Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA

LIMFOSITIK AKUT

Dosen Pengampu :

Kelompok Ke : 4

Nama Anggota kelompok :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2020

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas segala limpahan rahmat dan karunianya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Jurnal penerapan askep
thalasemia”. Makalah ini dususun dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.

Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-ide
sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan tepat waktu.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu pembaca. Dan kami disini menyadari bahwa
dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun penulisannya.
Oleh karenanya, kami dengan rendah hati untuk menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini.

PRINGSEWU, OKTOBER 2020


DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang sering ditemui pada
anak-anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang dan sistem limfatik (Wong et
al, 2013). Di dunia, anak-anak yang terdiagnosis leukemia akut sebesar 30-40% dari semua jenis
keganasan.

Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari system limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali dan kegagalan organ. LLA sering ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada
umur dewasa (18%). Tanpa pengobatan sebagian anak-anak hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa
diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang (NANDA,2015).

Menurut data National Cancer Institute pada tahun 2012. Kasus LeukemiabLimfositik
Akut telah terjadi pada 47.150 orang. Leukemia adalah kanker yangbpeling sering di temui pada
anak-anak di Indonesia dengan persentasi 10,4%bleukemia adalah jenis kanker yng
mempengaruhi sumsum dan tulang jaringan getahbbening. Semua kanker bermula di sel yang
membuat darah dan jaringan lainya (WHO, 2012).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2013 di Indonesia, insiden kanker pada
anak usia kurang dari 1 tahun ( 0,3 %), usia 1-4 tahun (0,1%), usia 5-14 tahun (0,1%) dan usia 4-
24 tahun (0.6%). Di Indonesia leukemia merupakan kanker tertingi pada anak sebesar 2,8 per
100.000 anak. kasus kanker pada anak-anak mencapai 4,7% dari kanker pada semua umur
(Kemenkes RI, 2013).

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana cara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak dengan leukemia
limfositik akut ?
2. Apasaja peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak dengan leukemia
limfositik akut ?

1.3 Tujuan Laporan

1. Secara umum, studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman Asuhan
Keperawatan Anak Leukemia Limfositik Akut
2. Melakukan tindakan keperawatan anak pada kasus Leukemia Limfositik Akut
3. Melakukan evaluasi keperawatan anak pada kasus Leukemia Limfositik Akut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukemia Limfositik Akut

Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang yang di
tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia dkk, 2012).

Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas dalam sumsung
tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistematik (Smelrzer et sl, 2008).

Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang berasal dari
sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit immaturea, pada darah tapi
terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel leukosit dalam
darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur dan menyebabkan perubahan fungsi
menjadi tidak normal sehingga mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).

2.2 Perencanaan asuhan keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan


keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, siapa yang
melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan,2012:24).

2.3 Interverensi yang dapat diberikan kepada pasien penyakit thalassemia

1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul


2. Jelaskan penting tidur yang adekuat
3. Lakukan pengkajian nyeri (P,Q,R,S,T)
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada pasien
5. Kolaborasi pemberian analgetik

2.4 Tujuan dan hasil interverensi

1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah perfusijaringan menjadi efektif


2. Setelah di lakukan asuhan keperawatan gangguan pola tidur pada pasien , pola tidur
menjadi normal.
3. Setelah di lakukan asuhan keperawatan masalah nyeri akut dapat di atasi
4. Pasien dapat mengerti tanda dan gejala infeksi
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah resiko infeksi tidak terjadi
2.5 Peran Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan
1. Educator
Peran dalam perawat dalam membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Dalam perawatan
kesehatan menyatakan bahwa pasien dan keluarganya harus siap memikul tanggung jawab
untuk pengelolaan perawatan diri dan bahawa perawat di tempat kerjanya harus bertanggung
gugat terhadap pemberian perawatanyang berkualitas tinggi. Fokusnya adalah berupa hasil,
baik berupa keberhasilan pasien dan keluarganya dalam mempelajari pengetahuan dan
ketrampilan dasar untuk perawatan diri, maupun berupa keberhasilan perawat. Perawat
dalam perannya sebagai pendidik .

2. kolaborasi

Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, pper group
serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat
penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam hubungan
kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan
keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan. Seperti kasus di
atas perawat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik yang bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.
BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai