Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Masalah gizi termasuk dalam
SDG 2015, yaitu untuk menghentikan kelaparan, mencapai makanan yang cukup, dan
meningkatkan nutrisi.1 Di dunia, terdapat 795 juta orang yang kelaparan dan 98 persen di
antaranya berada di negara miskin dan berkembang.2 Global Health Observatory
menyatakan bahwa terdapat 103 juta anak di bawah usia 5 tahun terutama di negara
berkembang yang memiliki status gizi kurang dimana 17% termasuk Asia Tenggara, salah
satunya Indonesia, kemudian tahun 2011 dinyatakan bahwa 1 dari 6 anak di negara – negara
berkembang, berstatus gizi berat badan kurang (underweight).3
Masalah kurang energi protein (KEP), masalah anemia defisiensi besi, masalah
gangguan akibat kurang yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA) serta masalah
obesitas di kota-kota besar merupakan persoalan gizi yang banyak dijumpai di Indonesia .4
Secara nasional menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang
pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang.5 Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 yaitu sebesar 8,4% dan pada
tahun 2010 sebesar 17,9%, tahun 2013 terlihat terjadi pengingkatan prevalensi gizi buruk dan
gizi kurang. Perubahan terutama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik
sebesar 0,9% dari tahun 2007 dan tahun 2013.5
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-
2014 disebutkan bahwa usaha pembinaan gizi masyarakat menjadi salah satu prioritas
pembangunan nasional. Sasaran pembinaan gizi yang telah ditetapkan adalah menurunnya
prevalensi gizi kurang dan buruk tahun 2014 menjadi 15%. Upaya perbaikan gizi masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.6
Salah satu kegiatan utama puskesmas adalah usaha perbaikan gizi yang
mengupayakan perbaikan keadaan gizi masyarakat terkhususnya balita, melalui perbaikan
pola konsumsi secara seimbang dan bermutu gizi. Kegiatan upaya perbaikan gizi tercantum

1
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 128 tahun 2004 yang meliputi, pemantauan
pertubuhan balita dengan melakukan penimbangan berat badan, pemberian suplemen gizi
yaitu kapsul vitamin A, pelayanan gizi yaitu pemberian MP-ASI atau PMT pada balita yang
BGM atau KEP dan perawatan pada balita gizi buruk, penyuluhan gizi seimbang termasuk
penyuluhan ASI eksklusif dan konsumsi garam yodium, serta penyelenggaraan kewaspadaan
gizi yaitu penanganan desa dengan KLB gizi < 24jam dan desa bebas rawan gizi.6,7
Dengan adanya program upaya perbaikan gizi diharapkan status gizi balita dapat
diperbaiki dan angka kesakitan serta kematian anak dapat diturunkan yang akan berdampak
terbentuknya masyarakat yang sehat dengan sumber daya manusia yang berkualitas di
kemudian hari untuk kesejahteraan bangsa dan negara.

1.2 Tujuan Program Usaha Perbaikan Gizi

1.2.1. Tujuan Umum


Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian program gizi
bayi dan balita di Puskesmas Kelurahan Lagoa pada periode Juli – Desember
2015.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran pelaksanaan dan pencapaian program gizi bayi dan
balita pada puskesmas Kelurahan Lagoa selama bulan Juli - Desember
2015.
2. Menilai masukan, proses, keluaran dan dampak, umpan balik dan
lingkungan dari program gizi bayi dan balita pada puskesmas Kelurahan
Lagoa selama bulan Juli - Desember 2015.
3. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan program gizi bayi dan balita pada
puskesmas Kelurahan Lagoa selama bulan Juli - Desember 2015.
4. Mencari dan mengusulkan alternatif solusi untuk masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan program gizi bayi dan balita pada puskesmas
Kelurahan Lagoa selama bulan Juli - Desember 2015.

2
1.3 Tujuan Evaluasi Kinerja Puskesmas dalam Perbaikan Gizi Balita
1. Menilai keluaran, proses dan masukan dari program usaha perbaikan gizi pada bayi
dan balita.
2. Menemukan adanya hambatan atau masalah yang terjadi dari program usaha
perbaikan gizi pada bayi dan balita.
3. Menentukan prioritas masalah yang lebih diutamakan sehingga dapat mengetahui
masalah yang dapat ditangani dengan segera.
4. Menemukan akar dari masalah tersebut sehingga dapat diketahui penyelesaian
masalah tersebut.
5. Menemukan solusi bagi penyelesaian masalah dari program usaha perbaikan gizi
pada bayi dan balita.
6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan program usaha
perbaikan gizi pada balita di masa mendatang.

3
Gambar 1. Alur Program Perbaikan Gizi di Puskesmas

Pasien
datang

Mendaftar ke
loket

BPU KIA

Penimbangan berat Penimbangan berat


badan dan badan dan
pengukuran tinggi pengukuran panjang
badan atau tinggi badan

Pemeriksaan dan Pengisian KMS


edukasi perorangan

Hasil pengisian
KMS dan
penyuluhan

Pelayanan kesehatan:
pemberian vitamin A,
pemberian MP-ASI,
PMT, serta perawatan
gizi buruk

4
Gambar 2. Alur Program Upaya Perbaikan Gizi di Posyandu

Posyandu Pendaftaran balita yang datang

Penimbangan Balita

Konseling, Penyuluhan atau rujukan balita BGM, sakit


atau tidak naik dua kali berturut-turut ke puskesmas

Penilaian hasil penimbangan :


Pengisian dan penilaian BB pada KMS

Pelayanan, termasuk pemberian vitamin A

Gambar 3. Alur Penentuan Bayi atau Balita Bawah Garis Merah

5
BAB II
KERANGKA EVALUASI

2.1 Kerangka Evaluasi

4)LINGKUNGAN

1) MASUKAN 2) PROSES 3) KELUARAN 6) DAMPAK

5) UMPAN BALIK

Keterangan:
1. Masukan, meliputi:
 Tenaga / Sumber Daya Manusia:
o Satu orang Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai Kepala Puskesmas
o Satu orang dokter umum.
o Satu orang dokter gigi
o Dua orang bidan.
o Satu orang petugas gizi puskesmas sekaligus penanggung jawab program
gizi.
o Tiga orang perawat.
o Satu orang petugas pendaftaran.
o Dua orang petugas keamanan
o Dua orang petugas kebersihan
o 195 orang kader aktif posyandu

6
 Dana:
o Dana swadana yang berasal dari retribusi dan dikelola oleh Puskesmas
Kecamatan Koja.
o Dana subsidi APBN dan APBD.
o Bantuan Operasional Kesehatan.
 Sarana:
o Medis
 Kapsul vitamin A (kapsul merah dan kapsul biru)
o Non Medis
 Di Posyandu
 Timbangan bayi, 1 buah
 Timbangan dewasa (injak manual), 1 buah
 Alat pengukur tinggi badan (posisi berdiri), 1 buah.
 Meteran untuk mengukur panjang badan, 1 buah.
 Buku register penimbangan
 Kartu Menuju Sehat (KMS)
 Di Puskesmas:
- Timbangan bayi, 2 buah
- Timbangan dewasa (injak manual), 2 buah
- Alat pengukur tinggi badan (posisi berdiri), 1 buah.
- Meteran untuk mengukur panjang badan, 1 buah.
- Tabel baku berat badan menurut PB/TB WHO
- Stetoskop
- Kartu status pasien
- Formulir pencatatan dan pelaporan
- Buku register bayi dan balita
- Kohort bayi dan balita
- Status pasien BPU
- Status MTBS

7
 Metode
o Medis, terdiri dari buku pedoman yang berisi tentang:
- metode penimbangan berat badan
- metode penilaian status gizi
- metode pemberian vitamin A (2x dalam setahun, yaitu Februari dan
Agustus)
- metode pemberian MP-ASI dan PMT
- metode penyuluhan ASI eksklusif

o Non medis, terdiri dari buku pedoman mengenai:


- metode pencatatan dan pelaporan
- metode pembinaan posyandu dan kader

2. Proses, meliputi:
 Perencanaan
o Puskesmas kelurahan melakukan perencanaan tingkat Kelurahan untuk
kegiatan seperti penyuluhan, posyandu, kunjungan rumah warga, dan
perencanaan untuk melaksanakan program yang disusun oleh Puskesmas
Kelurahan dan telah disosialisasikan dalam rapat koordinasi program gizi
tingkat Kecamatan Koja seperti pembagian biskuit dan susu untuk MP-ASI
dan PMT.
o Rencana kerja yang tertulis, diketahui, dan dipahami oleh petugas
 Pengorganisasian
o Terdapat struktur organisasi jelas dan tertulis
o Pembagian tugas jelas dan merangkap
 Pelaksanaan
o Pelayanan Gizi berupa penimbangan berat badan dan penilaian status gizi
bayi dan balita menggunakan z-score BB/TB saat datang ke KIA, BPU dan
posyandu. Melakukan pemantauan pemberian ASI eksklusif pada bayi
berusia 0- 6 bulan yang datang ke puskesmas ataupun posyandu.
o Kegiatan sweeping, pada pemberian vitamin A yang dilakukan pada bulan
Maret dan bulan September untuk memenuhi target pemberian vitamin A.
8
o PMT Pemulihan Balita Gizi Kurang diberikan pada balita dengan status gizi
buruk atau kurang. Bagi pasien yang dilakukan pengukuran di Posyandu
dan memiliki gangguan gizi seperti BB tidak naik dalam dua kali
penimbangan, digolongkan gizi kurang ataupun gizi buruk, pasien di
periksa kembali oleh dokter atau petugas gizi di puskesmas. Apabila pasien
gizi buruk disertai dengan komplikasi, maka akan dilaporkan ke puskesmas
Kecamatan dan segera dirujuk ke RS. Apabila tidak ditemukan komplikasi,
akan dilakukan penatalaksanaan gizi buruk secara rawat jalan.
o Edukasi mengenai gizi berupa, konseling ASI, penyuluhan gizi &
penyuluhan MP-ASI dan PMT. Konseling ASI dilakukan secara pribadi
pada setiap ibu yang datang memeriksakan bayinya dan secara
berkelompok. Puskesmas juga bekerjasama dengan Kelurahan Lagoa
memberikan penyuluhan gizi secara rutin sebanyak 3 kali setiap tahun di
kantor Kelurahan Lagoa.
o Melakukan kunjungan rumah untuk balita gizi kurang/buruk yang
mendapatkan rawat jalan atau yang tidak rutin mengambil MP-ASI atau
PMT.

 Pencatatan dan pelaporan


Dilakukan pencatatan dan pelaporan harian, bulanan dan tahunan Posyandu
o Pemantauan balita :
- Buku registrasi bayi dan balita
- LB1/F1 posyandu
- Pengumpulan data dasar gizi
- Formulir laporan gizi buruk
- Rekapitulasi data gizi
- Data balita BGM
- Konfirmasi status gizi
o Program ASI Eksklusif :
- Kohort bayi yang menerima ASI eksklusif
o Program MP-ASI :
- Data perkembangan status gizi bayi dan balita yang mendapat MP-
ASI,
9
- Formulir tanda terima,
- Register pendistribusian MP-ASI.
o Program PMT:
- Tanda terima PMT dari Puskesmas Kelurahan ke sasaran, data
perkembangan status gizi balita yang mendapat PMT
o Pemberian vitamin A :
- Daftar nama balita yang mendapat vitamin A,
- Register balita yang mendapat vitamin A dalam setahun.
 Pengawasan
Adanya monitoring dan supervisi dari kepala puskesmas secara berkala

3. Keluaran, meliputi :
 cakupan bayi dan balita yang dilakukan pengukuran status gizi menggunakan Z-
Score BB/TB sebesar 85%
rumus :
Jumlah balita yang diukur status gizinya di Puskesmas x 100%
Jumlah balita yang datang ke Puskesmas

 Cakupan perawatan balita gizi buruk sebesar 100%


rumus :
Jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan X 100%
Jumlah balita gizi buruk yang ditemukan

 Cakupan pemberian vitamin A pada balita usia 6 – 59 bulan sebesar 83%


rumus :
Jumlah balita yang mendapat kapsul vitamin A X 100%
Jumlah balita usia 6 – 59 bulan

 Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan sebesar 80%
Rumus :
Jumlah balita usia 6-11 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif X 100%
Jumlah balita usia 6 – 11 bulan yang datang dan ditimbang

10
 Cakupan pemberian PMT atau MP-ASI pada BGM sebesar 100%
rumus :
Jumlah balita BGM yang mendapat MP-ASI atau PMT X 100%
Jumlah balita BGM
4. Lingkungan:
 Fisik:
Lokasi PKL terletak di dekat jalan besar, akses dapat dicapai dengan jalan kaki
maupun kendaraan umum roda dua maupun empat oleh warga sekitar kelurahan
Lagoa.
 Non Fisik:
Agama dan adat istiadat di wilayah tersebut tidak menghambat jalannya program.

5. Umpan Balik:
Rapat pembahasan hasil laporan program, masalah yang ada serta cara mengatasinya
dilaksanakan setiap bulan.

6. Dampak:
Penurunan angka Balita Bawah Garis Merah (BGM).

2.2 Kerangka Pikir


Alur pemikiran dalam evaluasi sebagai berikut:
1. Evaluasi program gizi dilakukan dengan mencari data - data dari pedoman
mengenai indikator kegiatan program gizi yang dilaksanakan di Puskesmas
Kelurahan Lagoa, sebagai standar target untuk mendapatkan masalah.
2. Mencari data-data primer mengenai indikator kegiatan upaya perbaikan gizi
(keluaran) yang ditemukan di Puskesmas Kelurahan Lagoa kemudian
membandingkan dengan standar target yang digunakan untuk mendapatkan
masalah.
3. Mencari data primer dan sekunder mengenai masukan, proses, umpan balik, dan
lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Lagoa serta membandingkan dengan
standar target yang digunakan untuk mendapatkan penyebab masalah.

11
4. Membandingkan data masukan, proses, dan keluaran di Puskesmas Lagoa mengenai
upaya perbaikan gizi balita dengan standar pelayanan kesehatan di Jakarta untuk
mendapatkan penyebab masalah.
5. Membuat dan mengurutkan prioritas masalah dengan sistem skoring.
6. Menyimpulkan penyebab masalah utama sehingga tidak terpenuhinya target
keluaran/dampak dari segi kinerja puskesmas.
7. Memberikan saran yang mampu dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah yang
ada di puskesmas kelurahan Lagoa.

Diagram 2.2. Alur Kerangka Pikir

• Mencari data mengenai indikator keluaran


sebagai target

• Mencari data primer dan sekunder kegiatan


program lalu membandingkan dengan target

• Menyusun prioritas masalah

• Menyimpulkan penyebab masalah utama

• Menyusun saran yang mampu dilaksanakan

12
BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1 DATA UMUM


A. DATA GEOGRAFIS
Kelurahan Lagoa termasuk dalam wilayah Kecamatan Koja Kota administrasi
Jakarta Utara. Luas wilayah sebesar 157,99 Ha yang terdiri dari 18 RW dan 222 RT.8
Puskesmas Lagoa cukup strategis karena berada di tengah-tengah pemukiman
penduduk. Jalan menuju puskesmas juga cukup baik dan sudah beraspal. Puskesmas
dapat diakses dengan mudah menggunakan kendaraan roda dua, roda empat atau
berjalan kaki. Fasilitas transportasi umum pun banyak yang melewati Puskesmas
berupa ojek motor dan angkutan kota. Puskesmas mengalami banjir yang biasa terjadi
satu kali setiap tahunnya meskipun air tidak sampai memasuki ruangan puskesmas,
tetapi banjir mengganggu akses masyarakat ke puskesmas. Puskesmas tetap buka
meskipun banjir.

B. DATA DEMOGRAFIS
A. Data Penduduk
Kelurahan Lagoa pada tahun 2015 tercatat memiliki jumlah penduduk
sebanyak 71.470 jiwa dengan 25.093 kepala keluarga. Kepadatan penduduk di
wilayah Lagoa yakni 452 jiwa/km2. Jumlah penduduk dewasa di wilayah
Kelurahan Lagoa adalah 43.464 jiwa dengan laki-laki yakni 22.313 jiwa (51,3%)
dan perempuan 21.151 jiwa (48,7%).

B. Jumlah Penduduk Usia Balita


Berdasarkan Laporan Gizi Bulanan Desember 2015, Kelurahan Lagoa memiliki
jumlah penduduk balita (0-59 bulan 29 hari) sebanyak 2.881 jiwa ( 4% ). Proporsi
penduduk balita di Kelurahan Lagoa lebih rendah dibandingkan dengan proporsi
penduduk balita di Jakarta Utara yaitu, 143.740 balita dari 1.645.659 total
penduduk (8,7 %).

13
Tabel 3.1. Jumlah Bayi dan Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Lagoa hingga Desember 2015
Usia Jumlah (jiwa) Persentase
0-5 bulan 29 hari 286 10
6 bulan – 11 bulan 29 hari 405 14
12 bulan – 23 bulan 29 hari 686 23.8
24 bulan – 59 bulan 29 hari 1504 52.2
Jumlah 2881 100
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Lagoa sampai dengan bulan Desember 2015

C. Data Lingkungan
o Data daerah endemis penyakit tertentu yang berpengaruh terhadap gizi.
Penyakit tuberkulosa (TBC) masih dijumpai di daerah kelurahan Lagoa. TBC
pada orang dewasa dapat menular ke balita dan mempengaruhi status gizi anak.
Pada periode Juli 2015 sampai dengan Desember 2015 terdapat 4 orang balita
yang menderita TBC.

o Daerah rawan bencana


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Puskesmas, daerah kelurahan
Lagoa jarang mengalami banjir, banjir hanya terjadi ketika musim hujan dan
dalam 2 tahun terakhir terjadi 1 kali banjir yaitu pada akhir tahun 2014. Namun
bencana banjir ini hanya sedikit mengganggu aktifitas keseharian penduduk.

3. 2 DATA KHUSUS
Berikut ini merupakan data-data yang berkaitan dengan program Gizi diwilayah kerja
puskesmas Lagoa pada periode Juli 2015 – Desember 2015.

3.2.1. Data Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Lagoa


Tabel 3.2 Sarana Kesehatan di wilayah Kelurahan Lagoa
Jenis Jumlah
Rumah Sakit 3
Posyandu 25
Balai Pengobatan Swasta 8
Praktek dokter umum 3

14
Praktek dokter spesialis 2
Bidan Praktek Swasta 2
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Lagoa Tahun 2015

3.2.2. Jumlah Tenaga Kerja, Posyandu dan Kader


Puskesmas Lagoa memiliki tenaga kerja sebanyak 14 orang, Posyandu sebanyak 25
unit, 207 kader posyandu yang terdiri dari 195 (97%) kader aktif.

3.2.3 Angka kejadian TBC


Selama periode Juli hingga Desember 2015, ditemukan adanya kasus balita yang
menderita penyakit TBC yaitu sebanyak 4 kasus, dan keseluruhannya merupakan
kasus baru.

3.2.4 Xeroftalmia, Marasmus, Kwashiorkor, Serta Bencana Kelaparan pada Bayi


dan Balita
Tidak terdapat balita yang menderita penyakit xeroftalmia, Kejadian Luar Biasa
berupa kelaparan, marasmus, dan kwashiorkor tidak ditemukan dalam periode yang
telah ditentukan.

3.2.5. Program Gizi di Kelurahan Lagoa


Pada Puskesmas Kelurahan Lagoa dilakukan empat program gizi yang terintegrasi
dengan program KIA. Program yang dijalankan ialah :
 Program perbaikan gizi buruk
o Penimbangan dan pemantauan status gizi bayi dan balita setiap bulan
o Pemberian MP-ASI dan PMT bagi balita dengan status gizi miskin dan di
bawah garis merah (BGM).
o Rujuk ke Puskesmas dengan fasilitas rawat inap / Rumah Sakit bagi balita
dengan gizi buruk yang butuh perawatan
 Pemberian vitamin A pada balita dan ibu hamil
 Pemberian tablet besi pada ibu hamil
 Konseling ASI Eksklusif

15
Pada laporan ini akan dibahas program gizi yang dikhususkan bagi bayi dan balita yaitu
perbaikan gizi buruk, pemberian vitamin A dan ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan masa
bayi dan balita merupakan masa atau periode emas pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak sehingga perlu diperhatikan pemenuhan gizi dan terus dipantau pertumbuhan
serta perkembangannya.

3.3 Data Primer

Dari pencatatan data harian di Puskesmas Kelurahan Lagoa (BPU dan poli KIA)
diambil data pasien balita usia 0-59 bulan yang datang ke Puskesmas pada periode bulan
Juli 2015 – Desember 2015. Kemudian dilihat jumlah balita, BB dan TB untuk mendapat
data status gizi, pemberian vitamin A, dan ASI eksklusif dari catatan tersebut.

Tabel 3.3 Data Status Gizi, Perawatan Gizi Buruk, Pemberian MP-Asi dan PMT,
dan ASI Eksklusif pada bayi dan balita yang datang ke Puskesmas Kelurahan
Lagoa selama periode Juli - Desember 2015.
Bayi 0 – 6 Bayi 6 – 11 Balita 12 – 23 Balita 24 – 59 Total
Bulan Bulan Bulan Bulan
Jumla % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumla %
h h
Yang datang ke 274 8,7 391 13,9 709 25,1 1471 52,3 2818 100
Puskesmas
Ditimbang 254 9,4 376 14 656 24,3 1408 52,3 2694 100
Status Lebih - - - - 3 12,5 21 87,5 24 100
Gizi Baik 254 9,7 374 14,3 635 24,3 1350 51,7 2613 100
Kurang - - 1 7,1 6 42,9 7 50 14 100
Buruk - 1 2,3 12 27,9 30 69,8 43 100
Gibur mendapat - - 1 2,3 12 27,9 30 69,8 43 100
Perawatan
BGM yang - - 1 3,7 17 31,5 35 64,8 53 100
mendapat MP-
ASI dan PMT
ASI Eksklusif 74 27 74 27
Sumber: - Status Pasien yang datang ke Puskesmas Kelurahan Lagoa periode Juli – Desember 2015
- Buku register bagian KIA dan KB
- Register Bayi dan Balita BGM dan konfirmasi status gizi

16
 Pemberian vitamin A pada bayi dan balita
Tabel 3.4 Cakupan Pemberian Vitamin A tahun 2015 Puskesmas Kelurahan
Lagoa
Umur Target Februari 2015 Agustus 2015 2 kali / 1 th
(bulan) (orang) Pencapaian % Pencapaian % Pencapaian %
6-11 507 346 68,2 349 68,8 345 68,0
12-59 2.128 2.242 105,3 2.299 108 2.124 99,8
Total 2.635 2.588 98,2 2.648 94.18 2.469 93,7
Sumber: Laporan Cakupan Pemberian Vitamin A Puskesmas Kelurahan Lagoa

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data berupa data program gizi dilakukan pada tanggal 2 – 5 Februari
2016 di Puskesmas Kelurahan Lagoa dan Kantor Kelurahan Lagoa dengan sumber data
sebagai berikut:
Pengambilan Data Khusus untuk Digunakan dalam Evaluasi Kinerja
Puskesmas Kelurahan Lagoa dalam Program Gizi Bayi dan Balita periode Juli 205
– Desember 2015
Sumber Data Cara Pengambilan Variabel
Data Primer
Register Pencatatan  Jumlah kunjungan bayi dan
kunjungan harian balita di Puskesmas
puskesmas
Buku register Pencatatan  Jumlah kunjungan bayi dan
imunisasi bayi balita di bagian KIA
 Jumlah penimbangan bayi dan
balita
 Jumlah pemberian vitamin A
di bagian KIA
 Jumlah bayi yang menerima
ASI eksklusif
 Data mengenai balita BGM
(Berat badan di Bawah Garis

17
Merah) dan status gizi menurut
BB/TB
Register balita Observasi dan  Jumlah bayi dan balita
yang mendapat pencatatan penerima kapsul biru atau
Vitamin A kapsul merah vitamin A
 Sweeping vitamin A
Penanggung Wawancara  Program gizi untuk bayi dan
jawab program balita yang ada di Puskesmas
Gizi Puskesmas  Penjelasan teknis pelaksanaan
Kelurahan Lagoa program gizi di Puskesmas
(Ibu Ponisih)  Pelaksanaan temuan gizi
kurang/buruk pada bayi dan
balita
 Pelaksanaan kegiatan
Posyandu
 Gambaran peran serta dan
keaktifan kader terhadap
program gizi
 Pelaksanaan kegiatan Vitamin
A
 Kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaan program tersebut
Kepala Puskesmas Wawancara  Standar program gizi di
Kelurahan Lagoa Puskesmas Kelurahan Lagoa
(Ibu Irene) yang diminta oleh Puskesmas
Kelurahan dan Suku Dinas
 Target program gizi
 Kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaan program gizi
Beberapa ibu yang Wawancara  Seputar ASI eksklusif
memiliki anak  Seputar penimbangan berkala
bayi atau balita tiap bulan

18
dan berkunjung di  Seputar kapsul vitamin A
Puskesmas

Data Sekunder
Laporan Tahunan Pencatatan  Perincian luas wilayah, jumlah RT
Puskesmas – RW di Kelurahan Lagoa tahun
Kelurahan Lagoa 2015
dan laporan  Jumlah bayi dan balita di wilayah
bulanan kerja Puskesmas Kelurahan Lagoa
(Desember) pada tahun 2015
kelurahan Lagoa  Jumlah penduduk yang sudah
memiliki kartu BPJS
 Cakupan pemberian vitamin A
tahun 2015

Formulir Pencatatan Konfirmasi hasil temuan gizi buruk


Penyelidikan
Kasus Gizi Buruk
dan Formulir
Pemantauan Gizi
Buruk
Laporan Penerima Pencatatan Konfirmasi hasil temuan gizi buruk
MP-ASI dan PMT
Rekap Balita Observasi Konfirmasi hasil perhitungan dari
Mendapat Vitamin dan Pencatatan Register Balita yang mendapat
A vitamin A
Kohort Observasi dan Konfirmasi jumlah bayi yang
pemantauan ASI pencatatan menerima ASI eksklusif
Eksklusif

19
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH

4.1 Perhitungan Indikator


Indikator didapatkan dari Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pembinaan
Gizi tahun 2010 – 2014 oleh Kemkes tahun 2010 dalam Rencana Aksi Pembinaan
Gizi Masyarakat 2010 – 2014.

Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Keluaran dan Target

KELUARAN
Item yang dinilai Data Pendukung Hasil Target Masalah
Penimbangan Balita
Proporsi balita yang dilakukan Jumlah balita 0-59 bulan
pengukuran status gizi menggunakan z- 29 hari di bulan Juli - 95,6% 85% -
score BB/TB periode Juli - Desember 2015 Desember 2015 yang
datang ke Puskesmas :
2818

Jumlah balita 0-59 bulan


29 hari di bulan Juli -
Desember 2015 yang
datang dan diukur status
gizinya di Puskesmas
: 2694

20
Gizi Buruk
Cakupan balita gizi buruk mendapat Jumlah kasus balita gizi 100% 100% -
perawatan periode Juli - Desember 2015 buruk di bulan Juli -
Desember 2015 yang
dirawat inap maupun
rawat jalan: 43

Jumlah balita gizi buruk


periode Juli - Desember
2015 yang ditemukan: 43
Vitamin A
Cakupan balita usia 6 - 59 bulan yang Jumlah balita usia 6-59 94% 85% -
mendapat kapsul vitamin A bulan Agustus bulan pada bulan Juli -
2015 dan sweeping bulan September 2015 Desember 2015:
2.818

Jumlah balita usia 6-59


bulan yang mendapatkan
vitamin A bulan Agustus
2015 dan sweeping
September 2015 :
2.648

Cakupan Pemberian Vitamin A 2x dalam Jumlah balita usia 6-59 93,7% 85% -
1 tahun (2015) tahun Februari – Agustus
2015
: 2.635

Jumlah balita usia 6-59


bulan yang mendapatkan
vitamin A 2x tahun 2015
: 2.469

21
ASI Eksklusif
Proporsi bayi dan balita usia 0 - 6 bulan ∑ bayi dan balita usia 29,1% 80% +
yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) 0-6 bulan yang datang
Eksklusif dan ditimbang bulan Juli
- Desember 2015
: 254
Jumlah bayi yang
menerima ASI eksklusif
:74

MP-ASI atau PMT


Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT ∑ bayi dan balita usia 92,9% 100%
pada balita BGM ∑ balita BGM dari Juli - +
Desember 2015
: 57
∑ balita BGM dari Juli –
Desember 20156 yang
mendapat MP-ASI atau
PMT
: 53
DAMPAK
Balita Bawah Garis Merah
Jumlah balita bawah garis merah pada ∑ balita BGM bulan Juli
periode Juli - Desember 2015 – Desember 2015 2,1% < 5% -
: 57
∑ balita 0 - 59 bulan,
bulan Juli - Desember
2015 yang datang dan
ditimbang
: 2694

22
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Perumusan Masalah


Berdasarkan hasil penyajian data, pada variabel keluaran dijumpai beberapa masalah yaitu :
1. Bayi dan balita yang mendapat ASI eksklusif sebesar 29,1% dengan target sesuai
pedoman adalah 80 %
2. Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM 92,9% target sesuai
pedoman adalah 100 %

5.2. Prioritas Masalah


Kriteria parameter :
1. Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target.
Skor : 5 = 80-100 3 = 40-59,9 1 = 0-19,9
4 = 60-79,9 2 = 20-39,9
2. Berat ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan.
Skor: 5 = Berat sekali
3 = Kurang berat
1 = Tidak berat
3. Apakah dapat ditanggulangi dengan sumber daya yang ada.
Skor: 5 = Dapat ditanggulangi
3 = Kurang dapat ditanggulangi
1 = Tidak dapat ditanggulangi.
4. Keuntungan sosial yang diperoleh, apakah menarik masyarakat.
Skor: 5 = Banyak menarik masyarakat
3 = Kurang menarik masyarakat
1 = Tidak menarik masyarakat
Jika ragu antara skor 1 dan 3 = 2
Jika ragu antara skor 3 dan 5 = 4

23
Perhitungan prioritas masalah:
1) Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target

Rumus:
G=E-O

G = Gap ( kesenjangan )

E = Expected (target yang ingin dicapai)

O = Outcome (data yang didapat dari lapangan)

Melalui perhitungan ini didapatkan skor masalah terhadap keluaran sebagai berikut :

 Bayi dan balita yang mendapat ASI eksklusif sebesar 29,1%, target sesuai pedoman
adalah 80 %
Gap : 51%,
Sehingga besar masalah dinilai dengan skor : 3

 Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM 92,9% target sesuai
pedoman adalah 100 %
Gap : 7,1%,
Sehingga besar masalah dinilai dengan skor : 1

2) Berat-ringannya masalah dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan


a. Bayi dan balita usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tidak mencapai target
80%, yaitu 29,1%.
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung lebih dari 200 unsur
pokok yang bermanfaat bagi tubuh antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah
putih. Masih banyak manfaat ASI lainnya seperti meningkatkan sistem imun,
mengurangi resiko diare dan meningkatkan kecerdasan. Pemberian ASI eksklusif
memberi keuntungan tersendiri bagi ibu karena dapat menghemat pengeluaran
keluarga untuk membeli susu formula, meningkatkan hubungan emosional (bonding)
ibu dan anak serta dapat berfungsi sebagai KB alamiah. Pada dasarnya komposisi ASI
sangat sesuai untuk kondisi anak sehingga pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan
24
diwajibkan. Pemberian ASI pada anak sangatlah mudah akan tetapi banyak ibu yang
tidak memberikan ASI pada anaknya dikarenakan oleh faktor pekerjaan, rendahnya
pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI dan cara meningkatkan produksi ASI
sehingga menyebabkan para ibu beralih ke susu formula dalam pemberian makanan
pada anaknya. Berdasarkan masalah ini maka diberi skor 5

b. Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM tidak mencapai target 100%
yaitu 92,9%.
Cakupan pemberian MP-ASI dan PMT yang tidak memadai akan berdampak kepada
sulitnya perbaikan gizi pada balita dengan gizi buruk, ataupun gizi kurang. Balita
dengan gizi buruk akan lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan
tubuh. Penyakit penyerta yang sering terjadi pada gizi buruk ini sendiri akan cendrung
menambah rendahnya status gizi anak, penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi
diantaranya adalah ISPA, diare persisten, cacingan, TBC. Selain itu status gizi balita
yang rendah juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak
optimal, dan bahkan sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi
muda mendatang. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian, tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel
otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berdasarkan masalah ini
maka diberi skor 5

3) Apakah dapat ditanggulangi oleh sumber daya yang tersedia


a. Bayi dan balita usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tidak mencapai target
80%, yaitu 29,1%.
Setiap petugas kesehatan di puskesmas terkhususnya pada bagian KIA dan MTBS
dapat melakukan penyuluhan mengenai manfaat ASI, cara meningkatkan produksi
ASI, dan cara menanggulangi faktor pekerjaan dan faktor – faktor lainnya yang
menghalangi ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Peran kader juga
dapat membantu untuk memberikan informasi kepada para orang tua mengenai ASI
dan menekankan pentingnya ASI eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak. Selain itu, informasi – informasi juga dapat diberikan melalui poster – poster,
leaflet atau brosur sehingga meningkatkan penyebaran informasi mengenai ASI,
berdasarkan hal diatas maka masalah ini diberi Skor 5
25
b. Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM tidak mencapai target 100%
yaitu 92,9%.
Petugas gizi puskesmas dapat berkordinasi dengan kader posyandu untuk pendataan
balita BGM, dan untuk menggiring balita-balita tersebut untuk datang ke puskesmas.
Suplai MP-ASI dan PMT masuk ke puskesma setia akhir tahun, dan untuk koordinasi
pembagian MP-ASI dan PMT bisa dilakukan oleh petugas gizi puskesmas. Untuk
balita yang tidak datang untuk mengambil MP-ASI atau PMT, dapat dikontak dengan
telepon, bila perlu dilakukan kunjungan rumah oleh petugas gizi, maupun kader
posyandu. Penyuluhan perorangan dan berkelompok mengenai pentingnya perbaikan
gizi balita dilakukan setiap berjalannya kegiatan posyandu, atau saat balita dan orang
tua datang ke puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan oleh dokter umum di BPU,
oleh bidan di KIA, ataupun oleh petugas gizi di poli gizi, berdasarkan masalah ini
diberikan Skor 5

4) Keuntungan sosial yang diperoleh


a. Bayi dan balita usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tidak mencapai target
80%, yaitu 29,1%.
Manfaat langsung ASI diperoleh tidak hanya oleh anak tetapi juga diperoleh oleh ibu.
Manfaat langsung ASI untuk anak berupa kebutuhan gizi yang tercukupi dengan
optimal pada 6 bulan pertama kehidupan, peningkatan daya tahan tubuh akibat
kandungan imunoglobulin dalam ASI, penurunan risiko gangguan pencernaan. Untuk
ibu, manfaat langsung yang dapat diperoleh adalah tidak perlu mengeluarkan uang
untuk membeli makanan untuk anak selama masa ASI eksklusif karena ASI gratis,
meningkatkan hubungan emosional dengan anak, dan ASI bertindak sebagai KB
alami. Selain manfaat langsung, terdapat juga manfaat tidak langsung seperti
menurunnya risiko obesitas, asma, alergi pada anak dan meningkatkan kecerdasan
anak. Berdasarkan masalah ini maka diberi Skor 4.

b. Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM tidak mencapai target 100%
yaitu 92,9%.
Dengan pemberian MP-ASI atau PMT dapat memperbaiki status gizi balita gizi
buruk, sehinggan seiring dengan meningkatnya status gizi, sistem kekebalan tubuh
anak juga akan semakin baik, dan angka kejadian penyakit-penyakit penyerta gizi
26
buruk, seperti ISPA, diare persisten, ataupun TBC, dengan demikian orang tua tidak
perlu menghabiskan waktu untuk membawa anak berobat, sehingga waktu dapat
digunakan untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif. Dengan Status gizi yang
membaik balita akan dapat beraktifitas dengan baik, sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya juga akan menjadi lebih baik. Skor 4

Tabel 5.1 Prioritas Masalah


Bayi dan balita usia 0-6 Cakupan pemberian MP-
No Parameter bulan yang mendapatkan ASI atau PMT pada
ASI Eksklusif balita BGM
1 Besar masalah 3 1
2 Berat ringan masalah 5 5
3 Sumber daya tersedia 5 5
4 Keuntungan sosial yang 4 4
diperoleh
Total 17 15

Berdasarkan penentuan prioritas di atas maka masalah yang mendapat prioritas utama
adalah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tidak mencapai target 80%,
yaitu 29,1%.

5.3 Penyebab Masalah


Kegiatan yang dilakukan untuk Program ASI Eksklusif menurut Pedoman
peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI) berdasarkan Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat, Depkes 2004.

Tabel 5.2 Penyebab Masalah


Pedoman Puskesmas Penyebab
Pelatihan PP-ASI Dilakukan, belum optimal Pelatihan yang dilakukan
(Peningkatan pemberian ASI) belum rutin
bagi tokoh agama, pengajar di
institusi pendidikan
keperawatan, kebidanan, gizi
dan tenaga kesehatan.

Penyusunan dan pengadaan Dilakukan, belum optimal Kurangnya media promosi


27
materi KIE (Komunikasi, seperti brosur, leaflet dan
informasi dan edukasi) ASI poster
Eksklusif.

Pendataan sasaran ASI Dilakukan Sasaran ASI sudah didata


Eksklusif berdasarkan jumlah balita
yang ada di kelurahan.
Penyuluhan ASI Eksklusif. Dilakukan - Jadwal penyuluhan massal
(massal, keluarga, kelompok, dan kelompok tidak rutin
perorangan)
- Penyuluhan perorangan
kurang efektif di puskesmas
karena keterbatasan
sumberdaya

- KP Ibu belum bias


mencakup seluruh ibu, karena
keterbatasan waktu dan
tenaga.
Sosialisasi KIE ASI Eksklusif Dilakukan, belum optimal - Pelatihan kader belum
(kunjungan lapangan) merata

Pembinaan teknis Tidak dilakukan - Kurang tenaga kerja


- Materi belum ada
Pencatatan, pelaporan dan Dilakukan - Laporan Posyandu dan
evaluasi laporan bulanan gizi

28
5.4 Pohon Masalah

Bayi usia 0 – 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif < 80%

Pengetahuan ibu tentang ASI KP – ASI belum berjalan


eksklusif belum optimal secara optimal

Informasi tentang ASI Jumlah media Penyuluhan ASI


eksklusif yang keliru, promosi (poster, eksklusif belum Keterbatasan waktu Petugas KP ASI masih
diperoleh dari pihak spanduk, leaflet, optimal untuk pelaksanaan mengandalkan petugas
yang bukan petugas brosur) tentang ASI penyuluhan KP ASI kesehatan untuk
kesehatan eksklusif belum secara rutin oleh pendampingan kegiatan
memadai petugas kesehatan

Penyuluhan ASI Materi Belum ada Keterbatasan


Pelatihan dan pembekalan
eksklusif hanya penyuluhan jadwal tetap waktu yang
kepada KP ASI masih
ditujukan bagi ibu belum untuk dimiliki
kurang
hamil dan menyusui disesuaikan melakukan petugas untuk
dengan kebutuhan penyuluhan melakukan
ibu secara rutin penyuluhan

Meningkatkan frekuensi pelatihan dan


Ajakan bagi masyarakat umum selain bimbingan KP ASI oleh petugas
ibu hamil dan menyusui untuk mengikuti Menyebarkan undangan pertemuan Banyak tugas pelayanan
bagi ibu hamil, ibu menyusui dan
kesehatan untuk menambah
penyuluhan tentang ASI eksklusif, (tugas rangkap) yang
anggota KP-ASI untuk : keterampilan dan pengetahuan petugas
dengan cara: harus dikerjakan petugas
- mengetahui pemahaman ibu tentang KP ASI
- pengumuman di tempat ibadah kesehatan
- membagi brosur dan leaflet ASI eksklusif
- mengetahui persoalan dan kesulitan
dalam memberikan ASI eksklusif
1
- dapat menyiapkan materi
penyuluhan sesuai kebutuhan ibu
Pengadaan media promosi berupa poster, Mengumpulkan tenaga Memberdayakan masyarakat
spanduk, brosur dan leaflet untuk menambah kesehatan dan pihak yang atau pihak yang dinilai dapat
jumlah media promosi. dilakukan dengan cara : terlibat dalam penyuluhan melakukan penyuluhan seperi :
- Tenaga pelaksana : bekerjasama dengan untuk menetapkan tempat  KP-ASI
dokter muda FK-UAJ sebagai pelaksana dan tanggal pelaksanaan  Ibu – ibu PKK
- Dana dan materi : pengajuan proposal penyuluhan.  Kader kesehatan
kerjasama dengan berbagai pihak yang  Bidan praktek yang ada
memiliki ketertarikan tentang ASI eksklusif setelah menentukan didalam wilayah kerja
antara lain : tempat dan tanggal puskesmas
1. Ikatan konselor menyusui pelaksanaan penyuluhan,  Mahasiswa kedokteran
Indonesia(IKMI) maka diumumkan secara  Dokter muda FK-UAJ
2. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) berkala agar diketahui oleh  Mahasiswa kebidanan
3. Ayah Peduli ASI (Ayah ASI) seluruh sasaran
4. Majalah kesehatan dan perusahaan
farmasi

2
5.5 Pemecahan masalah
1) Penyuluhan mengenai ASI eksklusif yang melibatkan masyarakat lain selain ibu
hamil dan menyusui.
Perencanaan penyuluhan :
Tujuan penyuluhan (why) Menambah, meluruskan pengetahuan masyarakat
tentang ASI eksklusif dan meningkatkan kesadaran
warga tentang pentingnya ASI eksklusif
Sasaran (Who) Masyarakat luas, khususnya ayah, mertua dan keluarga
lain yang memiliki bayi 0-6 bulan
Pelaksana (Who) Bidan puskesmas, petugas gizi puskesmas, dokter
puskesmas
Materi (What) Manfaat ASI eksklusif, kerugian bila tidak memberi ASI
eksklusif, cara pemberian, cara penyimpanan dan mitos
– mitos yang salah tentang ASI
Tempat ( Where ) Balai desa, ruang tunggu puskesmas
Waktu (when) 4 bulan sekali
Cara (How) - menentukan tanggal dan tempat penyuluhan
- mengajak masyarakat dengan cara mengedarkan
selebaran (leaflet, brosur), mengajak secara verbal
(diumumkan di tempat ibadah) dan menempel
poster berisi ajakan pada lokasi yang strategis (balai
desa,loket puskesmas,ruang tunggu pemeriksaan)
- Memberikan pre test
- Penyampaian materi dengan menggunakan media
yang menarik seperti animasi ataupun alat peraga.
- membuka sesi tanya jawab
- post test

2) Penetapan jadwal penyuluhan dan diumumkan secara berkala


Tujuan penyuluhan (why) - Memberi informasi mengenai adanya program
penyuluhan kepada masyarakat (ibu hamil, ibu
menyusui dan masyarakat luas) tentang ASI

1
eksklusif
- Menentukan jadwal penyuluhan
Sasaran (Who) Masyarakat khususnya bagi ibu hamil dan menyusui
Pelaksana (Who) Bidan puskesmas dan kader kesehatan
Materi (What) Jadwal penyuluhan ASI eksklusif
Waktu ( when ) 3 kali dalam setahun
Tempat (where) Penempelan jadwal di ruang tunggu BPU, KIA dan
loket pendaftaran
Cara (how) - mengumpulkan tenaga kesehatan dan pihak yang
terlibat dalam penyuluhan untuk menetapkan tanggal
dan bulan untuk melakukan penyuluhan
- Penyampaian informasi waktu penyuluhan secara
berkala agar dapat diingat oleh masyarakat ( ibu
hamil dan menyusui ).

3) Pengadaan dan penambahan media promosi ( brosur, poster , spanduk dan leaflet )
mengenai ASI eksklusif
Tujuan penyuluhan (why) - Menambah jumlah media promosi yang ada sehingga
dapat menjangkau seluruh sasaran
- menginformasikan hal penting tentang ASI eksklusif
melalui media promosi sehingga dapat
mengoptimalkan pengetahuan yang diperoleh ibu
dari konseling pribadi yang terbatas pelaksanaannya
Sasaran (Who) Ibu hamil, menyusui dan calon ibu
Pelaksana (Who) Petugas gizi bekerjasama dengan dokter muda FK-UAJ
Materi (What) Pengertian ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI
eksklusif, cara pemberian dan komponen gizi didalam
ASI
Waktu (When) Tiap 3 bulan
Tempat ( Where ) Tempat posyandu, ruang tunggu BPU dan KIA, loket
pendaftaran dan pintu masuk puskesmas
Cara (How) - Tenaga pelaksana : bekerjasama dengan dokter muda FK-
UAJ sebagai pelaksana
2
- Dana dan materi : pengajuan proposal kerjasama dengan
berbagai pihak yang memiliki ketertarikan tentang ASI
eksklusif antara lain :
1. Ikatan konselor menyusui Indonesia(IKMI)
2. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)
3. Ayah Peduli ASI (Ayah ASI)
4. Majalah kesehatan dan perusahaan farmasi
- Setelah media promosi tersedia dilakukan
pemasangan poster dan spanduk pada tempat yang
strategis, mengedarkan brosur dan leaflet kepada
sasaran saat sedang berada diruang tunggu (BPU,
KIA ataupun posyandu)

4) Pertemuan ibu hamil, menyusui dan anggota KP ASI


Tujuan penyuluhan (why) - Untuk mengetahui pemahaman ibu mengenai ASI
eksklusif
- mengetahui persoalan dan kesulitan ibu berkaitan
dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
- dapat menyiapkan materi penyuluhan rutin sesuai
dengan kebutuhan ibu
Sasaran (Who) Ibu hamil, menyusui dan beberapa petugas KP-ASI
Pelaksana (Who) PJ program gizi puskesmas Kelurahan dan petugas
kesehatan dari puskesmas kelurahan
Materi (What) - Diskusi masalah yang dihadapi sasaran
- Menawarkan solusi cara mengatasi persoalan
tersebut
Tempat ( Where ) Balai desa atau rumah salah satu petugas KP ASI
Waktu ( when ) Minimal 2 kali dalam setahun
Cara (How) - Menentukan waktu pertemuan
- Mengundang pihak yang terlibat dalam pertemuan
- Perkenalan petugas dan moderator diskusi
- Memulai diskusi
- Mencatat hasil diskusi
- Memberi lembaran umpan balik kepada seluruh
peserta tentang kegiatan diskusi yang dilakukan

3
5) Evaluasi mengenai pembagian tugas dan efektivitas kerja petugas
Tujuan penyuluhan (why) - Mengetahui tugas dan bagaimana pelaksanaan
tugas KP ASI dan kader dilapangan
- Memberdayakan masyarakat atau pihak lain yang
dapat membantu petugas kesehatan untuk
melakukan penyuluhan
Sasaran (Who) Kader, Petugas KP ASI, ibu PKK, Dokter muda,
mahasiswa kebidanan,bidan praktek
Pelaksana (Who) Bidan puskesmas dan koordinator gizi puskesmas
Waktu (when) Disesuaikan (minimal 2 kali dalam setahun)
Materi (What) - Pentingnya penyuluhan dan peran serta
masyarakatan dalam menyukseskan pemberian gizi
berupa ASI eksklusif bagi bayi
- pengajaran mengenai cara melakukan penyuluhan
kepada ibu hamil dan menyusui
Tempat ( Where ) Balai desa, rumah salah satu petugas
Cara (How) - Menentukan jadwal dan lokasi dilaksanakan
pertemuan
- Mengundang petugas (kader ataupun KP ASI),
khususnya dari kelompok yang kegiatan
penyuluhan dan KP ASI belum optimal dan
mengundang kelompok sasaran lainnya
- Menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya
pertemuan
- Melakukan diskusi dan bersama menemukan solusi
- Mengedarkan kertas untuk umpan balik kegiatan

6) Meningkatkan frekuensi pelatihan dan bimbingan KP ASI oleh petugas kesehatan


Tujuan penyuluhan (why) - Menambah pengetahuan dan keterampilan KP ASI
- menimbulkan rasa percaya diri dan kemandirian KP
ASI

4
- Dapat terselenggaranya kegiatan KP ASI secara rutin
dan optimal

Sasaran (Who) KP-ASI


Pelaksana (Who) Bidan puskesmas, koordinator gizi puskesmas
Kelurahan
Materi (What) Tips cara melakukan diskusi dalam KP ASI,
pengetahuan seputar ASI eksklusif seperti
pengertian,manfaat, cara menyusui, cara memerah dan
menyimpan ASI dan Inisiasi menyusui dini
Tempat ( Where ) Ruang pertemuan puskesmas
Kapan (When) Minimal 6 bulan sekali
Cara (How) - Menentukan jadwal dan tempat
- Mengumpulkan petugas KP ASI
- Memberikan pretest
- Penyampaian materi dan pelatihan keterampilan,
membuka forum diskusi
- Post test

5
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Evaluasi kinerja program perbaikan gizi pada bayi dan balita di Puskesmas Kelurahan
Lagoa periode Juli hingga Desember 2015 ditemukan bahwa secara umum, program belum
berjalan dengan optimal, hal ini dapat dilihat dari lima indikator keluaran program gizi balita,
tiga indikator sudah mencapai target, diantaranya proporsi bayi dan balita yang dilakukan
pengukuran status gizi sebesar 95,6% ( target 85% ), balita gizi buruk yang mendapat
perawatan sebesar 100% ( target 100% ), bayi dan balita mendapat vitamin A 2 kali dalam
setahun sebesar 93,7% ( target 83%), sedangkan dua indikator keluaran lain masih belum
mencapai target, yaitu bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 29,1% ( target 80% ), dan
Cakupan pemberian MP-ASI dan PMT pada balita BGM sebesar 92,9% ( target 100%).
Berdasarkan hasil pengurutan prioritas masalah, maka masalah ASI eksklusif dipilih
menjadi masalah utama disertai berbagai pertimbangan. Penyebab dari cakupan pemberian
ASI eksklusif yang rendah ini adalah pengetahuan ibu hamil dan menyusui yang belum
optimal tentang ASI eksklusif dan hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu adanya
informasi yang keliru tentang ASI eksklusif yang diperoleh ibu dari pihak lain(diluar
informasi dari petugas kesehatan), kurangnya penyuluhan tentang ASI Eksklusif dan
kurangnya ketersediaan sarana atau media promosi. Hal lain yang menyebabkan pemberian
ASI eksklusif belum mencapai target ialah kegiatan KP-ASI yang belum optimal.

6.2. SARAN

Pemecahan masalah yang ada harus merupakan penyelesaian yang mampu


dilaksanakan, antara lain :

1. Melakukan penyuluhan yang terjadwal rutin dan diumumkan secara berkala


mengenai ASI eksklusif.
2. melakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada masyarakat lain selain ibu
hamil dan menyusui
3. mengadakan pertemuan bagi para ibu hamil, menyusui dan anggota KP ASI untuk
membahas masalah ASI eksklusif
4. melakukan evaluasi mengenai pembagian tugas dan efektivitas kerja petugas
5. peningkatan frekuensi pelatihan dan bimbingan KP ASI oleh petugas kesehatan
6. Peningkatan jumlah alat promosi kesehatan seperti poster dan leaflet.
6
Daftar Pustaka
1. United Nations Summit. End Poverty Millennium Development Goals 2015. 2010.

2. Imroatul Afifah. Permasalahan Gizi Buruk. 2014. [terhubung berkala]. http://

http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/artikel-kesehatan [26 Juni 2014]

3. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. 2009. Jakarta: Departemen

Kesehatan.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) Nasional 2015. Indonesia.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat. 2010. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014. Jakarta:

Bakti Husada.

6. Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman

Pelaksanaan Surveilans Gizi di Kabupaten/Kota. 2010.

7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 128 Tahun 2004.

8. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Lagoa tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai