Mata Kuliah :
Dosen :
Kelompok 4 : A’2019
1. Nuraina (011911001)
2. Tiara Nurfajri Aulia (011911021)
3. Ega Ardelia (011911024)
4. Anissa Febriyanti Dewi (011911026)
5. Afifah Salsabila (011911033)
6. Fandi yedidia sialom zebua (011911039)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyususnan makalah
yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan Palliative Care Pada Pasien Anak
dengan Leukimia.
Yang terhormat Ibu Ns. Ulfah Nuraini Karim, SKep., MKep selaku
coordinator sekaligus Dosen pengajar mata ajar Palliative Nursing Care. Harapan
kami semoga pada makalah yang tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, sehingga pembaca dapat menambah
wawasan serta pengalama, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah menjadi lebih baik lagi.
(Kelompok 4)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, sebagian besar penyakit leukemia ditemukan pada stadium
lanjut, ditambah dengan ditemukannya kasus-kasus yang tidak mendapatkan
pengobatan leukemia menyebabkan angka harapan hidup yang lebih pendek. Pasien-
pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang memerlukan pendekatan
terintegrasi berbagai disiplin agar pasien memiliki kualitas hidup yang baik dan pada
akhirnya meninggal secara bermartabat. Integrasi perawatan paliatif ke dalam tata
laksana leukemia terpadu telah lama dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO,
seiring dengan terus meningkatnya jumlah pasien leukemia dan angka kematian
akibat leukemia. Penatalaksanaan leukemia telah berkembang dengan pesat.
Walaupun demikian, angka kesembuhan dan angka harapan hidup pasien leukemia
belum seperti yang diharapkan. Sebagian besar pasien leukemia akhirnya akan
meninggal karena penyakitnya. Pada saat pengobatan kuratif belum mampu
memberikan kesembuhan yang diharapakan dan usaha preventif baik primer maupun
sekunder belum terlaksana dengan baik sehingga sebagian besar pasien ditemukan
dalam stadium lanjut, pelayanan paliatif sudah semestinya menjadi satu satunya
layanan fragmatis dan jawaban yang manusiawi bagi mereka yang menderita akibat
penyakit- penyakit tersebut di atas.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi. Tujuan perawatan
paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang umur, meningkatkan
kualitas hidup, dan memberikan support kepada keluarga penderita. Meski pada
akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum meninggal penderita siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya.
Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat.
Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan
atau tidak, mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita. Perawatan
paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan
memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif
mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat, pekerja social, psikolog,
konselor spiritual, relawan, apoteker dan profesi lain yang diperlukan. Kemenkes
(2013), menjelaskan prinsip pelayanan paliatif pasien kanker: 1) menghilangkan nyeri
dan gejala fisik lain, 2) menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai
proses normal, 3) tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian, 4)
mengintegrasikan aspek psikologis, social dan spiritual, 5) memberikan dukungan
agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, 6) memberikan dukungan kepada keluarga
sampai masa dukacita, 7) menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan
pasien dan keluarganya, 8) menghindari tindakan sia-sia. Perawatan paliatif berupaya
meringankan penderitaan penderita yang sudah sakit parah dan tidak dapat
disembuhkan seperti misalnya pada kasus ini yaitu leukemia
Data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus dan kematian akibat
leukemia sampai dengan tahun 2018 sebesar 18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian di
tahun 2018. Kematian akibat kanker darah putih diperkirakan akan terus meningkat
hingga lebih dari 13,1 juta pada tahun 2030.Berdasarkan data Global Cancer
Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO), tahun lalu kematian akibat
leukemia di Indonesia merenggut 11.314 jiwa.Di Jepang, Singapura, dan Filipina
kejadian leukimia per tahun pada anak di bawah 14 tahun adalah 35-49 / 1000.000
anak.
Data hasil Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi kanker darah putih (leukemia) di Indonesia dari 1,4‰ menjadi
1,49‰. Provinsi Gorontalo memiliki peningkatan tertinggi dari 0,2‰ pada Riskesdas
2013 menjadi 2,44‰ pada Riskesdas 2018. Peningkatan signifikan juga terjadi di
Provinsi Sulawesi Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat beberapa
provinsi yang mengalami penurunan prevalensi yaitu Jambi, Bengkulu, Kalimantan
Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Maluku Utara. Prevalensi leukemia di Provinsi
DI Yogyakarta tergolong tinggi dibandingkan provinsi lainnya, yaitu sebesar 4,1‰
pada Riskesdas 2013 dan 4,86‰ pada Riskesdas 2018.
Angka kematian akibat kanker darah ini merupakan nomor lima terbanyak
setelah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker serviks (leher rahim), dan kanker
hati. Jika dilihat berdasarkan jumlah kasus, ada 13.498 kasus kanker darah pada tahun
lalu. Jumlah kasus kanker darah merupakan kasus terbanyak kesembilan di Indonesia
setelah kanker payudara, serviks, paru-paru, kanker hati, kanker nasofaring, usus
besar, limfoma non-Hodgkin, dan kanker rektum (anus).WHO menyebutkan
prevalensi kanker darah di Indonesia dalam lima tahun terakhir mencapai 35.870
kasus. Prevalensi ini mencakup semua usia, baik laki-laki maupun perempuan.
Dari semua jenis kanker pada anak-anak, leukemia merupakan jenis kanker
yang terjadi sekitar 29% pada anak-anak yang berusia 0-14 tahun (ACS, 2018).
Sebagian besar leukemia yang dialami oleh anak adalah yaitu leukemia limfoblasitk
akut (LLA) (Emadi & Karp, 2017). Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan
bentuk leukemia yang paling lazim dan paling umum dijumpai pada anak yaitu
terhitung sekitar 74% (ACS, 2018). Prevalensi leukemia dari seluruh negara
ditemukan sebanyak 2,4% kasus baru dan 3,2% kasus kematian yang terjadi di tahun
2018 (Global Cancer Statistic, 2018). Data dari American Cancer Society (ACS)
menunjukkan bahwa di Amerika Serikat kejadian leukemia pada tahun 2016 sampai
2017 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2018 terjadi sedikit penurunan,
dan diperkirakan pada tahun 2019 akan terjadi peningkatan kembali. Pada tahun 2016
terdapat sekitar 60.140 kasus baru dan 24.500 kasus kematian, terjadi peningkatan
pada tahun 2017 yaitu 62.130 kasus baru dan 24.500 kasus kematian, sedangkan pada
tahun 2018 mengalami sedikit penurunan sekitar 60.300 kasus baru dan 24.370 kasus
kematian. (ACS, 2016, 2017, 2018). Diperkirakan 61.780 kasus baruleukemia akan
didiagnosis dan diperkirakan 22.840 kasus kematian leukemia akan terjadi di AS pada
tahun 2019 (American Cancer Society, 2019).
Leukemia dibagi menjadi dua tipe yaitu leukemia akut dan leukemia kronis.
Leukemia akut sel – sel darah mengalami kondisi yang abnormal schingga tidak dapat
mngerjakan pekerjaan normal. Jumlah sel- sel abnormal meningkat secara cepat,
singga leukemia akut memburuk secara cepat. Sedangkan pada leukemia kronis sel -
sel darah yang abnormal masih dapat mengerjakan pekerjaan mereka (Maharani,
2009).
Leukemia akut memilki dua jenis yaitu lympoblastic leukemia akut (ALL) dan
leukemia myeloblastic akut (AML). Leukemia kronis juga memilki dua jenis yaitu
leukemia limfosotik kronis (LLK) dan leukemia mielositik kronis (LMK). Tidak
seperti leukemia pada orang dewasa, pada anak biasanya adalah jenis akut dan
limfoblastik. Jenis ALL meliputi kira kira 80% leukimia akut pada anak dan sisanya
adalah leukemia mieloid akut (AML) (Apriany, 2016).
B. Ruang Lingkup
1. Objek : Pasien anak dengan Lekimia
2. Subjek : Asuhan Keperawatan Palliative Care pada Pasien Anak dengan
Leukimia
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat menganalisa dan
menyusun perencanaan Asuhan Keperawatan Palliative Care pada Pasien Anak
dengan Leukimia.
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada Pasien Anak dengan
Leukimia.
2) Mahasiswa dapat menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Pasien Anak
dengan Leukimia.
3) Mahasiswa dapat menyusun rencana keperawatan pada Pasien Anak dengan
Leukimia.
4) Mahasiswa dapat melakukan tindakan implementasi dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada Pasien Anak dengan Leukimia.
5) Mahasiswa dapat menyusun evaluasi pada Pasien Anak dengan Leukimia.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Prinsip Palliative care Palliative care secara umum merupakan sebuah hal
penting dan bagian yang tidak terpisahkan dari praktek klinis dengan mengikuti
prinsip :
a. Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat
b. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi sekarang
c. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau
orang terdekatnya
d. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana
perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien 21
e. Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga kepada
profesional kesehatan (Cohen and Deliens, 2012).
2.1.3 Peran dan Fungsi Perawat
a. Semua perawat harus menerima pendidikan tentang palliative care primer baik
itu tingkat sarjana, magister dan doctoral
b. Semua perawat harus diberikan pendidikan lanjut untuk palliative care primer
c. Semua perawat menerima orientasi palliative care primer yang termasuk
didalamnya mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam domain
palliative care. Ini termasuk penilaian dasar dan manajemen gejala
nyeri,keterampilan komunikasi dasar tentang penyakit lanjut, prinsip etika, 24
kesedihan dan kehilangan keluarga, komunitas dan pemberi layanan.
d. Semua perawat harus mampu melakasanakan palliative care dengan kerjasama
tim dari multidisplin ilmu
e. Perawat hospice dan perawat palliative harus tersetifikasi dalam memberikan
pelayanan palliative care
f. Semua perawat harus berpartisipasi dalam inisatif memperbaiki kualitas
layanan palliative care
g. Perawat hospice dan perawat palliative memperomosikan kontinuitas dalam
palliative care sesuai aturan kesehatan dan mempromisikan hospice sebagai
pilihan (Ferrell et al., 2007; Ferrell, 2015).
Physical Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk mengukur dan
mendokumentasikan rasa nyeri dan gejala lain yang muncul seperti menilai,
mengelola gejala dan efek samping yang terjadi pada 25 masalah fisik pada pasien
(De Roo et al., 2013; Dy et al., 2015). Adapun panduan bagi perawat paliatif
dijelaskan sebagai berikut :
a. Semua perawat harus mampu menilai nyeri, dyspnea dan fungsinya dengan
menggunakan pedoman yang konsisten pada pasien dengan penyakit lanjut
yang mengancam jiwa
b. Semua perawat harus mendokumentasikan pedoman dan temuan dalam
rencana asuhan keperawatan
c. Semua perawat harus mengikuti jalur pengobatan berdasarkan bukti evident
based nursing untuk memberikan perawatan manajemen nyeri dan menilai
ulang gejala yang ditimbulkan (Ferrell et al., 2007; Ferrell, 2015).
Culture Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan menilai budaya dalam
proses pengambilan keputusan 29 dengan memperhariakn preferensi pasien atau
keluarga, memahami bahasa yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang dianut
pasien dan keluarga (De Roo et al., 2013). Adapun panduan bagi perawat paliatif
sebagai berikut :
a. Semua perawat harus mampu menilai budaya pasien sebagai komponen yang
tidak terpisahkan dalam memberikan palliative care dan perawatan dirumah
yang komperhensip mencakup pengambilan keputusan,prrepernsi pasien,
komunikasi keluarga, terapi komplementer, dan duka cita bagi keluarga yang
ditinggalkan, serta pemakaman dan ritual pemakaman pasien. (Ferrell, 2015).
Care Of The Patient At End of life merupakan cara yang dilakukan untuk
menggali lebih dalam tentang kesiapan menghadapi kematian dan duka cita setelah
kematian bagi keluarga yang ditinggalkan (De Roo et al., 2013). Adapun panduan
bagi perawat apaliatif sebagai berikut :
a. Perawat hospice dan perawat palliative harus mampu mengenali tanda dan
gejala kematian pasien, keluarga dan komunitas.ini harus dikomunikasikan
dan didokumentasikan.
b. Semua perawat harus mampu menjamin kenyamanan pada akhir kehidupan
c. Semua perawat harus meninjau kembali ritual budaya, agama, dan adat dalam
menghadapi kematian pasien.
d. Semua perawat harus mampu memberikan dukungan pasca kematian pada
keluarga yang ditinggalkan e. Semua perawat harus mampu merawat jenazah
sesuai dengan budaya, adat dan agama pasien (Ferrell, 2015).
a. Rumah Sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan
32 pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan khusus.
b. Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan
c. Rumah singgah / panti (hospice) : untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum dapat dirawat
dirumah karena memerlukan pengawasan
d. Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat tindakan
khsusus atau peralatan khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin
dilakukan oleh keluarga (PERMENKES, 2007).
2.2.4 Patofisiologi
Sel leukemia ganas berasal dari sel prekursor pada elemen pembentuk darah.
Sel-sel ini dapat terakumulasi dan mendesak elemen normal dalam sumsum tulang,
mengalir kedalam darah perifer, dan akhirnya menginvasi organ dan jaringan tubuh.
Penggantian elemen hematopoietik normal oleh sel-sel leukemia mengakibatkan
supresi sumsung tulang, yang ditandai dengan penurunan produksi sel darah merah
(SDM), SDP yang normal, dan trombosit. Supresi sumsum tulang mengakibatkan
anemia karena penurunan produksi SDM, merupakan predisposisi terhadap infeksi
akibat neutropenia, dan kecenderungan perdarahan sebagai akibat trombositopenia.
Hal ini menyebabkan anak beresiko terhadap kematian akibat infeksi atau
perdarahan.
Infiltrasi pada organ retikuloendolial (mis., limpa, hepar, dan kelenjar limfe)
menyebabkan pembesaran yang khas dan akhirnya fibrosis. Infiltrasi leukemik pada
SSP mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan efek lainnya,
bergantung pada area spesifik yang terkena. Kemungkinan daerah yang terinfiltrasi
lainnya mencakup ginjal, testis, prostat, ovarium, traktus GI, dan paru-paru.
Sel leukemik hipermetabolik akhirnya menolak semua sel nutrisi tubuh yang
penting untuk kelangsungan hidup. Pertumbuhan sel leukemik yang tidak terkendali
dapat mengakibatkan starvasi metabolic.
a. Anemia akibat supresi sel darah merah, yang terdiri dari keletihan, pucat,
dan takikardi.
b. Perdarahan akibat supresi trombosit, yang mencakup ptekie, purpura,
hematuria, epiktaksis, dan feses seperti dempul.
c. Imunosupresi akibat supresi sel darah putih, yang dimanifestasikan dengan
demam, infeksi, dan penyembuhan luka yang buruk.
d. Gejala-gejala dari gangguan retikuloendotelial, yang mencakup
hepatosplenomegali, nyeri tulang, dan limfadenopati.
e. Gejala-gejala umum, yang mencakup penurunan berat badan, anoreksia,
dan muntah.
Secara umum pengobatan yang tepat untuk kasus leukemia pada anak adalah
kemoterapi dan transplantasi sum-susm tulang belakang. Karena prevaliansi leukemia
dan limfoma pada anak cukup tinggi, sekitar 97-98% dapat mencapai remisi
sempurna. Pengobatan kemoterapi umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak
semua fase yang digunakan untuk semua orang.
Tujuan dari tahap awal pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar
sel-sel leukemia didalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada
tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun (Cahyono, 2012).
2.2.8 Komplikasi
Menurut Zelly, 2012 komplikasi leukemia yaitu :
1) Tombositopenia
Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia akut biasanya merupakan
akibat infiltrasi sumsum tulang atau kemoterapi, selain itu dapat juga disebabkan
oleh beberapa faktor lain seperti koagulasi intravaskuler diseminata, proses
imunologis dan hipersplenisme sekunder terhadap pembesaran limpa.
Trombositopenia yang terjadi bervariasi dan hampir selalu ditemukan pada saat
leukemia didiagnosis.
2) Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID)
Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah suatu sindrom yang ditandai
dengan aktivasi koagulasi intravaskuler sistemik berupa pembentukan dan
penyebaran deposit fibrin dalam sirkulasi sehingga menimbulkan trombus
mikrovaskuler pada berbagai organ yang dapat mengakibatkan kegagalan
multiorgan. Aktivasi koagulasi yang terus berlangsung menyebabkan konsumsi
faktor pembekuan dan trombosit secara berlebihan sehingga mengakibatkan
komplikasi perdarahan berat. KID bukanlah suatu penyakit tetapi terjadinya
sekunder terhadap penyakit lain yang mendasari.
3) Fibrinolisis Primer
Beberapa peneliti menemukan bahwa leukosit pada leukemia akut memiliki
aktivitas fibrinolitik yang dapat menyebabkan fibrinolisis primer terutama pada
leukemia promielositik akut. Pada fibrinolisis primer, perdarahan disebabkan oleh
degradasi faktor pembekuan yang diinduksi plasmin seperti fibrinogen.
BAB III
ANALISA MASALAH
3.1 Kasus
An. T usia 8 tahun dirawat di Rumah Sakit X sejak tanggal 20 Januari 2020, hari
ini adalah hari rawat ke 4. An. T sudah di diagnosis leukemia sejak 2 tahun yang
lalu pada stadium awal (stage 1). Sejak terdiagnosis, An. T sudah melakukan
kemoterapi per 3 bulan sekali, namun pada bulan agustus Mei 2019 An. T tidak
melakukan kemoterapi karena faktor ekonomi keluarga dan keluarga merasa
anaknya tidak kunjung sembuh. Sejak saat itu keluarga hanya melakukan
pengobatan secara alternative di rumah. Pada tanggal 20 Januari 2020 pukul
06.00, keluarga membawa An.T ke IGD Rumah Sakit X karena sangat takut
dengan keadaan An. T. Keluarga mengatakan sudah 1 bulan, badan An.T sangat
lemah, sering mimisan, memar dibeberapa bagian tubuhnya, serta keringat selalu
keluar di malam hari. Keluarga sangat khawatir melihat anaknya merasa
kesakitan dan lemah tidak berdaya. Keluarga menyesali perbuatannya karena
hanya mengobati anaknya dengan pengobatan alternative. Setelah dilakukan
pemeriksaan lengkap di IGD, dokter telah mendiagnosis bahwa leukemia yang
dialami An. T sudah pada stadium lanjut (stage 3) dan sudah metastase ke
beberapa organ lainnya. Dan dokter mengatakan bahwa hidup An. T sudah tidak
lama lagi. Saat mendengar kabar tersebut keluarga sangat syok dan tidak
menyangka akan terjadi secepat ini. Keluarga mengatakan ingin mendapat
pengobatan semaksimal mungkin untuk hidup anaknya, namun pada stadium ini
kemoterapi dan obat-obatan sudah tidak akan berpengaruh banyak. Akhirnya
diputuskan bahwa An. T akan dirawat di ruang rawat inap dengan pengobatan
yang terus diberikan. Pengobatan An.T sudah berjalan selama 3 hari, namun
keadaan An. T semakin hari semakin memburuk. Pada hari ke 4, An. T menangis
mengeluh sakit kepala hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulangtulangnya
hingga merasa tidak nyaman. Ia juga mimisan sejak kemarin malam sampai pagi
ini. An. T megatakan pasrah karena tidak kuat merasakan rasa sakitnya. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan An. T sangat pucat, CRT >
detik, GCS 11, konjungtiva anemis, akral dingin, BB klien turun dari 18 kg (20
Januari) menjadi 15 kg (24 Januari), dan mual (+). Selain itu terdapat pembesaran
limfa (splenomegali) dan hati (hepatomegali). Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital diperoleh: TD: 96/50 mmHg, N: 99x/menit, RR: 30x/menit, S: 38,6°C. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab: Hb: 5,2 gr/dl, leukosit:
13,9x103/µl, trombosit: 99.000 mcL.
3.2 Pengkajian
Tgl & Jam Pengkajian : Senin, 04 Oktober 2021 jam 07.00 WIB
1. Biodata Pasien
Nama : An. T
Umur : 8 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Surabaya
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. I
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Guru
Hub dg px : Ayah
Alamat : Surabaya
3. Keluhan Utama
- Klien menangis mengeluh sakit kepala hebat, lemas, demam dan nyeri
pada tulang-tulangnya hingga merasa tidak nyaman.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
- Klien sudah didiagnosis leukemia sejak 2 tahun yang lalu pada stadium
awal (stage 1)
- Klien sudah menjalani berbagai pengobatan kemoterapi dan juga
alternative
- Namun karena kondisi klien semakin memburuk, keluarga membawa ke
RS pada tanggal 20 Januari 2020 dengan keluhan sudah 1 bulan badan
An.T sangat lemah, sering mimisan, memar dibeberapa bagian tubuhnya,
serta keringat selalu keluar di malam hari.
- Pada hari ke 4 (24 Januari 2020), An. T menangis mengeluh sakit kepala
hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulang-tulangnya hingga merasa
tidak nyaman. Ia juga mimisan sejak kemarin malam sampai pagi ini. An.
T megatakan pasrah karena tidak kuat merasakan rasa sakitnya.
5. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
6. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
7. Riwayat Pembedahan : Tidak ada
8. Pola Pemenuhan Nutrisi
- Klien mengalami penurunan nafsu makan
- Klien mengeluh mual sejak 3 hari yang lalu
- Berat badan klien mengalami penurunan dari 18 kg (20 Januari) menjadi
15 kg (24 Januari)
9. Pengkajian kualitas hidup
- Saat ini klien membutuhkan banyak bantuan dan perawatan medis yang
sering. Tidak dapat merawat diri sendiri, memerlukan perawatan
institusional setara atau rumah sakit dan memerlukan dukungan dari
keluarga maupun orang lain, penyakit mungkin maju dengan cepat.
1) Psikososial
- Sosial/interaksi
Klien tidak dapat berinteraksi dengan teman-temannya,
Klien hanya ditemani oleh ibu dan ayahnya.
- Psikologis
Klien terlihat sangat cemas dan sering menangis, klien juga
mengatakan pasrah karena tidak kuat dengan sakit yang dirasakan.
- Toleransi koping
Klien mengatakan takut dengan keadaan dirinya sekarang.
Klien merasa dirinya hanya menyusahkan ayah dan ibunya.
Klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.
2) Spiritual
Menggunakan pengkajian FICA
- Faith (keyakinan): kilen percaya tentang adanya tuhan/Allah dan dia
percaya pada agama islam
- Influence (pangaruh): klien marah karena tuhan memberikan sakit
pada dirinya bukan orang lain.
- Community (komunitas): klien mengikuti kegiatan mengaji/TPQ
setiap hari di masjid dekat rumahnya.
- Addressing Spiritual Concerns (cara mengatasi isu spiritual): keluarga
klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.
3) Pengkajian Prognosis
- Klien sudah didiagnosis pada leukemia stadium lanjut dengan
prognosis buruk, karena segala pengobatan tidak akan berpengaruh
banyak pada kesembuhan klien.
- Dokter sudah mengatakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.
4) Ekonomi
- Ayah klien adalah seorang guru honorer, penghasilannya tergolong
rendah.
- Keluarga ini mempunyai 2 orang anak
10. Kesadaran : Delirium E4V3M4
Tanda-tanda Vital
- TD: 96/50 mmHg,
- N: 99x/menit,
- RR: 30x/menit,
- S: 38,6°C.
11. Body System
1) B1 (Breath)
- RR 30x/menit, sesak napas, menggunakan otot bantu pernapasan yaitu
otot sternokleidomastoid.
2) B2 (Blood)
- TD 96/50 mmHg, CRT >2detik, akral dingin, HR 99x/menit, Hb:6,7
gr/dl, leukosit: 13,2 x 103/µl, trombosit: 99.000 mcL.
- Konjungtiva anemis
- Akral dingin
- Turgor kulit memburuk
3) B3 (Brain)
- Kesadaran pasien delirium dengan GCS, yaitu : E = 4, V = 3 dan M= 4
4) B4 (Bladder)
- Tidak ada gangguan
5) B5 ( Bowel)
- BB turun dari 18 kg menjadi 14 kg, mual, pembesaran limfa, dan
pembesaran hati.
6) B6 ( Bone)
- Nyeri pada tulang-tulangnya sehingga pasien mengatakan sangat tidak
nyaman.
- Nyeri ini dirasakan saat klien mulai melakukan terapi medis (tanggal 20-
24 Januari)
Data Objektif :
-Klien tampak cemas
-Klien tampak menangis
-Klien tampak lemah
TD = 96/50 mmHg
N=90x/menit
RR=30x/menit
S=38,6oC
Data Objektif :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak tidak
nyaman
-Klien tampak kesakitan
-Klien tampak menangis
Data Subjektif : Keputusasaan Penurunan Kondisi
-Klien mengatakan takut Fisiologis
dengan dirinya
-Klien mengatakan pasrah
karena tidak kuat dengan
sakit yang dirasakan
Data Objektif :
-Klien tampak menangis
-Klien tampak lemah
-Klien tampak pasrah
dengan hidupnya
Diagnosa Keperawatan :
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 Selasa, 05 Oktober S : -Klien mengatakan nyaman Kelompok 4
2021 dengan dirinya
14:10
O : -Klien tampak nyaman
dengan dirinya yang sekarang
-Klien tampak tidak menangis
lagi
A: Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Anita, 2016. Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang. Diakses pada 26 September 2021. Tersedia
pada :
https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/237/223#:~:text=Perawatan
%20paliatif%20adalah%20perawatan%20kesehatan,memberikan
%20support%20kepada%20keluarga%20penderita.
Ningsih Yosi Oktavia, 2017. Asuhan Keperawatan Pada An.K dan An. G dengan
Leukimia di Ruangan Kronis Irna Kebidanan dan Anak RSUP DR. M.
Djamil Padang. Diakses pada 26 September 2021. Tersedia pada :
http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/yosi_oktavia_ningsih_keperawatan_2017.pdf
Oktavia Santi; dkk, 2020. Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Kanker Pada Anak :
Leukimia. Universitas Airlangga Surabaya. Diakses pada 05 Oktober
2021. Tersedia pada : file:///C:/Users/lenovo/Downloads/toaz.info-
makalah-keperawatan-menjelang-ajal-dan-paliatif-asuhan-
keperawatan-paliatif-pad-
pr_4ce939343eb887cb5fecd651f54eab12.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22345/BAB%20II.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
http://repository.unism.ac.id/57/4/BAB%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/64270/12/Bab%20I.pdf