Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK Dengan LEUKEMIA

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

Della Kusuma Arum (201901021)

Fitria Ulfa (201901031)

Hilda Reza Priantama (201901037)

Ika Zulaiha (201901039)

Muhammad Shultoni Akbar (201901056)

Devy Resita (201901022)

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pada Tuhan Yang Maha Esa , karena telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini . Adapun
judul dari makalahyang kami ambil adalah Asuhan Keperawatan Pada An.N
Dengan Asma Bronkial

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa mahasiswi Stikes Karya Husada Kediri. Ucapan
terimakasih tidak lupa kami ucapakan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah


ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya
dapat menjadi lebih baik.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan yang membaca
semoga bisa menambah wawasan ilmu serta akan menghasilkan karya yang lebih
baik.

Kediri, 1 April 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................... 5

2.1. Definisi ............................................................................................................... 5

2.2. Etiologi ............................................................................................................... 5

2.3. Patofisiologi ....................................................................................................... 6

2.4. WOC .................................................................................................................. 7

2.5. Klasifikasi .......................................................................................................... 10

2.6. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 12

2.7. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................................................... 12

2.8. Penatalaksanaan ................................................................................................. 13

2.9. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................ 14

BAB III ASKEP KASUS FIKTIF ............................................................................20

3.1. Kasus Fiktif ........................................................................................................ 20

3.2. Pengkajian .......................................................................................................... 20

3.3. Diagnosa ............................................................................................................. 25

3.4. Intervensi ............................................................................................................ 26

ii
3.5. Implementasi ...................................................................................................... 29

3.6. Evaluasi ..............................................................................................................30

BAB IV PENUTUP .............................................................................31

4.1. Kesimpulan .............................................................................31

4.2. Saran ...................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................32

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang
sel darah putih yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada
semua aspek kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia
adalah kanker yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak normal pada
sel darah putih (leukosit), dimana sel darah putih muda tidak menjadi
matang seperti seharusnya melainkan menjadi sel yang dikenal
sebagai sel leukemia (Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 2008).
Leukemia adalah penyakit yang dapat menyerang semua jenis usia,
tidak terkecuali pada anak-anak. Leukemia merupakan jenis kanker
yang sering ditemukan pada anak dibawah usia 15 tahun. Leukemia
merupakan penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga
sebagai penyebab kematian pada anak (Andra dalam Farmacia, 2007).
Anak dengan leukemia mengalami berbagai masalah yang dapat
mengganggu tumbuh kembangnya. Hal ini membuat anak mengalami
masa sulit selama proses pertumbuhannya. Tanda dan gejala yang
muncul pada anak dengan leukemia antara lain pilek yang tidak
sembuh-sembuh, pucat, lesu, demam, anoreksia dan penurunan berat
badan, petekie, memar tanpa sebab, nyeri pada tulang dan persendian,
nyeri abdomen, limfadenopati, dan hepatosplemegali (Suriadi &
Yuliani, 2010).
Penyebab leukemia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun dari beberapa penelitian ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan leukemia diantaranya adalah penggunaan pestisida,
medan listrik, riwayat keguguran pada ibu, radiasi, bahan kimia
(benzene), virus, kelainan genetik, ibu yang umurnya relatif tua saat
melahirkan, ibu yang merokok saat hamil, konsumsi alkohol saat
hamil, penggunaan marijuana saat hamil, medan magnet, pekerjaan
orang tua, berat lahir, urutan lahir, radiasi prenatal dan postnatal,
vitamin K, serta diet (Simanjorang, 2010).
Data statistik dunia menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit
leukemia di dunia mencapai sekitar 500-600 juta orang. Setiap 1 juta
jumlah penduduk di dunia akan terlahir 120 orang anak yang
menderita kanker darah (WHO, 2010). Epidemiologi penyakit ini
tidak hanya terjadi pada negara berkembang saja, tetapi di negara
maju seperti Amerika Serikat memiliki kasus leukemia yang cukup
besar. Data dari American Cancer Society (ACS), juga menunjukkan
bahwa di Amerika Serikat pada tahun 2012 terdapat kasus kanker
pada anak sekitar 12.060 kasus baru dalam rentang usia antara 0-14
tahun dan 1/3 dari kasus tersebut merupakan kasus kematian yang
diakibatkan oleh leukemia (ACS, 2012). Di Indonesia, angka kematian
akibat leukemia 3 mencapai 50-60% karena terbatasnya pengetahuan

4
masyarakat tentang bahaya kanker. Pada umumnya penderita datang
berobat ketempat yang salah dan baru memeriksakan diri ke sarana
pelayanan kesehatan ketika stadiumnya sudah lanjut, sehingga
diagnosa penyakit yang lambat dan biaya pengobatan yang lebih
mahal (YKI, 2012).
penatalaksanaan utama leukemia sebagai penyakit sistemik adalah
kemoterapi yang membutuhkan waktu lama hingga bertahun-tahun.
Apabila anak positif menderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
harus dilakukan terapi perawatan yang cukup panjang (2-3 tahun).
Sementara pada Leukemia Mieloid Akut (LMA) pelaksanaan
kemoterapi lebih cepat dilakukan yaitu ± 25 siklus selama 10 bulan
(Faozi dalam Rahmawati, 2013). Namun, kemoterapi memiliki
berbagai efek samping yang menimbulkan ketidaknyamanan pada
fisik anak, seperti nyeri akibat mukosistis, diare, mual, dan lain-lain
(Pernomo, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti & Abdulsalam, 2006).
Teori ini dibuktikan dengan hasil penelitian oleh Ariawati, Windiastuti
& Gatot (2007), yang menyatakan tentang pemberian kemoterapi pada
LLA menunjukkan berbagai toksisitas akut, seperti gejala mual dan
muntah yang terjadi paling banyak setelah pemberian MTX dosis 1
g/m2 dan setelah pemberian MTX intratekal. Dampak lain yang
terjadi adalah neuropati setelah pemberian vinkristin dan MTX 1
g/m2. Dari masalah fisik tersebut, dapat memicu timbulnya masalah
psikologis pada anak seperti stress sehingga anak tidak mau
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam perawatan leukemia pada anak, dukungan keluarga sebagai
orang terdekat dari anak sangat dibutuhkan berupa mendampinngi
anak dalam perawatannya. Figur seorang ibu sangat penting dalam
membantu perawatan, yang dimulai dari mendampingi sampai
menghadapi efek samping dan gejala yang ditimbulkan akibat
kemoterapi seperti gangguan fisik, psikologis, dan sosial anak.
Apabila masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses
perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Upaya mengatasi
masalah yang timbul pada anak dalam upaya perawatan di rumah
sakit, difokuskan pada intervensi keperawatan dengan meminimalkan
stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi dan memberi
dukungan psikologis pada anggota keluarga (Wong, 2009). Kristin,
Kris, Ronald & Whitney (2011) menyatakan bahwa kanker pada anak
sangat memiliki pengaruh terhadap keluarga terutama pada orang tua
yang mana terjadinya perubahan peran dari kualitas hidup orang tua
yang memiliki anak dengan kanker.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari leukimia ?
2. Bagaimana etiologi leukimia?

5
3. Bagaimana patofisiologi leukimia?
4. Bagaimana klasifikasi leukimia?
5. Bagaimana manifestasi klinis leukimia?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik leukimia?
7. Bagaimana penatalaksanaan leukimia?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan leukimia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan kasus leukimia pada anak?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi
tahu kepada pembaca, khususnya bagi kalangan perawat agar
mengetahui apa itu penyakit leukimia yang diderita oleh anak.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus dalam menyusun makalah ini adalah penulis
bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
KEPERAWATAN ANAK 2 yang telah diberikan oleh dosen
pembimbing serta mahasiswa dapat mampu :
a. Untuk mengetahui definisi dari leukimia
b. Untuk mengetahui etiologi leukimia
c. Untuk mengetahui patofisiologi leukimia
d. Untuk mengetahui klasifikasi leukimia
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis leukimia
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik leukimia
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan leukimia
h. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan leukimia
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kasus leukimia pada
anak

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis mengenai definisi,
etiologi ,patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan

6
diagnostik, penatalaksanaan, konsep asuhan keperawatan dan
asuhan keperawatan yang sesuai pada kasus leukimia pada anak.
2. Bagi Institusi
Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah yaitu dapat digunakan
sebagai referensi bagi institusi pendidikan tentang penyakit
leukimia pada anak.
3. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai
gambaran umum tentang penyakit leukimia pada anak yang
meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, konsep asuhan
keperawatan dan asuhan keperawatan yang sesuai.

7
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum
tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah
tepi (Muthia dkk, 2012)

Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas


dalam sumsung tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat
bersifat sistematik (Smelrzer et sl, 2008).

Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah


yang berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna
sel leukosit immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-
sel yang abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel leukosit dalam darah
penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur dan menyebabkan
perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga mengganggu fungsi sel
normal lain (Permono, 2012).

2.2 Etiologi
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :
2.2.1 Faktor Eksogen
2.2.1.1 Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang,
kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati
dengan radiasi atau kemoterapi.
2.2.1.2 Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone,
dan agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan
displasia sumsum tulang belakang, anemia aplastik dan
perubahan kromosom yang akhirnya dapat menyebabkan
leukemia.
2.2.1.3 Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1
(Human T Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada
limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi
dari sample serum penderita leukemia sel T.

2.2.2 Faktor Endogen


2.2.2.1 Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit
herediter seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut
20x lipat dan riwayat leukemia dalam keluarga. insiden leukemia
lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang,
dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar
monozigot.
2.2.2.2 Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah
yang tidak diturunkan.

8
2.3 Patofisiologi dan WOC
2.3.1 Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama- tama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang,
limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan
berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali
dan splenomegali. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit,
eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau
tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Proliferasi dari satu jenis sel sering
mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah
kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah.
Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi karena penurunan imun. Trombositopeni mengakibatkan perdarahan
yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit,
epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa,
serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan
lunak yang disebabkan oleh infark tulang, (Long, 1996).

9
2.3.2 Woc Leukemia

10
2.4 Klasifikasi
Menurut (Price, 1999), Leukemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi,
yaitu:

2.4.1 Leukemia Mielositik Akut (LMA)


LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia
granulositik akut (LGA) yang dikarakteristikkan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua usia,
tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi
sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi
jarang disertai keterlibatan orang lain, (gambar 1).

(Gambar 1, Hapusan
sumsum tulang
dengan pewarnaan
giemsa perbesaran)

2.4.2 Leukemia Limfositik Akut (LLA)


LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase 75%
- 80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang
menyebabkan anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi
(neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah tepi dan
selaluada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya
limfedenopati, splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan
leukemia limfatik akut ini bisa disembuhklan, (gambar 2).

(Gambar 2, Leukemia
Mielositik Akut).

2.4.3 Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

11
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan
peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit
biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul
gejala, (gambar 3).

(Gambar 3 LLK,
Hapusan sumsum
tulang dengan
pewarnaan giemsa).

2.4.4 Leukemia Mielositik


Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK),
gambaran menonjol adalah, (gambar 4) :
2.4.4.1 Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah
kromosom abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum
tulang.
2.4.4.2 Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tiba-
tiba dari jumlah besar mieloblast.

(Gambar 4, LMK).

2.5 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa

12
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
2.5.1 Pucat.
2.5.2 Malaise.
2.5.3 Keletihan (letargi).
2.5.4 Perdarahan gusi
2.5.5 Mudah memar.
2.5.6 Petekia dan ekimosis.
2.5.7 Nyeri abdomen yang tidak jelas.
2.5.8 Berat badan turun.
2.5.9 Iritabilitas.
2.5.10 Muntah.
2.5.11 Sakit kepala (pusing)

2.6 Pemeriksaan diagnostik


2.6.1 Hitung darah lengkap :
2.6.1.1 Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
2.6.1.2 Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari
50.000/ mm).
2.6.1.3 Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan
peningkatan sel darah putih imatur (mungkin menyimpang
kekiri). Mungkin ada sel blast leukemia.

2.6.2 Pemeriksaan sel darah tepi :


Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga dapat
menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel
yang beredar.
2.6.3 Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.
2.6.4 Biopsi sumsum tulang :
Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari sel
darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast,
dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.
2.6.5 Biopsi nodus limfa :
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal
dan granulosit. (Doengoes, 2000)

2.7 Penatalaksaan
2.7.1 Keperawatan
2.7.1.1 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).

13
2.7.1.2 Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal).
2.7.1.3 Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan).
2.7.1.4 Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi,
berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
2.7.1.5 Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
2.7.1.6 Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
2.7.1.7 Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
2.7.1.8 Pantau selalu intake dan out put pasien.
2.7.1.9 Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien,
agar pasien merasa nyaman.

2.7.2 Medis
2.7.2.1 Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
2.7.2.2 Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan
sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh
dan gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
2.7.2.3 Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan
kombinasi vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal
dan dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate,
vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk
daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi
sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
yang bebas hama).
2.7.2.4 Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah
tercapai remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-
106), imuno terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan
dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium
dan dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat
daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
2.7.2.5 Transplantasi sumsum tulang.

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.8.1 Pengkajian
Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,


umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang

14
tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak diderita oleh
anak yang berusia 2 sampai 5 tahun, diamana penderita laki – laki
lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.
2.8.2 Keluhan utama
2.8.2.1 Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas
sesak, anak tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh
anak, anak tampak letih. Anak meneguluh nyeri pada
ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera
makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
2.8.2.2 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan
keluarga yaitu keluarga juga mengalami leukemia.
2.8.2.3 Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinarX
saat hamil muda, riwayat keluarga dengan Sindrom down
karena kelainan kromosom salah satu penyebab terjadinya
leukemia.
2.8.2.4 Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak
mudah terserang infeksi.
2.8.2.5 Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan
karena aktivitas bermain anak dibatasi.

2.8.3 Pemeriksaan Fisik


2.8.3.1 Keadaan umum

Kesadaran composmentis sampai koma


Tekanan darah hipotensi
Nadi takikardi
Suhu tubuh tinggi
Pernapasan takipnea sesak napas
2.8.3.2 Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran Kelenjer getah bening.
2.8.3.3 Mata
Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis, perdarahan
retina.

15
2.8.3.4 Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
2.8.3.5 Mulut
Biasanya pada wajah klien leukemiasering terjadi perdarahan pada gusi
2.8.3.6 Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
2.8.3.7 Abdomen
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali, limfadenopati,
nyeri abdomen
2.8.3.8 Kulit
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat
perdarahan.
2.8.3.9 Ekstremitas Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada
persendian apabila digerakkan saat bermain
2.8.3.9.1 Biasanya pertumbuhan fisik terganggu akibat kurang nutrisi
2.8.3.9.2 Biasanya tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku
khas sesuai usia akibat pola asah asih asuh
2.8.4 Pemeriksaan penunjang
2.8.4.1 Pemeriksaan darah
Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah, trombosit
rendah.
2.8.4.2 Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal
dan sistem hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum tulang
(BMP) didapatkan hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
2.8.4.3 Lumbal punksi
Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
2.8.4.4 Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,
granulosit (Wijaya & putri, 2013).
2.8.5 Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul
2.8.5.1 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh
2.8.5.2 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2.8.5.3 Risiko cedera
2.8.5.4 Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
2.8.5.5 Risiko infeksi
2.8.5.6 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2.8.5.7 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan fungsi
hemoglobin
2.8.5.8 Resiko cedera berhubungan dengan ketidakamanan transportasi

16
2.8.5.9 Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
2.8.5.10 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2.8.5.11 Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan)
2.8.5.12 Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan efek
keketidak mampuan fisik
2.8.6 Rencana keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


. keperawatan

1. Gangguan  Verbalisasi perasaan Promosi citra tubuh


citra tubuh negatif tentang (I.09305)
berhubungan perubahan tubuh Observasi
dengan menurun 1. Identifikasi
perubahan  Menyembunyikan harapan citra
struktur/bent bagian tubuh tubuh berdasarkan
uk tubuh berlebihan menurun tahap
 Respon non verbal perkembangan
pada perubahan 2. Identifikasi
tubuh membaik perubahan citra
 Hubungan sosial tubuh yang
membaik mengakibatkan
isolasi sosial
Terapeutik
1. Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya
2. Diskusikan
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
Edukasi
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh

17
3. Latih peningkatan
penampilan diri

2. Hipovolemia kriteria hasil : Manajemen cairan


berhubungan  Turgor kulit (I.03098)
dengan meningkat Observasi
kehilangan  Suara napas 1. Monitor status
cairan aktif tambahan menurun hidrasi
 Kongesti paru 2. Monitor berat
menurun badan harian
 Frekuensi nadi 3. Monitor hasil
membaik pemeriksaan
 Membran mukosa laboratorium
membaik Terapeutik
 Berat badan 1. Catat intake output
membaik dan hitung balans
cairan 24jam
 Intake cairan
2. Berikan asupan
membaik
cairan,sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan
intravena jika
perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian diuretik
jika perlu

3. Risiko Kriteria hasil: Manajemen


cedera  Toleransi aktivitas Keselamatan
 Nafsu makan Lingkungan
 Toleransi makanan Definisi
Mengidentifikasi dan
 Kejadian cedera
mengelola lingkungan
 Lukallecet fisik untuk
 Ketegangan otot meningkatkan
 Fraktur keselamatan
 Perdarahan Tindakan
 Ekspresi wajah Observasi
kesakitan 1. Identifikasi
 Agitasi kebutuhan
 Iritabilitas keselamatan
 Gangguan mobilitas (mis. kondisi
fisik. fungsi

18
 Gangguan kognitif kognitif dan
 Tekanan darah riwayat
 Frekuensi nadi perilaku)
 Denyut jantung 2. Monitor
apikal perubahan
 Denyut jantung status
radialis keselamatan
 Pola istirahat/tidur lingkungan
sedeu suanya Terapeutik
1. Hilangkan
bahaya
keselamatan
lingkungan
(mis. fisik,
biologl.dan
kimia), jika
memungkinka
n
2. Modifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bahaya dan
risiko
3. Sediakan alat
bantu
keamanan
lingkungan
(mis.commode
chair dan
pegangan
tangan)
4. Gunakan
perangkat
pelindung
(mis.
pengekangan
fisik, rel
samping, pintu
terkunci,
pagar)
5. Hubungi pihak
berwenang
sesuai masalah
komunitas
(mis.

19
puskesmas.
polisi, damkar)
6. Fasilitasi
relokasi ke
lingkungan
yang aman
7. Lakukan
program
skrining
bahaya
lingkungan
(mis. timbal)
Edukasi
1. Ajarkan
individu,
keluarga dan
kelompok
risiko tinggi
bahaya
lingkungan
Pencegahan Cedera
Definisi
Mengidentifikasi dan
menurunkan risiko
mengalami bahaya
atau kerusakan fisik
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi
area
lingkungan
yang
berpotensi
menyebabkan
cedera
2. Identifikasi
obat yang
berpotensi
menyebabkan
cedera
3. Identifikasi
kesesuaian alas
kaki atau
stoking elastis
pada
ekstremitas

20
bawah
Terapeutik
1. Sediakan
pencahayaan
yang memadai
2. Gunakan
lampu tidur
selama jam
tidur
3. Sosialisasikan
pasien dan
keluarga
dengan
lingkungan
ruang rawat
(mis.
penggunaan
telepon,
tempat tidur,
penerangan
ruangan dan
lokasi kamar
mandi)
4. Gunakan alas
lantai jika
berisiko
mengalami
cedera serius
5. Sediakan alas
kaki antislip
6. Sediakan
pispot atau
urinal untuk
eliminasi di
tempat tidur,
jika perlu
7. Pastikan bel
panggilan atau
telepon mudah
dijangkau
8. Pastikan
barang-barang
pribadi mudah
dijangkau
tahankan
posisi tempat

21
tidur di posisi
terendah saat
digunakan
9. Pastikan roda
tempat tidur
atau kursi roda
dalam kondisi
terkunci
10. Gunakan
pengaman
tempat tidur
sesuai dengan
kebijakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
11. Pertimbangkan
penggunaan
alarm
elektronik
pribadi atau
alarm sensor
pada tempat
tidur atau kursi
12. Diskusikan
mengenal
latihan dan
terapi fisik
yang
diperlukan
13. Diskusikan
mengenai alat
bantu
mobilitas yang
sesual (mis.
tongkat atau
alat bantu
jalan)
14. Diskusikan
bersama
anggota dapat
mendampingi
pasien
15. Tingkatkan
frekuensi
observasi dan

22
pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan
jatuh ke pasien
dan keluarga
2. Anjurkan
berganti posisi
secara
perlahan dan
duduk selama
beberapa menit
sebelum
berdiri

4. Ansietas Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi ansietas


berhubungan (I.09314)
dengan Ekspektasi menurun
ancaman  Verbalisasi
terhadap kebingunan menurun
kematian  Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi menurun
 Perilaku gelisah
menurun
 Perilaku tegang
menurun
 Keluhan pusing
berkurang
 Anoreksia menurun
 Palpitasi menurun
 Frekuensi
pernapasan membaik
 Frekuensi nadi
membaik
 Tekanan darah
membaik
 Diaforesis menurun

23
 Tremor menurun
 Pucat berkurang
 Konsentrasi pola
tidur membaik
 Perasaan
keberdayaan
meningkat
 Kontak mata
membaik
 Pola berkemih
membaik
 Orientasi membaik

5. Risiko Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi


infeksi  Kebersihan tangan (I.14539)
meningkat Observasi
 Kebersihan badan 1. Monitor tanda dan
meningkat gejala infeksi lokal
 Deman menurun dan sistemik
Nyeri menurun Terapeutik
 Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
dan
lingkungan
pasien
1. Pertahankan
teknik aseptik
pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2) Ajarkan cara
memeriksa kondisi
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
imunisasi,jika
perlu

24
6. Pola nafas Pola napas (L.01004) Manajemen jalan
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan napas (I.01011)
berhubungan 2x24 jam pola napas Observasi
dengan membaik dengan kriteria 1) Monitor pola
hambatan hasil : napas
upaya napas  Ventilasi semenit 2) Monitor bunyi
meningkat napas
 Kapasitas vital Terapeutik
meningkat 1) Pertahankan
 Dispnea menurun keptenan jalan
 Pernapasan cuping napas
hidung menurun 2) Posisikan
 Frekuensi napas semifowler atau
membaik fowler
Ekskursi dada membaik 3) Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
Edukasi
1) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
2) Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,muk
olitik jika perli

7. Perfusi Kriteria Hasil Manajemen Sensasi


perifer tidak  Denyut nadi perifer Perifer
efektif  Penyembuhan luka Definisi
 Sensasi Mengidentifikasi dan
berhubungan
mengelola
dengan  Warna kulil pucat
ketidaknyamanan
penurunan  Edama perifer pada perubahan
fungsi  Nyeri ekstremitas sensasi perifer.
hemoglobin  Parastesia Tindakan
 Kelemahan otot Observasi
 Kram otot 1. Identifikasi
 Bruitfernoralis penyebab
 Nekrosis perubahan
 Pengisian kapiler sensasi
 Akral 2. Identifikasi
 Turgor kulit penggunaan
alat pengikat,
 Tekanan darah
prostesis,
sistolik

25
 Tekanan darah sepatu, dan
diastolik pakaian
 Tekanan arteri rata- 3. Periksa
rata perbedaan
 indeks ankle-brachial sensasi tajam
atau tumpul
4. Periksa
perbedaan
sensasi panas
atau dingin
5. Periksa
kemampuan
mengidentifika
si lokasi dan
tekstur benda
6. Monitor
terjadinya
parestesia, jika
perlu
7. Monitor
perubahan
kulit
8. Monitor
adanya
tromboflebitis
dan
tromboemboli
vena
Terapeutik
1. Hindari
pemakaian
benda-benda
yang
berlebihan
suhunya
(terlalu panas
atau dingin)
Edukasi
1. Anjurkan
penggunaan
termometer
untuk menguji
suhu air
2. Anjurkan
penggunaan
sarung tangan

26
termal saat
memasak
3. Anjurkan
memakai
sepatu lembut
dan bertumit
rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
porlu
Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid,
jika perlu

8. Nyeri akut Kriteria hasil : Manajemen Nyeri


berhubungan  Kemampuan Definisi
agen menuntaskan Mengidentifikasi dan
aktivitas mengelola
pencedera
pengalaman sensorik
fisiologis  Keluhan nyeri atau emosional yang
(inflamasi) meringis berkaitan dengan
 Sikap protektif kerusakan jaringan
 Gelisah atau fungsional
 Kesulitan tidur dengan onset
mendadak atau lambat
 Menarik diri dan berintensitas
 Berfokus pada diri ringan hingga berat
sendiri dan konstan.
 Diaforesis Tindakan
 Perasaan depresi Observasi
1. Identifikasi
(tertekan)
lokasi,
 Perasaan takut karakteristik,
mengalami cedera durasi,
berulang frekuensi,
 Anoreksia kuaiitas,
 Perineum terasa intensitas nyeri
tertekan 2. Identifikasi
 Uterus teraba skala nyeri
Identifikasi
membulat
respons nyeri
 Ketegangan otot non verbal
3. Identifikasi

27
 Pupil dilatasi faktor yang
 Muntah memperberat
 Mual dan
memperingan
 Frekuensi nadi
nyeri
 Pola napas 4. Identifikasi
 Tekanan darah pengetahuan
 Proses berpikir dan keyaninan
 Fokus tentang nyeri
 Fungsi berkemih 5. Identifikasi
pengaruh
 Perilaku
budaya
 Nafsu makan terhadap
respon nyeri
6. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
7. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
8. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
(mis. TENS,
hipnosis,
akupresur,
terapi musik,
biofoedback,
torapi pijat,
aromaterapi,
teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,

28
terapi bermain)
2. Kontrol
lngkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
(mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
Istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pomilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebatb,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian

29
analgetik, jika
perlu

9. Intoleransi Kriteria hasil : Terapi Aktivitas


Aktivitas  Frekuensi nadi Definisi
berhubungan  Saturasi oksigen Menggunakan
aktivitas fisik,
dengan  Kemudahan dalam
kognitif, sosial, dan
kelemahan melakukan aktivitas olritual tertentu untuk
sehari-hari memulihkan
 Kecepatan berjalan keterlibatan,
 Jarak berjalan frekuensi, atau durasi
aktivitas individu aiau
 Kekuatan tubuh
kelompok.
bagian atas Tindakan
 Kekuatan tubuh Observasi
bagian bawah 1. Identifikasi
 Toleransi dalam defisit tingkat
menaiki tangga aktivitas
 Keluhan lelah 2. Identifikasi
kemampuan
 Dispnea saat
berpartisipasi
beraktivitas dalam aktivitas
 Dispnea setelah tertentu
aktivitas 3. Identifikasi
 Perasaan lemah sumber daya
 Aritmia saat aktivitas untuk aktivitas
 Aritmia setelah yang
aktivitas diinginkan
4. Identifikasi
 Sianosis
strategi
 Warna kulit meningkatkan
 Tekanan darah partisipasi
 Frekuensi napas dalam aktivitas
 EKG Iskemia 5. Identifikasi
makna
aktivitas rutin
(mis. bekerja)
dan waktu
luang
6. Monitor
respons
emosional,
fisik, sosial,
dan spiritual
terhadap

30
aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus
pada
kemampuan,
bukan defisit
yang dialami
2. Sepakati
komitmen
untuk
meningkatkan
frekuensi dan
rentang
aktivitas
3. Fasilitasi
memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten
sesuai
kemampuan
fisik,
psikologis, dan
sosial
4. Koordinasikan
pemilihan
aktivitas sesuai
usia
5. Fasilitasi
makna
aktivitas yang
dipilih
6. Fasilitasi
transportasi
untuk
menghadiri
aktivitas, jika
sesuai
7. Fasilitasi
pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan
untuk
mengakomoda

31
si aktivitas
yang dipilih
8. Fasilitasi
aktivitas fisik
rutin (mis.
ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan
diri), sosuai
kebutuhan
9. Fasilitasi
aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan
waktu, energi,
atau gerak
10. Fasilitasi
aktivitas
motorik kasar
untuk pasien
hiperaktif
11. Tingkatkan
aktivitas fisik
untuk
memelihara
berat badan,
jika sesuai
12. Fasilitasi
aktivitas
motorik untuk
merelaksasi
otot
13. Fasilitasi
aktivitas
dengan
komponen
memori
Implisit dan
emosional
(mis. kegiatan
keagamaan
khusus) untuk
pasien
demensia, jika
sesuai

32
14. Libatkan
dalam
permainan
kelompok
yang tidak
kompetitif,
terstruktur, dan
aktif
15. Tingkatkan
keterlibatan
dalam aktivitas
rekreasi dan
diversifikasi
untuk
menurunkan
kecemasan
(mis,
vocalgroup,
bola voli, tenis
meja, jogging,
berenang,
tugas
sederhana,
permainan
sederhana,
tugas rutin,
tugas rumah
tangga,
perawatan diri,
dan teka-teki
dan kartu
16. Libatkan
keluarga dalam
aktivitas, jika
perlu Fasilitasi
mengembangk
an motivasi
dan penguatan
diri
17. Fasilitasi
pasien dan
keluarga
memantau
kemajuannya
sendiri untuk
mencapai

33
tujuan
18. Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas
sehari-hari
19. Berikan
penguatan
positif atas
partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan
metode
aktivitas fisik
sehari-hari,
jika perlu
2. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
3. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial,
spiritual, dan
kognitif dalam
menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan
terlibat dalam
aktivitas
kelompok atau
terapi, jika
sesuai
5. Anjurkan
keluarga untuk
memberi
penguatan
positif atas
partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan

34
dan memonitor
program
aktivitas, jika
sesuai
2. Rujuk pada
pusat atau
program
aktivitas
komunitas,
jika perlu

10. Defisit Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi


Nutrisi Setelah dilakukan tindakan (I.03119)
berhubungan 2x24 jam status nutrisi Observasi
dengan terpenuhi dengan kriteria 1) Identifikasi status
faktor hasil : nutrisi
psikologis  Perasaan cepat 2) Monitor asupan
(keengganan kenyang menurun makanan
untuk  Berat badan indeks 3) Monitor berat
makan) masa tubuh (IMT) badan
membaik Terapeutik
 Frekuensi makan 1) Fasilitasi
membaik menentukan
 Nafsu makn pedoman diet
membaik 2) Berikan makanan
 Bising usus tinggi serat untuk
membaik mencegah
Membran mukosa membaik konstipasi
3) Berikan makan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk

35
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika
perlu

11. Gangguan Kriteria hasil : Perawatan


Tumbuh  Keterampilan/ Perkembangan
Kembang perilaku sesuai usia Definisi
 Kemampuan Mengidentifikasi dan
berhubungan
merawat untuk
dengan efek melakukan memfasilitasi
keketidak perawatan diri perkembangan yang
mampuan  Respon sosial optimal pada aspek
fisik  Kontak mata motorik halus,
 Kemarahan motorik kasar, bahasa,
kognitif, sosial,
 Regresi emosional di tiap
 Afek tahapan usia anak.
 Pola tidur Tindakan
Observasi
1. Identifikasi
pencapaian
tugas
perkembangan
anak –
2. Identifikasi
isyarat
perilaku dan
fisiologis yang
ditunjukkan
bayi (mis.
lapar, tidak
nyaman)
Terapeutik
1. Pertahankan
sentuhan
seminimal
mungkin pada
bayi prematur
2. Berikan
sentuhan yang
bersifat gentle
dan tidak ragu-
ragu
3. Minimalkan

36
nyeri
4. Minimalkan
kebisingan
ruangan
5. Pertahankan
lingkungan
yang
mendukung
perkembangan
optimal
6. Motivasi anak
berinteraksi
dengan anak
lain
7. Sediakan
aktivitas yang
memotivasi
anak
berinteraksi
dengan anak
lainnya
8. Fasilitasi anak
barbagi dan
bergantian/ber
gilir
9. Dukung anak
mengekspresik
an diri melalui
penghargaan
positif atau
umpan balik
atas usahanya
10. Pertahankan
kenyamanan
anak
11. Fasilitasi anak
melatih
keterampilan
pemenuhan
kebutuhan
secara mandiri
(ms. makan,
sikat gigi, cuci
tangan,
memakai baju)
12. Bernyanyi

37
bersama anak
lagu-lagu yang
disukai
13. Bacakan cerita
atau dongeng
Dukung
partisipasi
anak di
sekolah,
ekstrakurikuler
dan aktivitas
komunitas
Edukasi perilaku anak
1. Anjurkan
orang tua
menyentuh dan
menggendong
bayinya
2. Anjurkan
orang tua
berinteraksi
dengan
anaknya
3. Ajarkan anak
keterampilan
berinteraksi
4. Ajarkan anak
teknik asertif
5. Jelaskan orang
tua dan/atau
pengasuh
tentang
milestone
perkembangan
anak
Kolaborasi
1. Rujuk untuk
konseling, jika
perlu

2.8.7 Implementasi

38
Implementasi adalah inisiatif daro rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan
keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam,
2009).
Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang
ada pada klien.
Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan
baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau
penatalaksanaan penyimpangan.
Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
kesehatannya.
Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar
memperoleh arahan yang tepat dan benar.
Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.
Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
2.8.8 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan, (Rohmah & Walid, 2012). Evaluasi berisi Subjektif(S),
Objektif(O), Analisis(A), dan Planning (P)

39
BAB 3

Kasus Semu

3.1 Kasus Fiktif

An. N usia 4 tahun datang di bawa oleh keluarga ke RS pada tanggal


29 Maret 2019 pada jam 09.00 WIB. Pasien pernah di rawat di RS 1
bulan yang lalu dengan riwayat penyakit leukemia limfositik akut.Ibu
pasien mengatakan sebelum dibawa ke RS, pasien terlihat pucat dan
lemah. Pasien terlihat pucat dan terjadi penurunan turgor kulit. Akral
Pasien juga teraba dingin dan nadi perifer menurun/lemah ada dengan
CRT>3 detik. rencana kemoterapi 14 VCR dan Dauno.Saat di lakukan
pengkajian pasien terlihat meringis menahan sakitdan terlihat gelisah.
Pasien juga tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku yang
sesuai usianya dan pertumbuhan pasien terlihat terganggu. Ibu pasien
mengatakan anaknya mengeluh nyeri di bagian tangan kanan. P: nyeri
saat di gerakkan Q: seperti di timpa benda berat R: nyeri di rasakan di
bagian punggung tangan tidak ada penjalaran S: 5 T: hilang
timbul,terdapat luka di bagian punggung tangan tampak merah dan
bengkak.Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh : TD:
120/70 mmHg, N:68x/menit, RR: 25x/menit, S: 36,2C.hasil

40
pemeriksaan Laboratorium : Leukosit 0,55 10˄3/µL, Eritrosit 4,18
10˄6/µL, Hemoglobin 6,6 mg/dl, Hematokrit 34,2 %, Neutrofil : 0,2.

3.2 Pengkajian
3.2.1 Anamnesa
3.2.1.1 Identitas pasien:
 Nama klien : An. N
 Umur/Tgl lahir : 4 tahun/ 30 Maret 2015
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pendidikan terakhir : TK
 No. RM : 00 11 22
 Pekerjaan : Pelajar
 Alamat : Kediri
 Tanggal masuk RS : 29 Maret 2019
 Ruangan : Kenanga
 Diangnosa medis : Leukemia Limfositik Akut
3.2.1.2 Keluhan Utama:Orang tua mengatakan anaknya lemas dan
mengeluh nyeri
3.2.1.3 Riwayat kesehatan:
3.2.1.4 Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien tampak pucat,lemah dan konjungtiva anemis.Pasien
mengeluh nyeri pada di bagian tangan kanan.terdapat luka di
bagian punggung tangan tampak merah dan bengkak.
3.2.1.5 Riwayat kesehatan dahulu:
Pasien pernah di rawat di RS 1 bulan yang lalu dengan riwayat
penyakit leukemia limfositik akut dan batuk pilek,pasien tidak
ada riwayat alergi,penggunaan obat dan operasi.
3.2.1.6 Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Ibu mengatakan hamil Anak N selama 39 minggu dan Anak N
merupakan anak ke 1

41
A. Pre Natal
a. Keluhan saat hamil :Tidak ada
b. Tempat ANC :Klinik Husada
c. Kebutuhan nutrisi saat hamil :Cukup
d. Usia kehamilan :38-39 minggu
e. Kesehatan saat hamil :Baik
f. Kenaikan BB saat hamil :8 Kg
g. Obat yang di minum saat hamil :Tidak ada

B. Intra Natal
a. Tindakan persalinan :Normal
b. Tempat bersalin :Klinik Bidan
c. Penolong persalinan :Bidan
d. Komplikasi :Tidak ada

C. Post Natal
a. Kondisi kesehatan :Baik
b. BB lahir :3300gram
c. PB lahir :48 cm
d. Penyakit waktu kecil :Tidak ada
e. Pernah di rawat di RS :Tidak pernah
f. Konsumsi obat/kimia berbahaya :Tidak ada

3.2.1.7 Riwayat kesehatan keluarga:


Ibu pasien mengatakan dari keluarga ada yang mempunyai
penyakit seperti anaknya yaitu nenek pasien

3.2.1.8 Riwayat tumbuh kembang


 Antropometri
 Pertumbuhan

42
Berat badan : 14 kg (sebelum dan sesudah sakit
tidak mengalami penurunan)
Tinggi badan : 87 cm
Lingkar kepala : 45 cm
Lingkar dada : 50 cm
Lingkar lengan atas : 14 cm
 Perkembangan

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 9 bulan

Berdiri : 1 tahun

Berjalan : 1,5 tahun

Berbicara : 1 tahun

 Riwayat tingkat perkembangan

Pelaksanaan DDST pada klien didapatkan hasil sebagai


berikut :

Usia An.N : 4 tahun 1 hari

1. Personal sosial

Sesuai garis usia

 Mengambil makan(L)
 Gosok gigi tanpa bantuan(L)
 Bermain ular tangga kartu(L)
 Berpakaian tanpa bantuan(G)
Kiri garis usia
 Memakai T-shirt(L)
 Menyebut nama teman(L)
 Cuci dan mengeringkan tangan(L)

43
2. Motorik halus

Sesuai garis usia

 Memilih garis yang lebih panjang(L)


 Mencontoh + (G)
 Menggambar orang 3 bagian(L)
 Mencontoh O (L)
Kiri garis usia
 Menggoyangkan ibu jari(L)
 Menara dari kubus(G)
 Meniru garis vertikal(L)
 Menara dari 6 kubus(G)
 Menara dari 4 kubus(L)
Kanan garis usia
 Mencontoh bentuk kotak ditunjukkan(L)

3. Bahasa
Sesuai garis usia

 Mengetahui 3 kata sifat(L)


 Mengartikan 5 kata(G)
 Mentebut 4 warna(L)
 Mengerti 4 kata depan(L)
 Bicara semua dimengerti(L)
 Mengetahui 4 kegiatan(L)
 Kegunaan 3 benda(L)
 Menghitung 1 kubus(G)
Kiri garis usia
 Kegunaan 2 benda(G)
 Menyebut 1 warna(L)
 Mengerti 2 kata sifat(L)
 Mengetahui 2 kegiatan(L)

44
 Menyebut 4 gambar(L)
Kanan garis usia
 Menghitung 6 kubus(L)
4. Motorik kasar

Sesuai garis usia

 Berjalan tumit kejari kaki(L)


 Berdiri 1 kaki 5 detik(G)
 Berdiri 1 kaki 4 detik(G)
 Berdiri 1 kaki 3 detik(L)
 Melompat dengan 1 kaki(L)
Kiri garis usia
 Berdiri 1 kaki 2 detik(L)
 Berdiri 1 kaki 1 detik(L)
 Lompat jauh(G)
Kanan garis usia
 Berdiri 1 kaki 6 detik(G)

Penilaian per item

1.Personal sosial :Peringatan (P)

2.Motorik halus :Terlambat (Delay)

3.Bahasa :Peringatan(P)

4.Motorik kasar :Normal(OK)

Kesimpulan dari hasil pemeriksaan adalah SUSPEK

3.2.1.9 Pola Kegiatan:

 Pola Kesehatan sehari-hari (Pola nutrisi dan metabolik ) :


Ibu mengatakan Anak N makan 1-2x sehari dengan jenis
makanan seperti nasi,lauk pauk,sayur.Ibu mengatakan tidak ada

45
pantangan dan alergi makanan Anak N menyukai nugget.Untuk
minuman ibu mengatakan anak N minum susu,air putih,dan
teh.Sejak sakit anak N tidak nafsu makan hanya makan 5
sendok.
 Pola Aktivitas dan Latihan :
Ibu mengatakan anak N kurang aktif dalam beraktivitas dan
melakukan kegiatan
 Pola Tidur :
Sebelum dan sesudah sakit An.N tidur kurang lebih 7-8 jam/hari

3.2.1.10 Riwayat Psikososial


 Yang mengasuh anak :Pengasuh
 Pembawaan secara umum :Periang
 Lingkungan rumah :Bersih
3.2.1.11 Riwayat Spiritual
 Support sistem dalam keluarga :Baik
 Kegiatan keagamaan :Belajar mengaji
3.2.1.12 Riwayat Hospitalisasi
 Pengalaman keluarga
a.Alasan ibu pasien ke RS :Tidak tau pennganan
b.Perasaan ibu pasien :Cemas
c.Penjelasan dokter :ada
 Pemahaman anak tentang sakitnya:Tidak paham
3.2.1.9 Observasi
 Keadaan Umum
Posisi pasien supine,pasien terpasang alat medis IVFD
 Kesadaran
Composmentis dan GCS E4M6V5
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD :120/70mmHg
RR :25x/menit
N :80x/menit

46
S :36,2C
 Kenyamanan / Nyeri
P : Adanya sentuhan
Q : Seperti di timpa benda berat
R : Tangan kanan
S:5
T : Hilang timbul
3.2.1.10 Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan rambut : Kulit kepala bersih,tidak ada ketombe
dan tidak ada lesi.penyebaran rambut tidak merata
berwarna coklat rambut mudah rontok dan tidak ada
kelainan
b. Mata : Mata lengkap,simetris kanan dan kiri,kornea mata
jernih kanan dan kiri.konjungtiva anemis dan sklera tidak
ikterik.kelopak mata/palpebra tidak ada
pembengkakan.adanya reflek cahaya pada pupil dan bentuk
isokor kanan dan kiri,iris kanan dan kiri berwarna hitam
dan tidak ada kelainan
c. Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung,posisi
septum nasal ditengah lubang hidung bersih,tidak ada
sekret,tulang hidung dan septum nasi tidak ada
pembengkakan dan tidak ada polip
d. Mulut dan lidah : Keadaan mukosa bibir kering dan
pucat.tonsil ukuran normal uvula letak simetris ditengah
e. Telinga : Bentuk telinga sedang,simetris kanan dan
kiri.lubang telinga bersih,tidak ada serumen
berlebih,pendengaran berfungsi dengan baik
f. Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba,tiroid tidak
teraba,posisi trakea letak ditengah,tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan thorak sistem pernapasan

47
a. Inspeksi thorak :Tidak ada sesak napas,batuk dan
secret.bentuk dada simetris
b. Palpasi : Irama nafas teratur,pola nafas normal,tidak ada
pernapasan cuping hidung,otot bantu pernapasan,vocal
fremitus dan ekspansi paru anterior dan posterior dada
normal
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler
3. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : CRT >3 detik tidak ada sianosis
b. Palpasi : Iktus kordis teraba dingin
c. Perkusi batas jantung : Basic jantung berada di ICS II dari
lateral ke medialinea,para sterna sinistra,tidak
melebar,pinggang jantung berada di ICS III dari linea para
sterna kiri,tidak melebar,Apeks jantungberada di ICS V
dari linea midclavikula sinistra,tidak melebar
d. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II terdengar bunyi normal
dan regular,tidak ada bunyi jantung tambahan
4. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Bentuk abdomen bulat dan datar,tidak ada
benjolan/massa pada perut,tidak tampak bayangan
pembuluh darah pada abdomen,tidak ada luka operasi
b. Palpasi : Tegang,tidak ada nyeri tekan dan massa ,Hepar
lien tidak ada kelainan,ginjal tidak ada nyeri tekan,tidak ada
asietas
c. Perkusi
d. Auskultasi : Peristaltik 20x/menit
5. Pemeriksaan sistem genetalia
Kebersihan genetalia bersih,kemampuan berkemih spontan,tidak
ada kelainan pada genetalia dan anus
6. Pemeriksaan muskuluskeletal (ekstremitas) dan Integumen

48
Pergerakan sendi bebas,ada kelainan ekstremitas,tidak ada kelainan
tulang belakang,tidak fraktur,tidak menggunakan traksi,tidak
komparmentet syndrome,kulit pucat,turgor kulit kurang.kekuatan
otot : semua ekstremitas bernilai 5
Pasien tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (motorik halus-adaptif, bahasa, motorik, psikoso sosial)

3.3 Pemeriksaan penunjang


Hasil pemeriksaan Laboratorium :
 Leukosit 0,55 10˄3/µL (4-11 rb/ µL)
 Eritrosit 4,18 10˄6/µL (4,5-5,6 jt/ µL)
 Hemoglobin 6,6 g/dl (10-14g/dl)
 Hematokrit 34,2 % (37-48%)
 Neutrofil : 0,2

3.4 Penatalaksanaan
 Pemberian santagesik (IV) 3 x 250 mg
 Pemberian Ceftriaxone (IV) 2 x 50 mg
 Transfusi darah 3 kantong dengan golongan darah AB

3.5 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data yang telah di kaji
dengan menetapkan, masalah, penyebab, dan data penunjang.
3.5.1 Analisa data

No Data Etiologi Masalah


Keperawata
n
1. DS : ibu pasien mengatakan anaknya Penurunan konsentrasi Perfusi
pucat dan lemas hemoglobin perifer tidak
DO : pasien terlihat pucat dan terjadi efektif
penurunan turgor kulit
Akral pasien teraba dingin dan nadi

49
perifer menurun/melemah dengan
CRT>3 detik

2. Ds : agen cidera fisiologis Nyeri akut


 Ibu pasien mengatakan
anaknya sering mengeluh
nyeri di bagian tangan
 Pengkajian nyeri didapatkan:
 P:Saat disentuh dan
digerakkan
 Q:Seperti ditimpa
benda berat
 R:Di bagian tangan
kanan
 S:5
 T:Hilang timbul
Do:
 Pasien terlihat meringis
menahan sakit dan terlihat
gelisah
3. Ds : - Efek ketidakmampuan Gangguan
Do: fisik tumbuh
 Pasien tidak mampu kembang
melakukan keterampilan atau
perilaku yang sesuai dengan
usianya
 Pertumbuhan pasien terlihat
terganggu

3.5.2 Diagnosa keperawatan Prioritas


3.5.2.1 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan suplai darah ke
perifer

50
3.5.2.2 Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
3.5.2.3 Gangguan tumbuh kembang b.d ketidakmampuan fisik
3.6 RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tgl/jam Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


(SLKI) (SIKI)
1.Perfusi perifer 01/04/20 Perfusi perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
tidak efektif b.d 20 Ekspektasi meningkat observasi :
penurunan kriteria hasil : 1. Periksa sirkulasi perifer
suplai perifer  Warna kulit pucat 2. Monitor panas,
cukupmenurun kemerahan, nyeri atau
 Denyut nadi perifer bengkak pada ekstremitas
cukup meningkat Terapeutik
 Pengisian kapiler 1. Hindari penekanan dan
cukup membaik penekanan tourniquet pada

 Akral cukup area yang cedera

membaik 2. Hindari pemasangan infus

 Turgor kulit atau pengambilan darah

membaik diarea keterbatasan perfusi


Edukasi
1. Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
2. Informasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan

2.Nyeri akut 01/04/20 Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)


berhubungan 20 kriteria hasil : Observasi
dengan nyeri  Keluhan nyeri cukup 1. identifikasi
agen pencedera menurun lokasi,karakteristik,durasi,
fisik  Meringis cukup frekuensi,kualitas ,intensit

51
menurun as nyeri
 Gelisah cukup 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
4. Identifiksi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Monitor efek sampik
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan teknik

52
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Pemberian pemberian
analgetik jika perlu

3.gangguan 01/04/20 Status perkembangan Perawatan perkembangan


tumbuh 20 (L.10101) (I.10339)
kembang Ekspektasi membaik observasi
berhubungan Kriteria hasil 1. Identifikasi pencapaian
dengan  Keterampilan tugas perkembangan anak
ketidakmampua perilaku sesuai usia terapeutik
n fisik cukup meningkat 1. Pertahankan lingkungan
yang mendukung
2. Motivasi anak berinteraksi
anak dengan anak lain
3. Sdiakan aktivitas yang
memotivasi anak
berinteraksi dengan anak
lainnya
4. Fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
5. Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
positif atau umpan balik
atas usahanya
6. Pertahankan kenyamanan
anak
7. Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
(ms. makan, sikat gigi,
cuci tangan, memakai
baju)
8. Bernyanyi bersama anak
lagu-lagu yang disukai

53
9. Bacakan cerita atau
dongeng
Edukasi
1. Jelaskan orang tua
dan/atau pengasuh tentang
milestone perkembangan
anak
2. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
3. Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
4. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
1. Rujuk untuk konseling,
jika perlu

3.7 IMPLEMENTASI

Diagnosa Tgl/jam Tindakan Paraf


1.perfusi perifer 01/04/202 1) Memeriksa sirkulasi perifer -
tidak efektif b.d 0 2) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
penurunan suplai 12.00 WIB bengkak pada ekstremitas
darah perifer 18.00 WIB 3) Menghindari penekanan dan penekanan
21.00 WIB tourniquet pada area yang cedera
4) Menghindari pemasangan infus atau
pengambilan darah diarea keterbatasan
perfusi
5) Menginformasikan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
6) Menginformasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
2.nyeri akut 01/04/202 1) Mengidentifikasi -
berhubungan 0 lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kua
dengan agen 12.00 WIB litas ,intensitas nyeri
pencedera fisik 18.00 WIB 2) Mengidentifikasi skala nyeri
21.00 WIB 3) Mengidentifikasi respon nyeri non

54
verbal
4) Mengidentifiksi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
5) Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6) Memonitor efek sampik penggunaan
analgetik
7) Memberikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
8) Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
9) Memfasilitasi istirahat tidur
10) Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
11) Menjelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
12) Menjelaskan strategi meredakan nyeri
13) Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
14) Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
15) Mengkolaborasikan pemberian
analgetik jika perlu
3.gangguan 01/04/202 1) Mengidentifikasi pencapaian tugas -
tumbuh 0 perkembangan anak
kembang 12.00 WIB 2) Mempertahankan lingkungan yang
berhubungan 18.00 WIB mendukung
dengan 21.00 WIB 3) Memotivasi anak berinteraksi anak dengan
ketidakmampuan anak lain
fisik 4) Menyediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak lainnya

55
5) Memfasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
6) Mendukung anak mengekspresikan diri
melalui penghargaan positif atau umpan
balik atas usahanya
7) Mempertahankan kenyamanan anak

8) Memfasilitasi anak melatih keterampilan


pemenuhan kebutuhan secara mandiri (ms.
makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai
baju)
9) Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang
disukai
10) Membacakan cerita atau dongeng
11) Menjelaskan orang tua dan/atau pengasuh
tentang milestone perkembangan anak
12) Menganjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya

13) Mengajarkan anak keterampilan


berinteraksi
14) Mengajarkan anak teknik asertif
15) Rujuk untuk konseling, jika perlu

3.8 EVALUASI

Diagnosa Tgl/jam Catatan Paraf


perkembangan
Perfusi perifer tidak 08.00 S : pasien mengatan -
efektif badan sudah
tidak lemas
O:
 pasien
masih
terlihat
pucat
 Akral teraba
masih dingin

56
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Nyeri akut 08.45 S : pasien -
mengatakan
nyeri sudah
berkurang
O:
 Ttv normal :
TD : 110/70
mmHG
N : 80x/m
RR : 25x/m
S : 36,2 C
 tingkat nyeri
berkurang
dari skala 5
menjadi 3
 pasien tidak
nampak
meringis
kesakitan
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

Gangguan tumbuh 09.30 S:- -


kembang O : keterampilan
berhubungan perilaku sesuai
dengan usia meningkat

57
ketidakmampuan A : masalah teratasi
fisik sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang sel darah putih
yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada semua aspek kehidupan yaitu
fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang disebabkan oleh
pertumbuhan tidak normal pada sel darah putih. Anak dengan leukemia
mengalami berbagai masalah yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya. Hal
ini membuat anak mengalami masa sulit selama proses pertumbuhannya.
Penyebab leukemia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun dari
beberapa penelitian ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan leukemia
diantaranya adalah penggunaan pestisida, medan listrik, riwayat keguguran pada
ibu, radiasi, bahan kimia (benzene), virus, kelainan genetik, ibu yang umurnya
relatif tua saat melahirkan, ibu yang merokok saat hamil, konsumsi alkohol saat
hamil, penggunaan marijuana saat hamil, medan magnet, pekerjaan orang tua,
berat lahir, urutan lahir, radiasi prenatal dan postnatal, vitamin K, serta diet
1.2 Saran

58
1.2.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari
informasi dan memperluas wawasan mengenai klien dengan Leukemia
karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas,
mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat
mengenai Leukemia, dan faktor-faktor pencetusnya, serta bagaimana
pencegahan untuk kasus tersebut.

1.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Peningkatan kualitas dan pengembangan


ilmu mahasiswa melalui studi kasus agar dapat menerapkan asihan
keperawatan pada klien dengan Leukemia secara komprehensif.

1.2.3 Bagi Rumah Sakit Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan


pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim
kesehatan dan klien yang ditunjukan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang optimal agar tidak terjadi komplikasi lain dari
penyakit Leukemia.

DAFTAR PUSTAKA
1. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
2. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
3. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Jakarta: DPP PPNI.
4. Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.American
Cancer Society.
5. Kozier, (2011), fundamental keperawatan (konsep, proses, danpraktik),
Jakarta:EGC.
6. Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan
Leukemia

59
Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas
Kedokteran
Universits Udayana).

60

Anda mungkin juga menyukai