BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah sejenis penyakit pertumbuhan yang berlebihan, dari sel jaringan
tubuh yang asalnya normal berubah menjadi tidak normal dan bersifat ganas. Sel-sel
tersebut tidak terkontrol dan tidak terbentuk. Kanker dapat menyerang bagian tubuh
siapa saja baik itu bayi, anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini penyebab kanker
Jenis kanker yang paling sering terjadi pada anak – anak adalah leukemia (kanker
darah), tumor otak, retinoblastoma, kanker kelenjar getah bening, tumor Wilms,
banyak dijumpai dan menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak di Indonesia,
namun penanganan kanker tersebut masing sangat lambat. Itulah sebabnya lebih dari
60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis seringkali sudah memasuki
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum
tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-
sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel
leukosit. Leuksit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan
fungsinya menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah
merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik
(Wong, 2008).
1
2
satu jenis leukemia, dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid
(ditemukannnya sel mieloid: granulosit, monosit imatur yang berlebihan). AML meliputi
terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, sering disertai bentuk leukosit yang lain
dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan hipertrofi ginggiva,
kloroma spinal (lesi massa), lesi nekrotik atau ulserosa perirekal, hepatomegali dan
insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di
Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun (Supriatna,
2002). Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama
bulan Agustus-Desember tahun 2006 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33
penderita leukemia, dengan 10 orang menderita AML (40% ) dan 15 orang menderita
Yayasan Onkologi Anak Indonesia/ YOAI (2006) menyebutkan, setiap tahun ada
4.100 anak terkena kanker. Leukemia bisa menyerang anak dari berbagai golongan umur,
mulai dari anak balita hingga menjelang dewasa muda, bahkan orang dewasa. Pada anak,
leukemia bahkan bisa terjadi sejak anak dilahirkan. Penyakit leukemia ini bisa
disembuhkan jika diketahui pada stadium dini, namun kebanyakan orang tua baru
membawa anaknya berobat kerumah sakit saat sudah mencapai stadium lanjut yakni
stadium dua dan tiga. Pengobatan penyakit leukemia ini membutuhkan waktu yang
cukup lama. Paling cepat lima tahun bahkan bisa lebih jika saat ditemukan sudah
3
mencapai stadium tiga. Pengobatannya sendiri merupakan kombinasi antara lain operasi,
Non Infeksi diketahui bahwa jumlah penderita leukemia pada anak saat ini menempati
posisi 1 di ruangan tersebut, jumlah ini didapat dari keseluruhan anak yang sedang
penderita AML sendiri dalam 3 bulan terakhir berjumlah sebanyak 5 orang. Berdasarkan
(myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML), karena AML merupakan salah satu
penyakit keganasan yang berkaitan dengan system imunologi. Adapun system imunologi
ini adalah sub pokok bahasan penting dalam Mata Kuliah Praktik Profesi Keperawatan
Anak. Penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai topik penulisan makalah
(myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) di Merak 1 Non Infeksi RSUD Arifin
B. Rumusan Masalah
penderita leukemia tidak dapat diperkirakan setiap tahunnya. AML ini seringkali diderita
oleh anak berusia 3-4 tahun (80%), hal ini jelas nantinya tidak hanya akan menjadi
sebagai suatu masalah kesehatan namun dikhawatirkan juga akan mempengaruhi tahapan
tumbuh kembang pada anak. Untuk itu penulis ingin melakukan asuhan keperawatan
mengenai AML di ruangan Merak 1 Non Infeksi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
dengan AML di Ruangan Merak 1 Non Infeksi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
b. Tujuan Khusus
pasien
5
D. Manfaat Penelitian
AML
Sebagai bahan informasi dan bahan bacaan khususnya tentang masalah AML dan
sebagai motivasi bagi tenaga kesehatan di RSUD Arifin Achmad dalam upaya
3. Bagi penulis
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan serta menambah ilmu dan wawasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
dan basa; mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas
tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk mendistribusikan ke seluruh
2. Fungsi Darah
Menurut Evelyn 2002 fungsi darah adalah sebagai alat pengangkut, sebagai
a. Bekerja dari system transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia,
oksigen dan zat kimia yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya
dapat dijalankan dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lainnya.
c. Sel darah putih menyediakan banyak baha pelindung dank arena grrakan
fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh dari serangan bakteri.
menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima
e. Harmoni dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
6
7
3. Bagian-bagian Darah
kenyal sehingga bisa berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang sudah
(Syaifuddin, 2003)
Sel darah merah atau eritrosit berupa saluran kecil, cembung pada kedua
sisinya sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang
Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar 2X sel darah
merah, tetapi jumlahnya lebih kecil (Evelyn, 2002). Bentuknya bening dan tidak
berwarna ukurannya lebih besar dari pritosit, dapat berubah-rubah dan bergerak
tulang, sebaliknya limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ
limfogen termasuk kelenjar limpa, limpa kelenjar timus forsit dan sisa limfoid
c. Trombosit
Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah.
macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong, warnanya putih. Trombosit
terkecil dari sel besar. Trombosit dibuat di susunan tulang, paru-paru dan limpa
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang di dalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan
tua.Fungsi darah adalah sebagai alat pengangkut, sebagai pertahanan tubuh dan
Darah terdiri dari dua bagian, yaitu sel darah yang terdiri dari eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (pembeku darah) dan plasma darah.Eritrosit
berfungsi untuk mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan
Leukosit berfungsi untuk membunuh bibit penyakit yang masuk ke tubuh dan sebagai zat
pengangkut zat lemak dari dinding unsur melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Trombosit berfungsi dalam pembekuan darah.Plasma darah sebagian besar terdiri dari air
dan zat-zat di dalamnya misalnya zat makanan, hormon anti body dan lain-lain
(Syaiffudin,2005).
1. Anatomi Fisiologi
macam bahan yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari Leukosit (sel darah
putih) dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit. Pertahanan tubuh melawan
infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau sel darah putih. Jumlah normal sel
darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm³. Lima jenis sel darah putih yang
sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: netrofil (62,0%) dari total),
9
eosinofil (2,3%); basofil (0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%). Leukosit ini
sebagian dibentuk dalam sum-sum tulang belakang (granulosit dan monosit dan
sebagian limfosit). Granulosit dan monosit hanya ditemukan dalam sum-sum tulang.
Limfosit dan sel plasma diproduksi dalam berbagai organ limfogen, termasuk
kelenjar limfe, limpa, timus tonsil dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja
dan dalam tubuh, terutama dalam sum-sum tulang dan plak Peyer di bawah epitel
dinding usus. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai
bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih adalah
bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus kedaerah yang terinfeksi dan mengalami
peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap
adalah 4-8 jam dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada
keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan seringkali berkurang
sampai hanya beberapa jam, karena granulosit dengan cepat menuju daerah infeksi,
melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri
dimusnahkan. Monosit juga mempunya masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam,
jaringan. Begitu masuk kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya
menjadi besar sekali untuk menjadi magrofag dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut
dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik. Trombosit dalam darah akan diganti
kira-kira setiap 10 hari atau dengan kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira 30.000
a. Granulosit
diameter 10-12 µm, dengan demikian lebih besar daripada eritrosit. Dengan
b. Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan menempati
c. Monosit
Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 µm, dengan nucleus oval atau
d. Trombosit
Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan hidup
2. Defenisi
hematopoietik yang mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan
pada sel-sel darah merah namun sangat jarang . Sehingga terjadi ekspansi progresif
dari kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik dan mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal lainnya
(Gale, 2000).
11
dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
mieloid. Bila tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat
dalam waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis. Sebelum tahun 1960
pengobatan AML terutama bersifat paliatif, tetapi sejak sekitar 40 tahun yang lalu
pengobatan penyakit ini berkembang secara cepat dan dewasa ini banyak pasien AML
yang dapat disembuhkan dari penyakitnya. Kemajuan pengobatan AML ini dicapai
dengan regimen kemoterapi yang lebih baik, kemoterapi dosis tinggi dengan
dukungan cangkok sumsum tulang dan terapi suportif yang lebih baik seperti
antibiotik generasi baru dan transfusi komponen darah untuk mengatasi efek samping
3. Etiologi
Penyebab Akut Limfoblastik Leukimia (AML) sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan,
yaitu:
a. Faktor Predisposisi
2) Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti. Sel leukemia
virus). Limfoma Burkitt, yang diduga disebabkan oleh virus EB, dapat
3) Radiasi ionisasi
Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada ibu selama
leukomogenik untuk AML. Selain itu radiasi ionik juga diketahui dapat
kasus leukemia, termasuk AML, pada orang-orang yang selamat bom atom di
Hirosima dan Nagasaki pada 1945. Efek leukomogenik dari paparan ion
radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5 tahun sesudah pengeboman dan
4) Herediter
Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama pada kembar
monozigot.
5) Obat-obatan
b. Faktor Lain
1) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
4) Faktor lain yang dapat memicu terjadinya AML adalah pengobatan dengan
kemoterapi sitotoksik pada pasien tumor padat. AML akibat terapi adalah
multipel, kanker payudara, kanker ovarium, dan kanker testis. Jenis terapi
yang paling sering memicu timbulnya AML adalah golongan alkylating agent
4. Patogenesis
proses diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat
terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi Blast di dalam sumsum tulang
anemia akan menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat akan
termausk infeksi oportunis dari flora normal bakteri yang ada di dalam tubuh manusia.
Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar
sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan
lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan segala
myeloblast merupakan prekursor belum matang myeloid sel darah putih, sebuah
myeloblast yang normal secara bertahap akan tumbuh menjadi sel darah dewasa putih.
14
Namun, dalam AML sebuah myeloblast tunggal akumulasi perubahan genetik yang
"membekukan" sel dalam keadaan imatur dan mencegah diferensiasi. Seperti mutasi
hasilnya adalah pertumbuhan tidak terkendali dari klon belum menghasilkan sel, yang
sepanjang jalur diferensiasi. Skema klasifikasi modern untuk AML mengakui bahwa
karakteristik dan perilaku dari sel leukemia (dan leukemia) mungkin tergantung pada
pada banyak pasien dengan AML, jenis kelainan kromosom sering memiliki makna
menghasilkan protein fusi PML-RARα yang mengikat ke reseptor unsur asam retinoat
myeloid. Klinis tanda dan gejala hasil AML dari kenyataan bahwa, sebagai klon
perkembangan sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Hal ini menyebabkan
5. Manifestasi Klinik
Berbeda dengan anggapan umum selama ini, pada pasien AML tidak selalu
dijumpai leukositosis. Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus AML, sedang 15%
15
pasien mempunyai angka leukosit yang normal dan sekitar 35% mengalami
netropenia. Meskipun demikian, sel-sel blast dalam jumlah yang signifikan di darah
tepi akan ditemukan pada 85% kasus AML. Oleh karena itu sangat penting untuk
memeriksa rincian jenis sel-sel leukosit di darah tepi sebagai pemeriksaan awal, untuk
Tanda dan gejala utama AML adalah adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi
disebutkan di atas. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia
yang sering dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa epistaksis, perdarahan gusi
dan retina. Perdarahan yang lebih berat jarang terjadi kecuali pada kasus yang disertai
dengan DIC. Kasus DIC ini pling sering dijumpai pada kasus AML tipe M3. Infeksi
sering terjadi di tenggorokan, paru-paru, kulit dan daerah peri rektl, sehingga organ-
organ tersebut harus diperiksa secara teliti pada pasien AML dengan demam.
Pada pasien dengan angka leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100
aliran pembuluh darah vena maupun arteri. Gejala leukositosis sangat bervariasi,
tergantung organ yang di infiltrasi. Infiltrasi sel-sel blast di kulit akan menyebabkan
leukemia kutis yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa rasa sakit,
sedang infiltrasi sel-sel blast di jaringan lunak akan menyebabkan nodul di bawah
kulit (kloroma). Infiltrasi sel-sel blast di dalam tulang akan meninbulkan nyeri tulang
yang spontan atau dengan stimulasi ringan. Pembengkakkan gusi sering dijumpai
sebagai manifestasi infiltrasi sel-sel blast ke dalam gusi. Meskipun jarang, pada AML
16
juga dapat dijumpai infiltrasi sel-sel blast ke daerah menings dan untuk penegakan
diagnosis diperlukan pemeriksaan sitologi dari cairan serebro spinal yang diambil
6. Pemeriksaan Penunjang
morfologi sel dan pengecatan sitokimia. Seperti sudah disebutkan, sejak sekitar dua
dan pengecatan sitokimia, gabungan ahli hematologi Amerika, Perancis dan Inggris
pada tahun 1976 menetapkan klasifikasi AML yang terdiri dari 8 subtipe (M0 sampai
dengan M7). Klasifikasi ini dikenal dengan nama klasifikasi FAB (French American
British). Klasifikasi FAB hingga saat ini masih menjadi diagnosis dasar AML.
Pengecatan sitokimia yang penting untuk pasien AML adalah Sudan Black B (SSB)
hasil positif pada pasien AML tipe M1, M2, M3, M4, dan M6 (Ngastiyah, 2005).
Pertama, tes darah dilakukan untuk menghitung jumlah setiap jenis sel darah
yang berbeda dan melihat apakah mereka berada dalam batas normal. Dalam AML,
platelet mungkin rendah, menyebabkan perdarahan dan memar, dan tingkat sel darah
mungkin dilakukan jika hasil tes darah abnormal. Selama biopsi sumsum tulang,
dari sumsum dan tulang untuk pengujian di bawah mikroskop. Pada aspirasi sumsum
17
tulang, sampel kecil dari sumsum tulang ditarik melalui cairan injeksi. Pungsi lumbal,
atau tekan tulang belakang, dapat dilakukan untuk melihat apakah penyakit ini telah
menyebar ke dalam cairan cerebrospinal, yang mengelilingi sistem saraf pusat atau
sistem saraf pusat (SSP) - otak dan sumsum tulang belakang (Price & Wilson, 2006).
perubahan dalam kromosom dalam sel), dan studi genetika molekuler (tes DNA dan
RNA dari sel-sel kanker). Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa
b. Leukositosis dengan jumlah leukosit antara 50-100 x 10 3 /mm3. Leukosit yang ada
7. Diagnosis Banding
leukemia akut dan anemia aplastik. Apabila ditemukan “Auer body” maka
diagnosabandin g tidak sulit ditegakkan, oleh karena kelainan ini patogonomis untuk
leukemia mieloblastik akut. Apabila tidak ditemukan Auer body maka harus
18
dikerjakan reaksi peroksidase dimana pada mieloblas pereksidase akan positif (Price
leukemia mieloblastik akaut karena adanya febris, anemi, splenomegali, dan ptechiae.
Tentu adanya riwayat penyakit jantung, splenomegali yang lebih besar dan tidak
adanya kelainan pada gusi dapat membedakan kedua keadaan ini. Anemia pernisiosa
akut. Pada anemia pernisiosa biasanya pasien tidak tampak sakit berat, terdapat
8. Penatalaksanaan
a. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan
atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti
d. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang
suci hama).
rusak digantikan dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak
dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
AML adalah perbaiki keadaan umum. perbaiki keadaan umum yaitu anemia
diberikan tranfusi darah dengan PCR (Packed red cell) atau darah lengkap.
bila ada infeksi diberikan antibiotika yang adekuat. Terapi spesifik seperti terapi
mg/mm2 berat badan hari 1-5. Dilanjutkan denagan Ara C 100 mg IV, tiap 12 jam hari
1-7. Untuk pasien usia di atas 50 tahun dosis dikurangi dengan Adriamycin hanya 3
hari dan Ara C 5 hari. Obat pengganti adriamycin adalah Farmorubicin. Dilakukan
evaluasi klinis dan hematologis. Pemeriksaan sumsum tulang pada akhir mimggu
ketiga. Apabila tidak terjadi remisi atau remisi hanya bersifat parsiil maka terapi harus
diganti dengan regimen lain. Apabila terjadi remisi lengkap (klinis dan hematologis)
maka dimulai tahap konsolidasi. Pada tahap ini diberikan doxorubicin 40 mg/mm 2
hari 1-2 dan Ara C 1-5. Refimen ini diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu.
20
saat terjadi remisi lengkap. Terapi standar adalah kemoterapi induksi dengan regimen
sitarabin dan daunorubisin dengan protokol sitarabin 100 mg/m2 diberikan secara
infus kontinyu selama 7 hari dan daunorubisin 45-60 mg/m2/hari iv selama 3 hari.
Sekitar 30-40% pasien mengalami remisi komplit dengan terapi sitarabin dan
dounorubisin yang diberikan sebagai obat tunggal, sedangkan bila diberikan sebagai
obat kombinasi remisi komplit dicapai oleh lebih dari 60% pasien. Dengan terapi
agresif, 40 -50 % penderita yang mencapai remisi akan hidup lama (30-40 % angka
kemoterapi atau transplantasi autolog dapat diterapi dengan CST allogenetik sebagai
AML)
a. Pengkajian
1) Identitas Anak
a) Umur
AML lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian
b) Jenis kelamin
dibandingkan perempuan.
21
a) Pendidikan
b) Pekerjaan
(Ngastiyah, 2005)
b. Keluhan Utama
Tanda dan gejala utama AML adalah adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi
yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang , biasanya terjadi dalam
bentuk purpura atau petekia yang sering dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa
epistaksis, perdarahan gusi dan retina. Infeksi sering terjadi di tenggorokan, paru-
paru, kulit dan daerah peri rektl, sehingga organ-organ tersebut harus diperiksa
secara teliti pada pasien AML dengan demam.Gejala leukositosis sangat bervariasi,
Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan
penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko
Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan
penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko
pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung, terutama pada kembar (Price
d. Riwayat Keluarga
Insiden AML lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik) (Price & Wilson, 2006).
keterlambatan akibat nutrisi yang didapat kurang karena penurunan nafsu makan,
pertumbuhan fisiknya terganggu, terutama pada berat badan anak tersebut. Anak
Pada anak dengan penderita penyakit AML cenderung berat badan menurun,
dan tidak sesuai usia, lingkar kepala dan panjang badan relatif tetap (normal).
1) Riwayat perkembangan motorik kasar pada anak normal (Betz & Cecily, 2002)
aktivitas secara normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan
2002)
1) Psikologi
dialami anak, kondisinya apakah bisa sembuh atau tidak, serta masalah
finansial keluarga.
2) Sosial
berat. Dirumah anak bermain dengan orang tua dan saudaranya, tetapi bermain
yang ringan.
3) Spiritual
Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak
melihat orang tuanya berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa.
4) ADL
a) Nutrisi
Anak makan 2 kali sehari, pada AML terjadi penurunan nafsu makan.
Anak suka makan makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak
zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang suka
dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak ditemani oleh ibunya. Tidur anak
c) Eliminasi:
haluran urin. BAB 3-5x sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin
urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan
diperianal.
5) Personal Hygiene
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian
g. Keadaan Umum
2. Nasi (Pulse)
3. Tekanan Darah
4. Suhu
Pada penderita AML yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi,
>37,50C)
26
a) Rongga mulut
b) Perdarahan gusi,
2. Mata
5. Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi
a) Inspeksi
27
pernapasan .
d) Auskultasi
Suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan
secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
7. Pemeriksaan Abdomen
8. Pemeriksaan Genetalia
ekimosis, ruam)
(gejala hipermetabolisme).
b) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel
leukemia
28
j. Diagnosa Keperawatan
gugat (Wong, 2004). Menurut Wong (2004), diagnosa pada anak dengan
leukemia adalah:
jumlah trombosit
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan
atau stomatitis
pada penampilan.
menderita leukemia.
anak.
k. Rencana keperawatan
adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Berdasarkan diagnosa yang ada maka
trombosit
Tujuan: Tidak terjadi kekurangan cairan melalui feses dan p asien tidak
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, malaise,
Tujuan: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
radioterapi, imobilitas.
pada penampilan.
menderita leukemia.
K. Implementasi
telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan
L. Evaluasi
4. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
5. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman
rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan
berpakaian menarik.
bersama anak.
11. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan
mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang
adekuat.