Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN LEUKIMIA

Kelompok 1 :
1. ELFERA HERNIANSYAH

2. HANANTA ULINUHA AN NIZAR

3. INTAN LIYANA

4. TITI WARTIAH

5. TRI HANDAYANI PUJILESTARI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS (PROGRAM


TRANSFER) FAKULTAS ILMU KESEHATAN – UNIVERSITAS
BHAMADA SLAWI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat, serta penyertaanNya, sehingga makalah asuhan keperawatan
pada pasien Leukimia ini dapat kami selesaikan. Dalam penulisan makalah ini
kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dicermati isinya oleh para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini, maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak
untuk perbaikan di masa yang akan mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Slawi, 4 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………............................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................,.......................................... iii
a. Definisi............................................................................................. 1
b. Etiologi............................................................................................. 1
c. Manifestasi Klinis............................................................................ 2
d. Patofisiologi...................................................................................... 2
e. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 3
f. Komplikasi....................................................................................... 3-4
g. Penatalaksanaan.............................................................................. 4
h. Phatways........................................................................................... 5
i. Pengkajian........................................................................................ 5-6
j. Diagnosa Keperawatan................................................................... 6-7
k. Intervensi.......................................................................................... 7-15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16
A. Definisi

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.

B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia,(Padila : 2013) yaitu :
a. Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
1) Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia.
2) Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.
3) Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom
Hiroshima dan Nagasak di Jepang.
b. Faktor Leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang dapat mempengaruhi frekuensi
leukemia :
1) Racun lingkungan seperti benzena : paparan pada tingkat-tingkat
yang tinggi
dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan leukemia.
2) Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde.
3) Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat
dengan obat-obat
melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari
mengembangkan
leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen
alkylating
dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-tahun
kemudian.
c. Herediter
Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh
kromosom
abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia, yang memiliki
insidensi
leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
d. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia menjadi retrovirus, virus
leukemia feline,
HTLV-1 pada dewasa.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah
sebagai berikut :
 Pilek tidak sembuh-sembuh
 Pucat, lesu, mudah terstimulasi
 Demam dan anorexia
 Berat badan menurun
 Ptechiae, memar tanpa sebab
 Nyeri pada tulang dan persendian
 Nyeri abdomen
 Lumphedenopathy
 Hepatosplenomegaly
 Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)

D. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal
dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertamatama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum
tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis
normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit,
dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi
tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie
dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan
hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran
cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang, (Long, 1996).
E. Pathways
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada
kelainan sumsum tulang, yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang
kadangkadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan
terdapatnya sel blas pada darah tepi yang merupakan gejala leukemia.
2. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem lain
menjadi terdesak (aplasia sekunder). Hiperselular, hampir semua sel
sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan
adanya leukemia gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke
sel
yang matang, tanpa sel antara). Sistem hemopoesis normal mengalami
depresi.
Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam
hitungan 500 sel pada asupan sumsum tulang).
3. Biopsy limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit, pulp cell.
4. Kimia darah
Kolesterol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia.
5. Cairan serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini
menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap
saat dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada
keadaan kambuh.
Untuk mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan pemberian metotreksat
(MTX)
intratekal secara rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka yang
menunjukkan gejala tekanan intracranial yang meninggi.
6. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik
leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surface
marker
guna membedakan jenis leukemia (Desmawati, 2013).

G. Komplikasi
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan
penyebab utama kematian. Pembentukan ginjal, anemia, dan masalah
gastrointestinal merupakan komplikasi lain.
Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit
(trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai dengan memar
(ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar
ujung jarum di permukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan
berat jika jumlah trombositnya turun sampai di bawah 20.000 per mm 3 darah.
Dengan alasan yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam
keadaan terancam infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai
derajat netropenia, sehingga jika granulosit berada dibawah 100/ml darah
sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi imun mempertinggi risiko
infeksi.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian
kemoterapi akan meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan
mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien
memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah kristalisasi asam urat
dan pembentukan batu.
Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke
organ abdominal selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi
anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi mukosa mulut.
H. Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat
yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga
fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3
sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk
menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama
fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ
vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis
untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia
anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik),
asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan
tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi
remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol,
siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan
sel selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).

I. Asuhan Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta
kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri, (UNIMUS, Nurilawati, 2016).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan menurut (UNIMUS, Nurilawati,
2016) terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses keperawatan
yaitu :
1. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda
pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang
samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat
dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan
tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia, (Wong‟s
pediatric nursing 2009).
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi
(leukemia) meliputi :
1) Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan
pendidikan.
2) Identitas penanggung jawab
nama, umur, jenis kelamin, agama,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
3) Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan
perdarahan.
4) Riwayat kesehatan sebelumnya
a. Riwayat kehamilan/persalinan.
b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c. Riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e. Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah
dialami.
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b. Tanda-tanda vital
- TD : Tekanan Darah
- N : Nadi
- P : Pernapasan
- S : Suhu
c. Antropometri
- TB : Tinggi Badan
- BB : Berat Badan
d. Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola
napas, bunyi tambahan ronchi dan wheezing.
e. Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.
f. Sistem Pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau
tidak, palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan
auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h. Sistem Integumen
Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau
tidak.
Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban.
Kuku : Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.
i. Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j. Sistem Pengindraan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
k. Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem
reproduksi.
l. Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan
menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
- Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu
lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau
yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).
- Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus
optikus, penglihatan perifer.
- Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak
mengikuti cahaya.
- Nervus IV (Troklearis) :
Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan
kearah dalam.
- Nervus V (trigemenus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien
merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak
dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda
menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari
samping, sentuh bagian mata yang berwarna dengan
lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks
berkedip dan refleks kornea.
- Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata
secara lateral.
- Nervus VIII (Fasialis) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasiLarutan
manis (gula), Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin)
pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan
meminta anak yang lebih besar untuk tersenyum,
menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi,
(amati bayi ketika senyum dan menangis).
- Nervus VIII (akustikus) :
Uji pendengaran Klien.
- Nervus IX (glosofharingeus) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa
larutan pada lidah posterior.
- Nervus X (vagus) :
Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan
menelan, sentuhkan spatel lidah ke posterior faring
untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf
cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan
menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan
epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah.
- Nervus XI (aksesorius) :
Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan
melawan tahanan, minta anak untuk mengangkat bahu
ketika bahunya ditekan kebawah.
- Nervus XII (hipoglosus) :
Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa
lidah terhadap deviasi garis tengah, (amati lidah bayi
terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan
tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk
mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah
anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji
kekuatannya.
6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Funsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Funsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Hitung darah lengkap :
Menunjukkan normostik, anemia normostik.
Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
Retikulosit : Jumlah biasanya rendah.
Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/ mm).
SDP :
Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan peningkatan SDP
imatur (“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel blast
leukemia.
b) PT/ PTT : Memanjang.
c) LDH : Mungkin meningkat.
d) Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.
e) Muramidase serum (lisozim) :
Penikngkatan pada leukemia monositik Akut dan mielomositik.
f) Copper serum : Meningkat.
g) Zink serum : Menurun.
h) Biopsi sumsum tulang :
SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih darin sel blast,
dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
i) Foto dada dan biospy nodus limfe :
Dapat mengidentifikasi derajat keterlibatan

2. Analisa data (SDKI, 2017)


No Data Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan  Nyeri Kronis  Infiltrasi leukosit
nyeri. jaringan sistemik
DO : pasien tampak (gangguan fungsi
mengeluh kesakitan metabolic)

2 DS : mual,muntah, tidak  Gangguan nutrisi  Perubahan


nafsu makan kurang dari proliferative
DO : intake lebih sedikit kebutuhan tubuh gastrointestinal dan
dari output efek toksik obat
kemoterapi
3 DS : dyspnea /sesak nafas  Pola nafas tidak  Kurangnya suplai
DO: efektif oksigen ke jaringan
1) Penurunan tekanan otak
inspirasi/ ekspirasi.
2) Penurunan
pertukaran udara per
menit.
3) Menggunakan otot
pernafasan tambahan

4 DS : Adanya Dyspnue atau  intoleransi  kelemahan


ketidaknyamanan saat aktivitas
beraktivitas.
DO :
1) Respon abnormal
dari tekanan darah
atau nadi terhadap
aktifitas.
2) Tampak lemah
ketika beraktifitas

3. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri kronis b/d infiltrasi leukosit jaringan sistemik
B. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan
proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
C. Pola nafas tidak efektif b/d kurangnya suplai oksigen ke jaringan otak
D. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.

4. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan
adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada
maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L,2004):
a. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima anak
Intervensi :
1) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan atau keefektifan intervensi
2) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu
non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan
sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu
pemberian atau obat
4) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat
langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan
makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
5) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan
baik
6) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat
memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan
kalori dan protein yang adekuat
7) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein
kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari
normal
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke
otak.
Tujuan : Diharapkan Pola Nafas Kembali Efektif.
Intervensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Rasional : untuk mempertahan pola nafas
2) Auskultasi suara nafas
Rasional : catat jika ada suara nafas tambahan
3) Monitor respirasi dan status O2.
Rasional : untuk mengetahui apakah mengalami syok
4) Pertahankan jalan nafas yang paten.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen
5) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
Rasional : monitoring menerus untuk kepatenan oksigen
6) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR sesudah dan sebelum, selama, dan
setelah aktivitas.
Rasional : untuk mengetahui agar pasien tidak mengalami
penurunan kesadaran
7) Monitor pola pernapasan abnormal
Rasional : untuk mnegetahui kepatenan pernafasan
d. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
tujuan : diharapkan mampu beraktivitas dengan normal.
1) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas.
Rasional : untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebih
2) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
Rasional : tidak adanya pengawasan dari keluarga
3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
Rasional : motivasi keluarga untuk memberikan nutrisi yang
adekuat
4) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan.
Rasional : untuk mengawasi keadaan pasien
5) Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (tacikardi,
disritmia, sesak nafas, pucat, perubahan hemodinamik).
Rasional : memonitor keadaan umum pasien
6) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
Rasional : motivasi keluarga untuk jam tidur pasien yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.

Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie


Fife Wells, 1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.

Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit


Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.

Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993,


Rencana Asuhan Keperawatan, EGC.

Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai
Penerbit

FKUI, Jakarta. 2000. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media aeskulapius


FKUI.

 Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC

Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto
http://bantarmerak64.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-
pada-anak.html
http://delfielizablog.wordpress.com/2012/12/09/15/
http://jilioetamey.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-dengan-
leukemia-pada.html
http://mocos-87.blogspot.com/p/askep-leukimia.html

Anda mungkin juga menyukai