DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami pada Tuhan Yang Maha Esa , karena telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini . Adapun
judul dari makalahyang kami ambil adalah Asuhan Keperawatan Pada An.N
Dengan Asma Bronkial
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa mahasiswi Stikes Karya Husada Kediri. Ucapan
terimakasih tidak lupa kami ucapakan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan yang membaca
semoga bisa menambah wawasan ilmu serta akan menghasilkan karya yang lebih
baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
ii
3.5. Implementasi ...................................................................................................... 29
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang
sel darah putih yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada
semua aspek kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia
adalah kanker yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak normal pada
sel darah putih (leukosit), dimana sel darah putih muda tidak menjadi
matang seperti seharusnya melainkan menjadi sel yang dikenal
sebagai sel leukemia (Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 2008).
Leukemia adalah penyakit yang dapat menyerang semua jenis usia,
tidak terkecuali pada anak-anak. Leukemia merupakan jenis kanker
yang sering ditemukan pada anak dibawah usia 15 tahun. Leukemia
merupakan penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga
sebagai penyebab kematian pada anak (Andra dalam Farmacia, 2007).
Anak dengan leukemia mengalami berbagai masalah yang dapat
mengganggu tumbuh kembangnya. Hal ini membuat anak mengalami
masa sulit selama proses pertumbuhannya. Tanda dan gejala yang
muncul pada anak dengan leukemia antara lain pilek yang tidak
sembuh-sembuh, pucat, lesu, demam, anoreksia dan penurunan berat
badan, petekie, memar tanpa sebab, nyeri pada tulang dan persendian,
nyeri abdomen, limfadenopati, dan hepatosplemegali (Suriadi &
Yuliani, 2010).
Penyebab leukemia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun dari beberapa penelitian ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan leukemia diantaranya adalah penggunaan pestisida,
medan listrik, riwayat keguguran pada ibu, radiasi, bahan kimia
(benzene), virus, kelainan genetik, ibu yang umurnya relatif tua saat
melahirkan, ibu yang merokok saat hamil, konsumsi alkohol saat
hamil, penggunaan marijuana saat hamil, medan magnet, pekerjaan
orang tua, berat lahir, urutan lahir, radiasi prenatal dan postnatal,
vitamin K, serta diet (Simanjorang, 2010).
Data statistik dunia menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit
leukemia di dunia mencapai sekitar 500-600 juta orang. Setiap 1 juta
jumlah penduduk di dunia akan terlahir 120 orang anak yang
menderita kanker darah (WHO, 2010). Epidemiologi penyakit ini
tidak hanya terjadi pada negara berkembang saja, tetapi di negara
maju seperti Amerika Serikat memiliki kasus leukemia yang cukup
besar. Data dari American Cancer Society (ACS), juga menunjukkan
bahwa di Amerika Serikat pada tahun 2012 terdapat kasus kanker
pada anak sekitar 12.060 kasus baru dalam rentang usia antara 0-14
tahun dan 1/3 dari kasus tersebut merupakan kasus kematian yang
diakibatkan oleh leukemia (ACS, 2012). Di Indonesia, angka kematian
akibat leukemia 3 mencapai 50-60% karena terbatasnya pengetahuan
4
masyarakat tentang bahaya kanker. Pada umumnya penderita datang
berobat ketempat yang salah dan baru memeriksakan diri ke sarana
pelayanan kesehatan ketika stadiumnya sudah lanjut, sehingga
diagnosa penyakit yang lambat dan biaya pengobatan yang lebih
mahal (YKI, 2012).
penatalaksanaan utama leukemia sebagai penyakit sistemik adalah
kemoterapi yang membutuhkan waktu lama hingga bertahun-tahun.
Apabila anak positif menderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
harus dilakukan terapi perawatan yang cukup panjang (2-3 tahun).
Sementara pada Leukemia Mieloid Akut (LMA) pelaksanaan
kemoterapi lebih cepat dilakukan yaitu ± 25 siklus selama 10 bulan
(Faozi dalam Rahmawati, 2013). Namun, kemoterapi memiliki
berbagai efek samping yang menimbulkan ketidaknyamanan pada
fisik anak, seperti nyeri akibat mukosistis, diare, mual, dan lain-lain
(Pernomo, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti & Abdulsalam, 2006).
Teori ini dibuktikan dengan hasil penelitian oleh Ariawati, Windiastuti
& Gatot (2007), yang menyatakan tentang pemberian kemoterapi pada
LLA menunjukkan berbagai toksisitas akut, seperti gejala mual dan
muntah yang terjadi paling banyak setelah pemberian MTX dosis 1
g/m2 dan setelah pemberian MTX intratekal. Dampak lain yang
terjadi adalah neuropati setelah pemberian vinkristin dan MTX 1
g/m2. Dari masalah fisik tersebut, dapat memicu timbulnya masalah
psikologis pada anak seperti stress sehingga anak tidak mau
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam perawatan leukemia pada anak, dukungan keluarga sebagai
orang terdekat dari anak sangat dibutuhkan berupa mendampinngi
anak dalam perawatannya. Figur seorang ibu sangat penting dalam
membantu perawatan, yang dimulai dari mendampingi sampai
menghadapi efek samping dan gejala yang ditimbulkan akibat
kemoterapi seperti gangguan fisik, psikologis, dan sosial anak.
Apabila masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses
perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Upaya mengatasi
masalah yang timbul pada anak dalam upaya perawatan di rumah
sakit, difokuskan pada intervensi keperawatan dengan meminimalkan
stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi dan memberi
dukungan psikologis pada anggota keluarga (Wong, 2009). Kristin,
Kris, Ronald & Whitney (2011) menyatakan bahwa kanker pada anak
sangat memiliki pengaruh terhadap keluarga terutama pada orang tua
yang mana terjadinya perubahan peran dari kualitas hidup orang tua
yang memiliki anak dengan kanker.
5
3. Bagaimana patofisiologi leukimia?
4. Bagaimana klasifikasi leukimia?
5. Bagaimana manifestasi klinis leukimia?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik leukimia?
7. Bagaimana penatalaksanaan leukimia?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan leukimia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan kasus leukimia pada anak?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi
tahu kepada pembaca, khususnya bagi kalangan perawat agar
mengetahui apa itu penyakit leukimia yang diderita oleh anak.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus dalam menyusun makalah ini adalah penulis
bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
KEPERAWATAN ANAK 2 yang telah diberikan oleh dosen
pembimbing serta mahasiswa dapat mampu :
a. Untuk mengetahui definisi dari leukimia
b. Untuk mengetahui etiologi leukimia
c. Untuk mengetahui patofisiologi leukimia
d. Untuk mengetahui klasifikasi leukimia
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis leukimia
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik leukimia
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan leukimia
h. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan leukimia
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kasus leukimia pada
anak
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis mengenai definisi,
etiologi ,patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan
6
diagnostik, penatalaksanaan, konsep asuhan keperawatan dan
asuhan keperawatan yang sesuai pada kasus leukimia pada anak.
2. Bagi Institusi
Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah yaitu dapat digunakan
sebagai referensi bagi institusi pendidikan tentang penyakit
leukimia pada anak.
3. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai
gambaran umum tentang penyakit leukimia pada anak yang
meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, konsep asuhan
keperawatan dan asuhan keperawatan yang sesuai.
7
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum
tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah
tepi (Muthia dkk, 2012)
2.2 Etiologi
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :
2.2.1 Faktor Eksogen
2.2.1.1 Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang,
kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati
dengan radiasi atau kemoterapi.
2.2.1.2 Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone,
dan agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan
displasia sumsum tulang belakang, anemia aplastik dan
perubahan kromosom yang akhirnya dapat menyebabkan
leukemia.
2.2.1.3 Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1
(Human T Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada
limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi
dari sample serum penderita leukemia sel T.
8
2.3 Patofisiologi dan WOC
2.3.1 Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama- tama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang,
limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan
berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali
dan splenomegali. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit,
eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau
tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Proliferasi dari satu jenis sel sering
mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah
kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah.
Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi karena penurunan imun. Trombositopeni mengakibatkan perdarahan
yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit,
epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa,
serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan
lunak yang disebabkan oleh infark tulang, (Long, 1996).
9
2.3.2 Woc Leukemia
10
2.4 Klasifikasi
Menurut (Price, 1999), Leukemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi,
yaitu:
(Gambar 1, Hapusan
sumsum tulang
dengan pewarnaan
giemsa perbesaran)
(Gambar 2, Leukemia
Mielositik Akut).
11
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan
peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit
biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul
gejala, (gambar 3).
(Gambar 3 LLK,
Hapusan sumsum
tulang dengan
pewarnaan giemsa).
(Gambar 4, LMK).
12
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
2.5.1 Pucat.
2.5.2 Malaise.
2.5.3 Keletihan (letargi).
2.5.4 Perdarahan gusi
2.5.5 Mudah memar.
2.5.6 Petekia dan ekimosis.
2.5.7 Nyeri abdomen yang tidak jelas.
2.5.8 Berat badan turun.
2.5.9 Iritabilitas.
2.5.10 Muntah.
2.5.11 Sakit kepala (pusing)
2.7 Penatalaksaan
2.7.1 Keperawatan
2.7.1.1 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
13
2.7.1.2 Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal).
2.7.1.3 Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan).
2.7.1.4 Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi,
berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
2.7.1.5 Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
2.7.1.6 Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
2.7.1.7 Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
2.7.1.8 Pantau selalu intake dan out put pasien.
2.7.1.9 Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien,
agar pasien merasa nyaman.
2.7.2 Medis
2.7.2.1 Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
2.7.2.2 Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan
sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh
dan gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
2.7.2.3 Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan
kombinasi vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal
dan dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate,
vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk
daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi
sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
yang bebas hama).
2.7.2.4 Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah
tercapai remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-
106), imuno terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan
dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium
dan dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat
daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
2.7.2.5 Transplantasi sumsum tulang.
14
tua, penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak diderita oleh
anak yang berusia 2 sampai 5 tahun, diamana penderita laki – laki
lebih banyak dibandingkan penderita perempuan.
2.8.2 Keluhan utama
2.8.2.1 Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas
sesak, anak tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh
anak, anak tampak letih. Anak meneguluh nyeri pada
ekstremitas, berkeringat pada malam hari, penurunan selera
makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak badan.
2.8.2.2 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan
keluarga yaitu keluarga juga mengalami leukemia.
2.8.2.3 Riwayat kehamilan dan kelahiran
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinarX
saat hamil muda, riwayat keluarga dengan Sindrom down
karena kelainan kromosom salah satu penyebab terjadinya
leukemia.
2.8.2.4 Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak
mudah terserang infeksi.
2.8.2.5 Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan
karena aktivitas bermain anak dibatasi.
15
2.8.3.4 Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
2.8.3.5 Mulut
Biasanya pada wajah klien leukemiasering terjadi perdarahan pada gusi
2.8.3.6 Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
2.8.3.7 Abdomen
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali, limfadenopati,
nyeri abdomen
2.8.3.8 Kulit
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat
perdarahan.
2.8.3.9 Ekstremitas Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada
persendian apabila digerakkan saat bermain
2.8.3.9.1 Biasanya pertumbuhan fisik terganggu akibat kurang nutrisi
2.8.3.9.2 Biasanya tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku
khas sesuai usia akibat pola asah asih asuh
2.8.4 Pemeriksaan penunjang
2.8.4.1 Pemeriksaan darah
Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah, trombosit
rendah.
2.8.4.2 Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal
dan sistem hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum tulang
(BMP) didapatkan hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
2.8.4.3 Lumbal punksi
Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
2.8.4.4 Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,
granulosit (Wijaya & putri, 2013).
2.8.5 Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul
2.8.5.1 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh
2.8.5.2 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2.8.5.3 Risiko cedera
2.8.5.4 Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
2.8.5.5 Risiko infeksi
2.8.5.6 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2.8.5.7 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan fungsi
hemoglobin
2.8.5.8 Resiko cedera berhubungan dengan ketidakamanan transportasi
16
2.8.5.9 Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
2.8.5.10 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2.8.5.11 Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan)
2.8.5.12 Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan efek
keketidak mampuan fisik
2.8.6 Rencana keperawatan
17
3. Latih peningkatan
penampilan diri
18
Gangguan kognitif kognitif dan
Tekanan darah riwayat
Frekuensi nadi perilaku)
Denyut jantung 2. Monitor
apikal perubahan
Denyut jantung status
radialis keselamatan
Pola istirahat/tidur lingkungan
sedeu suanya Terapeutik
1. Hilangkan
bahaya
keselamatan
lingkungan
(mis. fisik,
biologl.dan
kimia), jika
memungkinka
n
2. Modifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bahaya dan
risiko
3. Sediakan alat
bantu
keamanan
lingkungan
(mis.commode
chair dan
pegangan
tangan)
4. Gunakan
perangkat
pelindung
(mis.
pengekangan
fisik, rel
samping, pintu
terkunci,
pagar)
5. Hubungi pihak
berwenang
sesuai masalah
komunitas
(mis.
19
puskesmas.
polisi, damkar)
6. Fasilitasi
relokasi ke
lingkungan
yang aman
7. Lakukan
program
skrining
bahaya
lingkungan
(mis. timbal)
Edukasi
1. Ajarkan
individu,
keluarga dan
kelompok
risiko tinggi
bahaya
lingkungan
Pencegahan Cedera
Definisi
Mengidentifikasi dan
menurunkan risiko
mengalami bahaya
atau kerusakan fisik
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi
area
lingkungan
yang
berpotensi
menyebabkan
cedera
2. Identifikasi
obat yang
berpotensi
menyebabkan
cedera
3. Identifikasi
kesesuaian alas
kaki atau
stoking elastis
pada
ekstremitas
20
bawah
Terapeutik
1. Sediakan
pencahayaan
yang memadai
2. Gunakan
lampu tidur
selama jam
tidur
3. Sosialisasikan
pasien dan
keluarga
dengan
lingkungan
ruang rawat
(mis.
penggunaan
telepon,
tempat tidur,
penerangan
ruangan dan
lokasi kamar
mandi)
4. Gunakan alas
lantai jika
berisiko
mengalami
cedera serius
5. Sediakan alas
kaki antislip
6. Sediakan
pispot atau
urinal untuk
eliminasi di
tempat tidur,
jika perlu
7. Pastikan bel
panggilan atau
telepon mudah
dijangkau
8. Pastikan
barang-barang
pribadi mudah
dijangkau
tahankan
posisi tempat
21
tidur di posisi
terendah saat
digunakan
9. Pastikan roda
tempat tidur
atau kursi roda
dalam kondisi
terkunci
10. Gunakan
pengaman
tempat tidur
sesuai dengan
kebijakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
11. Pertimbangkan
penggunaan
alarm
elektronik
pribadi atau
alarm sensor
pada tempat
tidur atau kursi
12. Diskusikan
mengenal
latihan dan
terapi fisik
yang
diperlukan
13. Diskusikan
mengenai alat
bantu
mobilitas yang
sesual (mis.
tongkat atau
alat bantu
jalan)
14. Diskusikan
bersama
anggota dapat
mendampingi
pasien
15. Tingkatkan
frekuensi
observasi dan
22
pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan
jatuh ke pasien
dan keluarga
2. Anjurkan
berganti posisi
secara
perlahan dan
duduk selama
beberapa menit
sebelum
berdiri
23
Tremor menurun
Pucat berkurang
Konsentrasi pola
tidur membaik
Perasaan
keberdayaan
meningkat
Kontak mata
membaik
Pola berkemih
membaik
Orientasi membaik
24
6. Pola nafas Pola napas (L.01004) Manajemen jalan
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan napas (I.01011)
berhubungan 2x24 jam pola napas Observasi
dengan membaik dengan kriteria 1) Monitor pola
hambatan hasil : napas
upaya napas Ventilasi semenit 2) Monitor bunyi
meningkat napas
Kapasitas vital Terapeutik
meningkat 1) Pertahankan
Dispnea menurun keptenan jalan
Pernapasan cuping napas
hidung menurun 2) Posisikan
Frekuensi napas semifowler atau
membaik fowler
Ekskursi dada membaik 3) Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
Edukasi
1) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
2) Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,muk
olitik jika perli
25
Tekanan darah sepatu, dan
diastolik pakaian
Tekanan arteri rata- 3. Periksa
rata perbedaan
indeks ankle-brachial sensasi tajam
atau tumpul
4. Periksa
perbedaan
sensasi panas
atau dingin
5. Periksa
kemampuan
mengidentifika
si lokasi dan
tekstur benda
6. Monitor
terjadinya
parestesia, jika
perlu
7. Monitor
perubahan
kulit
8. Monitor
adanya
tromboflebitis
dan
tromboemboli
vena
Terapeutik
1. Hindari
pemakaian
benda-benda
yang
berlebihan
suhunya
(terlalu panas
atau dingin)
Edukasi
1. Anjurkan
penggunaan
termometer
untuk menguji
suhu air
2. Anjurkan
penggunaan
sarung tangan
26
termal saat
memasak
3. Anjurkan
memakai
sepatu lembut
dan bertumit
rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
porlu
Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid,
jika perlu
27
Pupil dilatasi faktor yang
Muntah memperberat
Mual dan
memperingan
Frekuensi nadi
nyeri
Pola napas 4. Identifikasi
Tekanan darah pengetahuan
Proses berpikir dan keyaninan
Fokus tentang nyeri
Fungsi berkemih 5. Identifikasi
pengaruh
Perilaku
budaya
Nafsu makan terhadap
respon nyeri
6. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
7. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
8. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
(mis. TENS,
hipnosis,
akupresur,
terapi musik,
biofoedback,
torapi pijat,
aromaterapi,
teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
28
terapi bermain)
2. Kontrol
lngkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
(mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi
Istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pomilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebatb,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
29
analgetik, jika
perlu
30
aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus
pada
kemampuan,
bukan defisit
yang dialami
2. Sepakati
komitmen
untuk
meningkatkan
frekuensi dan
rentang
aktivitas
3. Fasilitasi
memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten
sesuai
kemampuan
fisik,
psikologis, dan
sosial
4. Koordinasikan
pemilihan
aktivitas sesuai
usia
5. Fasilitasi
makna
aktivitas yang
dipilih
6. Fasilitasi
transportasi
untuk
menghadiri
aktivitas, jika
sesuai
7. Fasilitasi
pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan
untuk
mengakomoda
31
si aktivitas
yang dipilih
8. Fasilitasi
aktivitas fisik
rutin (mis.
ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan
diri), sosuai
kebutuhan
9. Fasilitasi
aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan
waktu, energi,
atau gerak
10. Fasilitasi
aktivitas
motorik kasar
untuk pasien
hiperaktif
11. Tingkatkan
aktivitas fisik
untuk
memelihara
berat badan,
jika sesuai
12. Fasilitasi
aktivitas
motorik untuk
merelaksasi
otot
13. Fasilitasi
aktivitas
dengan
komponen
memori
Implisit dan
emosional
(mis. kegiatan
keagamaan
khusus) untuk
pasien
demensia, jika
sesuai
32
14. Libatkan
dalam
permainan
kelompok
yang tidak
kompetitif,
terstruktur, dan
aktif
15. Tingkatkan
keterlibatan
dalam aktivitas
rekreasi dan
diversifikasi
untuk
menurunkan
kecemasan
(mis,
vocalgroup,
bola voli, tenis
meja, jogging,
berenang,
tugas
sederhana,
permainan
sederhana,
tugas rutin,
tugas rumah
tangga,
perawatan diri,
dan teka-teki
dan kartu
16. Libatkan
keluarga dalam
aktivitas, jika
perlu Fasilitasi
mengembangk
an motivasi
dan penguatan
diri
17. Fasilitasi
pasien dan
keluarga
memantau
kemajuannya
sendiri untuk
mencapai
33
tujuan
18. Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas
sehari-hari
19. Berikan
penguatan
positif atas
partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan
metode
aktivitas fisik
sehari-hari,
jika perlu
2. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
3. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial,
spiritual, dan
kognitif dalam
menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan
terlibat dalam
aktivitas
kelompok atau
terapi, jika
sesuai
5. Anjurkan
keluarga untuk
memberi
penguatan
positif atas
partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan
34
dan memonitor
program
aktivitas, jika
sesuai
2. Rujuk pada
pusat atau
program
aktivitas
komunitas,
jika perlu
35
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan,jika
perlu
36
nyeri
4. Minimalkan
kebisingan
ruangan
5. Pertahankan
lingkungan
yang
mendukung
perkembangan
optimal
6. Motivasi anak
berinteraksi
dengan anak
lain
7. Sediakan
aktivitas yang
memotivasi
anak
berinteraksi
dengan anak
lainnya
8. Fasilitasi anak
barbagi dan
bergantian/ber
gilir
9. Dukung anak
mengekspresik
an diri melalui
penghargaan
positif atau
umpan balik
atas usahanya
10. Pertahankan
kenyamanan
anak
11. Fasilitasi anak
melatih
keterampilan
pemenuhan
kebutuhan
secara mandiri
(ms. makan,
sikat gigi, cuci
tangan,
memakai baju)
12. Bernyanyi
37
bersama anak
lagu-lagu yang
disukai
13. Bacakan cerita
atau dongeng
Dukung
partisipasi
anak di
sekolah,
ekstrakurikuler
dan aktivitas
komunitas
Edukasi perilaku anak
1. Anjurkan
orang tua
menyentuh dan
menggendong
bayinya
2. Anjurkan
orang tua
berinteraksi
dengan
anaknya
3. Ajarkan anak
keterampilan
berinteraksi
4. Ajarkan anak
teknik asertif
5. Jelaskan orang
tua dan/atau
pengasuh
tentang
milestone
perkembangan
anak
Kolaborasi
1. Rujuk untuk
konseling, jika
perlu
2.8.7 Implementasi
38
Implementasi adalah inisiatif daro rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan
keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam,
2009).
Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang
ada pada klien.
Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan
baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau
penatalaksanaan penyimpangan.
Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
kesehatannya.
Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar
memperoleh arahan yang tepat dan benar.
Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.
Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
2.8.8 Evaluasi
39
BAB 3
Kasus Semu
40
pemeriksaan Laboratorium : Leukosit 0,55 10˄3/µL, Eritrosit 4,18
10˄6/µL, Hemoglobin 6,6 mg/dl, Hematokrit 34,2 %, Neutrofil : 0,2.
3.2 Pengkajian
3.2.1 Anamnesa
3.2.1.1 Identitas pasien:
Nama klien : An. N
Umur/Tgl lahir : 4 tahun/ 30 Maret 2015
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : TK
No. RM : 00 11 22
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kediri
Tanggal masuk RS : 29 Maret 2019
Ruangan : Kenanga
Diangnosa medis : Leukemia Limfositik Akut
3.2.1.2 Keluhan Utama:Orang tua mengatakan anaknya lemas dan
mengeluh nyeri
3.2.1.3 Riwayat kesehatan:
3.2.1.4 Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien tampak pucat,lemah dan konjungtiva anemis.Pasien
mengeluh nyeri pada di bagian tangan kanan.terdapat luka di
bagian punggung tangan tampak merah dan bengkak.
3.2.1.5 Riwayat kesehatan dahulu:
Pasien pernah di rawat di RS 1 bulan yang lalu dengan riwayat
penyakit leukemia limfositik akut dan batuk pilek,pasien tidak
ada riwayat alergi,penggunaan obat dan operasi.
3.2.1.6 Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Ibu mengatakan hamil Anak N selama 39 minggu dan Anak N
merupakan anak ke 1
41
A. Pre Natal
a. Keluhan saat hamil :Tidak ada
b. Tempat ANC :Klinik Husada
c. Kebutuhan nutrisi saat hamil :Cukup
d. Usia kehamilan :38-39 minggu
e. Kesehatan saat hamil :Baik
f. Kenaikan BB saat hamil :8 Kg
g. Obat yang di minum saat hamil :Tidak ada
B. Intra Natal
a. Tindakan persalinan :Normal
b. Tempat bersalin :Klinik Bidan
c. Penolong persalinan :Bidan
d. Komplikasi :Tidak ada
C. Post Natal
a. Kondisi kesehatan :Baik
b. BB lahir :3300gram
c. PB lahir :48 cm
d. Penyakit waktu kecil :Tidak ada
e. Pernah di rawat di RS :Tidak pernah
f. Konsumsi obat/kimia berbahaya :Tidak ada
42
Berat badan : 14 kg (sebelum dan sesudah sakit
tidak mengalami penurunan)
Tinggi badan : 87 cm
Lingkar kepala : 45 cm
Lingkar dada : 50 cm
Lingkar lengan atas : 14 cm
Perkembangan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 9 bulan
Berdiri : 1 tahun
Berbicara : 1 tahun
1. Personal sosial
Mengambil makan(L)
Gosok gigi tanpa bantuan(L)
Bermain ular tangga kartu(L)
Berpakaian tanpa bantuan(G)
Kiri garis usia
Memakai T-shirt(L)
Menyebut nama teman(L)
Cuci dan mengeringkan tangan(L)
43
2. Motorik halus
3. Bahasa
Sesuai garis usia
44
Menyebut 4 gambar(L)
Kanan garis usia
Menghitung 6 kubus(L)
4. Motorik kasar
3.Bahasa :Peringatan(P)
45
pantangan dan alergi makanan Anak N menyukai nugget.Untuk
minuman ibu mengatakan anak N minum susu,air putih,dan
teh.Sejak sakit anak N tidak nafsu makan hanya makan 5
sendok.
Pola Aktivitas dan Latihan :
Ibu mengatakan anak N kurang aktif dalam beraktivitas dan
melakukan kegiatan
Pola Tidur :
Sebelum dan sesudah sakit An.N tidur kurang lebih 7-8 jam/hari
46
S :36,2C
Kenyamanan / Nyeri
P : Adanya sentuhan
Q : Seperti di timpa benda berat
R : Tangan kanan
S:5
T : Hilang timbul
3.2.1.10 Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan rambut : Kulit kepala bersih,tidak ada ketombe
dan tidak ada lesi.penyebaran rambut tidak merata
berwarna coklat rambut mudah rontok dan tidak ada
kelainan
b. Mata : Mata lengkap,simetris kanan dan kiri,kornea mata
jernih kanan dan kiri.konjungtiva anemis dan sklera tidak
ikterik.kelopak mata/palpebra tidak ada
pembengkakan.adanya reflek cahaya pada pupil dan bentuk
isokor kanan dan kiri,iris kanan dan kiri berwarna hitam
dan tidak ada kelainan
c. Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung,posisi
septum nasal ditengah lubang hidung bersih,tidak ada
sekret,tulang hidung dan septum nasi tidak ada
pembengkakan dan tidak ada polip
d. Mulut dan lidah : Keadaan mukosa bibir kering dan
pucat.tonsil ukuran normal uvula letak simetris ditengah
e. Telinga : Bentuk telinga sedang,simetris kanan dan
kiri.lubang telinga bersih,tidak ada serumen
berlebih,pendengaran berfungsi dengan baik
f. Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba,tiroid tidak
teraba,posisi trakea letak ditengah,tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan thorak sistem pernapasan
47
a. Inspeksi thorak :Tidak ada sesak napas,batuk dan
secret.bentuk dada simetris
b. Palpasi : Irama nafas teratur,pola nafas normal,tidak ada
pernapasan cuping hidung,otot bantu pernapasan,vocal
fremitus dan ekspansi paru anterior dan posterior dada
normal
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler
3. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : CRT >3 detik tidak ada sianosis
b. Palpasi : Iktus kordis teraba dingin
c. Perkusi batas jantung : Basic jantung berada di ICS II dari
lateral ke medialinea,para sterna sinistra,tidak
melebar,pinggang jantung berada di ICS III dari linea para
sterna kiri,tidak melebar,Apeks jantungberada di ICS V
dari linea midclavikula sinistra,tidak melebar
d. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II terdengar bunyi normal
dan regular,tidak ada bunyi jantung tambahan
4. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Bentuk abdomen bulat dan datar,tidak ada
benjolan/massa pada perut,tidak tampak bayangan
pembuluh darah pada abdomen,tidak ada luka operasi
b. Palpasi : Tegang,tidak ada nyeri tekan dan massa ,Hepar
lien tidak ada kelainan,ginjal tidak ada nyeri tekan,tidak ada
asietas
c. Perkusi
d. Auskultasi : Peristaltik 20x/menit
5. Pemeriksaan sistem genetalia
Kebersihan genetalia bersih,kemampuan berkemih spontan,tidak
ada kelainan pada genetalia dan anus
6. Pemeriksaan muskuluskeletal (ekstremitas) dan Integumen
48
Pergerakan sendi bebas,ada kelainan ekstremitas,tidak ada kelainan
tulang belakang,tidak fraktur,tidak menggunakan traksi,tidak
komparmentet syndrome,kulit pucat,turgor kulit kurang.kekuatan
otot : semua ekstremitas bernilai 5
Pasien tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (motorik halus-adaptif, bahasa, motorik, psikoso sosial)
3.4 Penatalaksanaan
Pemberian santagesik (IV) 3 x 250 mg
Pemberian Ceftriaxone (IV) 2 x 50 mg
Transfusi darah 3 kantong dengan golongan darah AB
49
perifer menurun/melemah dengan
CRT>3 detik
50
3.5.2.2 Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
3.5.2.3 Gangguan tumbuh kembang b.d ketidakmampuan fisik
3.6 RENCANA KEPERAWATAN
51
menurun as nyeri
Gelisah cukup 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
non verbal
4. Identifiksi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Monitor efek sampik
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan teknik
52
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Pemberian pemberian
analgetik jika perlu
53
9. Bacakan cerita atau
dongeng
Edukasi
1. Jelaskan orang tua
dan/atau pengasuh tentang
milestone perkembangan
anak
2. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
3. Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
4. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
1. Rujuk untuk konseling,
jika perlu
3.7 IMPLEMENTASI
54
verbal
4) Mengidentifiksi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
5) Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6) Memonitor efek sampik penggunaan
analgetik
7) Memberikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
8) Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
9) Memfasilitasi istirahat tidur
10) Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
11) Menjelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
12) Menjelaskan strategi meredakan nyeri
13) Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
14) Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
15) Mengkolaborasikan pemberian
analgetik jika perlu
3.gangguan 01/04/202 1) Mengidentifikasi pencapaian tugas -
tumbuh 0 perkembangan anak
kembang 12.00 WIB 2) Mempertahankan lingkungan yang
berhubungan 18.00 WIB mendukung
dengan 21.00 WIB 3) Memotivasi anak berinteraksi anak dengan
ketidakmampuan anak lain
fisik 4) Menyediakan aktivitas yang memotivasi
anak berinteraksi dengan anak lainnya
55
5) Memfasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
6) Mendukung anak mengekspresikan diri
melalui penghargaan positif atau umpan
balik atas usahanya
7) Mempertahankan kenyamanan anak
3.8 EVALUASI
56
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
Nyeri akut 08.45 S : pasien -
mengatakan
nyeri sudah
berkurang
O:
Ttv normal :
TD : 110/70
mmHG
N : 80x/m
RR : 25x/m
S : 36,2 C
tingkat nyeri
berkurang
dari skala 5
menjadi 3
pasien tidak
nampak
meringis
kesakitan
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
57
ketidakmampuan A : masalah teratasi
fisik sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang sel darah putih
yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada semua aspek kehidupan yaitu
fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang disebabkan oleh
pertumbuhan tidak normal pada sel darah putih. Anak dengan leukemia
mengalami berbagai masalah yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya. Hal
ini membuat anak mengalami masa sulit selama proses pertumbuhannya.
Penyebab leukemia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun dari
beberapa penelitian ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan leukemia
diantaranya adalah penggunaan pestisida, medan listrik, riwayat keguguran pada
ibu, radiasi, bahan kimia (benzene), virus, kelainan genetik, ibu yang umurnya
relatif tua saat melahirkan, ibu yang merokok saat hamil, konsumsi alkohol saat
hamil, penggunaan marijuana saat hamil, medan magnet, pekerjaan orang tua,
berat lahir, urutan lahir, radiasi prenatal dan postnatal, vitamin K, serta diet
1.2 Saran
58
1.2.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari
informasi dan memperluas wawasan mengenai klien dengan Leukemia
karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas,
mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat
mengenai Leukemia, dan faktor-faktor pencetusnya, serta bagaimana
pencegahan untuk kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
2. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
3. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Jakarta: DPP PPNI.
4. Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.American
Cancer Society.
5. Kozier, (2011), fundamental keperawatan (konsep, proses, danpraktik),
Jakarta:EGC.
6. Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan
Leukemia
59
Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas
Kedokteran
Universits Udayana).
60