Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTOR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

KELOMPOK 2 :

1. Wike Julia Putri G1B117001

2. FeraWahyuni G1B117002

3. PazelaKumalaPutri G1B117003

4. Rani Anggraini G1B117008

5. Elisa Putri G1B117009

6. HeriYawanto G1B117010

7. RhetiyaMekiza G1B117034

8. ArdilaTsenawatme G1B117036

9. NurmalizaUlfa G1B117032

10.Ana Kurniawati G1B117019

11.Tata Hayati G1B117020

12.RinidaElvita G1B117021

DOSEN PEMBIMBING :Ns. Andikasulistiawan ,S.Kep,M.Kep.

1
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, Tuhan sekalian alam
yang selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan tutor ini dengan judul“osteomielitis”. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu,
sehingga penulis merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas
bimbingan yang telah berikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari
segi penulisan, penyusunan kata demi kata maupun dalam penyusunan bahasa.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan
sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran dari para pembaca yang
sifatnyamembangun yang akan penulis terima dengan senang hati demi
penyempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.

Jambi, 17Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

Bab I. Pendahuluan........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang............................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

1.4. Manfaat.......................................................................................... 2

Bab II. TinjauanPustaka................................................................................ 3

2.1 DefenisiOsteomielitis...................................................................... 3

2.2 Klasifikasi....................................................................................... 3

2.3 Etiologi........................................................................................... 5

2.4 ManifestasiKlinis............................................................................ 6

2.5 Komplikasi...................................................................................... 7

2.6 Patofisiologi.................................................................................... 7

2.7 PemeriksaanPenunjang................................................................... 9

2.8 Penatalaksanaan..............................................................................10

2.9 Pencegahan.....................................................................................11

3
Bab III. Pembahasan Kasus...........................................................................13

3.1 Kasus............................................................................................... 13

3.2 step I Identifikasi Istilah Sulit.........................................................13

3.3 Step II Identifikasi Masalah............................................................14

3.4 Step III Analisa Masalah.................................................................15

3.5 Step IV Hipotesa Permasalahan .....................................................17

3.6 Step V Learning Objektif................................................................18

Bab IV . PENUTUP........................................................................................ 28

4.1 Kesimpulan .................................................................................... 28

4.2 Saran................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhada pergerakkan. Komponen utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot,
rangka, ligamen, bursa dan jaringan jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeleta dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul
pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari dari bagian lain
tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama
gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman, yang dapat
bervariai dari tingkat yang paling ringan saampai yang sangat berat. ( Pice,
Wilson, 2005).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah
infeksi tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen
infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat terlokalisasi atau
dapat tersebar melalui uang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan
perioteum. (Dorland, 2002).
Osteomielitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non piogenik seperti micribacterium tuberkulosa atau
staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibztkan beberapa daerah seperti sumsum, periosteum, dan jaringan
lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis adalah

5
diagnosa dini dan opeasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat.
Seacar umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibtkan ahli
orthopadi, spesialis penyakit infeksi dan ahli bedah plastik pada kasus berat
dengan hilangnya jaringan lunak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana konsep teori osteomielitis dan asuhan keperawatan osteomielitis.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep teori
osteomielitis dan asuhan keperawatan osteomielitis.

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui definisi osteomielitis


2. Untuk mengetahui klasifiksi osteomielitis

3. Untuk mengetahui etiolgi osteomielitis

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis

5. Untuk mengetahui komplikasi osteomielitis

6. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomielitis

8. Untuk mengetahui pencegahan osteomielitis

9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomielitis

6
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi atau referensi pembelajaran dan menambah
pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperawatan osteomielitis.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bagi institusi Pendidikan khususnya prodi keperawatan


universitas jambi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang.Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli
memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).
4. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus
influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus
aureus.

7
2.2 Klasifikasi
Menurut Henderson (1997), osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam
osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana


mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:


1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi
di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2,
yaitu:

a. Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.Osteomielitis


hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh.Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak.Lokasi yang
sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan
metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan
bakteri pada tulang itu sendiri.Osteomielitis hematogen akut mempunyai
perkembangan klinis dan onset yang lambat.

b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma
atau pembedahan.Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat
inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus
infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

8
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.

3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.

2.3 Etiologi
Menurut Henderson (1997), Osteomielitisbisa disebabkan oleh bakteri,
antara lain :Staphylococcus aureus sebanyak 90%, Haemophylus
influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun, Streptococcus
hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa, Escherechia coli, Clastridium perfringen,
Neisseria gonorhoeae, serta Salmonella thyposa.

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu:

a. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada
anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik
ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral).
Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang,
seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
b. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

9
c. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau
diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa
menyebar ke tulang tengkorak.

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Henderson (1997), tanda dan gejalanya meliputi :demam, nafsu
makan menurun, nyeri tekan saat pemeriksaan fisik, gangguan sendi karena
adanya pembengkakan. Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran
darah, menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi.
Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.

Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau
yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di
daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini
tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang
normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak,
biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.Jika suatu infeksi tulang
tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis
kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.

Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan


lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau

10
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.

2.5 Komplikasi
Menurut Brunner, suddarth. (2001), Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi
akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang
tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat
mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena
infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke
aliran darah sistemik.

Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:

1. Abses Tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur Patologis
4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

2.6 Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium
3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.

11
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema.Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula.Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar
ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah.Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar.Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

Pathway

12
Brunner, suddarth. (2001)&Price, Wilson, (2005).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Brunner, suddarth. (2001), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah

2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus


Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas

3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella

4. Pemeriksaan biopsy tulang


Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.

5. Pemeriksaan ultra sound


Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi

6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

13
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Brunner, suddarth. (2001), Penatalaksanaan klinis pada pasien
osteomyelitis adalah dengan cara :
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng
yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau
kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c.Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur
untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang
kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara
pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah.

2.9 Pencegahan Osteomielitis


Menurut Depkes RI(1995), pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak
terkena osteomyelitis adalah dengan cara sebagai berikut :

14
1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang
keduanya buruk bagi sirkulasi Anda.Hal ini juga dapat melemahkan sistem
kekebalan tubuh.Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera
mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di
arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak
dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi
sehari) dan biji-bijian.
3. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan
berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan
menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang
direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari
untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-
kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur
melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik
tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk.
5. Olahraga teratur

Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung


dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh lemah. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima
sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap
meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda
mulai membaik.

15
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus :

16
Seorang laki-laki usia 25 tahun, dirawat diruang orthopedic dengan diagnosa
Ostemielitis post ORIF, tiga bulan yang lalu pasien mengalami close fracture
femur sinistra. Saat pengkajian didapatkan data: nyeri, bengkak, kemerahan,
terdapat pus berawarna kekuningan dan balutan tampak basah pada luka operasi di
femur sinistra. vital sign TD 120/80 mmhg. Pasien diprogramkan untuk perawatan
luka sehari dua kali, namun pasien menolak karena khawatir rasa sakit akan
bertambah berat Pasien mendapatkan terapi, ketorolak 30 mg, cefriaxon 2g/24
jam, IVFD RL 35 TPM.

3.2 Step 1 Identifikasi Istilah Sulit

1. Osteomyelitis

2. Close fraktur femur sinistra

3. Ortopedi

4. Cetorolax

5. Sefriaxson

6. Post orif

7. Ivfd

Jawaban :

1. Osteomyelitis adalah radang tulang di sebabkan oleh infeksi, biasanya kaki,


lengan, atau tulang belakang.

2. Close fraktur femur sinistra adalah patah tulang tertutup pada paha kiri, patah
yang tidak menyebabkan robek pada kulit.

3. Ortopedi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang system


muskolokeletal/bidang pembedahan.

4. Cetorolax adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang hingga berat
untuk sementara. Biasanya obat ini di gunakan sebelum atau sesudah operasi.

17
Katerolax tidak gi gunakan untuk nyeri ringan atau kondisi nyeri jangka
panjang (radang sendi).

5. Cefriaxson adalah obat yang di gunakan untuk mengatasi berbagai infeksi


bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri dalam tubuh.

6. Post orif adalah suatu tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen


tulang yang patah sedapat mungkin kembali keletak asalnya.

7. Ivfd adalah cairan infus yang di masukkan melaljui intravena.

3.3 Step 2 Identifikasi Masalah

1. Apa saja tanda dan gejala osteomyelitis ?

2. Apa saja pemeriksaan penunjang yang bisa di lakukan?

3. Bakteri apa yang menyebkan penyakit osteomyelitis?

4. Apa saja penyebab utama dari penyakit osteomyelitis?

5. Apa upaya perawat untuk mengatasi masalah di kasus sedangkan pasien


menolak?

6. Apakah ada komplikasi dari osteomyelitis?

7. Pencegahan penyakit osteomyelitis?

8. Apakah peran perawat dalam mengatasi masalah khawatir pasien?

9. Apa saja factor resiko yang terdapat penyakit osteomyelitis?

10. Bagaimana ciri osteomyelitis akut dak kromis?

11. Apa saja yang kegiatan positif yang dapat di lakukan pasien untuk
kesehtannya selain perawatan luka?

18
12. Bagaimana patofisiologi dari osteomyelitis ini dan apakah osteomyelitis
dapat menyebkan kelumpuhan ?

3.4 Step 3 Analisa Masalah

1. Tanda dan gejala biasanya diawali dengan rasa nyeri pada lokasi infeksi.
Gejala lainnya yaitu :

a) Area infeksi berwarna merah & bengkak

b) Area yang terinfeksi menjadi kaku atau tidak bisa digerakan

c) Keluarnya cairan dari area infeksi

d) Lemas, demam. menggigil dan mual.

e) Merasa gelisah atau tidak enak badan

f) Malaise, anoreksia, nyeri yang konstan & progresif pada daerah tulang
yang terlibat.

2. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :

1) Tes darah lengkap, kultur darah.

2) Pemindaian ( Foto Rontgen, USG, CT Scan / MRI )

3) Biopsi tulang atau aspirasi cairan tulang yang terkena.

3. Bakteri staphylococcus aureus, yang biasanya ditularkan secara


hematogenuos. Penyebab lainnya yaitu streptococcus pyogenes,
streptococcus pneumonia, haemophilus influenza, kingella kingae dan
pseudomonas aeruginosa.

4. Penyebab utamanya adalah bakteri staphylococcus aureus, bakteri ini bisa


terdapat dikulit namun tidak menimbulkan masalah kesehatan. Saat sistem

19
imun melemah, maka bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi pada area
luka/bekas operasi.

5. Perawat harus menjelaskan terlebih dahulu prosedur tindakan, serta alasan


tindakan tersebut harus dilakukan dan juga menjelaskan keuntungan yang
akan didapat jika tindakan dilakukan, namun jika pasien tetap menolak
kemudian jelaskan juga dampak yang terjadi jika tindakan tersebut tidak
dilakukan.

6. Komplikasi yang terjadi :

a) Septic arthritis, menyebarnya infeksi dari dalam tulang ke sendi.

b) Osteonekrosis atau kematian tulang akibat terhalangnya sirkulasi darah


didalam tulang

c) Pertumbuhan tulang secara abnormal pada anak-anak

d) Kanker kulit

7. Cara terbaik mencegah osteomielitis adalah dengan menghindari faktor-


faktor yang dapat memicu terjadinya penyakit ini. Jika memiliki luka,
bersihkan luka tersebut dan tutup dengan perban steril. Dan jika luka cukup
parah, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

8. Peran perawat untuk mengatasi rasa khawatir pasien adalah dengan


memberikan pendidikan kesehatan serta melibatkan keluarga.

9. Faktor resiko yang dapat menyababkan terjadinya osteomielitis adalah


riwayat trauma/pembedahan, immunocompromised, diabetes, penggunaan
obat-obatan terlarang, vaskularisasi perifer yang buruk dan neuropati
perifer.

10. Ciri – ciri osteomielitis akut dan kronis :

20
a) Osteomielitis akut terjadi dalam waktu 2 minggu dan paling sering terjadi
pada anak-anak daripada orang dewasa. Gejala yang paling sering terjadi
yaitu panas, nyeri tulang serta terasa kaku.

b) Osteomielitis kronis terjadi lebih dari 2 bulan. Manifestasi yang paling


sering terjadi yaituterasa nyeri, inflamasi, bengkak, kemerahan, pus dari
sinus (nanah).

11. Tindakan yang dapat dilakukan :

a) Memberikan terapi

b) Memberikan penkes dan mengajarkan teknik distraksi

c) Memberikan saran dalam aspek spiritual pasien

12. Patofisiologinya saat sistem imunitas tubuh menurun/sedang lemah karena


suatu penyakit, maka bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi pada area
luka/bekas operasi. Masuknya bakteri hingga ke tulang melalui beberapa
cara, yaitu melalui aliran darah, melalui jaringan atau sendi yang terinfeksi
membuat kuman menyebar kesekitarnya, dan melalui luka terbuka, kuman
dapat masuk dan mengontaminasi.

Bisa menyebabkan kelumpuhan jika osteomielitis sudah kronis, sehingga


akan menimbulkan komplikasi yang dapat menyebabkan kelumpuhan
seperti kematian tulang.

3.5 Step 4 : Mind Mapping

PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI PENGERTIAN
21

OSTEMIELITIS
TANDA DAN
GEJALA
ASKEP

PEM. PENUNJANG ETIOLOGI

PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI FAKTOR RESIKO
3.6 Step 5 : Learning Objektive
1. Penatalaksanaan osteomyelitis
2. pembedahan osteomyelitis
3. asuhan keperawatan osteomyelitis

Jawab :

1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Harnawatiaj, 2008 yaitu :

1. Daerah yang terkena harus di imobilisasi untuk mengurangi


ketidaknyaman dan mencegah terjadinya fraktur, istirahat lokal dengan
bidai / traksi.
2. Istirahat dan pemberiaan analgetik untuk menghilangkan nyeri.
3. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai penyebab.
4. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika maka
dilakukan drainase bedah.
Menurut FKUI (1995), penatalaksanaan pada kasus osteomielitis adalah :
Penatalaksanaan osteomielitis akut ialah:
1. Perawatan di rumah sakit
2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus dan antibiotika
3. Pemeriksaan biakan darah

22
4. Antibiotika yang efektif terhadap gram negative maupun gram positif
(broad spectrum) diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan
darah, dan dilakukan secara parenteral selama 3-6 minggu.
5. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
6. Tindakan pembedahan.
Banyak peneliti yang melakukan tindakan pembedahan
pencegahan seperti yang dilakukan oleh TRUETA dengan alasan:
1. Dapat menegakkan diagnosis dan untuk pemeriksaan sensitifitas.
2. Mengurangi gangguan vaskularisasi yang disebabkan oleh penekanan.
3. Mengurangi rasa sakit dangan melakukan dekompresi terhadap
jaringan yang terinfeksi.
4. Menurut FKUI, pembedahan pencegahan ini tidak memberi hasil
memuaskan dan tindakan bedah sebaiknya dilakukan bila telah teraba
suatu abses.
Osteomielitis kronik tidak dapat sembuh sempurna sebelum semua
jaringan yang mati disingkirkan.Antibiotika dapat diberikan secara sistemik
atau lokal.
Indikasi untuk malakukan tindakan pembedahan ialah:
1. Adanya sequester
2. Adanya abses
3. Rasa sakit yang hebat
4. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
involucrum telah cukup kuat: mencegah terjadimya fraktur paska
pembedahan.
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh:
1. Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan mikro organism
penyebab.
2. Dosis tidak adekuat
3. Lama pemberian tidak cukup

23
4. Timbulnya resistensi
5. Kesalahan hasil biakan (laboratorium)
6. Antibiotika antagonis
7. Kesalahan diagnostic

2. Pembedahan osteomyelitis

Tujuan pembedahan pada pasien dengan osteomielitis adalah untuk


membersihkan semua cairan terinfeksi pada fokal infeksi, benar-benar
membersihkan semua jaringan lunak dan tulang yang terinfeksi dan tidak
berfungsi, dan mendapatkan penyembuhan luka yang baik.Idealnya semua
hardware yang terinfeksi harus diangkat; namun, hal ini tidak mungkin bila
tulang yang retak tidak cukup stabil.

Ketika didapatkan defek jaringan lunak yang signifikan,musculocutaneous


flaps dapat digunakan untuk menghilangkan dead-space dan memberikan
penutupan luka yang adekuat. Pasien dengan osteomyelitis parah dan
berulang mungkin memerlukan beberapa kali bedah debridemen untuk
menjamin pengangkatan total jaringan yang terinfeksi. Dalam situasi itu,
bulir-bulir antibiotik polimetil metakrilat (PMMA) dapat ditempatkan jauh ke
dalam luka di sekitar tulang yang terinfeksi.Bulir-bulir tersebut
memungkinkan distribusi lokal dari konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi;
Namun, mereka pada akhirnya harus diambil dari luka.

3. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1) Identitas Klien

Nama : Tn.
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :

24
Diagnosa Medis : Ostemielitis Post ORIF

2) Identitas penanggung jawab

Tidak terkaji

3) Keluhan Utama

Adanya nyeri, bengkak, kemerahan, terdapat pus berawarna


kekuningan dan balutan tampak basah pada luka operasi di femur
sinistra

4) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Adanya nyeri, bengkak, kemerahan, terdapat pus berawarna


kekuningan dan balutan tampak basah pada luka operasi di femur
sinistra

b. Riwayat kesehatan dahulu

Tiga bulan yang lalu pasien mengalami close fracture femur


sinistra

c. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak terkaji

5) Pemeriksaan fisik

a. Keadaam umum

Klien merasa khawatir dan takut untuk dilakukannya tindakan


keperawatan, adanya nyeri, bengkak, kemerahan, terdapat pus
berawarna kekuningan dan balutan tampak basah pada luka operasi
di femur sinistra

b. TTV

25
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi :-
Respirasi rate :-
Suhu :-

c. Pola pengkajian 11 fungsi gordon

1. Pola persepsi kesehatan

Pasien datang dan rawat inap di rumah sakit karena close


fracture femur sinistra dan Ostemielitis Post ORIF

2. Pola nurtisi atau metabolik

Saat ini klien terpasang alat IVFD RL 35 TPM

3. Pola eliminasi

Tidak terkaji

4. Pola aktivitas atau latihan

Tidak terkaji

5. Pola tidur dan istirahat

Tidak terkaji

6. Pola kognitif dan perseptual

Tidak terkaji

7. Pola persepsi diri atau konsep diri

Klien merasa khawatir dan takut untuk dilakukannya tindakan


keperawatan luka

8. Pola peran atau hubungan

Tidak terkaji

9. Pola seksialitas atau reproduksi

26
Tidak terkaji

10. Pola koping atau toleransi stres

Rasa takut akan tindakan keperawatan luka

11. Pola nilai atau kepercayaan

Tidak terkaji

6) Riwayat psikososial :tidak terkaji

7) Pemberian obat

Ketorolak 30 mg
Cefriaxion 2g/24 jam

B. Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 DS : Fraktur NYERI KRONIS
1. Mengeluh ada
nyeri Pergeseran
DO : fragmen tulang
1. post ORIF tiga
bulan yang lalu Pembedahan
setelah mengalami
fraktur tertutup Nyeri
femur sinistra.

2 DS : Perubahan status ANSIETAS


1. pasien menolak kesehatan
dilakukan
perawatan karena Kurang informasi
khawatir rasa sakit
akan bertambah Ansietas

27
berat, jatuh, dan
patah lagi.
DO :
Terdapat bengkak,
kemerahan, pus berwarna
kekuningan dan balutan
tampak basah di luka op

3 DS : pembedahan INTEGRITAS
1. Keluhan nyeri KULIT/JARINGA
DO : efek pembedahan N
1. Adanya nyeri immobilisasi
tekan
2. Terdapat bengkak, gangguan
kemerahan, pus integritas
berwarna kulit/jaringan
kekuningan dan
balutan tampak
basah di luka op

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronik berhubungan dengan agen cidera biologis (inflamasi,


pembengkakan, cidera, infeksi trauma fraktur)

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan


immobilisasi.

28
D. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


O
1 Nyeri kronik Setelah dilakukan 1. Kaji ulang tingkat
berhubungan tindakan skala nyeri
dengan agen keperawatan R/ untuk mengetahui
cidera biologis selama 1x24 jam / menentukan tingkat
(inflamasi, diharapkan nyeri keparahan
pembengkakan, berkurang/ hilang 2. Jelaskan sebab-
cidera, infeksi dengan criteria : sebab timbulnya
trauma fraktur) 1. klien nyeri
Ditandai dengan : mengatakan R/ menambah
DS : nyeri pengetahuan
Mengeluh ada berkurang/ individu terhadap
nyeri hilang penyakitnya
DO : 3. Anjurkan klien
1. post ORIF untuk melakukan
tiga bulan tenik relaksasi dan
yang lalu distraksi
setelah R/ untuk
mengalami merelasasikan otot-
fraktur otot yang tegang
tertutup sehingga dapat
femur mengurangi nyeri
sinistra. 4. Berikan posisi yang
nyaman
R/posisi yang
nyaman dapat
mempengaruhi

29
kondisi nyeri klien
5. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat
analgetik
R/ untuk
mengurangi nyeri
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan
berhubungan tindakan pada klien tentang
dengan kurangnya keperawatan 1x24 penyakitnya.
informasi jam diharapkan R/ Klien kooperatif
DS : ansietas dapat dengan perawatnya.
pasien menolak berkurang dengan 2. Berikan penjelasan
dilakukan kriteri hasil : pada klien tentang
perawatan karena 1. pasien penyakitnya
khawatir rasa sakit mau R/ Klien megerti
akan bertambah melakukan tentang penyakitnya.
berat, jatuh, dan latihan 3. berikan motivasi
patah lagi. berjalan pada klien dan
DO : 2. pasien keluarga.
Terdapat bengkak, mengetahu R/ agar klien mau
kemerahan, pus i informasi melakukan latihan
berwarna mengenai berjalan
kekuningan dan penyakitny 4. Observasi TTV.
balutan tampak a R/ untuk memonitor
basah di luka op keadaan klien

3 Gangguan Setelah dilakukan 1. kaji kerusakan kulit


integritas kulit tindakan dan keadaan luka klien
berhubungan keperawatan r/; untuk mengetahui
dengan efek selama 2x24 jam keadaan luka klien

30
pembedahan diharapkan 2. lakukan perawatan luka
immobilisasi. gangguan klienteknik steril r;
Yang ditandai integritas untuk mengurangi
dengan : kulit/jaringan bisa kontaminasi kuman
DS : teratsi dengan langsung ke area luka
Keluhan nyeri criteria hasil : 3. tutup luka dengan kasa
DO : 1. klien tampak steril/kompres dengan
Adanya nyeri rileks NaCL r; mempercepat
tekan, Terdapat 2. klien penyembuhan
bengkak, menungnjukk 4. kolaborasi dengan
kemerahan, pus an perilaku dokter pemberian obat
berwarna atau teknik antibiotik/antimikroba
kekuningan dan untuk r; untuk membunuh
balutan tampak mencegah kuman yang merusak
basah di luka op kerusakan kulit
kulit
3. keadaan luka
membaik
4. tidak ada pus

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Osteomyelitis adalah infeksi yang terjadi pada tulang. Osteomielitis dapat di


klasifikasikan menjadi dua yaitu:

31
1. Osteomielitis primer yaitu penyebaran secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Osteomielitis dapat disebabkan oleh bakteri, antara lain:
a) Staphylococcus aureus sebanyak 90%
b) Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
c) Streptococcus hemolitikus
d) Pseudomonas aurenginosa
e) Escherechia coli
f) Clastridium perfringen
g) Neisseria gonorhoae
h) Salmonella thyposa

Manifestasi klinis dari Osteomielitis antara lain:

a) Demam
b) Nafsu makan menurun
c) Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
d) Gangguan sendi karena adanya pembengkakan

Komplikasi dari Osteomielitis yaitu:

a) Abses tulang
b) Bakteremia
c) Fraktur patalogis
d) Merengangnya implan prosthetic
e) Sellulitis pada jaringan lunak sekitar
f) Abses otak pada osteomyelitis di daerah cranium

Patofisiologi dari osteomyelitis yaitu:

Staphylococcus aureus,proteus,pseudomonas,dan escerichia coli menginfeksi


tulang sehingga terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi
penisilin,nosokomial,gram negative dan anaerobic. Dapat menyebabkan
osteomyelitis stadium 1,stadium 2, stadium 3 respon inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi,peningkatan vaskularisasi dan edema. setelah 2
atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
tekanan jaringan dan medulla.infeksi kemudian mulai berkembang ke kavitas

32
medularis dan kebawah periosteumdan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi disekitarnya.

Pemeriksaan penunjang dari osteomyelitis yaitu :

1. Pemeriksaan darah
2. pemeriksaan titer antibody-anti staphylococcus
3. pemeriksaan biopsy tulang
4. pemeriksaan feses
5. MRI
6. pemeriksaan radiologis
7. bone scan
8. pemeriksaan ultra sound
9. obat yang bisa diberikan pada pasien, yaitu:
a) penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam
b) Erithromisin 1-2 gr IV setiap 6 jam
c) Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
d) Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan
e) Pemberian cairan intravena dan kalau perlu transfuse darah

Cara pencegahan osteomyelitis dapat dilakukan dengan cara:

1. Berhenti merokok
2. Diet sehat
3. mengelola berat badan
4. menghindari alcohol
5. olahraga teratur

4.2 Saran

Cukup sekian makalah dari kami semoga bermanfaat bagi pembaca.Semoga


pembaca semakin mengetahui tentang penyakit Osteomielitis dan dapat menjaga
pola hidup sehingga dapat terhindar dari penyakit Osteomielitis.

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth,(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3,EGC : Jakarta.

Carpenito, 1990.Diagnosis Keperawatan Pada Praktek Klinik.Depkes RI, 1995.


Pusat Data Kesehatan.

Henderson, 1997.Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta

Price, Wilson, 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.


EGC, Jakarta.

34
35

Anda mungkin juga menyukai