
g. Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal
lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan
bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau
digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
C. Etiologi
Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Kecendrungan wanita untuk menderita Artritis Rhemathoid dan sering
dijumpainya pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan
terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini (Nugroho, 2012).
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi rematik pada masing-masing suku bangsa.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Faktor pekerjaan/aktivitas
Berbagai aktivitas dengan beban pekerja dan daya tekanannya yang dapat
memperberat sendi dan pekerjaan yang banyak menggunakan tangan

5
dalam jangka waktu yang lama, sering yang menjadi keluhan-keluhan
yang dapat dirasakan pada setiap penderita penyakit rematik (Putri, 2012).
5. Faktor Pola Makan
Hal ini disebabkan karena adanya kebiasaan mengomsumsi makanan yaitu
yang dapat memicu terjadinya kekambuhan rematik, karena makanan
merupakan faktor penting dalam memicu penyakit rematik seperti,
menghindari produk susu, buah jeruk, tomat, jeroan, dan makanan tertentu
lainnya (Smeitzer 2001).
D. Manifestasi klinis
Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim
ditemukan pada penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki
gambaran yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
ditangan.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologic
5. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang
6. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid.

Menurut Banton, 1998 dalam dr Setiawan dalimartha bahwa tanda dan gejala
dari rheumatoid artritis adalah nyeri pada sendi, kaku pada pagi hari, kedudukan
sendi tidak stabil dan permukaannya tidak rata, sendi tidak dapat bergerak, nodul
reumatoid (benjolan kecil), dan bercak merah dikulit.

E. Patofisiologi
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan
degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi
merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses

6
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan
synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun (Nugroho, 2012).
Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu
proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan
tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi
kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Nugroho, 2012).
Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan
pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan
menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat
menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas
juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2012).
F. Pemeriksaan diagnostic
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis
Rhemathoid terutama bila masih aktif.
2. Protein C-reaktif biasanya positif.
3. LED meningkat.
4. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
6. Trombosit meningkat.
7. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang
tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi
sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan
lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi
dan erosi (Nugroho, 2012).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien rematik mencakup terapi farmakologi,
rehabilitasi dan pembedahan bila diperlukan, serta edukasi kepada pasien dan
keluarga. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan inflamasi, mencegah

7
deformitas, mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan
lebih lanjut (Kapita Selekta, 2014).
1. NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)
Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi.
Namun NSAID tidak melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan
tulang dari proses destruksi.
2. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses
destruksi oleh Rheumatoid Arthritis.
3. Kortikosteroid
Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari
sebagai “bridge” terapi untuk mengurangi keluhan pasien sambil
menunggu efek DMARDs yang baru muncul setelah 4-16 minggu.
4. Rehabilitasi
Terapi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui
pemakaian tongkat, pemasangan bidai, latihan, dan sebagainya. Setelah
nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
5. Pembedahan
Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan,
maka dapat dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi,
contohnya sinovektomi, arthrodesis, total hip replacement, dan
sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)

8
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan


sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan. Pelayanan
keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang menempatkan keluarga
dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga


1. Data umum
a. Nama KK, Alamat dan telpon
Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (Saat ini
sedang sakit)
Penderita rematik biasanya muncul keluhan seperti nyeri pada sendi
lutut dan pinggang, kekakuan pada pagi hari
b. Komposisi keluarga (dilengkapi genogram 3 generasi)
c. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.
d. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. Kebiasaan suku
yang diterapkan oleh klien dalam mengatasi/mengurangi keluhan yang
dirasakan.
e. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi keluarga

9
ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta barang-
barang yang dimiliki oleh keluarga.
g. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun
dengan menonton TV dan mendengar radio juga merupakan aktivitas
rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh keluarga,
misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja, balita, maka
tahap perkembangan keluarga saat ini adalah lansia (bila lansia ikut
dengan keluarga) tetapi bila tidak maka tahapannya adalah keluarga
dengan remaja.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Meliputi data-data tentang riwayat orang tua dari pihak suami maupun
isteri. Lingkungan
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan dari masyarakat setempat.

10
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah : kondisi rumah yang kemungkinan berpengaruh
dan berdampak pada keluarga yang sakit seperti kondisi lantai yang
kotor dan licin, kondisi fentilasi udara, penerangan lampu dan lain-lain.
1) Pengolahan Sampah
2) Sistem Drainage Air
3) Penggunaan Jamban
4) Kondisi Air
b. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d. Nilai dan norma keluarga
Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut keluarga, misalnya
keluarga menerapkan aturan agar setiap anggota keluarga sudah berada
dirumah sebelum magrib.
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Gambaran anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,

11
b) Fungsi sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
c) Fungsi keperawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat-sakit. Kesanggupan
keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat
dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga,
yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambilkeputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
6. Stres dan koping keluarga
a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
- Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
- Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.

12
c. Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga apabila menghadapi permasalahan.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil penghasilan terhadap
msalaah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi-fungsi keluaraga, koping keluarga, baik yang bersifat actual,
risiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluraga,
berdasarkan kemampuaan, dan sumber daya keluarga.
Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan
data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan
meliputi problem atau masalah, etiology atau penyebab, dan sign atau tanda
yang selanjutnya dikenal dengan PES.
1. Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul pada
penderita artritis rheumatoid.
2. Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnosa keperawatan
pada asuhan keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas
kesehatan keluarga yang meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Mengambil keputusan yang tepat.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

13
3. Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil
pengkajian
Menurut Mubarak (2012), tipologi dari diagnosis keperawatan yaitu :
1. Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.
2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu keadaan
jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2001) adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah.

14
Menentukan Prioritas Masalah

NO Kriteria Skor Bobot


1 Sifat Masalah
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
-Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolkan masalah
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak segera 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

1. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
x Bobot
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria skor tertinggi adalah 5.

Etiologi pada diagnosis keperawatan keluarga menggunakan lima skala

ketidak kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugaskesehatan dan

keperawatan, yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga


disebabkan karena :
1) Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta
2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
3) Sikap dan falsafah hidup

15
b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
melaksanakan tindakan, disebabkan karena :
1) Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan, dan kurangnya sumberdaya keluarga
4) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
5) Ketidakcocokan pendapat dari keluarga
6) Tidak mengetahui fasilitas kesehatan yang ada
7) Takut dari tindakan yang dilakukan
8) Sikap negatif terhadap tindakan petugas atau lembaga kesehatan
9) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang dilakukan
c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, disebabkan karena :
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit
2) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawat yang
dibutuhkan
3) Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4) Tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga
5) Sikap negatif terhadap penyakit
6) Konflik individu dalam keluarga
7) Sikap dan pandangan hidup
8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang
kondusif yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
pribadi anggota keluarga, disebabkan karena :
1) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,
tanggung jawab atau wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat
2) Kurang dapat mellihat untung dan manfaat pemeliharaan
lingkungan rumah
3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan

16
4) Konflik personal dalam keuarga
5) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
6) Sikap dan pandangan hidup
7) Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri,
tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang
mempunyai masalah
e. Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan sumber dimasyarakat
guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan atau lembaga
kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas
5) Rasa takut pada akibat tindakan
6) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
7) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul Pada Keluarga Dengan


Rematik

1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan


kurang pengetahuan keluarga tentang reumatik
2. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
3. Resiko cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga modifikasi
lingkungan
4. Gangguan mobilitas fisik akibat penurunan kekuatan otot pada penderita
artritis reumatoid berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
5. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit

17
7. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
Sumber : (Doengoes, 2000 dalam Lukman, 2009)
C. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan rencana tindakan yang
dibuat oleh perawat yang nantinya diimplementasikan dalam tindakan yang
nyata dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk perbaikan
kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan khusus),
rencana intervensi, serta rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar.
Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik, dapat diukur (measurable), dapat
dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana
intervensi ini ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012).

18
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


Tujuan dan kriteria objektif Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan TUK 1 Keluarga mampu 1. Kaji tingkat pengetahuan Keluarga 1. Memudahkan dalam
manajemen kesehatan mengenal 2. Berikan pendidikan kesehatan menentukan intervensi
keluarga berhubungan masalah tentang pengetahuan tentang rematik selajutnya
dengan kurang kesehatan dan perilaku sehat 3. Evaluasi tingkat pengetahuan 2. Menambah pengetahuan
pengetahuan keluarga keluarga klien dan keluarga tentang
tentang reumatik penyakit yang dideritanya.
3. Mengetahui sejauh mana
keluarga memahami tentang
penyakit yang dideritanya
2. Nyeri akut b.d TUK 2 1. Kaji skala nyeri 1. Membantu menentukan
ketidakmampuan Keluraga mampu memutuskan 2. Anjurkan keluarga membantu intervensi selanjutnya
keluarga merawat untuk merawat, meningkatkan klien untuk mandi air hangat, 2. Panas meningkatkan
anggota keluarga yang atau memperbaiki kesehatan kompres sendi- sendi yang sakit relaksasi otot dan mobilitas,
sakit dengan kompres hangat menurunkan rasa sakit.

19
TUK 3 3. Berikan masase yang lembut 3. Meningkatkan relaksasi/
Keluarga mampu merawat 4. Ajarkan teknik relaksasi dan mengurangi tegangan otot
anggota keluarga untuk distraksi 4. Meningkatkan relaksasi,
meningkatkan atau 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai memberikan rasa kontrol dan
memperbaiki kesehatan. indikasi yang diberikan mungkin meningkatkan
kemampuan koping.
5. Memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi dan
mengurangi tegangan otot /
spasme.
3. Resiko cedera b.d TUK 4 1. Anjurkan modifikasi lingkungan 2. Kondisi lingkungan yang
ketidakmampuan Keluarga mampu yang sehat dan aman sehat dapat menghindarkan
keluarga modifikasi memodifikasi - Lantai tidak licin dan resiko pada anggota keluarga
lingkungan lingkungan. kotor yang sakit.
- Penerangan lampu baik
(tidak gelap dan tidak
terlalu terang)

20
TUK 5 1. Minta keluarga menunjukan salah 1. Untuk memastikan
Keluarga mampu satu fasilitas kesehatan (Misal : keluarga menggunakan
memanfaatkan fasilitas Kartu JKN dan lain-lain) fasilitas kesehatan
kesehatan. apabila ada anggota
keluarga yang sakit
terutama klien apabila
cedera

21
D. Implementasi Keperawatan Keluarga
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah proses dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan rencana tindakan yang telah
disusun dan membangkitkan minat dan kemandirian keluarga dalam
mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini yaitu :
1. Merangsang kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
kesehatan dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberi informasi,
mengkaji kebutuhan dan harapan tentang kesehatan serta memberi
motivasi atau dorongan sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan
cara memberitahu konsekuensi jika tidak melakukan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan membicarakan dengan
keluarga tentang konsekuensi tiap tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, memanfaatkan alat dan
fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga dalam melakukan
tindakan.
4. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan menjadi sehat,
dengan cara menggali sumber-sumber yang ada pada keluarga dan
memodifikasi lingkungan semaksimal mungkin
5. Memberi motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tyang
ada, dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga, serta membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada. (Widyanto, 2014)
E. Evaluasi
Menurut Mubarak (2012), evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu
evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.
1. Evaluasi Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau
kegiatan yang telah dikerjakan.

22
2. Evaluasi Kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang
dapat difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
pada akhir asuhan keperawatan (Mubarak, 2012).
Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif,
Obyektif, Analisa, dan Planning).

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

Bawarodi, Fera. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan


Penyakit Rematik Di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. e-journal
Keperawatan (e-Kp), 5 (1). Diakses dari http://media.neliti.com

Riyanto, Slamet. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn “I” Dengan


Gangguan Sistem Muskulo Skeletal:Reumatik Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kukutio Kabupaten Kolaka. Politeknik Kesehatan Kendari. Diakses dari
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id

Nugroho Taufan. (2012). Luka Bakar dan Artritis Rhemathoid. Yogyakarta:


Numed

25

Anda mungkin juga menyukai