Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LEUKEMIA”

Dosen Pengampu :
Ns. Sari Anggela, M.Kep.,Sp.Kep.A

Oleh :
Kelompok 5
Elsa Dameria Damanik (P032114401056)
Nurul Ilmi Fadia (P032114401071)

D3 Keperawatan 2B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
PEKANBARU
TP. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Leukemia" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan mengenai Leukemia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Sari Anggela, M.Kep.,Sp.Kep.A selaku dosen
Mata Kuliah Keperawatan Anak. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekan baru, 5 September 2022

Kelompok 5

1
Daftar Pustaka

Daftar Pustaka.............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
1.1 Latar belakang...................................................................................................................................3
1.2 Perumusan masalah..........................................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Definisi...............................................................................................................................................6
2.2 Etiologi...............................................................................................................................................7
2.3 Tipe Leukemia....................................................................................................................................8
2.4 Tanda dan Gejala...............................................................................................................................9
2.5 Patofisiologi (WOC)..........................................................................................................................11
2.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................................12
2.7 Penatalaksanaan Medis...................................................................................................................13
2.8 Asuhan Keperawatan pada Leukemia..............................................................................................14
A. Pengkajian Khusus.........................................................................................................................14
B. Diagnosa, Luaran dan Intervensi....................................................................................................15
C. Evaluasi Keperawatan....................................................................................................................21
BAB lll PENUTUP........................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................23
3.2 Saran................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Leukemia atau yang dikenal sebagai kanker darah merupakan keganasan yang menyerang
jaringan pembentuk darah atau yang dikenal sebagai sumsum tulang (Keene, 2018).
Leukemia dapat menyerang semua jenis usia dengan insidensi yang paling sering terjadi
adalah pada anak (WHO, 2015). Dari semua jenis kanker pada anak-anak, leukemia
merupakan jenis kanker yang terjadi sekitar 29% pada anak-anak yang berusia 0-14 tahun
(ACS, 2018). Sebagian besar leukemia yang dialami oleh anak adalah yaitu leukemia
limfoblasitk akut (LLA) (Emadi & Karp, 2017). Leukemia limfoblastik akut (LLA)
merupakan bentuk leukemia yang paling lazim dan paling umum dijumpai pada anak yaitu
terhitung sekitar 74% (ACS, 2018).
Prevalensi leukemia dari seluruh negara ditemukan sebanyak 2,4% kasus baru dan 3,2%
kasus kematian yang terjadi di tahun 2018 (Global Cancer Statistic, 2018). Data dari
American Cancer Society (ACS) menunjukkan bahwa di Amerika Serikat kejadian Leukemia
pada tahun 2016 sampai 2017 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2018 terjadi
sedikit penurunan, dan diperkirakan pada tahun 2019 akan terjadi peningkatan kembali. Pada
tahun 2016 terdapat sekitar 60.140 kasus baru dan 24.500 kasus kematian, terjadi
peningkatan pada tahun 2017 yaitu 62.130 kasus baru dan 24.500 kasus kematian, sedangkan
pada tahun 2018 mengalami sedikit penurunan sekitar 60.300 kasus baru dan 24.370 kasus
kematian. (ACS, 2016, 2017, 2018). Diperkirakan 61.780 kasus baru
Leukemia akan didiagnosis dan diperkirakan 22.840 kasus kematian leukemia akan
terjadi di AS pada tahun 2019 (American Cancer Society, 2019). Di Indonesia, kasus baru
dan kasus kematian akibat leukemia cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada
tahun 2010 terdapat 19 kasus baru dan 31 kasus kematian, pada tahun 2011 tidak terjadi

3
peningkatan kasus baru yaitu tetap pada angka 19 kasus baru, namun terjadi peningkatan
kasus kematian menjadi 35 kasus, pada tahun 2012 terjadi peningkatan kasus baru dan
kematian menjadi 23 kasus baru dan 42 kasus kematian, dan tahun 2013 terjadi peningkatan
lagi menjadi 30 kasus baru dan 55 kasus kematian (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014
mengalami peningkatan kembali menjadi 46 kasus leukemia (Kemenkes, 2015). Sumatera
Barat merupakan provinsi yang memiliki prevalensi 2,47% dengan penyakit kanker kedua
terbanyak setelah provinsi Yogyakarta 4,9% (Riskesdas, 2018). Kota Padang, khususnya di
RSUP Dr. M. Djamil Padang menunjukan bahwa terjadi peningkatan kasus leukemia
lympoblastic akut (LLA) pada anak yang berusia 0-14 tahun dari tahun 2016-2018. Pada
tahun 2016 tercatat 51 kasus anak penderita LLA, lalu terjadi peningkatan pada tahun 2017
yaitu tercatat 89 kasus anak penderita LLA, dan terjadi peningkatan kembali pada tahun
2018, yaitu tercatat sebanyak 144 anak penderita LLA (Data Rekam Medik Instalasi Rawat
Inap RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2016, 2017, 2018).
Penatalaksanaan leukemia meliputi kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang
dan steroid. Masing-masing terapi memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap kesehatan
dan perkembangan pasien selanjutnya, oleh karena itu dampak setiap terapi harus dikenali
untuk memungkingkan akses informasi pengobatan (Whitaker & Green, 2014). Terapi yang
dinilai sangat efektif untuk leukemia adalah kemoterapi. Kemoterapi dinilai efektif dalam
pengobatan kanker, menjaga dan menahan penyebaran sel kanker, memperlambat
pertumbuhan sel kanker, membunuh sel kanker yang menyebar ke bagian tubuh lainnya dan
mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker (ACS, 2018). Kemoterapi untuk penderita
leukemia terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap induksi, konsolidasi, dan maintenance (Wong et
al, 2009). Pengobatan dengan kemoterapi telah berhasil menaikkan angka kesembuhan pada
penderita leukemia tetapi memiliki gejala bagi fisik maupun psikologis pada anak. Pada
penelitian Nurgali, Jagoe & Abalo (2018) gejala fisik yang ditimbulkan akibat kemoterapi
ialah mual, munttidah, mukositis, gangguan gastrointestinal, anoreksia, malabsorpsi,
penurunan berat badan, anemia, kelelahan dan peningkatan resiko sepsis. Kemoterapi juga
memiliki dampak signifikan pada status psikologis pasien yaitu harga diri yang rendah pada
anak- anak (Sherief, 2015). Pasien yang hidup dengan kanker stadium lanjut mengalami
gejala psikologis yaitu, kecemasan, gejala depresi, dan keputusasaan (Bail et al, 2018).

4
Gejala fisiologis yang tidak ditangani secara tepat dapat mempengaruhi psikologis
pasien, yang mana gejala fisiologis yang timbul akibat kemoterapi dapat menimbulkan stres
bagi pasien (Djoerban, 2014). Hal ini dibuktikan dengan Penelitian Mcculloch, Hemsley &
Kelly (2018) mengatakan bahwa gejala-gejala fisiologis yang dialami pasien selama
kemoterapi seperti nyeri, mukositis, mual, muntah, perubahan berat badan, kekurangan
nutrisi, kelelahan, gangguan tidur, dapat menimbulkan gejala psikologis yang akan terjadi
seperti perasaan sedih, depresi, cemas, takut, dan khawatir akan terjadi gejala yang lebih
parah selama perawatan mereka. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan terhadap gejala
fisiologis kemoterapi terlebih dahulu untuk mengurangi gejala psikologis yang akan terjadi.

1.2 Perumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini
adalah bagaimana pengalaman ibu dalam mengatasi gejala fisiologis kemoterapi pada anak
dengan leukemia?

1.3 Tujuan
Tujuan kelompok kami membuat makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Ns.Sari Anggela, M.Kep.,Sp.Kep.A selaku Dosen dari mata kuliah Keperawatan Anak serta
menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit Leukemia.

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi dari Leukemia
2. Dapat mengetahui etiologi dari Leukemia
3. Dapat mengetahui tanda & gejala dari Leukemia
4. Dapat mengetahui patofisiologi (WOC) dari Leukemia
5. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari Leukemia
6. Dapat mengetahui penatlaksanaan medis dari Leukemia
7. Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari Leukemia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kanker adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel abnormal yang tidak terkendali.
Sel biasanya gagal berkembang dengan baik, sehingga tidak akan berfungsi secara normal.
Leukemia adalah terjadinya pembentukan sel darah yang berlebihan di sumsum tulang, dimana
sel-sel yang tidak matang ini menumpuk di dalam darah dan di dalam organ tubuh, namun
mereka tidak mampu menjalankan fungsi normal sel darah. Darah normal mengandung sel darah
putih, sel darah merah, dan trombosit. Ketiga jenis elemen darah berkembang dari satu jenis sel
yang belum matang, yang disebut sel punca/sumsum dalam proses yang disebut hematopoiesis.
Sel induk ini membelah dan berkembang tetapi masih belum matang yang disebut blast,
kemudian berkembang melalui beberapa tahap lagi menjadi sel darah yang matang. Proses ini
terjadi di sumsum tulang, merupakan bahan spons lunak yang ditemukan di bagian tengah
sebagian besar tulang.

Setiap jenis unsur darah memiliki fungsi yang berbeda dan esensial dalam tubuh. Sel darah
putih atau leukosit adalah bagian dari sistem kekebalan dan membantu melawan berbagai infeksi
dan membantu dalam penyembuhan luka. Sel darah merah atau eritrosit mengandung
hemoglobin, yang mengangkut oksigen ke sel jaringan di seluruh organ tubuh. Sedangkan
trombosit bersama dengan protein plasma tertentu membantu membentuk gumpalan begitu
pembuluh darah rusak atau terpotong. Tahap pertama dalam proses pematangan sel darah adalah
diferensiasi menjadi dua kelompok sel yaitu sel induk myeloid dan sel induk limfoid. Sel induk
myeloid berkembang menjadi sel darah merah, trombosit, dan beberapa jenis sel darah putih

6
seperti granulosit atau monosit. Sedangkan Sel induk limfoid berkembang menjadi jenis lain
dari sel darah putih yaitu limfosit.

Leukemia yang mempengaruhi turunan dari myeloid disebut leukemia myelocytic


(myelogenous, myeloblastik, atau nonlymphocytic). Leukemia yang mempengaruhi turunan
limfoid disebut leukemia limfositik, juga disebut limfoblastik atau limfogen. Masing-masing
jenis leukemia baik myelogenous dan limfosit juga memilki onset akut dan kronis. Leukemia
akut pada dasarnya mengacu pada gangguan dengan onset yang cepat. Pada leukemia myelocytic
akut, sel-sel abnormal tumbuh dengan cepat dan tidak matang. Sebagian besar sel yang belum
matang ini cenderung mati dengan cepat. Pada leukemia limfositik akut, pertumbuhannya tidak
secepat sel mielositik. Sebaliknya, sel-sel cenderung menumpuk. Kesamaan kedua jenis
leukemia adalah ketidakmampuan mereka untuk menjalankan fungsi sel darah putih yang sehat.
Jika pasien tidak ditangani, kematian bisa terjadi dengan cepat, seringkali dalam beberapa
minggu atau beberapa bulan. Pada leukemia kronis onset cenderung lambat, terjadi
ketidaknormalan pematangan dan sering menumpuk di berbagai organ dalam interval yang lama.
Timbulnya kematian juga relatif lebih lambat pada leukemia kronis.

2.2 Etiologi
Penyebab pasti leukemia tidak diketahui. Seperti kanker lainnya, merokok dianggap sebagai
faktor risiko leukemia, tetapi banyak orang yang menderita leukemia tidak pernah merokok, dan
banyak orang yang merokok tidak pernah menderita leukemia. Paparan jangka panjang terhadap
bahan kimia seperti benzena atau formaldehida, biasanya di tempat kerja, dianggap sebagai
faktor risiko leukemia, tetapi ini menyumbang relatif sedikit kasus penyakit. Paparan radiasi
yang berkepanjangan merupakan faktor risiko, meskipun hal ini menyebabkan relatif sedikit
kasus leukemia. Dosis radiasi yang digunakan untuk pencitraan diagnostik seperti sinar-X dan
CT scan sama sekali tidak lama atau setinggi dosis yang diperlukan untuk menyebabkan
leukemia.

Faktor risiko lain untuk leukemia termasuk yang berikut:

• Kemoterapi sebelumnya: Beberapa jenis kemoterapi, terutama beberapa agen alkilasi dan
penghambat topoisomerase, yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker, terkait

7
dengan perkembangan leukemia di kemudian hari. Kemungkinan pengobatan radiasi menambah
risiko leukemia yang terkait dengan obat kemoterapi tertentu.

• Virus leukemia sel T manusia 1 (HTLV-1): Infeksi virus ini terkait dengan leukemia sel T
manusia.

• Sindrom myelodysplastic: Kelompok kelainan darah yang tidak biasa ini (sebelumnya disebut
sebagai "preleukemia") ditandai dengan perkembangan sel darah yang tidak normal dan
peningkatan risiko leukemia yang sangat tinggi.

• Sindrom Down dan penyakit genetik lainnya: Beberapa penyakit yang disebabkan oleh
kromosom abnormal dapat meningkatkan risiko leukemia.

• Riwayat keluarga: Memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua, saudara laki-laki, saudara
perempuan, atau anak) yang menderita leukemia limfositik kronis meningkatkan risiko seseorang
terkena penyakit sebanyak empat kali lipat dari seseorang yang tidak memiliki kerabat yang
terkena.

2.3 Tipe Leukemia


Terdapat empat subtipe utama leukemia, yaitu:

a. Leukemia limfoblastik akut (LLA)

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) terlihat pada pasien dengan transformasi blastik sel
B dan T. LLA adalah leukemia paling umum di pediatri, terhitung hingga 80% kasus dalam
kelompok ini vs 20% kasus pada orang dewasa. Pengobatan di kalangan dewasa muda
sebagian besar terinspirasi oleh rejimen pediatrik dengan tingkat kelangsungan hidup yang
lebih baik.

b. Leukemia myelogenous akut (LMA)

Leukemia myelogenous Akut (LMA) ditandai dengan lebih dari 20% ledakan myeloid
dan merupakan leukemia akut yang paling umum pada orang dewasa. Ini adalah kanker
paling agresif dengan prognosis variabel tergantung pada subtipe molekuler.

c. Leukemia limfositik kronis (LLK)

8
Leukemia Limfosistik Kronis (LLK) terjadi dari proliferasi sel limfoid monoklonal.
Sebagian besar kasus terjadi pada orang berusia antara 60 dan 70 tahun.

d. Leukemia myelogenous kronis (CML)

Leukemia myelogenous Kronis (CML) biasanya muncul dari translokasi timbal balik dan
fusi BCR pada kromosom 22 dan ABL1 pada kromosom 9, menghasilkan disregulasi tirosin
kinase pada kromosom 22 yang disebut kromosom Philadelphia.

Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan populasi monoklonal granulosit disfungsional, terutama
neutrofil, basofil, dan eosinofil.

2.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala biasanya berkembang cukup cepat pada kejadian leukemia akut, dimana
sebagian besar kasus leukemia akut didiagnosis ketika orang tersebut mengunjungi profesional
kesehatannya setelah jatuh sakit. Pada leukemia kronis, gejala berkembang secara bertahap dan
umumnya tidak separah pada leukemia akut. Sekitar 20% orang dengan leukemia kronis tidak
memiliki gejala pada saat penyakit mereka didiagnosis. Beberapa gejala leukemia disebabkan
oleh kekurangan sel darah dan lainnya karena kumpulan sel leukemia di jaringan dan organ. Sel-
sel leukemia dapat terkumpul di berbagai bagian tubuh, seperti testis, otak, kelenjar getah
bening, hati, limpa, saluran pencernaan, ginjal, paru-paru, mata, dan kulit.

Beberapa gejala umum leukemia baik akut atau kronis antara lain:

• Demam yang tidak dapat dijelaskan

• Sering mengalami Infeksi

• Keringat malam

• Keluhan Kelelahan

• Penurunan berat badan

• Mudah berdarah atau memar

• Pengumpulan sel leukemia di bagian tubuh tertentu dapat menyebabkan gejala berikut:

9
• Sakit kepala

• Kebingungan

• Masalah keseimbangan

• Penglihatan kabur

• Pembengkakan disertai nyeri di leher, di bawah lengan, atau di selangkangan

• Sesak napas

• Mual atau muntah

• Nyeri dan/atau pembengkanan perut

• Nyeri dan/atau pembengkakan pada testis

• Nyeri pada tulang atau persendian

• Kelemahan atau hilangnya kontrol otot

• Kejang

Penting untuk ditekankan bahwa gejala leukemia tidak spesifik, hal Ini berarti bahwa
gejala tidak unik dan hanya terjadi leukemia tetapi merupakan gejala yang juga bisa muncul pada
sejumlah penyakit dan kondisi medik lainnya. Hanya seorang profesional medis yang dapat
membedakan leukemia dari kondisi lain yang menyebabkan gejala serupa.

10
2.5 Patofisiologi (WOC)

11
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya yang sering digunakan dalam pemeriksaan
leukemia limfoblastik akut antara lain:

12
• Hitung darah lengkap dengan diferensial

• Pemeriksaan koagulasi antara lain produk PT, PTT, fibrinogen dan fibrin split

• Apusan darah tepi

• Profil kimia antara lain laktat dehidrogenase, asam urat, studi fungsi hati, dan
BUN/kreatinin

• Kultur yang sesuai, khususnya kultur darah pada pasien dengan demam atau tanda infeksi
lainnya

• Rontgen dada

• Computed tomography, seperti yang ditunjukkan oleh gejala

• Pemindaian akuisisi multi-gated atau ekokardiogram

• Elektrokardiografi

• Pungsi lumbal (terutama pada anak-anak)

• Aspirasi dan biopsi sumsum tulang untuk memastikan leukemia.

• Pemeriksaan sumsum tulang

• Histologi

• Imunohistokimia/flow cytometry

• Sitogenetika

• Hibridisasi fluoresensi in situ

• PCR

2.7 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan leukemia tergantung pada jenis leukemia, usia dan status kesehatan secara
keseluruhan. Penatalaksanaan umum yang digunakan untuk melawan leukemia meliputi:

13
• Kemoterapi: Kemoterapi adalah bentuk utama pengobatan leukemia dengan menggunakan
bahan kimia untuk membunuh sel leukemia. Jenis obat dan kombinasi tergantung pada jenis
leukemia yang dialami.

• Terapi radiasi: Terapi radiasi menggunakan sinar-X atau sinar berenergi tinggi lainnya untuk
merusak sel-sel leukemia dan menghentikan pertumbuhannya. Terapi radiasi dapat digunakan
untuk mempersiapkan transplantasi sumsum tulang.

• Transplantasi sumsum tulang: Transplantasi sumsum tulang, juga disebut transplantasi sel
punca, membantu membangun kembali sel punca yang sehat dengan mengganti sumsum tulang
yang tidak sehat dengan sel punca bebas leukemia yang akan meregenerasi sumsum tulang yang
sehat. Sebelum transplantasi sumsum tulang, biasanya dilakukan kemoterapi atau terapi radiasi
dosis tinggi untuk menghancurkan sumsum tulang penghasil leukemia, Kemudian diberikan
infus sel induk pembentuk darah yang membantu membangun kembali sumsum tulang.

• Imunoterapi: Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Sistem
kekebalan tubuh yang melawan penyakit mungkin tidak menyerang kanker karena sel kanker
memproduksi protein yang membantu mereka bersembunyi dari sel sistem kekebalan.
Imunoterapi bekerja dengan mengganggu proses itu.

• Rekayasa sel kekebalan untuk melawan leukemia: Perawatan khusus yang disebut terapi sel T
reseptor antigen chimeric (CAR) mengambil sel T, merekayasanya untuk melawan kanker dan
memasukkannya kembali ke dalam tubuh. Terapi sel CAR-T mungkin menjadi pilihan untuk
jenis leukemia tertentu.

2.8 Asuhan Keperawatan pada Leukemia

14
A. Pengkajian Khusus
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.

Pengkajian pada leukemia meliputi :

a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia
1. Pucat
2. Kelemahan
3. Sesak
4. Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1. Demam
2. Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
1. Ptechiae
2. Purpura
3. Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
1. Limfadenopati
2. Hepatomegali
3. Splenomegali
f. Kaji adanya pembesaran testis
g. Kaji adanya:
1. Hematuria
2. Hipertensi
3. Gagal ginjal
4. Inflamasi disekitar rektal
5. Nyeri

15
B. Diagnosa, Luaran dan Intervensi

1. Resiko Infeksi (D.0142)

Luaran: Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)

• Kebersihan tangan dan badan meningkat


• Demam, kemerahan, nyeri, dan bengkak menurun
• Periode malaise menurut
• Periode menggigil, letargi, dan ganggauan kognitif menurun
• Kadar sel darah putih membaik

Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (I.14539)

• Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik


• Batasi jumlah pengunjung
• Berikan perawatan kulit pada daerah edema
• Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
• Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2. Resiko perdarahan (D.0012)

Luaran: Tingkat perdarahan menurun (L.02017)

• Kelembaban membran mukosa meningkat


• Kelembaban kulit meningkat
• Pendarahan menurun
• Hemoglobin membaik
• Hematokrit membaik
• Tekanan darah membaik
• Denyut Nadi apikal membaik
• Suhu tubuh membaik

Intervensi Keperawatan: Pencegahan Perdarahan

• Monitor tanda dan gejala perdarahan

16
• Monitor nilai hematokrit/homoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
• Monitor tanda-tanda vital ortostatik
• Monitor koagulasi (mis. Prothombin time (TM), partial thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, degradsi fibrin dan atau platelet)
• Pertahankan bed rest selama perdarahan
• Batasi tindakan invasif, jika perlu
• Gunakan kasur pencegah dikubitus
• Hindari pengukuran suhu rektal
• Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
• Anjurkan mengunakan kaus kaki saat ambulasi
• Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
• Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
• Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin K
• Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
• Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol perdarhan, jika perlu
• Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
• Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

3. Hipertermia (D.0130)

Luaran: Termoregulasi membaik (L.14134)

• Menggigil dan kulit merah menurun


• Akrosianosis, piloreksi, vasokonstriksi perifer dan pucat menurun
• Takikardi, takipnea, dasar kuku sianotik, dan hipoksia menurun
• Suhu tubuh dan suhu kulit membaik
• Pengisian kapiler membaik
• Ventilasi membaik
• Tekanan darah membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Manajemen hipertermia (I.15506)

• Identifkasi penyebab hipertermi

17
• Monitor suhu tubuh
• Monitor kadar elektrolit
• Monitor haluaran urine
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
• Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
• Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
• Batasi oksigen, jika perlu
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

b. Regulasi Temperatur (I.14578)

• Monitor suhu tubuh tiap 2 jam, jika perlu


• Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
• Monitor warna dan suhu kulit
• Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
• Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
• Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
• Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan, untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu
• Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket, ice pack atau jellpad dan
intravascular cooling catherization untuk menurunkan suhu
• Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
• Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat stroke
• Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
• Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu

4. Resiko Hipovolemia (D.0034)

18
Luaran : Status Cairan membaik (L.03028)

• Kekuatan nadi meningkat


• Turgor kulit meningkat
• Output Urin meningkat
• Perasaan lemah menurun
• Keluhan Haus menurun
• Konsentrasi urin menurun
• Intake cairan membaik
• Frekwensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaik

Intervensi Keperawatan:

a. Pemantauan Cairan (I.03121)

• Monitor frekuensi dan kekuatan nadi


• Monitor frekuensi nafas
• Monitor tekanan darah
• Monitor berat badan
• Monitor waktu pengisian kapiler
• Monitor elastisitas atau turgor kulit
• Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
• Monitor kadar albumin dan protein total
• Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium,
BUN)
• Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
• Identifikasi tanda-tanda hypervolemia mis. Dyspnea, edema perifer, edema anasarka, JVP
meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular positif, berat badan menurun dalam
waktu singkat)

19
• Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
• Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
• Dokumentasi hasil pemantauan
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

b. Manajemen Hipovolemia (I.03116)

• Periksa tanda-tanda hypovolemia


• Monitor intake dan output cairan
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified Trendelenburg
• Berikan asupan cairan oral
• Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonic
• Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonik
• Kolaborasi pemberian cairan IV koloid
• Kolaborasi pemberian produk darah

5. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

Luaran: Toleransi Aktivitas meningkat (L.05047)

• Saturasi oksigen meningkat


• Frekwensi Nadi meningkat
• Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat
• Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
• Dyspnea saat dan setelah melakukan aktivitas menurun
• Perasaan lemah menurun
• Warna kulit membaik

Intervensi Keperawatan:

20
a. Manajemen Energi (I.05178)

• Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


• Monitor kelelahan fisik dan emosional
• Monitor pola dan jam tidur
• Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
• Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus seperti cahaya, suara, dan kunjungan
• Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
• Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
• Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

b. Terapi Aktivitas (I.05186)

• Identifikasi deficit tingkat aktivitas


• Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
• Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
• Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
• Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
• Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
• Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
• Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
• Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
• Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy, atau gerak
• Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
• Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
• Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
• Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri

21
• Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
• Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
• Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
• Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
• Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi
dan Kesehatan
• Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
• Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
• Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas,
jika sesuai
• Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu

C. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L,) (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan
pada klien dengan leukemia adalah

a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan


peningkatan toleransi aktifitas.

c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Klien menyerap makanan dan cairan, tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

f. Masukan nutrisi adekuat

g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman

h. Kulit etap bersih dan utuh

22
i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan


pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan
serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

23
BAB lll

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Leukemia adalah terjadinya pembentukan sel darah yang berlebihan di sumsum tulang,
dimana sel-sel yang tidak matang ini menumpuk di dalam darah dan di dalam organ tubuh,
namun mereka tidak mampu menjalankan fungsi normal sel darah. Leukemia ini merupakan
jenis penyakit yang tergolong sangat berbahaya dimana merupakan suatu keadaan dimana sel
darah putih yang terbentuk secara tidak normal, dan keadaan itulah yang menyebabkan terjadi
penimbunan leukosit dalam darah. Apabila keadaan ini terus berlangsung maka akan
menyebabkan suatu kondisi yang dapat membahayakan nyawa pasien, dan akan berakhir pada
kematian. Leukemia pada anak dapat diketahui melalui beberapa gejala, dan penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, akan tetapi penyebab pastinya belum diketahui secara
pasti. Terdapat empat tipe subtipe utama leukemia, yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA),
Leukemia Myelogenous Akut (LMA), Leukemia Limfositik Kronis (LLK), Leukemia
Myelogenous Kronis (LKM). Adapun penatalaksanaan umum yang digunakan untuk melawan
leukemia meliputi: kemoterapi, terapi radiasi, transplantasi sumsum tulang belakang,
imunoterapi, dan rekayasa sel kekebalan untuk melawan leukemia.

3.2 Saran
Dari makalah ini adalah sebaiknya setiap hasil pemeriksaan sumsum tulang di laboratorium
Rumah Sakit dibuat dengan jelas dan lebih lengkap, dimana data-data yang ada sering
dipergunakan untuk penelitian. Selain itu sebaiknya fasilitas untuk diagnosis leukemia lebih
ditingkatkan lagi, misalkan dengan immunofenotiping agar diagnosis menjadi lebih mudah dan
tepatan.

24
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI.
Jakarta
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Lyengar V, Shimanovsky A. 2021. Leukemia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ books/ NBK560490/
Karen Seiter. 2021. Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL). Med Scape.
https://emedicine.medscape.com/article/207631-overview.
Ramatillah, D. L., Lucyanawati, S., Pangestu, A. A., & Kurniatu, A. (2019). Edukasi dan Deteksi
Dini Penyakit Leukimia Kepada Masyarakat di RPTRA Tunas Harapan Sunter Jakarta.
BERDIKARI, 2(2).
Dian Rahmawati, F. (2010). Hubungan leukimia dengan paparan formaldehid ditinjau.. (Doctoral
dissertation, Universitas YARSI).

25

Anda mungkin juga menyukai