PENDAHULUAN
1
2
system hematologi Leukemia di ruang perawatan anak Bona II, RSU dr.
Soetomo Surabaya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada
anak R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang
Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Memperoleh pengalaman dalam pengkajian, analisa data, dan
merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien anak
R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang
Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
2) Memperoleh pengalaman dalam merumuskan rencana asuhan
keperwatan pada klien anak R dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Hemato Bona II RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
3) Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien anak R dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Hemato Bona II RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
4) Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan evaluasi pada klien
anak R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di
Ruang Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
5) Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan pada klien
anak R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di
Ruang Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
6) Menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dan kenyataan
pada klien anak R dengan gangguan sistem hematologi :
Leukemia di Ruang Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
1.4 Metodologi
1.4.1 Tempat, waktu pelaksaan pengambilan kasus
Di Ruang Hemto Bona II Di Rsu Dr.Soetomo Surabaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Eosinofil 1-3%
Basofil 0,5-1%
Limfosit 20-35%
Monosit 3-8%
Trombosit 150.000-300.000/mm3
Tabel 1.2
c. Fungsi
Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama,
yaitu melindungi tubuh dan penyakit infeksi dan
membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu. Setiap
jenis leukosit memiliki suatu peranan untuk menjaga
homeostasis yang sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit
patogen. Neutrofil adalah yang paling banyak menjalankan
fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini dengan sangat
efisien, monosit berdiferensiasi menjadi makrofag, yang
juga memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada
tempat cedera, yang membantu perbaikan jaringan menjadi
mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi
protein asing. Hal ini penting terutama pada reaksi alergi
dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit cacing). Basofil
mengandung gra heparin dan histamin. Heparin adalah
suatu anti koagulan yang membantu mencegah pembekan
yang tidak normal dalam pembuluh darah. F mm, seperti
yang Anda ingat, dilepaskan sel bagian proses inflamasi,
dan efeknya memiliki kapiler lebih permeabel, yang
memungkinkan jaringan, protein, dan sel darah putih
berkumpul di daerah yang mengalami kerusakan
3) Trombosit
Nama yang umum untuk platelet adalah trombosit, yang bukan
merupakan sat lengkap, melainkan fragmen atau pecahan sel.
Hitung normal trombosit bagian dalam hitung darah lengkap)
12
1) Morfologi
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada
anak-anak adalah:leukemia limfoid akut(acute lymphoid leukemia,ALL)
dan leukemia nonlimfoid(mielogenus)akut(acute nonlymphoid
[myelogenous]leukemia, ANLL/AML.).sinonim untuk ALL0 meliputi
leukemia limfatik, limfositik, limpoblastik, dan limfoblastoid. Biasanya
istilah istilah leukemia sel tunas (stem cell) atau sel blast juga mengacu
pada leukemia tipe limfoid.sinonim untuk tipe AML meliputi leukemia
granulositik, mielositik, monositik,mielogenus, monoblastik,dan
monomieloblastik.
2) Penanda (marker) sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL
dengan AML.sebagai contoh,ALL akan menunjukkan warna positif
setelah diberi terminal deoxynucleotidyl transferase(TdT)sementara
AML memperlihatkan sifat nonreaktif(Margolin dan Poplack,1997)
3) Pemeriksaan kromosom
Anlisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam
menegakkan diagnosis leukemia limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-
anak dengan trisomi 21 akan meghadapi risiko 20 kali lipat untuk
mengalami leukemia limfoid akut dibandingkan anak-anak lain. Anak-
anak yang memiliki lebih dari 50 kromosom pada sel-sel
leukemia(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang paling
baik(Margolin dan Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga
ditemukan pada sel-sel leukemia dapat menunjukkan prognosis yang
baik seperti pada trisomi 4 dan 10,atau prognosis yang buruk,seperti
pada t(9:22)atau kromosom Philadelphia.
4) Penanda imunologik permukaan-sel
Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL
menjadi tiga kelas yang besar:ALL non-T, non-B memiliki prognosis
yang paling baik,terutama jika mereka mempunyai antigen leukemia
limfosit akut yang umum, yang dikenal sebagai CALLA-positif,terdapat
pada permukaan selnya(Margolin dan Poplack,1997)
2.1.4 Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :
16
2.1.5 Patofisiologi
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna,
imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit
dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow
daninfiltran organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendihan.
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 160)
2.1.9 Pengobatan
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada
pengalamannya. Umumnya pengobatan ditunjukkan terhadap
pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama.
Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola
dasar pengobatan sebagai berikut :
a. Induksi Remisi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan
pemberian berbagai obat di atas, baik secara sistematik maupun
intratekal sampai sel blas dalam sum-sum tulang kurang dari 5
%.hampir segera setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi
18
d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk merubah relaps. Reinduksi biasanya
dilakukan setiap 3 6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti
pada induksi selama 10 14 hari.
Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau
testis menunjukkan terjadinya relaps/kekambuhan penyakit.
Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi
reinduksi dengan prednisone dan vinkristin, di sertai pemberian
kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP
dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah
diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah remisi.
e. Transpalansi sumsum tulang
Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk
penanganan anak-anak yang menderita ALL danAML dengan
hasil yang baik. Transpalansi ini tidak dikomendasikan untuk
anak-anak yang menderita ALL selama remisi yang pertama
karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil yang
19