Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN FIELDTRIP IKM-KP

SAHABAT ANAK KANKER

Disusun oleh

Adelia Dyah Pratiwi 175070100111059


Kirana Alea Sarahdefa 185070100111034
Raymunda Dea Elika 185070100111045
Tania Isabella Waspodo 185070101111024
Sakinah Jamal Thalib 185070101111025
Arizka Fajari Laily 185070107111020
Revia Chika Yuna 185070107111022

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2019
A. Pendahuluan

Leukemia adalah kanker darah yang berawal dalam sumsum tulang


belakang, tempat sel darah dibuat. Sel sel darah terdiri atas sel darah merah
(eritrosit) , sel darah putih (leukosit) , dan trombosit. Pada leukemia, sumsum
tulang belakang membuat sel darah putih yang belum matang yang disebut sel
leukemik. Sel yang belum matang ini tidak berfungsi secara normal, dan
mengerubungi sel yang sehat. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang
digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari
sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel
leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah
normal dan imunitas tubuh penderita.

B. Tinjauan Pustaka
Stem cells atau sel punca di produksi di sumsum tulang belakang manusia
yang memiliki potensi untuk berkembang dan berdiferensiasi menjadi
berbagai macam sel lainnya. Setiap bagian tubuh manusia memiliki jenis sel
punca yang berbeda-beda. Sebagai contoh, sel punca hematopoetik
(Hematopoietic Stem Cells, HSC) atau sel punca darah nantinya akan
berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel darah yang diawali dari dua
kelompok sel darah, yaitu kelompok limfoid dan kelompok myeloid. Saat kita
terluka atau sakit, sel kita juga terluka atau mati. Saat hal ini terjadi, stem cell
menjadi aktif. Stem cell memiliki tugas untuk memperbaiki jaringan yang
terluka atau menggantikan sel lain pada saat mereka mengalami kematian
rutin. Dengan cara ini, stem cell kita menjaga kita tetap sehat dan mencegah
kita dari penuaan dini. Stem cell bertindak seperti pasukan dokter
mikroskopis milik kita sendiri.
Sel darah putih yang menjadi salah satu penyusun dari sistem imun
manusia dibentuk dari kelompok progenitor limfoid HSC. Dengan jumlah dan
rasio yang tepat, maka sel-sel darah putih ini akan menjadi pelaksana dalam
sistem imun manusia. Namun, apabila ada kesalahan dari tempat sel-sel punca
ini dibuat, semisal ada kesalahan genetik di sumsum tulang belakang, maka
jumlah sel-sel yang terbentuk pun tidak berada dalam angka yang normal.
Leukemia secara umum terjadi karena adanya kesalahan pengkodean DNA di
sumsum tulang belakang yang menyebabkan laju pertumbuhan sel-sel putih
tidak terkendali. Sel-sel darah putih ini tidak bisa melakukan tugas mereka
yang seharusnya, yaitu melawan infeksi yang ada di dalam tubuh. Seiring
berjalannya waktu bagi para pengidap leukemia, dikarenakan jumlah
pertumbuhan sel darah putih mereka yang terlampau pesat maka fungsi tubuh
mereka akan terganggu. Sel-sel darah putih para pengidap leukemia akhirnya
menghambat pertumbuhan dan fungsi dari sel-sel hematopoietik lainnya.
Beberapa hal yang dapat terjadi dalam tubuh pengidap leukemia adalah
organ-organ dalam tubuh tidak mampu mendapatkan persediaan oksigen
yang adekuat, fungsi penggumpalan darah (blood clotting) terganggu, dan
tidak cukupnya jumlah sel-sel darah putih yang normal dan mampu melawan
infeksi.
Tidak ada hal yang mampu mencegah seseorang untuk tidak mengidap
leukemia, dan saat ini pun belum dapat dipastikan apa faktor resiko yang
dapat mendorong terjadinya leukemia. Namun, ada beberapa hal yang
dianggap oleh para ilmuwan bisa menjadi trigger atau faktor resiko dari
Leukemia, seperti merokok aktif, orang-orang yang telah terekspos ke radiasi,
chemotherapy, faktor genetik dan turunan keluarga, serta orang-orang yang
mengidap kelainan genetik lain seperti Down Syndrome. Leukemia bukanlah
penyakit yang menular maupun memiliki agen penyebab penyakit, namun
memiliki beberapa faktor resiko yang mampu meningkatkan probabilitas
orang mengidap leukemia. Berikut ini beberapa faktor resiko leukemia :
a. Faktor genetik
Adanya kelainan genetik yang diketahui merupakan salah satu keadaan
yang ditemukan pada leukemia. Hal tersebut diturunkan oleh orangtua, baik
secara langsung maupun tidak. Pada anak dengan riwayat penyakit kanker
pada keluarga memiliki risiko keganasan apapun jenisnya, termasuk
leukemia.
b. Polusi udara
Polusi udara yang dapat menjadi pemicu terjadinya leukemia ada beberapa
seperti anak perokok pasif dari orang tua yang merokok. Hal ini masih
menjadi perdebatan apakah memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas atau
tidak. Kemudian bahan dari turunan benzena. Benzena telah terbukti menjadi
suatu faktor risiko yang besar untuk terjadi leukemia. Benzena dapat kita
temukan pada makanan, pabrik perindustrian, dan kosmetik yang digunakan.
c. Pestisida
Pestisida merupakan suatu bahan yang digunakan untuk membunuh hama,
serangga, jamur, dan lain-lain. Pada penelitian ditemukan terdapat hubungan
terhirupnya pestisida melalui udara pada saluran nafas anak dapat
menyebabkan leukemia pada anak.
d. Radiasi
Radiasi merupakan suatu bahan yang di gunakan sebagai proses imaging dari
seorang ibu yang hamil. Pada penelitian ini ditemukan hubungan sebab akibat
paparan radiasi dari alat prosedur diagnostik menyebabkan leukemia.
Universitas Sumatera Utara 5. Pasien anak yang immunocompromise Pada
pasien yang mengalami transplantasi organ, maka akan terjadi penurunan dari
sistem imunitas tubuh. hal ini telah terbukti meningkatkan risiko terjadinya
leukemia pada anak(American Cancer Society, 2012).
Distribusi frekuensi leukemia bisa di dapat dari menelaah sekelompok
penderita leukemia dan bukan penderita leukemia. Leukemia biasa terjadi pada
:

Berdasarkan Orang

i. Umur
Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di Amerika
Serikat, leukemia menyerang semua umur. Pada tahun 2008, penderita
leukemia 44.270 orang dewasa dan 4.220 pada anak-anak. Biasanya jenis
leukemia yang menyerang orang dewasa yaitu LMA dan LLK sedangkan
LLA paling sering dijumpai pada anak-anak. Menurut penelitian
Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di RSUD Dr. Soetomo LLA
menduduki peringkat pertama kanker pada anak Universitas Sumatera Utara
selama tahun 1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari seluruh keganasan
pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%) adalah LLA,
50 anak (10%) menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus merupakan
leukemia mielositik kronik. Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2004-2007 menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita
oleh anak-anak usia 60 tahun 1,8%.17
ii. Jenis Kelamin
Insidence rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki
dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus
baru leukemia pada laki-laki. Berdasarkan laporan dari Surveillance
Epidemiology And End Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian
leukemia lebih besar pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan
57,22%:42,77%.38 Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam
Malik Medan, proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih
tinggi pada lakilaki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).
iii. Ras
IR di negara barat adalah 4 per 100.000 anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Angka kejadian terendah terdapat di Afrika (1,18-1,61/100.000) dan tertinggi
di antara anak-anak Hispanik (Costa Rica 5,94/100.000 dan Los Universitas
Sumatera Utara Angeles 5,02/100.000). IR ini lebih umum pada ras kulit
putih (42,1 per 100.000 per tahun) daripada ras kulit berwarna (24,3 per
100.000 per tahun). Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society
(2009), leukemia merupakan salah satu dari 15 penyakit kanker yang sering
terjadi dalam semua ras atau etnis. Insiden leukemia paling tinggi terjadi pada
ras kulit putih (12,8 per 100.000) dan paling rendah pada suku Indian
Amerika/penduduk asli Alaska (7,0 per 100.000).10 b. Berdasarkan Tempat
dan Waktu Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus
leukemia di Amerika Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki
(55,37%) dan 14.557 kasus lainnya pada perempuan (44,63%). Pada tahun
yang sama 21.716 orang meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).39
Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008)
menyebutkan bahwa IR tertinggi LMK terdapat di Swiss dan Amerika (2 per
100.000) sedangkan IR terendah berada di Swedia dan Cina (0,7 per 100.000).
LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai di Indonesia
yaitu 25-20% dari leukemia. IR LMK di negara barat adalah 1-1,4 per
100.000 per tahun.31 Berdasarkan data dari International Pharmaceutical
Manufacturers Group (IPMG) penderita leukemia pada anak-anak di RSK
Dharmais terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus
leukemia pada anak dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus.
Universitas Sumatera Utara Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun
2004 terdapat 30 penderita (18,52%), tahun 2005 terdapat 39 penderita
(24,07%), tahun 2006 terdapat 35 penderita (21,61%) dan pada tahun 2007
terdapat 58 penderita (35,8%)
Mevlan Savero Suharitanto, sudah 24 hari hanya berbaring di tempat tidur
Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang. Bocah berumur 6 tahun
itu diketahui mengalami penyakit langka bernama Juvenile Mylomonocytic
Leukemia (JMML). JMML merupakan kanker darah tipe langka yang lebih
sering menyerang anak-anak yang berumur di bawah 2 tahun. Penyakit ini
sudah dirasakan Mevlan sejak tahun 2014 atau ketika berumur 1,5 tahun.
Kepada ibunya, Aprilia Mayariska, Mevlan hanya bisa mengeluh sakit di
seluruh badannya. Pengobatan Mevlan hanya bisa dilakukan dengan operasi
sum sum tulang belakang dan itu hanya bias di Singapore, Malaysia,
Thailand, dan India namun tim dokter menyarankan untuk ke Singapore saja.
Namun karena kendala biaya yang tidak menyanggupi membuat orang tua
Mevlan mencari cari donasi dan tim dokter disini juga selalu berusaha
memberikan fisioterapi saja.

Juvenile Mylomonocytic Leukemia (JMML) adalah jenis kelainan darah


(kronis) yang sangat jarang berkembang dan terjadi pada anak-anak. Dan
kadang namanya juga disebut Juvenile Chronic Myelogenous Leukaemia
(JCML). Meskipun JMML memiliki leukemia sebagai bagian dari namanya,
WHO tidak mengklasifikasikannya sebagai leukemia. Sekarang termasuk
dalam kelompok penyakit yang disebut gangguan myeloproliferative dan
myelodysplastic. Gangguan mieloproliferatif adalah suatu kondisi di mana
ada terlalu banyak sel darah yang dibuat. Gangguan myelodysplastic adalah
di mana sel-sel darah yang dibuat tidak normal dan tidak sepenuhnya matang.
Pada kenyataannya, kedua gangguan ini sering tumpang tindih, itulah
sebabnya WHO menempatkan mereka dalam kategori yang sama.
C. Hasil Field Study
a. Sahabat Anak Kanker didirikan pada tahun 2016 oleh Pak Very. Sejarah
berdirinya Sahabat Anak Kanker adalah berawal dari anak salah satu
pendiri Sahabat Anak Kanker yaitu Mas Damar yang juga mengidap
Leukemia, kebetulan Mas Damar ( anak dari pendiri Sahabat Anak Kanker
) sangat suka membawa mainan untuk anak-anak yang mengidap kanker di
Rumah Sakit Siful Anwar Malang, karena Mas Damar ingin sekali
menolong anak-anak pengidap kanker dengan cara menyemangati mereka.
Mas Damar ingin terus bermain dengan mereka tetapi sempat dilarang
karena alasan bahwa mainan itu bisa menjadi sumber penularan penyakit,
oleh karena itu setelah Mas Damar wafat Pak Very yang meneruskan
impian Mas Damar agar anak pengidap kanker bisa tetap bahagia.
Akhirnya pada atahun 2016 Pak Very dapat bekerja sama dengan pihak
RSSA untuk mendirikan Sahabat Anak Kanker. Di Sahabat Anak Kanker
menyediakan mainan untuk anak-anak dan biasanya memberikan susu
UHT. Mainan tidak boleh dipinjam tetapi hanya boleh dimainkan di
ruangan Sahabat Anak Kanker. Sahabat Anak Kanker buka dari pukul
09.00 WIB samapi 12.00 WIB. Lokasi Sahabat Anak Kanker sendiri
berada di jalan Pattimura 2C, Kecamatan Klojen, Malang(berada didalam
RSSA Malang tepatnya di Lorong 7 (Lorong perwatan anak)).
b. Epidemiologi leukemia
secara global prevalensi 13.7 per 100.000 populasi dengan tingkat
mortalitas 6.8 per 100.000 populasi per tahun. Di Indonesia, Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa leukemia merupakan
salah satu kanker yang paling banyak ditemui pada anak-anak.
c. Perilaku sebagai faktor resiko dari leukemia
Perilaku atau kebiasaan yang mempengaruhi terkenannya Leukemia
karena merokok. Karena rokok mengandung leukemogen seperti benzene
yang berpotensial untuk menderita leukemia terutama Leukemia
Mieolisitik Akut (LMA). Merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
kejadian LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang meroko
tergantung pada frekuensi, banyaknya dan lamanya merokok.
d. Lingkungan
Berbagai zat telah terbukti bersifat pemicu kanker termasuk tar, rodon,
karbon monoksida, Sebagian besar karsinogen tersebut muncul adalah
akibat perilaku seperti merokok, asap kendaraan bermotor, dan
pembakaran sampah plastik. Selain itu ada juga karena paparan sinar
radioaktif dan bahan kimia. Sinar radioaktif merupakan faktor risiko yang
paling jelas menyebabkan leukemia. Angka kejadian Leukemia Mieolistik
Akut (LMA) dan Leukemia Meiolisitik Kronis (LMK) jelas sekali
meningkat sesudah sinar radioaktif digunakan. Zat kimia (isal benzene,
arsen, pestisida, kloramfenikol, dan fenibultazon) diduga dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia.
e. Genetik
Faktor genetik berperan sebagai risiko kanker yang menyebabkan
perubahan sifat pertumbuhan sel. Faktor gen tersebut berperan sebagai
precusor (pendahulu) terjadinya kanker, yang disebut sebagai onkogen.
Pada sebagian penderita leukemia, insiden meningkat karena keturunan
seperti saudara kandung 2 sampai 4 kali lebih beresiko. Kelainan pada
kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut
juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom Bloom, anemia Fanconi, Sindrom
Wiskott Aldrich, Sindrom Kleinefelter yang ditandai dengan
ketidakstabilan genetik dan ketidakmampuan memperbaiki kerusakan
DNA yang berhubungan dengan meningkatnya risiko leukemia.
Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan menggalakkan upaya
pencegahan kanker pada masyarakat yang disebut dengan CERDIK (Cek
kesehatan berkala, Enyahkan rokok, Rajin beraktifitas fisik, Diet sehat dan
kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress). Upaya ini diharapkan
dapat menekan risiko lingkungan yang dapat memicu terjadinya kanker.
Tentu saja keterlibatan semua warga sangat penting untuk mencegah
penyakit mematikan ini.

D. Analisis Masalah
Masalah yang sering terjadi pada kasus dalam field trip kami adalah
Leukimia pada anak.Berbeda dengan dewasa yang lebih banyak dipengaruhi
oleh gaya hidup, pada anak faktor genetik menjadi faktor menderita leukemia.
Diperkirakan sebanyak 41% dari seluruh penyakit keganasan pada anak yang
berumur kurang dari 15 tahun. Pada tahun 2002, tercatat sekitar 2500 anak
dibawah umur 15 tahun didiagnosa dengan leukemia di Amerika. Insidensi
sebesar 4,5 kasus per 100.000 anak(Greer J.P,2003) Leukemia limfoblastik
akut terhitung sebanyak 77% kasus leukemia pada anak. Leukemia
mieloblastik akut sekitar 11%, leukemia mieloblastik kronik sekitar 2-3%, dan
leukemia mieloblastik kronik juvenil sekitar 1-2%(American Cancer
Society,2012)
Ada beberapa kontribusi dari pihak SAK yang dapat dilakukan.
Sebelum Volunteer dan member menetap bermain bersama para jagoan kanker,
mereka selalu membersihkan tangan terlebih dahulu seperti cuci tangan dan
hand rub agar adik-adik jagoan kanker tidak terpapar patogen dari luar
supayamencegah terjadinya secondary infection yang memperparah leukemia.
Para member dan volunteer Sahabat anak kanker rutin sekali untuk menjaga
kebersihan seperti menyapu atau mengepel basecamp mulai dari teras ke dalam
ruangan, jendela, dan membersihkan mainan yang ada disana.
Hal yang dapat mendukung adalah kesadaran diri dari volunteer dan
members SAK sendiri untuk menjalankan kegiatan tersebut demi adik-adik
jagoan kanker supaya bisa menjaga mereka dengan baik. Hal yang dapat
menghalangi kontribusi tersebut adalah alur lintas orang di sekitar yang tidak
terkendali atau berlebihan, tidak kondusifnya lingkungan sekitar instalasi anak
kanker, dan kurangnya kebersihan rutin di area instalasi.
Dari hasil penelaahan field trip, kelompok kami menemukan banyak sekali
peluang yang dapat dikembangkan untuk SAK kedepannya, seperti menambah
banyak member tetap atau volunteer untuk membantu menjaga adik-adik jagoan
kanker. Yang pertama adalah konsisten dengan program utama bermain. SAK
memiliki program untuk terapi bermain. Kegiatan tersebut dilakukan di dalam
kelas dan dipandu oleh para relawan. Setiap sesi permainan dilakukan selama 60
menit. Kedua, dapat membangun suasana menyenangkan di rumah sakit.
Komunitas SAK adalah komunitas yang konsisten dengan kegiatan yang
dilakukan yang diawasi langsung oleh dokter spesialis pada divisi hematology
oncology. Ketiga, membangun jaringan. Jaringan tersebut dapat berasal dari
lembaga formal atau swasta. Instansi pemerintah yang bekerjasama dengan SAK
seperti divisi promosi kesehatan kampus negeri dan swasta serta rumah sakit
lain.Lembaga swasta yang dapat diajak untuk bekerjasama dengan yayasan pita
kuning foundation HOPE dan yayasan oncology Indonesia. SAK dapat
bekerjasama dengan sponsor dan donor kegiatan. Sponsor dapat berupa media
cetak koran dan radio. Sedangkan untuk publikasi nasional, bersama dengan
MNC dan HOPE Indonesia Foundation.
Sebagai mahasiswa kedokteran, kami mempelajari bahwa kita harus
meningkatkan kesadaran dalam menjaga kesehatan. karena setiap orang dapat
terkena penyakit tanpa disadari oleh dirinya sendiri. selain itu juga meningkatkan
rasa empati dan kepedulian terhadap penderita.

E. Usul Pemecahan Masalah


Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memecahkan masalah
banyaknya jumlah penderita Leukemia dapat dimulai dari :
a. Melakukan Screening Leukemia
Masyarakat seringkali enggan melakukan tes kesehatan dan screening
kanker dini, memilih untuk berobat atau menemui tenaga kesehatan ketika
kondisi mereka sudah parah. Padahal deteksi dini Leukemia merupakan
langkah signifikan dalam usaha menyelamatkan nyawa serta
meningkatkan taraf hidup penderita kanker, sebab semakin cepat penyakit
tersebut terdeteksi maka semakin cepat pula tenaga kesehatan mampu
memberikan terapi dan penanganan lainnya.
b. Menghindari Faktor Risiko dan Pemicu
Menjauhi paparan bahan kimia berbahaya seperti benzena, formaldehida,
dan radon. Sumber paparan di sekitar lingkungan rumah biasanya berasal
dari pembasmi serangga, asap kendaraan, bensin tanpa timbal, dan
pembasmi tanaman hama. Bukan hanya bahan kimia, namun paparan
radiasi seperti sinar-X, CT SCAN, dan alat-alat yang memancarkan
gelombang radiasi lainnya perlu dihindari sebab mereka mampu memicu
mutasi jika terlalu sering terpapar.
c. Lifestyle Yang Sehat
Gaya hidup yang sehat dan baik bisa dilakukan dengan cara menjaga berat
badan ideal (Tidak terlalu kurus ataupun gemuk), mengonsumsi makanan
yang bergizi seimbang, rutin berolahraga dan beraktivitas, serta
senantiasa menghindari rokok dan alcohol
d. Tes Genetik
Beberapa orang memiliki gen yang lebih rentan terjangkit Leukimia, tidak
ada salahnya seseorang atau pasangan yang akan memiliki anak
melakukan tes genetik untuk melihat probabilitas anak mereka di masa
depan terkena Leukimia. Cara yang lebih sederhana selain tes genetik bisa
dilakukan lewat identifikasi family history, misal mencari informasi
apakah ada keluarga yang terjangkit leukimia dan jika ada berapa banyak
jumlahnya.
F. Daftar Pustaka
Ikatan Dokter Anak Indonesia: Dr. Bagus Budi Santoso. 2017. Mengenai
Leukimia Pada Anak. Jakarta: Gedung IDAI (Indonesian Pediatric
Society).http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-
leukemia-pada-anak

G. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai