Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH LEUKIMIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Dosen pengampu Yusi Sofiyah, M.Kep., Ners., Sp.Kep.An

Disusun oleh :

Anis Kurniasih (302017008)

Denurta Nuzul R (302017019)

Irra Choerunnisa (302017041)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN’AISYIYAH BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya


kepada kita semua, sehingga makalah “LEUKIMIA” dapat terselesaikan. Dalam
penyusunannya kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang terlibat.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak II. Kami
berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi
tentang Leukimia. Semoga bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi kami
selaku penyusun.
Bandung, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I LANDASAN TEORI .............................................................................................. 1
A. Mekanisme pembentukan leukosit ........................................................................... 1
B. Definisi.................................................................................................................... 1
C. Etiologi.................................................................................................................... 2
D. Patofisiologi ............................................................................................................ 2
E. Diagnosis ................................................................................................................. 4
F. Klasifikasi ............................................................................................................... 5
H. Komplikasi .............................................................................................................. 8
I. Penatalaksanaan....................................................................................................... 9
J. Kemoterapi ............................................................................................................ 10
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKIMIA .......... 13
A. Pengkajian ............................................................................................................. 13
B. Pemeriksaan fisik ................................................................................................... 13
C. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................... 14
D. Intervensi keperawatan .......................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 21
B. Saran ..................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

ii
BAB I
LANDASAN TEORI

A. Mekanisme pembentukan leukosit


Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang
oleh adanya colony stimulating (factor perangsang koloni). Colony
stimulating ini dihasilkan oleh leukosit dewasa. Leukosit dibentuk di sumsum
tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai
diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka akan
menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Proses pembentukan limfosit,
ditemukan pada jaringan yang 7 berbeda seperti sumsum tulang, thymus,
limpa dan limfonoduli. Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus
dan paparan antigen. Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis
(suatu proses pertumbuhan dan pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini
mampu membelah diri dan berkembang menjadi leukosit matang dan
dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam sirkulasi darah,
leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke dalam
jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu,
beberapa bulan, tergantung pada jenis leukositnya (Sacher,. Pembentukan
leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2 jenis, sehingga
pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya. Pembentukan sel pada
seri granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan
pada seri agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan limfosit.
Pembentukan limfosit (limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast, sedangkan
pada monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast.
B. Definisi
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
poliferasi sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum
tulang dalam pembentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh lain. (Sugeng,2018)

1
2

C. Etiologi
Menurut Sugeng (2018) Penyebab pasti leukimia masih belum
diketahui, namun diperkirakan melibatkan kombinasi factor genetic dan
lingkungan. Sel Leukimia telah mendapatkan mutasi pada DNA mereka yang
menyebabkan mereka tumbuh secara tidak normal dan kehilangan fungsi sel
darah putih khas. Tidak jelas apa penyebab mutasi ini terjadi. Salah satu jenis
perubahan DNA sel yang umum terjadi pada Leukimia dikenal sebagai
translokasi kromosom. Dalam proses ini, sebagian dari satu kromosom
terputus dan melekat pada kromosom yang berbeda.satu translokasi yang
terlihat di hamper semua kasus CML dan terkadang pada jenis Leukimia
lainnya adalah pertukaran DNA antara kromosom 9 dan 22, yang mengarah
pada apa yang dikenal sebagai kromosom Philadelphia ini menciptakan
onkogen (gen penyebab kanker) yang dikenal sebagai BCL-ABL. Perubahan
DNA ini tidak diwariskan namun terjadi pada kehidupan individu yang
terkena.
Sebagian besar kasus Leukimia tidak diyakini turun-temurun, namun
beberapa mutasi genetic tertentu dan kondisi dapat diteruskan ke keturunan
yang meningkatkan kemungkinan pengembangan Leukimia. Kondisi yang
dikenal dengan sindrom Li-Fraumeni ditandai dengan mutasi yang diwariskan
pada gen supresor tumor dikenal sebagai TP53, dan individu dengan kondisi
ini memiliki peningkatan resiko Leukimia dan kanker lainnya. Kondisi turun
temurun lainnya yang dapat meningkatkan resiko pengembangan Leukimia
meliputi sindrom down, neurofibromatosis tipe 1, ataksia telangiektasia, dan
sindrom Noona.

D. Patofisiologi
Leukimia merupakan proliferasi tanpa batas sel darah putih yang
imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah walaupun bukan suatu
“tumor”, sel-sel Leukimia memperlihatkan sifat neoplastik yang sama seperti
sel-sel kanker yang solid. Oleh karena itu, keadaan patologi dan manifestasi
3

klinisnya disebabkan oleh infiltrasi dan penggantian setiap jaringan tubuh


dengan sel-sel Leukimia nonfungsional. Organ-organ yang terdiri banyak
pembuluh darah, seperti limpa dan hati, merupakan organ yang terkena paling
berat.
Untuk memahami patofisiologi proses Leukimia, sangat penting untuk
mengklarifikasi dua buah kesalah pahaman yang sering terjadi. Pertama,
meskipun Leukimia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan,
jumlah leukosit dalam bentuk akut sering kali rendah (sehingga dinamakan
leukimia). Kedua, sel-sel imatur ini tidak dengan sengaja menyerang dan
menghancurkan sel darah normal atau jaringan vascular. Penghancuran sel
terjadi melalui infiltrasi dan kompetisi yang terjadi kemudian pada unsur-
unsur metabolik.
Pada semua tipe Leukimia, sel-sel yang berproliferasi menekan
produksi unsur-unsur darah yang terbentuk dalam sumsum tulang melalui
kompetisi dengan sel-sel normal dan perampasan hak-haknya dalam
mendapatkan unsur gizi yang esensial bagi metabolism. Tanda dan gejala
Leukimia yang paling sering ditemukan merupakan akibat dari infiltrasi pada
sumsum tulang. Tiga akibat yang utama adalah: (1) anemia akibat penurunan
jumlah SDM; (2) infeksi akibat neutropenia; dan (3) tendensi perdarahan
akibat penurunan produksi trombosit. Invasi sel-sel Leukimia ke dalam
sumsum tulang secara perlahan-lahan akan melemahkan tulang dan cenderung
mengakibatkan fraktur karena sel-sel Leukimia menginvasi periosteum,
peningkatan tekanan menyebabkan rasa nyeri yang hebat.
Limpa, hati, dan kelenjar limfe memperlihatkan infiltrasi, pembesaran
yang nyata, dan pada akhirnya mengalami fibrosis. Hepatosplenomegali
secara khas lebih sering terjadi daripada limfadenopati. Lokasi invasi yang
paling penting berikutnya adalah system saraf pusat (SSP) yang terjadi
sekunder karena infiltrasi Leukimia, yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intracranial.
4

Sel-sel Leukimia dapat juga menginvasi testes,ginjal, prostat, ovarium,


saluran GI, dn paru-paru. Dengan semakin banyaknya pasien yang bertahan
hidup dalam jangka waktu lama, lokasi invasi Leukimia, khususnya
testis,menjadi semakin penting secara klinis.

E. Diagnosis
Menurut American Cancer Society (2012) ada berbagai macam untuk
mendiagnosis penyakit Leukimia diantaranya:
a. Tes darah
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari
jari tangan perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar
5

hematologi pasien. Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan


untuk melihat morfologi dari sel darah. Pada pasien dengan Leukimia,
akan ditemukan sel darah putih yang sangat banyak dibandingkan sel
darah merah dan platelet yang sedikit.
b. Aspirasi sumsum tulang dan biopsy
Dilakukan secara bersamaan. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi
ini dilakukan untuk mendiagnosa Leukimia dan diulangi kembali
untuk melihat respon pengobatan. Aspirasi sumsum tulang merupakan
“gold standard” dari diagnose Leukimia. Tidak hanya indikasi
diagnose, namun indikasi menentukan jenis sel dan monitoring
pengobatan seperti gangguan limfoblastik.
c. Lumbal fungsi
Lumbal fungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel Leukimia
pada CSF. Pada anak dengan Leukimia,lumbal fungsi dilakukan
sebagai terapi metastasis ke CNS untuk kemoterapi. Melalui lumbal
fungsi diberikan bahan kemoterapi menuju cairan serebrospinal
sehingga mencegah sel-sel Leukimia ada di system saraf pusat.
d. Biopsi kelenjar limpa
Biopsy kelenjar limpa penting untuk mendiagnosa limpoma. Pada
anak dengan Leukimia hal ini jarang dilakukan. Biopsy kelenjar limpa
dilakukan bersamaan dengan proses pembedahan untuk pengobatan
atas indikasi tertentu.

F. Klasifikasi
Menurut Sugeng (2018) Ada berbagai jenis Leukimia, berdasarkan
seberapa cepat penyakit berkembang dan jenis sel abnormal yang dihasilkan.
Leukimia disebut Leukimia akut jika berkembang dengan cepat. Sejumlah
besar sel Leukimia terakumulasi sangat cepat di darah dan sum- sum tulang,
menyebabkan gejala seperti kelelahan, mudah memar, dan rentan terhadap
infeksi. Leukimia akut membutuhkan perawatan yang cepat dan agresif.
6

Leukimia kronis berkembang perlahan seiring berjalannya waktu.


Leukimia ini tidak menyebabkan gejala spesifik pada awalnya. Namunm, jika
tidak diobati, sel- sel abnormal meningkat, seperti pada Leukimia akut yang
menyebabkan gejala serupa.
Leukimia diklasifikasikan lebih lanjut sebagai myeloid atau limfoid,
tergantung pada jenis sel darah putih yang membentuk sel Leukimia. Sel
darah putih berkembang dari sel induk yang berpotensi menjadi banyak jenis
sel. Sel induk myeloid matang di sumsum tulang dan menjadi sel darah putih
yang belum matang, yang disebut ledakan myeloid. Ledakan myelodid ini
semakin matang menjadi sel darah merah, trombosit, atau beberapa jenis sel
darah putih. Sel punca lomfoid matang di sumsum tulang menjadi ledakan
lymphoid. Ledakan limfoid berkembang lebih jauh menjadi limfosit T atau B,
jenis sel darah putih khusus. myeloid leukimia terdiri dari sel- sel yang timbul
dari sel myeloid, sedangkan leukimia limfoid timbul dari sel limfoid.
Mengetahui jenis sel yang terlibat dalam leukimia penting dalam memilih
pengobatan yang tepat.
Dari klasifikasi di atas, maka Leukimia dibagi menjadi empat tipe sebutan:
1. Leukimia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe Leukimia paling sering
terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama
telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukimia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa
daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut Leukimia nonlimfositik akut.
3. Leukimia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang
dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh
dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukimia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat
juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit

G. Manifestasi klinis
Menurut sugeng(2018) berikut manifestasi klinis dari leukimia:
7

1. Demam atau menggigil;


2. Keletihan terus- menerus, lemas;
3. Sering terkena infeksi;
4. Kehilangan berat badan serius;
5. Kelenjar getah bening membengkak, pembesaran hati atau limpa;
6. Mudah berdarah atau memar;
7. Milliard berulang;
8. Bintik- bintik merah kecil di kulit (petechiae);
9. Keringat berlebihan, terutama dimalam hari;
10. Nyeri tulang atau nyerii tekan.

Manifestasi klinis yang terkait pada Leukimia (Wong’s, 2009)


Organ atau jaringan Akibat Manifestasi
Penurunan jumlah eritrosit- anemia
Pucat, letih
Neutropenia- infeksi
Demam
Penurunan jumlah trombisit-
Perdarahan (petekie)
Disfungsi sumsum tulang kecenderungan perdarahan
Kecenderungan
Invasi sumsum tulang- kelemahan
mengalami fraktur
tulang, invasi periosteum
Nyeri

Infiltrasi, pembesaran dan akhirnya


Hati Hepatomegaly
fibrosis
Limpa Splenomegali
Kelenjar limfe Limfadenopati
Sakkit kepala hebat
Peningkatan tekanan intrakranial;
Mutah
System saraf pusat; pelebaran ventrikulus
Iritabilitas, letargi
meninges
Papiledema
Iritasi meninges
Akhirnya koma
8

Organ atau jaringan Akibat Manifestasi


Nyeri
Kaku kuduk dan
punggung kaku

Pelisutah (atrofi) otot


Sel- sel normal kekurangan zat gizi Penurunan berat
Hipermetabolisme karena dirampas oleh sel- sel yang badan
menginvasinya Anoreksia
Keletihan

H. Komplikasi
Menurut sugeng (2018) Leukimia berkaitan dengan penipisan sel
darah normal serta efek samping perawatan seperti yang dijelaskan pada
bagian sebelumnnya, misalnya sering infeksi, pendarahan, dan graft-versus-
host-disease (GVHD) pada penerima transplantasi sel induk. Kehilangan berat
badan dan anemia merupakan komplikasi leukimia yang membutuhkan
pengobatan lebih lanjut. Komplikasi dari setiap leukimia juga mencakup
perkembangan penyakit setelah remisi dicapai dengan pengobatan.
Komplikasi lain dari leukimia berhubungan dengan jenis spesifik
leukimia. Misalnya, pada 3% sampai 5% kasus leukimia limfoblastik kronis
(CLL), sel mengubah karakteristik dan berubah menjadi limfoma agresif
(dikenal sebagai transformasi Richter). Anemia hemolitik autoimun, dalam
tubuh menyerang dan menghancurkan sel darah merah, merupakan
komplikasi CLL lainnya. Orang dengan CLL juga lebih cenderung
mengembangkan kanker kedua dan kelainan darah lainnya dan kanker darah.
Sindroma lisis tumor adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
cepatnya kematian sel kanker selama pengobatan akut. Hal ini dapat terjadi
pada hampir semua jenis kanker, dan ini terlihat dengan beberapa kasus
Leukimia, terutama bila sejumlah besar sel Leukimia hidup seperti
9

Leukimia.myeloid akut (AML) atau Leukimia limfoblastik akut (ALL).


Perusakan sel Leukimia yang cepat menyebabkan pelepasan sejumlah besar
fosfat, yang selanjutnya menyebabkan kelainan metabolik dan dapat
menyebabkan gagal ginjal.
Anak- anak yang menerima terapi ALL . mungkin mengalami efek
samping lambat termasuk gangguan system saraf pusat (SSP), perlambatan
pertumbuhan, katarak, dan peningkatan risiko kanker lainnya. Kejadian efek
akhir ini bervariasi tergangung pada usia saat perawatan dan jenis serta
kekuatan terapi.

I. Penatalaksanaan
Menurut wong (2009) Terapi Leukimia meliputi pemakain agens
kemoterapeutik, dengan atau tanpa iradiasi kranial, dalam empat fase:
1. Induksi remisi
Hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, terapi induksi dimulai
dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat- obatan utama yang
dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid (terutama
prednison), vinkristin dan L-asparaginase, dengan atau tanpa
doksorubisin. Terapi obat pada AML meliputi doksorubsin atau
daunorubisin (dounomisin) dan sitosin arabinosida: berbagai obat-obatan
lain mungkin digunakan.
Karena banyak di antara obat ini juga menyebabkan mielosupresi
unsur- unsur dara yang normal, periode waku yang terjadi segera sesudah
remisi merupakan periode yang sangat menentukan. Tubuh pasien tidak
lagi memiliki pertahanan dan sangat rentan terhadap infeksi dan
perdarahan spontan. Konsekuensinya, terapi suportif selama periode ini
sangat esensial.
2. Terapi profilaksis SSP.
Penangan SSP terdiri atas terapi profilakis melalui kemoterapi
intratekal dengan metotreksat, sitarbin, dan hidrokortison. Kadang-
10

kadang metotreksat, sitarabin, dapat disuntikkan secara intratekal sebagai


agens tunggal. Karena adanya kekhawatiran terhadap efek samping
iradiasi kranial, terapi ini hanya dilakukan pada pasien-pasien yang
beresiko tinggi dan yang memilikin penyakit SSP.
3. Terapi intensifikasi atau konsolidasi
Setelah remisi total tercapai, dilaksanakan suatu periode terapi yang
intensif untuk menghilangkan sel- sel Leukimia yang masih tersisa; terapi
ini diikuti oleh terapi intensifikasi lambat (delayed intensification) untuk
mencegah munculnya klon leukemik yang resisten. Penyuntikan inteatekal
yang menyertai kemoterapi sistemik meliputi pemberian Lasparaginase,
metotreksat, dosis tinggi dan sedang, sitarabin, vinkristin dan
merkaptopurin, selama periode beberapa bulan.
4. Terapi Rumatan
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai
dan berhasil dengan baik untuk mmelihara remisi dan selanjutnya
mengurangi jumlah sel Leukimia. Regimen terapi obat kombinasi yang
meliputi pemberian mekaptopurin setiap hari, metotreksat seminggu
sekali, dan terapi intratekal secara periodic diberikan selama 2 tahun
kemudian. Demikian juga, sealama terapi rumatan, harus dilakukan
pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengevaluasi respons sumsum
tulang terhadap obat- obatan yang digunakan.
J. Kemoterapi
Menurut Waluyo (2014) Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan
dengan menggunakan obat-obatan sitostatik yang dimasukkan kedalam
tubuh melalui intra vena atau oral. Pengunaan obat- obatan kemoterapi
dapat memberikan efek toksik dan disfungsi sistemik hebat meskipun
bervariasi dalam keparahannya. Efek samping dapat timbul karena obat-
obatan tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker tetapi juga menyerang
sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat seperti membran
mukosa, sel rambut, sum-sum tulang dan organ reproduksi
11

Kemoterapi bermanfaat untuk mengontrol penyakit yang masih tersisa


dan sebagai terapi tambahan pada tingkat pembedahan atau radiasi.
Kemoterapi dapat membuat remisi dan kadang mengahasilkan
kesembuhan, khususnya pada pasien kanker testis. Sebagai terapi paliatif,
kemoterapi bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dengan
meredakan nyeri dan simptom lain untuk sementrara waktu. Selain itu,
kemoterapi meliputi pemberian obat-obat antineoplastik yang dapat
menimbulkan regresi tumor dan menghalangi mestasis.
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi, antara lain:
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak
ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari
5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel Leukimia ke
otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien Leukimia yang
mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel Leukimia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.
Menurut Wahyuni (2015) Keomterapi memeiliki efek samaping pada
pasien yang menjalaninya, antara lain:
12

a. Efek samping fisik Efek samping yang umumnya dirasakan pasien


kanker stadium lanjut yang menjalani kemoterapi adalah: mual,
muntah, anoreksia, rambut rontok, fatigue, supresi sum-sum tulang
seperti anemia dan penurunan imunitas.
b. Masalah psikologis yang dirasakan partisipan selama menjalani
kemoterapi adalah berupa: trauma terhadap kemoterapi, perasaan
tertekan akibat kondisi saat ini, dan terfikir mendekati kematian.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKIMIA

A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Nyeri tulang sering terjadi,lemah,nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) juga disertai dengan sakit kepala.
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik)
6. Riwayat tumbuh kembang
Bagaimana pemberian ASI,adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan
dan kelainan ataupun sering sakit-sakitan.
B. Pemeriksaan fisik
a. Kaji adanya tanda-tanda anemia
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
b. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
1) Demam
2) Infeksi
c. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membrane mukosa
d. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola

13
14

1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
e. Kaji adanya
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul,yaitu:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan
tubuh.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,malaise,
mual dan muntah,efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
d. Perubahan proses keluarga b.d mempunyai anak yang menderita Leukimia
15

D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko 1. Leukosit normal 1.pantau suhu dengan teliti 1.Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
infeksi b.d (4500-13500/mm) 2. tempatkan anak dalam 2. untuk meminimalkan terpaparnya anak
menurunnya 2. Suhu normal (36,5- ruangan khusus 3. untuk meminimalkan pajanan pada
system 37,5 ⁰C) 3. Anjurkan semua organism infektif dari sumber infeksi.
pertahanan 3. Nadi normal (80- pengunjung dan staf rumah 4. Untuk mencegah kontaminasi
tubuh 90x/menit) sakit untuk menggunakan silang/menurunkan resiko infeksi.
teknik mencuci tangan 5. Untuk intervensi dini penanganan infeksi
dengan baik 6.menambah energy untuk penyembuhan
4. gunakan teknik aseptic dan regenerasi seluler.
yang cermat untuk semua 7.Diberikan sebagai profilaktik atau
prosedur invasive mengobati infeksi khusus.
5. Evaluasi keadaan anak
terhadap tempat-tempat
munculnya infeksi, seperti
tempat penusukan jarum,
ulserasi mukosa, dan masalah
gigi.
16

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


6. berikan periode istirahat
tanpa gangguan.
7. Berikan antibiotic sesuai
ketentuan.

2. Resiko 1. Mual muntah 1. Berikan antiemetik awal 1.Untuk mencegah mual dan murah
tinggi berkurang sebelum dimulainnya 2.Untuk mencegah kajdian berulang
kekurangan 2. Turgor kulit >3 detik kemoterapi 3.Karena tidak ada obat antiemetik yang
volume 3. Pasien tidak terlihat 2. Berikan antiemetik secara secara umum berhasil
cairan b.d anemis teratur pada waktu dan 4.Bau yang menyengat dapat menimbulkan
mual dan program kemoterapi mual dan muntah
muntah. 3. Kaji respon anak terhadap 5.Karena jumlah jumlah kecil biasanya
antiemetik ditoleransi
4. Hindari memberikan 6.Untuk mempertahankan cairan yang ada
makan yang beraroma didalam tubuh
menyengat
5. Anjurkan makan dalam
porsi kecil tapi sering
17

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


6. Berikan cairan intravena
sesuai ketentuan
3 Perubahan 1. Berat badan dan tinggi 3. Dorong orang tua untuk 1.Jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan
nutrisi pasien sesuai dengan tetap rileks pada saat anak adalah akibat langsung dari mual dan
kurang dari umur makan muntah serta kemoterapi
kebutuhan 2. Intake nutrisi pasien 4. Izinkan anak memakan 2.Untuk mempertahankan nutrisi yang
tubuh yang terpenuhi semua makanan yang optimal
berhubungan dapat ditoleransi, 3.Untuk memaksimalkan kualitas intake
dengan rencanakan untuk nutrisi
anoreksia, memperbaiki kualitas gizi 4.Untuk mendorong agar anak mau makan
malaise, pada saat selara makan 5.Karena jumlah yang kecil biasanya
mual, dan anak meningkat ditoleransi dengan baik kebutuhan
muntah, efek 5. Berikan makanan yang jaringan metabolik ditingkatkan begitu
samping disertai suplemen nutrisi juga cairan untuk menghilangkan produk
kemoterapi gizi, seperti susu bubuk sisa, suplemen dapat memainkan peranan
dan atau atau suplemen yang dijual penting dalam mempertahankan masukan
stomatitis bebas kalori dan protein yang adekuat
6. Izinkan anak untuk 6.Membantu dalam mengidentifikasikan
18

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


terlibat dalam persiapan malnutrisi protein kalori, khususnya bila
dan pemilihan makanan BB dan pengukuran antropometri kurang
7. Dorong masukan nutrisi dari normal.
dengan jumlah sedikit
tapi sering. Dorang pasien
untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient
8. Timbang BB, ukur TB
dan ketebalan lipatan
kulit trisep
4 Perubahan 1. Keluarga dapat 1. Jelaskan asalan setiap 1. Untuk meminimalkan kekhawatiran
proses menerima kondisi prosedur yang akan yang tidak perlu
keluarga pasien dilakukan pada anak 2. Untuk mendorong komunikasi dan
berhubungan 2. Perkembangan 2. Jadwalkan agar keluarga ekspresi perasaan
dengan pasien sesuai dapat berkumpul tanpa 3. Untuk meningkatkan perkembangan
mempunyai dengan umur gagguan dari staff anak yang optimal
anak yang 3. Bantu keluarga 4. Memberikan kesempatan pada
menderita merencanakan masa keluarga untuk menghadapi rasa
19

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Leukimia depan, khususnya dalam takut secara realistis
membantu anak 5. Untuk mempertahankan komunikasi
menjalani kehidupan yang teruka dan jujur
yang normal 6. Untuk mencegah bertambahnya rasa
4. Dorong keluarga untuk khawatir keluarga
mengespresikan perasaan
mengenai kehidupan
anak sebelum diagnosa
dan prospek anak untuk
bertahan hidup
5. Diskusikan bersama
keluarga bagaimana
mereka memberitahu
anak tentang hasil
tindakan dan kebutuhan
terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi
tambahan
20

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


6. Hindari untuk
menjelaskan hal-hal yang
tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukimia merupakan penyakit yang di sebabkan mutasi genetik (DNA) yang


terjadi pada sumsum tulang belakang sehingga terjadi peningkatan poliferasi
abnormal sehingga menyebabkan kanker pada alat pembentukan darah. Samapai
saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari leukimia yaitu faktor genetik,
radiasi, obat-obatan kardiogenik, ataupun kelainan kromosom, misalnya pada
down sindrom.

Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat-obat untuk


membunuh sel-sel Leukimia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel-
sel normal pada bagian tubuh yang sehat. Untuk kasus-kasus tertentu, dapat juga
dilakukan transpalntasi sumsum tulang belakang. Mengenai kemungkinan
keberhasilan terapi, sangat tergantung waktu penemuan pertama penyakit, teratur
tidak selama terapi maupun kemungkinan penyebab yang bisa di perkirakan.

B. Saran

Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah
yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain karena
kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami sadar masih
banyak sekali kekurangan. Kami mengharap saran dan kritik dari pembaca
sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk kami dalam pembuatan makalah kami
berikutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Jitowiyono, S. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI. Yogyakarta: PUSTAKA BARU
PRESS.

Society, American Cancer. (2012). Kanker fakta & Angka 2011. Atlanta: American
Cancer Society, Inc.

Wahyuni, D., Huda, N., & Utami, G. T. (2015). STUDI FENOMENOLOGI:


PENGALAMAN PASIEN KANKER STADIUM LANJUT YANG
MENJALANI KEMOTERAPI. 2.

waluyo, K. o. (2014). Hubungan fase kemoterapi dengan status gizi anak Leukimia.
1.

Wong. (2009). BUKU AJAR KEPERAWATAN PEDIATRIK WONGEd. 6, Vol.2 .


Jakarta: EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai