Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

SISTEM HEMATOLOGI

MODUL KEGANASAN DARAH

Tutor : Dr. Pitut Aprilia


Disusun oleh : Kelompok 2
Ketua : Chandrika karisa adhelia
Sekretaris : Laras Asri Fatahani
Anggota :
Afifah
Desy aditya
Didi suryana
Fikri almunawar
Muliana ratna sari
Tiara putri
Tommy prayoga
Zainul fahmi
Wahyu caesar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT akhirnya kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial modul keganasan darah. Laporan ini kami buat berdasarkan tutorial
pembelajaran berbasis masalah (program based learning) yang telah kami laksanakan sebelumnya.

Dalam laporan ini kami membahas dan memecahkan kasus yang telah kami diskusikan
mengenai macam macam penyakit keganasan darah. Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya
milik Allah SWT, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan laporan
ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh narasumber dan fasilitator/tutor kami Dr.
Pitut Aprilia yang telah membimbing kami dalam diskusi sehingga laporan ini dapat tersusun.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Oktober 2013

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Penyakit-penyakit keganasan darah perlu dicermati dalam penegakkan diagnosis,
karena umumnya gejala-gejala yang diperlihatkan hampir sama. Ketelitian dalam
mengumpulkan gejala-gejala dan pemeriksaan pendukung sangat diperlukan. Bila gejala dan
pemeriksaan sudah memenuhi, maka diagnosis dan terapi sudah dapat di lakukan.

I. 2 Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasisiwa diharapkan dapat menjelaskan


tentang diagnosis keganasan darah , penyebab-penyebab keganasan darah, patofisiologi
terjadinyakeganasan darah.

4
BAB II PEMBAHASAN
II. 1 Skenario

Seorang laki-laki umur 42 tahun datang ke puskesmas karena mengeluh sering lelah, sering
berkeringat dimalam hari, dan perut terasa penuh. Terkadang penderita disertai dengan demam
dan epistaksis. Pada pemeriksaan didapatkan pembesaran limpa dan hepar dan kelenjar getah
bening. Laboratorium didapatkan jumlah leukosit 54.000/uL hapusan darah tepi ditemukan sel
muda (blast).

II. 2 Kata kunci

Laki-laki, 42 tahun ;

Sering lelah, berkeringat malam hari dan perut terasa penuh ;

Terkadang demam dan epistaksis ;

Pemeriksaan fisik splenomegali (+), hepatomegali (+) dan limpadenopati (+)


(ORGANOMEGALI) ;

Jumlah leukosit: 54.000/l ( LEUKOSITOSIS );

Hapusan darah tepi ditemukan sel blast.

5
II.3 Analisa Problem

II.4 Idientifikasi masalah

1. Jelaskan definisi, klasifikasi, etiologi, sifat-sifat keganasan darah ?

2. Jelaskan mekanisme lelah dan patomekanisme epistaksis ?

3. Mengapa pada pemeriksaan ditemukan organomegali ?

4. Apakah hubungan demam dengan epistaksis pada skenario?

5. Mengapa terdapat sel muda pada skenario ?

6. Apakah hubungan penigkatan jumlah leukosit dengan ditemukannya sel muda pada apusan
darah tersebut ?

7. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keganasan darah ?

8. Mengapa sering terjadi keringat malam ?

9. Mengapa perut terasa penuh pada skenario ?

10. Jelakaan patofisiologisnya terjadinya keganasan darah ?

11. Jelaskan hubungan jenis kelamin dan usia pada kasus diatas ?

6
12. Apakah differensial diagnosis nya ?

II.5 Klasifikasi jawaban

1. Definisi, klasifikasi, etiologi, dan sifat keganasan darah? 1. Definisi, klasifikasi, etiologi,
dan sifat keganasan darah?

Jawaban :

Definisi:Keganasan adalah proses neoplastik yang mengenai darah dan jaringan pembentuk
darah beserta komponennya

Klasifikasi:

-. Penyakit Limfoproliferatif

a. Leukimia Limfoid Akut dan Kronik

b. Limfoma maligna (lymphomas)

-. Penyakit Mieloproloferatif

a. Leukimia mieloid akut dan kronik

b. Penyakit mieloproliferatif lain : Polisitemia vera, mielosklerosis dengan mieloid metaplasia,


thrombositemia esensial

-. Penyakit Imunoproliferatif

a. Mieloma multiple

b. Makroglobulinemia waldenstrom

Sifat-sifat:

1. Monoklonalitas: Seluruh sel-sel ganas berasal dari mutasi neoplastik satu buah sel.

2. Progresi klonal: Sel ganasmempunyai keunggulan poliferatif dibandingkan dengan


sel normal sehingga pertumbuhannya lebih progresif.

3. Dominasi klonal: Pada fase selanjutnya, klon sel ganas akan mendominasi klon sel
normal

4. Kepunahan klon normal: Klon sel normal sangat tertekan sehingga akan menghilang
sama sekali.

5. Instabilitas genetik: Sifat genetik sel ganas ini tidak stabil sehingga terus menerus
terjadi perubahan kromosom yang akan mempengaruhi sifat keganasan sel tersebut.

Etiologi Keganasan Darah

7
1. Faktor-faktor etiologi yang diperkirakan bertanggung jawab ialah :

a.Environtmental agent yang merusak DNA antara lain:

-. Ionizing radiation

-. Bahan kimia: benzen, dll

-. Obat-obat: alkylating agent dll

b. Virus :

-. HTLV(Human T-Cell Lymphotropic Virus) untuk T-cell leukimia

-. Epstein Barr virus untuk Limfoma Burkitt

2. Faktor predisposisi yang mempermudah timbulnya proses keganasan

a.Kelainan kromosom:

-. Anemia Fanconi, sindroma down

b. Defek imunologik:

-. Bawaan: Chediac Higashi, Wiskott Aldrich

-. Didapat: Infeksi HIV/AIDS, pemakaian imunosupresif

c. Defek hematologik:

-. Sindroma mielodisplastik

-. Penyakit mieloproliferatif

3. Mengapa pada pemfis ditemukan organomegali?

Karena, pada keadaan patologis hemopoesis terjadi di luar sumsum tulang terutama di lien
(hematopoiesis ekstrameduler). Sel induk yang paling primitif (stem cell pluripotent) bersifat
memperbaiki diri, tidak habis meskipun terus membelah (self renewal) mampu memperbanyak diri
(proliferatif) dan mampu mematangkan diri (diferensiatif).

Sel leukemia juga tumbuh pada jaringan hemopoetik primitif (ekstrameduler) sehingga
menimbulkan pembesaran hati, limfa dan KGB. Yang merupakan tempat pembentukan limfosit.
Pembesaran ini pun terjadi akibat dari infiltrasi leukosit pada organ sehingga terjadi penumpukan,
selain itu juga karena meningkatnya kerja organ-organ ini dalam memproduksi leukosit (limfosit).

4. Apa hubungan demam dengan epistaksis ?

Keluhan sering demam dikaitkan dengan leukopenia(berkurangnya jumlah leukosit


dalam darah dibawah 5000/mm3) yang menyebabkan tubuh lebih mudah terkena infeksi.
Leukosit merupakan komponen sel darah yang berfungsi sebagai agen pertahanan tubuh

8
terhadap benda asing yang masuk baik bakteri, virus dan jamur. Sehingga, jika terjadi defisit
dari leukosit, maka pertahanan tubuh terhadap benda asing itu akan berkurang. Akibatnya
tubuh akan rentan terhadap infeksi benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Mimisan(Epistaksis) yang terjadi dikaitkan dengan terjadinya trombositopenia, yakni


defisiensi dari trombosit. Trombositopenia atau menurunnya jumlah trombosit dalam
sirkulasi darah akan memperpanjang waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya
perdarahan dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh sehingga dapat terjadi epistaksis
pada keadaan trombositopenia. Selain itu, tubuh akan rentan terhadap gejala-gejala
perdarahan seperti:
a) Ekimosis dan petekie (pendarahan di dalam kulit)
b) Epistaksis (perdarahan hidung)
c) Perdarahan saluran cerna
d) Perdarahan saluran kemih dan kelamin
e) Perdarahan sistem saraf pusat
5. Mengapa terdapat sel muda pada skenario ?
adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel seri
mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di
sumsum tulang. Akumulasi Blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan
gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan mengakibatkan sindrom
kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome).
sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar
sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan
lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan segala
akibatnya.

6. Apakah hubungan penigkatan jumlah leukosit dengan ditemukannya sel muda pada
apusan darah tersebut ?

7. Faktor - faktor penyebab kanker

Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab kanker dapat
merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada beberapa
faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :

Faktor keturunan

Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya. Jenis kanker yang cenderung

9
diturunkan dalam keluarga adalah kanker payudara, kanker indung telur, kanker kulit dan
kanker usus besar. Sebagai contoh, risiko wanita untuk menderita kanker meningkat 1,5 s/d 3
kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita kanker payudara.

Faktor Lingkungan

- Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru - paru, mulut, laring (pita
suara), dan kandung kemih.
- Sinar Ultraviolet dari matahari
- Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgen dihasilkan
dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang bisa menjangkau jarak yang
sangat jauh. Contoh, orang yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada
Perang Dunia II, berisiko tinggi menderita kanker sel darah, seperti Leukemia.

Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.

Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker
pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah :
- Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya
kanker lambung
- Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker
kerongkongan.
- Zat pewarna makanan
- Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti:
kerang, ikan, dsb.
- Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.

Virus

Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker antara lain :


- Virus Papilloma menyebabkan kutil alat kelamin (genitalis) agaknya merupakan salah satu
penyebab kanker leher rahim pada wanita.
- Virus Sitomegalo menyebabkan Sarkoma Kaposi (kanker sistem pembuluh darah yang
ditandai oleh lesi kulit berwarna merah)
- Virus Hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati.
- Virus Epstein - Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini
menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan
genetik.
- Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan limfoma dan kanker darah
lainnya.

Infeksi

- Parasit Schistosoma (bilharzia) dapat menyebabkan kanker kandung kemih karena


terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Namun penyebab iritasi menahun lainnya
tidak menyebabkan kanker.
- Infeksi oleh Clonorchis yang menyebabkan kanker pankreas dan saluran empedu.
- Helicobacter Pylori adalah suatu bakteri yang mungkin merupakan penyebab kanker
lambung, dan diduga bakteri ini menyebabkan cedera dan peradangan lambung kronis
sehingga terjadi peningkatan kecepatan siklus sel.

Faktor perilaku

10
- Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung lemak dan daging yang diawetkan juga peminum minuman beralkohol.
- Perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan sering berganti ganti
pasangan.

Gangguan keseimbangan hormonal

Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung mendorong


terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang
berlebihan. - Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan
progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker payudara, kanker leher rahim, kanker
rahim dan kanker prostat dan buah zakar pada pria.

Faktor kejiwaan, emosional

Stres yang berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh. Keadaan tegang
yang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat
menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker.

Radikal bebas

Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai electron bebas
yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya. Sumber - sumber radikal bebas yaitu :
1. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolisme.
2. Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari makanan ,
minuman, udara yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari.
3. Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan (berdampak
pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stress berlebihan, baik stress secara
fisik, psikologis,maupun biologis.

8. Mekanisme terjadinya keringat malam

Keganasan atau peningkatan poliferasi sel, membutuhkan energi yang banyak, sehingga
terjadi hipermetabolik (katabolisme tubuh meningkat) maka produksi panas tubuh pun ikut
meningkat, karena produksi panas tubuh meningkat maka terjadilah vasodilatasi pembuluh
darah perifer sehingga terjadilah pengeluaran keringat berlebih.

9. Mekanisme perut terasa penuh ?

Akumulasi sel blast pada sumsum tulang keluar ke aliran darah

Infiltrasi pada organ-organ

Limpa, hepar, KGB

11
Limfadenopati, hepatomegali, splenomegali

Mendesak lambung

Perut terasa penuh dan cepat kenyang

10. Jelaskaan patofisiologisnya terjadinya keganasan darah ?

11. Jelaskan hubungan jenis kelamin dan usia pada kasus diatas ?

Leukemia lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan, banyak dijumpai juga pada orang kulit
putih dari pada kulit hitam.

Untuk faktor usia tergantung diagnosis penyakitnya

1. Leukemia limfoid akut (Acute lymphoid leukaemia)


Biasanya pada anak-anak karena disebabkan oleh limfosit yang belum matang.

2.Leukemia limfoid kronik (Chronic lymphoid leukaemia)

biasanya pada orang dewasa

3) Leukemia mieloid akut (Acute myeloid leukaemia)

12
biasanya pada orang dewasa dan bisa juga pada remaja.

Penyakit ini menghasilkan sel myeloid yang masih muda dalam jumlah yang berlebihan
sehingga menyebabkan berkurangnya sel myeloid yang matang.

4) Leukemia mieloid kronik (Chronic myeloid leukaemia)

Jarang di usia dibawah 20 tahun

12. Apakah differensial diagnosis nya ?

Leukimia limfoblastik akut

Adalah keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid.

EPIDEMIOLOGI

Insidensi LLA adalah 1/60.000 orang per tahun dengan 75% pasien > 15 tahun.

Leukemia paling banyak pada anak-anak pada usia 3-5 tahun

Lebih banyak pada pria dibanding wanita

Saudara kandung pasien LLA mempunyai resiko 4x lebih besar untuk berkembang menjadi
LLA

Kembar monozigot dari pasien LLA mempunyai resiko 20% untuk berkembang menjadi LLA

Lebih dari 80% kasus sel-el ganas berasal dari limfosit B dan sisanya merupakan leukimia sel
T.

ETIOLOGI

Penyebab LLA pada dewasa sebagian besar tidak diketahui.

Faktor keturunan dan sindroma predisposisi genetik lebih berhubungan dengan LLA pada
anak.

Beberapa faktor lingkungan dan kondisi klinis yang berhubungan dengan LLA adalah :

a. Radiasi kronik ;

b. Paparan dengan benzena kadar tinggi ;

c. Merokok ;

d. Obat kemoterapi ;

e. infeksi virus apsstein Barr ;

13
f. Pasien dengan sindrom Down dan Wiskon aldrich .

Klasifikasi morfologi
Klasifikasi imunologi the French American
British

Prekursor B acute L1
Lymphoblastik Leukemia
(ALL)- 70% ; common ALL
(50%) ; null ALL ; pre B ALL.
L2

T- ALL (25%)
L3

B- ALL (5%)

GAMBARAN KLINIS

1. Anemia ;

2. Anoreksia ;

3. Nyeri tulang dan sendi ;

4. Demam, banyak berkeringat (gejala hipermetabolisme) ;

5. Infeksi mulut, saluran nafas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis ;

6. Perdarahan kulit, perdarahan gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak ;

7. Hepatomegali ;

8. Splenomegali ;

9. Limfadenopati ;

10. Massa di mediastinum ;

11. Leukemia sistem saraf pusat ;

12. Keterlibatan organ lain.

Gambaran laboraturium

1. Hitung darah lengkap (Complete Blood Count) dan Apus Darah Tepi

14
2. Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang

3. Sitokimia

4. Imunofenotip (dengan sitometri arus/Flow cytometry)

5. Sitogenetik

6. Biologi molekular

Pendekatan diagnosis LLA dewasa :

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan Laboratorium

4. Foto toraks atau computed tomography

5. Pungsi lumbal

6. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang

Diagnosis banding

- Limfositosis, limfadenopati dan hepatosplenomegali yang berhubungan dengan infeksi virus dan
limfoma

- Anemia aplastik

Sebelum terapi dimulai harus diperhatikan hal-hal berikut dari pasien :

1. Metabolik

2. Infeksi

3. Hematologik

Terapi LLA dibagi menjadi :

1. Terapi induksi remisi

2. Terapi intensifikasi atau konsolidasi

3. Profilaksis SSP

4. Pemeliharaan jangka panjang

Pilihan terapi dan pengelolaan baru untuk LLA dewasa :

1. Terapi molekular

2. Terapi antibodi

15
3. Transplantasi sumsum tulang non-mieloablasi

4. Evaluasi minimal residual disease (MRD)

5. Analisis microarray

Prognosis

Kebanyakan pasien LLA dewasa dapat mencapai remisi tapi tidak sembuh dengan kemoterapi saja,
dan hanya 30 % yang bertahan hidup lama. Kebanyakan pasien yang sembuh dengan kemoterapi
adalah usia 15-20 tahun dengan faktor prognostik baik lainnya. Harapan sembuh untuk pasien LLA
dewasa lainnya tergantung dari terapi yang lebih intensif dengan transplantasi sumsum tulang.
Overall disease-free survival rate untuk LLA dewasa kira-kira 30 %. Pasien usia >60 tahun mempunyai
disease-free survival rate 10 % setelah remisi komplit

Leukemia Limfositik Kronik

Definisi
suatu keganasan hematologik yang ditandai oleh proliferasi klonal dan penumpukan limfosit B
neoplastik dalam darah, sumsum tulang, limfonodi, limpa, hati dan organ-organ yang lain.

Epidemiologi
1. Umumnya usia tua ,55-65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50 tahun.
2. Laki-laki > wanita , (2,8 : 1)
3. Negara barat 3/100.000
4. Populasi geriatri, insidens diatas usia 70 sekitar 50/100.000
5. Kebanyakan RAS Kaukasia dan berpendapatan menengah.
6. Beberapa pasien dengan LLK mempunyai masa hidup normal dan yang lain meninggal dalam
waktu 5 tahun setelah diagnosis.

Etiologi
Penyebab LLK masih belum diketahui, kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas kromosom,
onkogen dan retrovirus (RNA tumor virus).

Gejala & Tanda Klinis


Keringat malam, kelelahan, demam, pembesaran kelenjar getah bening sifatnya simetris dan
volumenya,splenomegali, hepatomegali lebih jarang, infeksi bakteri dan jamur sering ditemukan
pada stadium lanjut karena terjadi defisiensi imun (herpes zoster dan pruritus).

Pemeriksaan penunjang
Darah tepi :
a. limfositosis 30.000-300.000/ mm3 (sebagian besar terdiri atas limfosit kecil).
b. anemia normokromik normositer
c. trombositopenia sering dijumpai
d. sering disertai basket cell atau smudge cell

16
Aspirasi sumsum tulang memperlihatkan adanya penggantian elemen sumsusm tulang oleh limfosit.
Infiltrasi (small well differentiated lymphocyte) difus, dengan limfosit merupakan 25-95% dari sel
sumsum tulang.
Pemeriksaan immunophenotyping: pemeriksaan ini penting untuk membedakan jenis leukemia
kronik seri limfoid.

Diagnosis
Diagnosis LLK menurut International Workshop on CLL (1989) adalah:
1. Limfositosis >5109 / selama 4 minggu atau lebih;
2. Sel dengan kappa atau lambda light chain;
3. Low density cell surface antigen dan CD5 antigen positif;
4. Limfosit matang yang disertai tidak lebih dari 50% sel limfosit; atopik atau imatur
5. Sumsum tulang dengan > 30% limfosit

Komplikasi
- Anemia hemolitik autoimun
- Trombositopeni autoimun
- Infeksi
- Bertansformasi menjadi limfoma sel besar (sindrom richter)
- Hipogamaglobulinemi

Penatalaksanaan
Obat-obatan yang dapat diberiakan:
chlorambucil 0.1-0.3 mg/kg BB sehari /oral. 4-6 mg/hari atau 6mg/2 , biasanya diberikan selama 2-
4bulan.
Kortikosteroid sebaiknya baru diberikan bila terdapat AIHA atau trombositopenia atau demam,
tanpa sebab infeksi.
Radioterapi dengan menggunakan sinar X kadang-kadang menguntungkan bila ada keluhan
pendesakan karena pembengkakan KGB setempat
Splenektomi.

Prognosis
Banyak pasien dalam stadium Binet A atau RAI O atau 1 yang tidak pernah memerlukan terapi.
Sebenarnya, wanita usia 60 tahun atau lebih yang menderita stadium RAI O mempunyai harapan
hidup yang sama dengan populasi kontrol.
Penyakit ini dapat bertransformasi menjadi limfoma derajat tinggi yang terlokalisasir (transformasi
Ritcher) atau mungkin terdapat peningkatan jumlah limfosit yang resisten terhadap pengobatan.

SINDROM MIELODISPLASTIK

PENDAHULUAN

Sindroma mielodisplastik (SDM) primer adalah suatu sindrom yang di tandai oleh displasi dari sistem
hemopoetik (dysmyelopoesis, dyserthoropoesis, dan dysthrombopoesis), disertai dengan gangguan
maturasi dan diferensiasi yang sebelumnya belum diketahui. Jika penyebabnya diketahui disebut

17
SDM sekunder, misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat, pengobatan sitostatik, dan
sebagainya.

SDM pada umumnya terjadi pada usia lanjut dengan rerata umur 60-75 tahun; laki-laki sedikit lebih
sering daripada perempuan dan penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui.

SDM primer ini meliputi penyakit-penyakit yang sebelumnya disebut sebagai preleukemia,
smouldering leukemia, oligoblastic leukemia, hemopoetic dysplasia, sindrom mielodisplastik, primary
acquired sideroblastic anemia. Manifestasi klinisnya disebabkan karena adanya sitopeni, , yaitu
perdarahan karena trombopeni, dan adanya granulositopeni dengan segala akibatnya.

MANIFESTASI KLINIS

SDM sering ditemukan pada pasien usia lanjut antara umur 60-75 tahun, dan pada sebagian kasus
pada umur < 50 tahun; laki-laki sedikit lebih sering daripada perempuan. Keluhan dan gejala secara
umum lebih dikaitkan dengan adanya sitopenia. Umumnya pasien datang dengan keluhan cepat
lelah, lesu yang disebabkan anemia. Perdarahan karena trombositopenia dan infeksi atau panas yang
dikaitkan dengan leukopenia/neutropeni juga dapat menjadi keluhan pasien walaupun sedikit
kurang sering. Pada sebagian kecil dan sangat jarang dari pasien terjadi splenomegali atau
hepatomegali.

DIAGNOSIS

Diagnosis SDM dipertimbangkan untuk setiap pasien dewasa yang disertai gejala-gejala sebagai
berikut :

Anemi, perdarahan dan febris yang tidak jelas sebabnya dan refrakter terhadap pengobatan.

Pemeriksaan darah tepi menunjukkan adanya sitopeni dari satu atau lebih sistem darah.

Adanya sel-sel muda blas dalam jumlah sedikit (< 30%) dengan atau tanpa monositosis darah tepi.

Sumsum tulang dapat hipo, normo, atau hiperselular dengan disertai displasi sistem hemopoesis
(perubahan megaloblastik, peningkatan ringan sel-sel blas dan sebagainya)

Sebenarnya untuk diagnosis SDM perlu dibantu dengan pemeriksaan pembiakan sel-sel sumsum
tulang dan pemeriksaan sitogenetik. Sitogenetik sumsum tulang dapat memberikan informasi
prognosis dan adanya abnormalitas kromosom yang merupakan kunci untuk membedakan SDM
primer dan sekunder. Kromosom abnormal sumsum tulang ditemukan pada 30 50 % pasien SDM
de novo. Berbagai kelainan sitogenetik pada SDM termasuk delesi, trisomi, monosomi dan anomali
struktur.

TATA LAKSANA

18
Beberapa regimen terapi telah digunakan pada pasien SDM, tetapi sebagian besar tidak efektif di
dalam merubah perjalanan penyakitnya. Karena itu pengobatan pasien SDM tergantung dari usia,
berat ringannya penyakit dan progresivitas penyakitnya. Pasien dengan klasifikasi RA dan RAEB pada
umumnya bersifat indolent sehingga tidak perlu pengobatan spesifik, cuma suportif saja.

Cangkok Sumsum Tulang (Bone Marrow Transplatation)

Cangkok sumsum tulang alogenik merupakan pengobatan utama pada SDM terutama dengan usia <
30 tahun, dan merupakan terapi kuratif, tetapi masih merupakan pilihan < 5% dari pasien.

Kemoterapi

Pada fase awal dari SDM tidak dianjurkan untuk diberikan kemoterapi, umumnya diberikan pada tipe
RAEB, RAEB-T, CMML. Sejak tahun 1968 pengobatan ARA-C dosis rendah yang diberikan pada pasien
SDM dapat memberikan response rate antara 50 75 % dan respons ini tetap bertahan 2 14 bulan
setelah pengobatan. Dosis ARA-C yang direkomendasikan adalah 20 mg/m2/hari secara drip atau 10
mg/m2/hari secara subkutan setiap 12 jam selama 21 hari.

GM-CSF atau G-CSF

Pada pasien SDM yang mengalami pansitopeni dapat diberikan GM-CSF atau G-CSF untuk
merangsang diferensiasi dari hematopoetic progenitor cells. GM-CSF diberikan dengan dosis 30
500 mcg/m2/hari atau G-CSF 50 1600 mcg/m2/hari (0,1 0,3 mcg/kgBB/hari/subkutan) selama 7
14 hari.

Lain-lain

Piridoksin, androgen, danazol, asam retinoat dapat digunakan untuk pengobatan pasien SDM.
Piridoksin dosis 200 mg/hari selama 2 bulan kadang-kadang dapat memberikan respon pada tipe
RAEB walaupun sangat kecil. Danazol 600 mg/hari/oral dapat memberikan response rate 21 33 %
setelah 3 minggu pengobatan.1

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko untuk berkembangnya MDS antara lain :

Usia. Studi populasi di Inggris menemukan bahwa secara kasar insiden meningkat dari 0,5 dalam
100.000 populasi yang berusia dibawah 50 tahun menjadi 89 dalam 100.000 populasi pada orang
yang berusia 80 tahun atau lebih.

Predisposisi genetik : Sindrom familial telah dilaporkan, namun jarang.

Paparan lingkungan : Khususnya dengan Benzene dan pelarut kimia lainnya.

Terapi sebelumnya :Termasuk pengobatan radiasi dan agen kemoterapi lainnya.

19
PROGNOSIS DAN INDIKATOR PROGNOSIS

Pada sebagian besar SDM mempunyai perjalanan klinis menjadi kronis dan secara bertahap terjadi
kerusakan pada sitopeni. Survival sangat bervariasi dari beberapa minggu sampai beberapa tahun.
Kematian dapat terjadi pada 30 % pasien yang progresif menjadi AML (Acute Myelogenic Leukemia)
atau bone marrow failure.

Indikator prognosis yang baik pada MDS :

Usia lebih muda

Normal atau berkurangnya trombosit dan neutrofil dalam jumlah sedang

Jumlah sel blas yang rendah pada sumsum tulang (< 20 %) atau tidak dijumpainya sel blas di
dalam darah

Indikator prognosis yang buruk pada MDS :

Usia lanjut

Neutropenia dan trombositopenia yang berat

Jumlah blas yang tinggi pada sumsum tulang (20 29 %) dan dijumpai sel blas di dalam darah

Tidak ditemukannya kumpulan sideroblas

20
21
BAB II pembahasan

22
BAB III PENUTUP

23

Anda mungkin juga menyukai