PENDAHULUAN
Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Masalah gizi termasuk dalam
SDG 2015, yaitu untuk menghentikan kelaparan, mencapai makanan yang cukup, dan
meningkatkan nutrisi.1 Di dunia, terdapat 795 juta orang yang kelaparan dan 98 persen di
antaranya berada di negara miskin dan berkembang.2 Global Health Observatory
menyatakan bahwa terdapat 103 juta anak di bawah usia 5 tahun terutama di negara
berkembang yang memiliki status gizi kurang dimana 17% termasuk Asia Tenggara, salah
satunya Indonesia, kemudian tahun 2011 dinyatakan bahwa 1 dari 6 anak di negara – negara
berkembang, berstatus gizi berat badan kurang (underweight).3
Masalah kurang energi protein (KEP), masalah anemia defisiensi besi, masalah
gangguan akibat kurang yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA) serta masalah
obesitas di kota-kota besar merupakan persoalan gizi yang banyak dijumpai di Indonesia .4
Secara nasional menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang
pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang.5 Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 yaitu sebesar 8,4% dan pada
tahun 2010 sebesar 17,9%, tahun 2013 terlihat terjadi pengingkatan prevalensi gizi buruk dan
gizi kurang. Perubahan terutama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik
sebesar 0,9% dari tahun 2007 dan tahun 2013.5
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-
2014 disebutkan bahwa usaha pembinaan gizi masyarakat menjadi salah satu prioritas
pembangunan nasional. Sasaran pembinaan gizi yang telah ditetapkan adalah menurunnya
prevalensi gizi kurang dan buruk tahun 2014 menjadi 15%. Upaya perbaikan gizi masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.6
Salah satu kegiatan utama puskesmas adalah usaha perbaikan gizi yang
mengupayakan perbaikan keadaan gizi masyarakat terkhususnya balita, melalui perbaikan
pola konsumsi secara seimbang dan bermutu gizi. Kegiatan upaya perbaikan gizi tercantum
1
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 128 tahun 2004 yang meliputi, pemantauan
pertubuhan balita dengan melakukan penimbangan berat badan, pemberian suplemen gizi
yaitu kapsul vitamin A, pelayanan gizi yaitu pemberian MP-ASI atau PMT pada balita yang
BGM atau KEP dan perawatan pada balita gizi buruk, penyuluhan gizi seimbang termasuk
penyuluhan ASI eksklusif dan konsumsi garam yodium, serta penyelenggaraan kewaspadaan
gizi yaitu penanganan desa dengan KLB gizi < 24jam dan desa bebas rawan gizi.6,7
Dengan adanya program upaya perbaikan gizi diharapkan status gizi balita dapat
diperbaiki dan angka kesakitan serta kematian anak dapat diturunkan yang akan berdampak
terbentuknya masyarakat yang sehat dengan sumber daya manusia yang berkualitas di
kemudian hari untuk kesejahteraan bangsa dan negara.
2
1.3 Tujuan Evaluasi Kinerja Puskesmas dalam Perbaikan Gizi Balita
1. Menilai keluaran, proses dan masukan dari program usaha perbaikan gizi pada bayi
dan balita.
2. Menemukan adanya hambatan atau masalah yang terjadi dari program usaha
perbaikan gizi pada bayi dan balita.
3. Menentukan prioritas masalah yang lebih diutamakan sehingga dapat mengetahui
masalah yang dapat ditangani dengan segera.
4. Menemukan akar dari masalah tersebut sehingga dapat diketahui penyelesaian
masalah tersebut.
5. Menemukan solusi bagi penyelesaian masalah dari program usaha perbaikan gizi
pada bayi dan balita.
6. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan program usaha
perbaikan gizi pada balita di masa mendatang.
3
Gambar 1. Alur Program Perbaikan Gizi di Puskesmas
Pasien
datang
Mendaftar ke
loket
BPU KIA
Hasil pengisian
KMS dan
penyuluhan
Pelayanan kesehatan:
pemberian vitamin A,
pemberian MP-ASI,
PMT, serta perawatan
gizi buruk
4
Gambar 2. Alur Program Upaya Perbaikan Gizi di Posyandu
Penimbangan Balita
5
BAB II
KERANGKA EVALUASI
4)LINGKUNGAN
5) UMPAN BALIK
Keterangan:
1. Masukan, meliputi:
Tenaga / Sumber Daya Manusia:
o Satu orang Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai Kepala Puskesmas
o Satu orang dokter umum.
o Satu orang dokter gigi
o Dua orang bidan.
o Satu orang petugas gizi puskesmas sekaligus penanggung jawab program
gizi.
o Tiga orang perawat.
o Satu orang petugas pendaftaran.
o Dua orang petugas keamanan
o Dua orang petugas kebersihan
o 195 orang kader aktif posyandu
6
Dana:
o Dana swadana yang berasal dari retribusi dan dikelola oleh Puskesmas
Kecamatan Koja.
o Dana subsidi APBN dan APBD.
o Bantuan Operasional Kesehatan.
Sarana:
o Medis
Kapsul vitamin A (kapsul merah dan kapsul biru)
o Non Medis
Di Posyandu
Timbangan bayi, 1 buah
Timbangan dewasa (injak manual), 1 buah
Alat pengukur tinggi badan (posisi berdiri), 1 buah.
Meteran untuk mengukur panjang badan, 1 buah.
Buku register penimbangan
Kartu Menuju Sehat (KMS)
Di Puskesmas:
- Timbangan bayi, 2 buah
- Timbangan dewasa (injak manual), 2 buah
- Alat pengukur tinggi badan (posisi berdiri), 1 buah.
- Meteran untuk mengukur panjang badan, 1 buah.
- Tabel baku berat badan menurut PB/TB WHO
- Stetoskop
- Kartu status pasien
- Formulir pencatatan dan pelaporan
- Buku register bayi dan balita
- Kohort bayi dan balita
- Status pasien BPU
- Status MTBS
7
Metode
o Medis, terdiri dari buku pedoman yang berisi tentang:
- metode penimbangan berat badan
- metode penilaian status gizi
- metode pemberian vitamin A (2x dalam setahun, yaitu Februari dan
Agustus)
- metode pemberian MP-ASI dan PMT
- metode penyuluhan ASI eksklusif
2. Proses, meliputi:
Perencanaan
o Puskesmas kelurahan melakukan perencanaan tingkat Kelurahan untuk
kegiatan seperti penyuluhan, posyandu, kunjungan rumah warga, dan
perencanaan untuk melaksanakan program yang disusun oleh Puskesmas
Kelurahan dan telah disosialisasikan dalam rapat koordinasi program gizi
tingkat Kecamatan Koja seperti pembagian biskuit dan susu untuk MP-ASI
dan PMT.
o Rencana kerja yang tertulis, diketahui, dan dipahami oleh petugas
Pengorganisasian
o Terdapat struktur organisasi jelas dan tertulis
o Pembagian tugas jelas dan merangkap
Pelaksanaan
o Pelayanan Gizi berupa penimbangan berat badan dan penilaian status gizi
bayi dan balita menggunakan z-score BB/TB saat datang ke KIA, BPU dan
posyandu. Melakukan pemantauan pemberian ASI eksklusif pada bayi
berusia 0- 6 bulan yang datang ke puskesmas ataupun posyandu.
o Kegiatan sweeping, pada pemberian vitamin A yang dilakukan pada bulan
Maret dan bulan September untuk memenuhi target pemberian vitamin A.
8
o PMT Pemulihan Balita Gizi Kurang diberikan pada balita dengan status gizi
buruk atau kurang. Bagi pasien yang dilakukan pengukuran di Posyandu
dan memiliki gangguan gizi seperti BB tidak naik dalam dua kali
penimbangan, digolongkan gizi kurang ataupun gizi buruk, pasien di
periksa kembali oleh dokter atau petugas gizi di puskesmas. Apabila pasien
gizi buruk disertai dengan komplikasi, maka akan dilaporkan ke puskesmas
Kecamatan dan segera dirujuk ke RS. Apabila tidak ditemukan komplikasi,
akan dilakukan penatalaksanaan gizi buruk secara rawat jalan.
o Edukasi mengenai gizi berupa, konseling ASI, penyuluhan gizi &
penyuluhan MP-ASI dan PMT. Konseling ASI dilakukan secara pribadi
pada setiap ibu yang datang memeriksakan bayinya dan secara
berkelompok. Puskesmas juga bekerjasama dengan Kelurahan Lagoa
memberikan penyuluhan gizi secara rutin sebanyak 3 kali setiap tahun di
kantor Kelurahan Lagoa.
o Melakukan kunjungan rumah untuk balita gizi kurang/buruk yang
mendapatkan rawat jalan atau yang tidak rutin mengambil MP-ASI atau
PMT.
3. Keluaran, meliputi :
cakupan bayi dan balita yang dilakukan pengukuran status gizi menggunakan Z-
Score BB/TB sebesar 85%
rumus :
Jumlah balita yang diukur status gizinya di Puskesmas x 100%
Jumlah balita yang datang ke Puskesmas
Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan sebesar 80%
Rumus :
Jumlah balita usia 6-11 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif X 100%
Jumlah balita usia 6 – 11 bulan yang datang dan ditimbang
10
Cakupan pemberian PMT atau MP-ASI pada BGM sebesar 100%
rumus :
Jumlah balita BGM yang mendapat MP-ASI atau PMT X 100%
Jumlah balita BGM
4. Lingkungan:
Fisik:
Lokasi PKL terletak di dekat jalan besar, akses dapat dicapai dengan jalan kaki
maupun kendaraan umum roda dua maupun empat oleh warga sekitar kelurahan
Lagoa.
Non Fisik:
Agama dan adat istiadat di wilayah tersebut tidak menghambat jalannya program.
5. Umpan Balik:
Rapat pembahasan hasil laporan program, masalah yang ada serta cara mengatasinya
dilaksanakan setiap bulan.
6. Dampak:
Penurunan angka Balita Bawah Garis Merah (BGM).
11
4. Membandingkan data masukan, proses, dan keluaran di Puskesmas Lagoa mengenai
upaya perbaikan gizi balita dengan standar pelayanan kesehatan di Jakarta untuk
mendapatkan penyebab masalah.
5. Membuat dan mengurutkan prioritas masalah dengan sistem skoring.
6. Menyimpulkan penyebab masalah utama sehingga tidak terpenuhinya target
keluaran/dampak dari segi kinerja puskesmas.
7. Memberikan saran yang mampu dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah yang
ada di puskesmas kelurahan Lagoa.
12
BAB III
ANALISIS SITUASI
B. DATA DEMOGRAFIS
A. Data Penduduk
Kelurahan Lagoa pada tahun 2015 tercatat memiliki jumlah penduduk
sebanyak 71.470 jiwa dengan 25.093 kepala keluarga. Kepadatan penduduk di
wilayah Lagoa yakni 452 jiwa/km2. Jumlah penduduk dewasa di wilayah
Kelurahan Lagoa adalah 43.464 jiwa dengan laki-laki yakni 22.313 jiwa (51,3%)
dan perempuan 21.151 jiwa (48,7%).
13
Tabel 3.1. Jumlah Bayi dan Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Lagoa hingga Desember 2015
Usia Jumlah (jiwa) Persentase
0-5 bulan 29 hari 286 10
6 bulan – 11 bulan 29 hari 405 14
12 bulan – 23 bulan 29 hari 686 23.8
24 bulan – 59 bulan 29 hari 1504 52.2
Jumlah 2881 100
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Lagoa sampai dengan bulan Desember 2015
C. Data Lingkungan
o Data daerah endemis penyakit tertentu yang berpengaruh terhadap gizi.
Penyakit tuberkulosa (TBC) masih dijumpai di daerah kelurahan Lagoa. TBC
pada orang dewasa dapat menular ke balita dan mempengaruhi status gizi anak.
Pada periode Juli 2015 sampai dengan Desember 2015 terdapat 4 orang balita
yang menderita TBC.
3. 2 DATA KHUSUS
Berikut ini merupakan data-data yang berkaitan dengan program Gizi diwilayah kerja
puskesmas Lagoa pada periode Juli 2015 – Desember 2015.
14
Praktek dokter spesialis 2
Bidan Praktek Swasta 2
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Lagoa Tahun 2015
15
Pada laporan ini akan dibahas program gizi yang dikhususkan bagi bayi dan balita yaitu
perbaikan gizi buruk, pemberian vitamin A dan ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan masa
bayi dan balita merupakan masa atau periode emas pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak sehingga perlu diperhatikan pemenuhan gizi dan terus dipantau pertumbuhan
serta perkembangannya.
Dari pencatatan data harian di Puskesmas Kelurahan Lagoa (BPU dan poli KIA)
diambil data pasien balita usia 0-59 bulan yang datang ke Puskesmas pada periode bulan
Juli 2015 – Desember 2015. Kemudian dilihat jumlah balita, BB dan TB untuk mendapat
data status gizi, pemberian vitamin A, dan ASI eksklusif dari catatan tersebut.
Tabel 3.3 Data Status Gizi, Perawatan Gizi Buruk, Pemberian MP-Asi dan PMT,
dan ASI Eksklusif pada bayi dan balita yang datang ke Puskesmas Kelurahan
Lagoa selama periode Juli - Desember 2015.
Bayi 0 – 6 Bayi 6 – 11 Balita 12 – 23 Balita 24 – 59 Total
Bulan Bulan Bulan Bulan
Jumla % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumla %
h h
Yang datang ke 274 8,7 391 13,9 709 25,1 1471 52,3 2818 100
Puskesmas
Ditimbang 254 9,4 376 14 656 24,3 1408 52,3 2694 100
Status Lebih - - - - 3 12,5 21 87,5 24 100
Gizi Baik 254 9,7 374 14,3 635 24,3 1350 51,7 2613 100
Kurang - - 1 7,1 6 42,9 7 50 14 100
Buruk - 1 2,3 12 27,9 30 69,8 43 100
Gibur mendapat - - 1 2,3 12 27,9 30 69,8 43 100
Perawatan
BGM yang - - 1 3,7 17 31,5 35 64,8 53 100
mendapat MP-
ASI dan PMT
ASI Eksklusif 74 27 74 27
Sumber: - Status Pasien yang datang ke Puskesmas Kelurahan Lagoa periode Juli – Desember 2015
- Buku register bagian KIA dan KB
- Register Bayi dan Balita BGM dan konfirmasi status gizi
16
Pemberian vitamin A pada bayi dan balita
Tabel 3.4 Cakupan Pemberian Vitamin A tahun 2015 Puskesmas Kelurahan
Lagoa
Umur Target Februari 2015 Agustus 2015 2 kali / 1 th
(bulan) (orang) Pencapaian % Pencapaian % Pencapaian %
6-11 507 346 68,2 349 68,8 345 68,0
12-59 2.128 2.242 105,3 2.299 108 2.124 99,8
Total 2.635 2.588 98,2 2.648 94.18 2.469 93,7
Sumber: Laporan Cakupan Pemberian Vitamin A Puskesmas Kelurahan Lagoa
17
Merah) dan status gizi menurut
BB/TB
Register balita Observasi dan Jumlah bayi dan balita
yang mendapat pencatatan penerima kapsul biru atau
Vitamin A kapsul merah vitamin A
Sweeping vitamin A
Penanggung Wawancara Program gizi untuk bayi dan
jawab program balita yang ada di Puskesmas
Gizi Puskesmas Penjelasan teknis pelaksanaan
Kelurahan Lagoa program gizi di Puskesmas
(Ibu Ponisih) Pelaksanaan temuan gizi
kurang/buruk pada bayi dan
balita
Pelaksanaan kegiatan
Posyandu
Gambaran peran serta dan
keaktifan kader terhadap
program gizi
Pelaksanaan kegiatan Vitamin
A
Kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaan program tersebut
Kepala Puskesmas Wawancara Standar program gizi di
Kelurahan Lagoa Puskesmas Kelurahan Lagoa
(Ibu Irene) yang diminta oleh Puskesmas
Kelurahan dan Suku Dinas
Target program gizi
Kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaan program gizi
Beberapa ibu yang Wawancara Seputar ASI eksklusif
memiliki anak Seputar penimbangan berkala
bayi atau balita tiap bulan
18
dan berkunjung di Seputar kapsul vitamin A
Puskesmas
Data Sekunder
Laporan Tahunan Pencatatan Perincian luas wilayah, jumlah RT
Puskesmas – RW di Kelurahan Lagoa tahun
Kelurahan Lagoa 2015
dan laporan Jumlah bayi dan balita di wilayah
bulanan kerja Puskesmas Kelurahan Lagoa
(Desember) pada tahun 2015
kelurahan Lagoa Jumlah penduduk yang sudah
memiliki kartu BPJS
Cakupan pemberian vitamin A
tahun 2015
19
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH
KELUARAN
Item yang dinilai Data Pendukung Hasil Target Masalah
Penimbangan Balita
Proporsi balita yang dilakukan Jumlah balita 0-59 bulan
pengukuran status gizi menggunakan z- 29 hari di bulan Juli - 95,6% 85% -
score BB/TB periode Juli - Desember 2015 Desember 2015 yang
datang ke Puskesmas :
2818
20
Gizi Buruk
Cakupan balita gizi buruk mendapat Jumlah kasus balita gizi 100% 100% -
perawatan periode Juli - Desember 2015 buruk di bulan Juli -
Desember 2015 yang
dirawat inap maupun
rawat jalan: 43
Cakupan Pemberian Vitamin A 2x dalam Jumlah balita usia 6-59 93,7% 85% -
1 tahun (2015) tahun Februari – Agustus
2015
: 2.635
21
ASI Eksklusif
Proporsi bayi dan balita usia 0 - 6 bulan ∑ bayi dan balita usia 29,1% 80% +
yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) 0-6 bulan yang datang
Eksklusif dan ditimbang bulan Juli
- Desember 2015
: 254
Jumlah bayi yang
menerima ASI eksklusif
:74
22
BAB V
PEMBAHASAN
23
Perhitungan prioritas masalah:
1) Besarnya masalah dihitung dari kesenjangan antara pencapaian dan target
Rumus:
G=E-O
G = Gap ( kesenjangan )
Melalui perhitungan ini didapatkan skor masalah terhadap keluaran sebagai berikut :
Bayi dan balita yang mendapat ASI eksklusif sebesar 29,1%, target sesuai pedoman
adalah 80 %
Gap : 51%,
Sehingga besar masalah dinilai dengan skor : 3
Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM 92,9% target sesuai
pedoman adalah 100 %
Gap : 7,1%,
Sehingga besar masalah dinilai dengan skor : 1
b. Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM tidak mencapai target 100%
yaitu 92,9%.
Cakupan pemberian MP-ASI dan PMT yang tidak memadai akan berdampak kepada
sulitnya perbaikan gizi pada balita dengan gizi buruk, ataupun gizi kurang. Balita
dengan gizi buruk akan lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan
tubuh. Penyakit penyerta yang sering terjadi pada gizi buruk ini sendiri akan cendrung
menambah rendahnya status gizi anak, penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi
diantaranya adalah ISPA, diare persisten, cacingan, TBC. Selain itu status gizi balita
yang rendah juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak
optimal, dan bahkan sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi
muda mendatang. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian, tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel
otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berdasarkan masalah ini
maka diberi skor 5
b. Cakupan pemberian MP-ASI atau PMT pada balita BGM tidak mencapai target 100%
yaitu 92,9%.
Dengan pemberian MP-ASI atau PMT dapat memperbaiki status gizi balita gizi
buruk, sehinggan seiring dengan meningkatnya status gizi, sistem kekebalan tubuh
anak juga akan semakin baik, dan angka kejadian penyakit-penyakit penyerta gizi
26
buruk, seperti ISPA, diare persisten, ataupun TBC, dengan demikian orang tua tidak
perlu menghabiskan waktu untuk membawa anak berobat, sehingga waktu dapat
digunakan untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif. Dengan Status gizi yang
membaik balita akan dapat beraktifitas dengan baik, sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya juga akan menjadi lebih baik. Skor 4
Berdasarkan penentuan prioritas di atas maka masalah yang mendapat prioritas utama
adalah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tidak mencapai target 80%,
yaitu 29,1%.
28
5.4 Pohon Masalah
2
5.5 Pemecahan masalah
1) Penyuluhan mengenai ASI eksklusif yang melibatkan masyarakat lain selain ibu
hamil dan menyusui.
Perencanaan penyuluhan :
Tujuan penyuluhan (why) Menambah, meluruskan pengetahuan masyarakat
tentang ASI eksklusif dan meningkatkan kesadaran
warga tentang pentingnya ASI eksklusif
Sasaran (Who) Masyarakat luas, khususnya ayah, mertua dan keluarga
lain yang memiliki bayi 0-6 bulan
Pelaksana (Who) Bidan puskesmas, petugas gizi puskesmas, dokter
puskesmas
Materi (What) Manfaat ASI eksklusif, kerugian bila tidak memberi ASI
eksklusif, cara pemberian, cara penyimpanan dan mitos
– mitos yang salah tentang ASI
Tempat ( Where ) Balai desa, ruang tunggu puskesmas
Waktu (when) 4 bulan sekali
Cara (How) - menentukan tanggal dan tempat penyuluhan
- mengajak masyarakat dengan cara mengedarkan
selebaran (leaflet, brosur), mengajak secara verbal
(diumumkan di tempat ibadah) dan menempel
poster berisi ajakan pada lokasi yang strategis (balai
desa,loket puskesmas,ruang tunggu pemeriksaan)
- Memberikan pre test
- Penyampaian materi dengan menggunakan media
yang menarik seperti animasi ataupun alat peraga.
- membuka sesi tanya jawab
- post test
1
eksklusif
- Menentukan jadwal penyuluhan
Sasaran (Who) Masyarakat khususnya bagi ibu hamil dan menyusui
Pelaksana (Who) Bidan puskesmas dan kader kesehatan
Materi (What) Jadwal penyuluhan ASI eksklusif
Waktu ( when ) 3 kali dalam setahun
Tempat (where) Penempelan jadwal di ruang tunggu BPU, KIA dan
loket pendaftaran
Cara (how) - mengumpulkan tenaga kesehatan dan pihak yang
terlibat dalam penyuluhan untuk menetapkan tanggal
dan bulan untuk melakukan penyuluhan
- Penyampaian informasi waktu penyuluhan secara
berkala agar dapat diingat oleh masyarakat ( ibu
hamil dan menyusui ).
3) Pengadaan dan penambahan media promosi ( brosur, poster , spanduk dan leaflet )
mengenai ASI eksklusif
Tujuan penyuluhan (why) - Menambah jumlah media promosi yang ada sehingga
dapat menjangkau seluruh sasaran
- menginformasikan hal penting tentang ASI eksklusif
melalui media promosi sehingga dapat
mengoptimalkan pengetahuan yang diperoleh ibu
dari konseling pribadi yang terbatas pelaksanaannya
Sasaran (Who) Ibu hamil, menyusui dan calon ibu
Pelaksana (Who) Petugas gizi bekerjasama dengan dokter muda FK-UAJ
Materi (What) Pengertian ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI
eksklusif, cara pemberian dan komponen gizi didalam
ASI
Waktu (When) Tiap 3 bulan
Tempat ( Where ) Tempat posyandu, ruang tunggu BPU dan KIA, loket
pendaftaran dan pintu masuk puskesmas
Cara (How) - Tenaga pelaksana : bekerjasama dengan dokter muda FK-
UAJ sebagai pelaksana
2
- Dana dan materi : pengajuan proposal kerjasama dengan
berbagai pihak yang memiliki ketertarikan tentang ASI
eksklusif antara lain :
1. Ikatan konselor menyusui Indonesia(IKMI)
2. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)
3. Ayah Peduli ASI (Ayah ASI)
4. Majalah kesehatan dan perusahaan farmasi
- Setelah media promosi tersedia dilakukan
pemasangan poster dan spanduk pada tempat yang
strategis, mengedarkan brosur dan leaflet kepada
sasaran saat sedang berada diruang tunggu (BPU,
KIA ataupun posyandu)
3
5) Evaluasi mengenai pembagian tugas dan efektivitas kerja petugas
Tujuan penyuluhan (why) - Mengetahui tugas dan bagaimana pelaksanaan
tugas KP ASI dan kader dilapangan
- Memberdayakan masyarakat atau pihak lain yang
dapat membantu petugas kesehatan untuk
melakukan penyuluhan
Sasaran (Who) Kader, Petugas KP ASI, ibu PKK, Dokter muda,
mahasiswa kebidanan,bidan praktek
Pelaksana (Who) Bidan puskesmas dan koordinator gizi puskesmas
Waktu (when) Disesuaikan (minimal 2 kali dalam setahun)
Materi (What) - Pentingnya penyuluhan dan peran serta
masyarakatan dalam menyukseskan pemberian gizi
berupa ASI eksklusif bagi bayi
- pengajaran mengenai cara melakukan penyuluhan
kepada ibu hamil dan menyusui
Tempat ( Where ) Balai desa, rumah salah satu petugas
Cara (How) - Menentukan jadwal dan lokasi dilaksanakan
pertemuan
- Mengundang petugas (kader ataupun KP ASI),
khususnya dari kelompok yang kegiatan
penyuluhan dan KP ASI belum optimal dan
mengundang kelompok sasaran lainnya
- Menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya
pertemuan
- Melakukan diskusi dan bersama menemukan solusi
- Mengedarkan kertas untuk umpan balik kegiatan
4
- Dapat terselenggaranya kegiatan KP ASI secara rutin
dan optimal
5
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Evaluasi kinerja program perbaikan gizi pada bayi dan balita di Puskesmas Kelurahan
Lagoa periode Juli hingga Desember 2015 ditemukan bahwa secara umum, program belum
berjalan dengan optimal, hal ini dapat dilihat dari lima indikator keluaran program gizi balita,
tiga indikator sudah mencapai target, diantaranya proporsi bayi dan balita yang dilakukan
pengukuran status gizi sebesar 95,6% ( target 85% ), balita gizi buruk yang mendapat
perawatan sebesar 100% ( target 100% ), bayi dan balita mendapat vitamin A 2 kali dalam
setahun sebesar 93,7% ( target 83%), sedangkan dua indikator keluaran lain masih belum
mencapai target, yaitu bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 29,1% ( target 80% ), dan
Cakupan pemberian MP-ASI dan PMT pada balita BGM sebesar 92,9% ( target 100%).
Berdasarkan hasil pengurutan prioritas masalah, maka masalah ASI eksklusif dipilih
menjadi masalah utama disertai berbagai pertimbangan. Penyebab dari cakupan pemberian
ASI eksklusif yang rendah ini adalah pengetahuan ibu hamil dan menyusui yang belum
optimal tentang ASI eksklusif dan hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu adanya
informasi yang keliru tentang ASI eksklusif yang diperoleh ibu dari pihak lain(diluar
informasi dari petugas kesehatan), kurangnya penyuluhan tentang ASI Eksklusif dan
kurangnya ketersediaan sarana atau media promosi. Hal lain yang menyebabkan pemberian
ASI eksklusif belum mencapai target ialah kegiatan KP-ASI yang belum optimal.
6.2. SARAN
Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. 2009. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Bakti Husada.