PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Neurodegenerasi didefinisikan sebagai hilangnya struktur dan fungsi neuron,
1.2.
Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui proses-proses yang terjadi pada degenerasi sistem saraf.
1.2.2. Tujuan Khusus
Mengetahui sistem yang terlibat dalam proses neurodegenerasi.
Mengetahui penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses
neurodegenerasi.
Mengetahui terapi-terapi yang dikembangkan sebagai tatalaksana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Neurodegenerasi
Neurodegenerasi merupakan satu kata yang cukup sering digunakan,
dan maknanya dianggap dipahami secara universal. Namun menemukan definisi
yang tepat untuk neurodegenerasi tidak semudah yang dibayangkan. Seringkali
neurodegenerasi hanya disebutkan secara umum, hanya sedikit buku yang
membahas mengenai definisinya, bahkan dalam kamus komperhensif tidak
didefinisikan secara jelas2.
Secara etimologi, kata ini tersusun dari dua kata, pertama neuro yang
mengarah pada sel saraf (neuron), dan degenerasi, yang dapat diartikan
sebagai proses hilangnya struktur atau fungsi pada suatu jaringan atau organ.
Sehingga dala satu kesatuan neurodegenerasi dapat dimaknai sebagai proses
hilangnya struktur atau fungsi pada susunan sel saraf2.
2.2.
Penyakit Neurodegeneratif
Penyakit neurodegeneratif merepresentasikan kelompok besar gangguan
neurologis dengan gambaran klinis dan patologis yang berbeda-beda yang
mempengaruhi kelompok neuron pada sistem anatomi fungsional; dimana
gangguan ini muncul tanpa penyebab yang jelas dan berkembang dalam pola
yang bervariasi. Di lain pihak, neoplasma, edema, perdarahan, dan trauma
sistem saraf, yang bukan merupakan penyakit saraf primer tidak dianggap
sebagai penyakit neurodegeneratif. Penyakit sistem saraf yang tidak berdampak
pada neuron secara langsung, melainkan hanya atribut dari neuron seperti
selaput myelin, pada penyakit multipel sclerosis bukan merapukan penyakit
neurodegeneratif, begitu juga dengan penyakit neuron lain dimana terjadi
kematian dari neuron akibat dari penyebab yang diketahui seperti hipoksia,
keracunan, defek metabolik, atau infeksi4.
Diantara ratusan penyakit neurodegeneratif yang berbeda, sejauh ini
perhatian ditujukan pada beberapa penyakit, termasuk Alzheimers disease
(AD), Parkinsons disease (PD), Huntingtons disease (HD), dan amyotrophic
lateral sclerosis (ALS). Banyak dari penyakit neurodegeneratif lain yang jarang
terjadi, atau jarang dipublikasikan, dianggap tidak banyak mengganggu,
sehingga seringkali diabaikan5.
3
Penyebab neurodegenerasi
Penyebab dari penyakit neurogeneratif pada dasarnya masih belum
diketahui, dan walaupun sudah teridentifikasi, mekanisme jelas bagaimana
terjadinya gangguan ini masih spekulatif. Contohnya etiologi HD sudah
teridentifikasi lebih dari 20 tahun lalu, namun kita masih belum memahami
secara jelas bagaimana mutasi dari gen huntingtin dapat menyebabkan penyakit2.
2.3.1. Genetik
Salah satu perdebatan mengenai etiologi dari penyakit neurodegeneratif
adalah mengenai peran relatif dari faktor genetik dan lingkungan terhadap
inisiasi penyakit-penyakit ini. Beberapa penyakit neurodegeneratif memiliki
kejadian yang jelas secara turun-temurun, dan hal ini menunjukan bahwa hal ini
dipengaruhi oleh faktor genetik. Diantara penyakit keturunan ini, beberapa
diturunkan melalui jalur autosomal dominan, misalnya pada HD dan atrofi
dentatorubral pallidoluysian2. Yang lebih jarang ditemukan , penyakit yang
diturunkan melalui jalur autosomal resesif (mis. Paraparesis spastik familial),
terkait kromosom X (mis. Atrofi otot spinal dan bulbar), atau yang diturunkan
4
basis
molekuler,
dan
lebih
penting
lagi
mekanisme
Normal
Type
Gene
PolyQ
repeats
DRPLA (Dentatorubropallidoluysian
ATN1 or
atrophy)
DRPLA
Pathogenic
PolyQ repeats
6 - 35
49 - 88
6 - 35
36 - 250
AR
9 - 36
38 - 62
ATXN1
6 - 35
49 - 88
ATXN2
14 - 32
33 - 77
ATXN3
12 - 40
55 - 86
CACNA1A
4 - 18
21 - 30
ATXN7
7 - 17
38 - 120
TBP
25 - 42
47 - 63
HD (Huntington's disease)
HTT
(Huntingtin)
yang
menderita
Huntingtons
disease.
Selain
penyakit
neurodegeneratif
diklasifikasikan
Alpha- synuclein
Protein alpha-synuclein dapat teragregasi membentuk
fibril-fibril tidak terlarut pada kondisi patologis yang terjadi
dengan karakteristik ditemukannya badan Lewy, misalnya pada
Parkinsons disease, demensia dengan badan Lewy, dan atrofi
multisistem. Alpha-synuclein merupakan komponen struktural
primer dari fibril badan Lewy. Sebagai tambahan, sebuah
fragmen alpha-synuclein, yang dikenal sebagai non-Abeta
component
(NAC),
juga
ditemukan
pada
plak
amiloid
Repeat count
Classification
Disease status
<28
Normal
Unaffected
2835
Intermediate
Unaffected
3640
Reduced Penetrance
+/- Affected
>40
Full Penetrance
Affected
Tau protein
hyperphosporilated tau protein merupakan komponen
utama
terjadinya
neurofibrillary tangles
pada Alzheimers
dan
di
percaya
memiliki
efek
neurotoksik 13
(Gambar 1.).
10
penyakit
neurodegeneratif
onset
lambat,
dan
Nukleus
Ekskresi
protein
ekstraseluler
beta
amiloid
pada
Alzheimers disease.
Ubiquitin-proteasome
Protein
ubiquitin
bersama
dengan
enzim-enzim
Jalur
ini
adalah
jalur
utama
degradasi
protein 3.
11
Autophagy-lysosome pathways
Jalur autofagi lisosom merupakan salah satu bentuk dari
programmed cell death (PCD), jalur ini menjadi jalur yang
menguntungkan bila agregat protein merupakan hasil dari
kegagalan kerja proteasom. Jalur ini dapat dibagi menjadi dua
bentuk
autofagi:
makroautofagi
dan
chaperone-mediated
autophagy3.
Makroautofagi
melibatkan
pengolahan
nutrien
dari
pada
Chaperone-mediated
terhadap
terjadinya
autophagy
neurodegenerasi.
juga
Penelitian
CMA
pada
membran
lisosom
akan
menyebabkan
12
Kerusakan Membran
Kerusakan pada membran organel-organel oleh proteinprotein monomer dan oligomer juga berperan serta terhadap
munculnya penyakit-penyakit neurodegeneratif. Protein alphasynuclein dapat merusak membran dengan cara memicu
terjadinya pembengkokan membran, tubulasi, dan vesikulasi
yang luas. Hal ini diamati pada sebuah penelitian dimana
protein alpha-synuclein diinkubasi dengan fosfolipid artifisial14.
Disfungsi Mitokondria
Bentuk kematian sel paling umum pada neurodegenerasi
adalah melalui jalur apoptosis intrinsik mitokondria. Jalur ini
mengontrol
aktivasi
dari
caspase-9
dengan
meregulasi
oksigen
reaktif
dikendalikan
oleh
antioksidan
oksigen
reaktif,
mitokondria
juga
terlibat
dalam
neurodegeneratif
yang
paling
dikenal,
yaitu
akan
terjadi
pada
keadaan
patologis
lain
sebagai
reseptor
kematian
sel
di
permukaan,
Inisiator
dan
efektor.
Caspase
inisator
akan
atau
pelipatan,
protein-protein
dengan
yang
memasukannya
mengalami
kedalam
kesalahan
autofagosom.
sering
terjadi
pada
berbagai
jenis
penyakit
15
terlalu
dipahami
adalah
mekanisme
kematian
sel
beberapa
pemaparan
diatas,
pada
penyakit
neurodegeneratif
ini.
Penelitian
ini
menunjukan
2.4.
Penyakit Spesifik
Alzheimers disease
Alzheimers disease dikarakteristikan dengan kehilangan
neuron dan sinaps pada korteks cerebri dan beberapa regio
subkortikal. Kehilangan dari neuron dan sinaps ini menyebabkan
atrofi nyata pada regio yang terkena, termasuk degenerasi
lobus temporal dan lobus parietal, dan sebagian dari korteks
frontalis dan gyrus cinguli9.
Alzheimers disease berdasarkan hipotesa merupakan
penyakit yang disebabkan oleh kesalahan pelipatan protein
(proteopati), hal ini disebabkan oleh akumulasi pelipatan
abnormal protein alfa, beta, dan tau di otak. Plak-plak terbentuk
dari banyak peptida-peptida kecil, yang tersusun dari asam
amino dengan panjang 39-43 rantai, yang disebut plak betaamyloid (A-beta/ A). Beta-amyloid merupakan fragmen dari
protein yang lebih besar yang disebut amyloid precursor
protein
(APP),
protein
transmembran
yang
mempenetrasi
17
Parkinsons disease
Parkinsons disease adalah penyakit neurodegeneratif
nomor
dua
tersering,
dengan
manifestasi
bradykinesia,
ini
lebih
jarang
terjadi
di
negara-negara
Asia.
terjadi
pada
18
dan
predisposisi
glucocerebrosidase
genetik,
dan
gen-gen
(GBA)
ini
menunjukan
merupakan
faktor
Huntingtons disease
Huntingtons disease menyebabkan suatu kondisi dimana
terjadi
peningkatan
jumlah
astrosit
sebagai
akibat
dari
menurunnya
jumlah
sel.
Area
yang
terpengaruh
yang
lemah
dari
nukleus
subtalamikus
akan
ini
dikirim
kembali
ke
badan
sel
untuk
ini
memacu
peneliti
untuk
fokus
memahami
efek
toksit
pada
motor
neuron,
namun
2.5.
21