Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

LEUKEMIA

Dosen Pengampu : Ns. Idayati, S.Kep., M.Kes.

Disusun Oleh:

1. ANGGIS CARITTA NINGRUM


2. BERLIAN SETIA ANANDA
3. MAWADAH ISTIKOMAH

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKUTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya
makalah ini telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Keberhasilan kami
dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai
pihak.

Untuk itu kami menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu di perbaiki,untuk
itu kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Pringsewu, Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan masalah .....................................................................................2
C. Tujuan penulisan .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi......................................................................................................3
B. Etiologi......................................................................................................4
C. Patofisiologi dan Pathway.........................................................................5
D. Manifestasi Klinis......................................................................................6
E. Komplikasi.................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................8
G. Penatalaksanaan.........................................................................................9

BAB III ASKEP


A. Pengkajian...................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................14
C. Intervensi Keperawatan..............................................................................15
D. Implementasi ..............................................................................................17
E. Evaluasi Keperawatan................................................................................18

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di
Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki
(56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan (43,12%). Insiden
rate (IR) leukemia pada laki- laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan
pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang sama. Data The
Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa setiap 4 menit
terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan 139.860 orang di
Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan 53.240 orang
meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2 per 100.000
penduduk.
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang
dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit
sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit
yang menyebar mendahului sumsum tulang. Kata kata leukemia diturunkan
dari bahasa Yunani leukos dan aima yang berarti “putih” dan “darah” yang
mengacu pada peningkatan abnormal dari leukosit. Peningkatan tidak
trkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia, infeksi, trobositopenia, dan pada
beberapa kasus menyebabkan kematian (Jan Tambayong, 2000).
Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif)    adalah kanker. Kanker
merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang
meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015.3 Pada tahun
2000 terdapat 10 juta orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita
kanker di seluruh dunia dan 6,2 juta diantaranya meninggal dunia (Case
Fatality Rate/CFR 62%) (WHO, 2003).
Penyakit tersebut mempunyai banyak faktor penyebab namun belum
ada yang mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu,
untuk mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh

1
tentang leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyakit
leukemia, cara diagnosa dan penyembuhannya. Penyakit leukimia ini harus
ditangani dengan tepat agar penderita tidak terjangkit penyakit lainnya karena
tranfusi yang tidak steril. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami
selaku penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai penyakit leukimia ini
dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem imun dan hematologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit Leukemia?
2. Apa jenis – jenis penyakit Leukemia?
3. Bagaimanakah etiologi penyakit Leukemia?
4. Bagaimana Faktor Risiko Perkembangan penyakit Leukemia?
5. Bagaimanakah Patofisiologi penyakit Leukemia?

C. Tujuan
1. Tujuan istruksional umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan sel darah putih
(leukemia).
2. Tujuan instruksional khusus
Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostic, penatalaksanaan dan pencegahan pada penyakit Leukemia.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi
Leukemia adalah proliperasi sel leukosit yang abnormal ganas sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari normal, jumlahnya berlebihan dapat
menyebabkan anemia, trombosit topenia dan di akhiri dengan kematian
(Nurarif,2015:54).

Leukemia adalah penyakit neoplastic yang ditandai oleh proliperasi abnormal


dari sel-sel hemotopeitik (silvia, A. price, 2016).

Leukimia adalah produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan
oleh mutasi yang menjurus pada kanker sel meil ogenosa atau sel limfo genosa
(guyton,2012). Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai adanya
akumulasi leukosit dalam sumsum tulang dan darah (A.V.Hoffbrand, 2005).
Leukimia adalah penyakit neoplastic yang ditandai oleh proliferasi abnormal
dari sel sel hematopoetik (Virchow,2015)

B. Etiologi
Etiologic LLA sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan besar
disebabkan oleh virus (virus onkogenik). Namun factor lain yang turut
berperan adalah :

a. Factor ekssogen :
- Efek dari penyinaran seperti : sinar x, sinar radio aktif
- Hormone, bahan kimia (benzoate, arsen, preparat sulfat)
- Infeksi (virus danbakteri
b. Factor endogen
- Factor ras ( orang yahudi mudah menderita LLK)
- Factor konstitusi seperti kelainan kromosom (abrasi kromosom) pada
sindrom dwon

3
- Herediter : kasus leukemia pada kakak beradik / kembar satu telur,
angka kejadian pada anak lebih tinggi sesuai dengan usia maternal
- Genetic : virus tertentu menyebabkan perubahan struktur gen (T. cell
leukemia lymthoma virus/ HTLV ).

C. Patofisiologi dan Pathway


Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onvogenik yang mempunyai
struktur anti gen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke
dalam tubuh manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur natigen
manusia itu (hospes). Bila stuktur antigen virus tidak sesuai dengan struktur
antigen individu, maka virus tersebut akan ditolak, seperti pada penolakan
terhadap benda asing lain. Strukur antigen manusia terbentuk oleh struktur
antigen dari berbagai alat, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di
permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen dan jaringan atau HL-A (human
leucocyte locus A ).

Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor maligna nimatur nyasel blast.
Adanya proliferasi sell blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, system retikulo endothelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan system pertahanan tubuh sehingga
mudah mengalami infeksi.

Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi
organ SSP. Gangguan nutrisi dan metabolisme depresi sumsum tulang dan
berdampak pada penurunan leukosit. eritrosit, factor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan
menyebabkan terjadinya pembesaran hati. Limfe dan nodar limfe dan nyeri
persendian (Silvia, 2006)

4
PATHWAY LEUKEMIA

Faktor pencetus : genetic, radiasi, Sel neoplasma


obat-obatan, kelainan kromosom, berpoliferasi didalam
infeksi virus, paparan bahan kimia. sumsum tulang

Penyebaran
Infiltrasi sumsum Sel onkogen
ekstramedular
tulang
Pertumbuhan berlebih

MII Sirkulasi darah MII Sistem


Limfatik Kebutuhan nutrisi
meningkat
Pembesaran hati dan
Nodus limfe
limfa hipermetabolisme

Hepatosplenomegali limfadenopati
MK
Ketidakseimbangan
Peningkatan nutrisi kurang dari
Penekanan ruang
tekanan intra kebutuhan tubuh
abdomen
abdomen

Sel normal
digantikan oleh Gangguan rasa
sel kanker nyaman nyeri
MK
Resiko perdarahan
Depresi produksi sumsum
tulang

Penurunan trombosit trombositopenia kecenderungan perdarahan

Penurunan eritrosit anemia Suplai oksigen MK


kejaringan In
Penurunan fungsi leukosit Daya tahan tubuh menurun Ketidakseimbangan
adekuat Resiko infeksi
perfusi jaringan perifer
Infiltrasi periosteal Kelemahan tulang
c

5
tulang lunak dan lemah stimulasi saraf C (noticeptor)

fraktur fisiologis Gangguan rasa


nyaman nyeri
Hambatan mobilitas fisik

D. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang khas adalah pucat, panas dan pendarahan (pendarahan dan
anemia adalah manisfestasi klinis)
b. Limfa denopati dan hepato spleno megali
Hal ini di sebabkan karena ekstra medular juga terlinbat (sel kanker
menyebar keseluruh sehingga limfe hati dan limfa menaikkan produksi sel
darah putih).
c. Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalah
tapsirkan sebagai penyakit reumatik
d. Gangguan pada system syarafpusat
Dapat terjadi sakit kepala, muntah, kejang dan gangguan penglihatan
e. Gejala lain leukimia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit.
f. Efusi fleura, kejang pada leukimia serebral
Pendarahan pada leukimia dapat berupa ekimosis, petekie, pendarahan
gastro intestinal manifestasi klinik yang dapat di lihat atau dilaporkan klien
atau keluarga secara langsung:
- Pilek tidak sembuh-sembuh
- Pusat lesu tidak terstimulasi
- Demam anoreksia
- Berat badan menurun
- Ptechie memar tanpa sebab
- Nyeri pada tulang atau persendian
- Nyeri abdomen
(Brunner dan Suddarth, 2005)

6
E. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya
yaitu:
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah
merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari
kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan
penurunan jumlah sel darah merah.
1. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis,
pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.

2. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan
leukosit abnormal yang berkembang pesat.

3. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang


diproduksi saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini
menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.

4. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien


dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika
tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah
(trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan
mengakibatkan stroke.

5. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,


tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan
leukemia juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah,
sehingga sistem imun tidak efektif.

6. Kematian.

7
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik Leukimia Limfoblastik Akut (ALL)
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa
leukemia tersebut mungkin timbul.Semua jenis leukemia tersebut
didiagnosis dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang.Contoh ini biasanya
didapat dari tulang iliaka dengan pemberian anestesi lokal dan dapat juga
diambil dari tulang sternum. (Gale, 2000 : 185)
2. Pemeriksaan Diagnostik pada Kronik Leukimia Myeloblast (CML)
a. Darah Tepi
1) Leukositosis biasanya berjumlah >50 x 109 /L dan kadang –
kadang >500 x 109/L.
2) Meningkatnya jumlah basofil dalam darah.
3) Apusan darah tepi : menunjukkan spektrum lengkap seri granulosit
mulai dari mieloblast sampai netrofil, dengan komponen paling
menonjol ialah segmen netrofil dan mielosit. Stab, metamielosit,
promielosit dan mieloblast juga dijumpai. Sel blast kurang dari 5%.
4) Trombosit bisa meningkat, normal, atau menurun. Pada fase awal
lebih sering meningkat.
5) Fosfatase alkali netrofil (neutrophil alkaline phosphatase [NAP]
score) selalu rendah
b. Sumsum Tulang.
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan.Gambarannya mirip
dengan apusan darah tepi.Menunjukkan spectrum lengkap seri
myeloid, dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit.
Sel blast kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik normal atau
meningkat.
c. Sitogenik: dijumpai adanya Philadelphia (Ph1) chromosome pada
kasus 95% kasus.

8
d. Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat.
e. Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi
adanya chimeric protein bcr – abl pada 99% kasus.
f. Kadar asam urat serum meningkat.
3. Pemeriksaan Diagnostik pada Multiple Myeloma
a. Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus.
Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada
sekitar 15% pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan
darah tepi jarang mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia
sel plasma. Formasi Rouleaux ditemukan pada 60% pasien.
Hiperkalsemiadite mukan pada 30% pasien saat didiagnosis. Sekitar
seperempat hingga setengah yang didiagnosis akan mengalami
gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan proteinuria,
sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan
imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
b. Radiologi
Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel,
berbatas tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang
belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama.
Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang
cancellous, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal.
Sebagai tambahan, tulang pada pasien mieloma, dengan sedikit
pengecualian, mengalami demineralisasi difus.
c. CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun,
kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan
tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto tulang konvensional
menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.
d. MRI
MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini
baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada

9
deposit mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang
fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada
sekuensi T2.

e. Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik.Tumor dapat memiliki zona perifer
dari peningkatan vaskularisasi.Secara umum, teknik ini tidak
digunakan untuk mendiagnosis multipel mieloma.

G. Penatalaksanaan
1. Leukimia Limfoblastik Akut (ALL)
a. Pengobatan
Pengobatan khusus dan harus dilakukan di rumah sakit.Berbagai
regimen pengobatannya bervariasi, karena banyak percobaan
pengobatan yang masih terus berlangsung untuk menentukan
pengobatan yang optimum.
b. Terapi
Terapi untuk leukemia akut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Kemoterapi
2) Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh penyakit leukemia itu sendiri dan juga untuk
mengatasi efek samping obat. Terapi suportif yang diberikan
adalah;
a) Terapi untuk mengatasi anemia
b) Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia
aplastik terdiri atas Antibiotika adekuat, Transfusi konsentrat
granulosit. Perawatan khusus (isolasi) dan Hemopoitic growth
factor (G-CSF atau GM-CSF)
c) Terapi untuk mengatasi perdarahan
d) Terapi untuk mengatasi hal-hal lain seperti pengelolaan
leukostasis, pengelolaan sindrom lisis tumor

10
2. Leukimia Myeloblastik Akut (CML)
Terapi CML tergantung pada dari fase penyakit, yaitu
a. Fase kronik, obat pilihannya meliputi:
1) Busulpan (Myleran), dosis : 0,1 – 0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit
turun setengahnya. Obat dihentikan jika leukosit 20.000/mm3.
Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3.
Efeksamping dapat berupa aplasia sumsum tulang
berkepanjangan, fibrosis paru, bahaya timbulnya leukemia akut
(Bakta, 2007).
2) Kemoterapi Hydroxiurea bersifat efektif dalam mengendalikan
penyakit dan mempertahankan hitung leukosit yang normal pada
fase kronik, tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup
(Hoffbrand, 2005) dan memerlukan pengaturan dosis lebih sering,
tetapi efek samping minimal. Dosis mulai dititrasi dari 500 mg –
2000 mg. Kemudian diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai
leukosit 10.000 – 15.000/mm3. Efek samping lebih sedikit dan
bahaya, keganasan sekunder hampir tidak ada (Bakta, 2007).
3) Inhibitor tirosin kinase. Obat ini sekarang sedang diteliti dalam
percobaan klinis dan tampaknya hasilnya menjanjikan. Zat STI
571 adalah suatu inhibitor spesifik terhadap protein ABL yaitu
tirosin kinase dan mampu menghasilkan respons hematologik
yang lengkap pada hampir semua pasien yang berada dalam fase
kronik dengan tingkat konversi sumsum tulang yang tinggi dari
Ph+ menjadi Ph- (Hoffbrand, 2005).
4) Interferon alfa biasanya diberikan setelah jumlah leukosit
terkontrol oleh hidroksiurea. Pada CML fase kronik interferon
dapat memberikan remisi hetologik pada 80% kasus, tetapi remisi
sitogenetik hanya tercapai pada 5 – 10% kasus (Bakta,
2007;Hoffbrand, 2005).
3. Multiple Myeloma

11
a. Kemoterapi
b. Terapi radiasi. Dalam myeloma, radiasi digunakan terutama untuk
mengobati tumor yang lebih besar, atau untuk mencegah fraktur
patologis tulang myeloma.
c. Pengobatan ditujukan untuk:
1) Mencegah atau mengurangi gejala dan komplikasi
2) Menghancurkan sel plasma yang abnormal
3) Memperlambat perkembangan penyakit.

12
BAB III

KONSEP ASKEP

A. Pengkajian
1. Data demografi
2. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
a. Kemungkinan klien pernah terpajan zat kimiawi atau mendapatkan
pengobatan seperti benjol,arsen,perparat sulfat
b. Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan
kadar ionisaisi yang lebih besar
c. Kemungkin klien pernah menderita demam tinggi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit leokimia tidak diwariskan, tapi sejumlah individu memiliki
faktor predis posisi, misalnya pada kembar satu telur.
3) Riwayat kesehatan sekarang
- Adanya pendarahan seperti, pletke,purpura,epistaksis
- Nyeri sendi dan tulang
- Peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, anokresia, mual , muntah
- Mengeluh tidak enak padaperut dan bab tidak teratur
3. Kebutuhan dasar
1) Pola aktifitas sehari hari
Keletihan, malaeise, kelelahan otot
2) Sirkulasi
- Palpitasi, tachicardia , murmur jantug ,membran mulkosa dan kulit
pucat
- Munculnya tanda-tanda perdarahan serebral

13
3) Eliminasi
- Diare, nyeri tekanan pranal, fases hitam
- Darah pada urin, penurunan haluaran urin

4) Integritas ego
- Perasaan tidak bersdosa, tidak ada harapan
- Depresi, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung
- Perubahan alam perasaan, kacau
5) Makanan dan cairan
- Penurunan nafsu makan
- Mual muntah
- Perubahan rasa kecap, rasa
- Penurunan berat badan
- Disfagia, faringitis
- Distensi apdomen, penurunan bising usus
- Spenomegali, hepatomegali, ikterus
- Stomatitis, hipertropibusi
6) Neuro sensori
- Penurunan kondisi atau kesadaran
- Perubahan dalam perasaan, kacau
- Disorentasi/kurang konsentrasi
- Pusing, kebas, parastesia
- Otot-otot mudah terangsang, kejang
7) Nyeri dan kenyamanan
- Sakit kepala, nyeri abdomen, nyeri sendi dan tulang
- Nyeri tekan pada sternum
- Kram otot
- Gelisah
8) Pernapasan
- Napas pendek, dipsnea, takipneo, ronci, batuk, penurunan bunyi
nafas

14
9) Keamanan
- Gangguan penglihatan, jatuh, injuri, demam, dan infeksi
10) Seksualitas
- Penurunan libido, perubahan siklus menstruasi, menoragia,
inpoten.
4. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah tepi
Gejala yang terlihat berdasarkan kelainan sum-sum tulang yaitu
berupa pensitopenia, limpositosis yang dapat menyebabkan
gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya selblast terdapatnya
leukosit yang imatur
b) Kimia darah
Kolestrol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobinemia.
c) Sum-sum tulang
Hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain
terdesak (aplasia sekunder). Aspirasi sum-sum tulang (BMP) sama
dengan hiperseluler terutama banyak sel-sel muda
2. Pemeriksaan lain
a) Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,
granulosit, pulp cel
b) Lumbal punksi
Yaitu untuk mengambil apakah SSP terinfiltrasi yang dapat terlihat
dari peningkatan jumlah sel patologis dan protein (CSS). Kelainan
ini terdapat terjadi setiap pada perjalanan penyakit baik dalam
keadaan remis atau pada keadaan kambuh
c) Sitogenik
Pemeriksaan pada kromosom baik jumlah maupun morfologisnya

B. Diagnosa Keperawatan

15
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d
anorexsia,mieleise,mual dan muntah, efeksamping kemoterapi dan atau
setomatitis
b. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, anemia

C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi atau
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervesi
keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang di hadapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan
diagnosa yang ada maka dapat di susun rencana keperawatan sebagai berikut
(wong, D.L,2004)

D. Implementasi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anorexsia,mieleise,mual dan muntah, efeksamping kemoterapi dan atau
setomatitis
Tujuan : setelah dilakaukan itervensi keperawatan selama 3x24jam diharapkan
pasien mendapatkan nutrsi yang adekuat
Intervensi :
1. Didorong orang tua yang tetep rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat lansung
dari mual dan mutah serta kemoterapi
2. Izinkan anak memakan makanan yang dapat di toleransi ,rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi,seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intek nutrisi
4. Izinkan anak untu terlibat dalam persiapan dalam pemilihan makan
Rasional : untuk mendorong anak agar mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dalam jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya di toleransi dengan baik

16
6. Dorong pasien untuk makan diet kalori kaya nutrien
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dalam protein yang adikuat
7. Timbang BB ,ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi mall nutrisi protein
kalori,khusunya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan terjadi peningkatan toleransi peningkatan aktivitas.
9. Intervensi:
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan efek ketidak mampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyumbangan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan
atau di butuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan kebutuhan individual
pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional: memaksimalkan sediaan energi untuk tugas keperawatan diri

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


1. Perubahan nutrisi  Didorong orang tua yang  Jelaskan bahwa hilangnya
kurang dari kebutuhan tetep rileks pada saat anak nafsu makan adalah akibat
tubuh yang makan lansung dari mual dan mutah
berhubungan dengan serta kemoterapi
anorexsia,mieleise,mual  Izinkan anak memakan  Untuk mempertahankan
dan muntah, makanan yang dapat di nutrisi yang optimal
efeksamping toleransi ,rencanakan untuk
kemoterapi dan atau memperbaiki kualitas gizi

17
setomatitis pada saat selera makan anak
meningkat
 Berikan makanan yang  Untuk memaksimalkan
disertai suplemen nutrisi kualitas intek nutrisi
gizi,seperti susu bubuk atau
suplemen yang dijual bebas
 Izinkan anak untu terlibat  Untuk mendorong anak agar
dalam persiapan dalam mau makan
pemilihan makan
 Dorong masukan nutrisi  Karena jumlah yang kecil
dalam jumlah sedikit tapi biasanya di toleransi dengan
sering baik

 Dorong pasien untuk makan  Kebutuhan jaringan metabolik


diet kalori kaya nutrien ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan
produk sisa suplemen dapat
memainkan peranan penting
dalam mempertahankan
masukan kalori dalam protein
yang adikuat

 Timbang BB ,ukur TB dan  Membantu dalam


ketebalan lipatan kulit trisep mengidentifikasi mall nutrisi
protein kalori,khusunya bila
BB dan pengukuran
antropometri kurang dari
normal

 Evaluasi laporan kelemahan,  Menentukan derajat dan efek


perhatikan ketidakmampuan ketidak mampuan
untuk berpartisipasi dalam

18
aktivitas sehari-hari

2. Intoleransi aktifitas  Berikan lingkungan  Menghemat energi untuk


berhubungan dengan tenang dan perlu istirahat aktifitas dan regenerasi seluler
kelemahan akibat tanpa gangguan atau penyumbangan jaringan
anemia
 Kaji kemampuan untuk  mengidentifikasi kebutuhan
berpartisipasi pada dan kebutuhan individual
aktivitas yang di inginkan pemilihan intervensi
atau di butuhkan

 Berikan bantuan dalam  Memaksimalkan sediaan


aktivitas sehari-hari dan energi untuk tugas
ambulasi keperawatan diri

E. Evaluasi Keperawatan
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga
dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menentukan
Wilkinson (2007):

19
BAB IV
PENUTUP

A Simpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis
sel yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut,
merupakan leukemia yang paling sering di jumpai pada anak, menggambarkan
kanker dari turunan sel limfosit primitive. Leukemia granulostik adalah
leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil. Leukemia pada orang dewasa
biasanya limfositik kronis atau mielobastik akut. Angka kelangsungan hidup
jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi
berkisar sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada masa
kanak-kanak, merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini
hamper brsifat fatal. Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu
agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin.
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, khususnya perawat yang sering
bersama dengan pasien tentunya harus mampu untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sel darah putih (leukemia). Oleh
karena itu sebagai seorang perawat harus mampu memberikan asuhan
keperawatan untuk mengembalikan kondisi pasien ke keadaan yang lebih
baik.

B Saran
Makalah ini adalah makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan
pasien dengan Leukemia, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pembaca
yang membutuhkan. Makalah ini belum memenuhi kesempurnaan, oleh
karena itu dibutuhkan perbaikan makalah ini agar lebih baik dan lengkap.

20
Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Nanda,


NIC,NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Dina Apriani. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Keganasan. Jakarta :


EGC

Terri Kyle & Susan Carman. 2015. Buku Ajar Pediatrik Vol 1. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai