Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak
yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak,
mengingat anak adalah generasi penerus bangsa. (Supartini, Yupi. 2004)
Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjad di ALL
bertanggung Jawab untuk 80% kasus Leukemia pada anak insidens paling
tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 sampai 5 tahun anak
perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik dari pada anak laki-laki
Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka
kelangsungan hidup (surfifal rate) rata-rata yang lebih rendah. (Betz, Cecily
L, 2002. Hal : 300 ).
Pendidikan kesehatan dianggap sebagai menjadi fungsi mandiri dari
praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab utama dari proses
keperawatan. (Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1, 2002)
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita oleh individu
adalah gangguan sistem Hematologi khususnya Leukemia. Beberapa faktor
yang ikut mempengaruhi terjadinya Leukemia yaitu faktor sosial budaya,
ekonomi, lingkungan fisik, dan biologis. Leukemia disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor exogen seperti: sinar radiasi, bahan kimia (bensol, arsen, preparat
sulfat) dan faktor endogen seperti : ras, kelainan kromoson, dan herediter.
(Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2, Suriadi S.Kp MSN 2006)
Dan data RSCM yang tersedia, bahkan diketahui bahwa dua
penyebab utama kematian kanker anak di Indonesia adalah karena leukemia
(kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). Bahkan ditengarai jumlah
anak pengidap leukemia di Indonesia mencapai 25-30%.
(http://www.koalisi.orang/detail.com)
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan studi
kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada AnakRdengan gangguan

1
2

system hematologi Leukemia di ruang perawatan anak Bona II, RSU dr.
Soetomo Surabaya.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada
anak R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang
Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Memperoleh pengalaman dalam pengkajian, analisa data, dan
merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien anak
R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di Ruang
Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
2) Memperoleh pengalaman dalam merumuskan rencana asuhan
keperwatan pada klien anak R dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Hemato Bona II RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
3) Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien anak R dengan gangguan sistem
hematologi : Leukemia di Ruang Hemato Bona II RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
4) Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan evaluasi pada klien
anak R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di
Ruang Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
5) Memperoleh pengalaman dalam mendokumentasikan pada klien
anak R dengan gangguan sistem hematologi : Leukemia di
Ruang Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.
6) Menganalisa perbedaan yang terjadi antara teori dan kenyataan
pada klien anak R dengan gangguan sistem hematologi :
Leukemia di Ruang Hemato Bona II RSU Dr. Soetomo Surabaya.

1.3 Manfaat Asuhan


1.3.1 Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Ibrahimy
Situbondo dalam rangka peningkatan mutu pendidikan perwatan di
masa yang akan datang.
1.3.2 Rumah Sakit
3

Sebagai bahan masukan bagi perawat badan Pengelola Rumah Sakit


Umum Pemerintah Makassar untuk mengambil langkah dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan keperwatan pada klien, khususnya bagi
penderita Leukemia di Ruang
1.3.3 Klien dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang
perawatan, pencegahan dan penaganan penyakit Leukimia.
1.3.4 Manfaat Untuk Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga
keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan secara
komprehensif, sehingga berimplikasi pada peningkan kualitas
kesehatan klien.

1.4 Metodologi
1.4.1 Tempat, waktu pelaksaan pengambilan kasus
Di Ruang Hemto Bona II Di Rsu Dr.Soetomo Surabaya

1.5 Tehnik pengumpulan data


1.5.1 Observasi
Melakukan pengamtan langsung kepada klien dengan cara melakukan
pemeriksaan yang terkait dengan perkembangan keadaan klien.
1.5.2 Wawancara
Wawancara yaitu suatu tehnik pengumpulan data dengan melakukan
interview atau Tanya jawab secara langsung pada penderita dan
keluarga.
1.5.3 Pemeriksaan Fisik
Tehnik yang digunakan dalam periksaan fisik ada 4 yaitu : inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi pada seluruh system tubuh.
1.5.4 Studi Dokumentasi
Menggunakan catatan-catatan kasus kesehatan atau dokumen dari
rumah sakit yang berhubungan dengan status kesehatan klien.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Leukimia


2.1.1 Pengertian
1) Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur
dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi,Skp,MSN & Rita
Yuliani,SKp.M.Psi 2006 Edisi 2 Hal: 160).
2) Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel
leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya
leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006 Hal: 44).
3) Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang
imatur dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. (Wongs
Essentials of Pediatrik Nursing.Edisi 6 Hal: 1137)
5

4) Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya


akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah. (Kapita
Selekta Hematologi. Edisi 4 2005 Hal: 150)
5) Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi(bertambah
banyak atau multifikasi)patologi dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Ngastiyah, 2005,
Hal. 349)
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
a. Kakakteristik Darah
Darah memiliki karakteristik khusus:
1) Jumlah
Seseorang memiliki empat sampai enam liter darah dalam
tubuhnya, yang bergantung pada ukuran tubuhnya. Sekitar
38% sampai 48%, total volume darah dalam tubuh manusia
tersusun berbagai sel darah, yang juga disebut elemen
penyusun. Sisanya, yaitu sekitar 52% sampai 62% merupakan
plasma, bagian cair darah.
2) Warna
Anda mungkin berkata pada diri Anda, tentu, warnanya
merah! Warna merah disinggung di sini meskipun sebenarnya
warna merahnya bervariasi. Darah arteri tampak merah terang
karena mengandung kadar oksigen tinggi. vena telah
memindahkan kandungan oksigennya ke jaringan sehingga
memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting
dalam pengkajian sumber perdarahan. Jika warna darah merah
terang, kemungkinan darah berasal dari arteri yang terobek,
dan jika warna darah merah gelap, kemungkinan darah
tersebut merupakan darah vena.
3) pH
Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang
cenderung agak basa Darah vena biasanya memiliki pH yang
lebih rendah daripada darah arteri karena mengandung karbon
dioksida dalam jumlah lebih besar.
4) Viskositas
Berarti pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah
lebih kental sekitar 3-5 kali dibanding air. Viskositas darah
6

meningkat dengan adanya sel-sel darah dan protein plasma,


dan kekentalan ini berpengaruh pada tekanan darah normal.
b. Plasma
Plasma adalah bagian cair darah, dan sekitar 91%
merupakan air. Kemampuan melarutkan air memungkinkan
plasma rnengangkut berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari
saluran pencernaan disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan
produk sisa dari jaringan diangkut ke ginjal dan diekskresikan
melalui urine. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin
diangkut oleh plasma menuju organ sasarannya, dan antibodi juga
diangkut oleh plasma. Sebagian besar karbon dioksida yang
dihasilkan sel diangkut oleh plasma dalam bentuk ion bikarbonat
(HCO 3). Ketika darah memasuki paru CO2 dibentuk kembali,
berdifusi ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.
c. Sel Darah
Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit. Sel-sel darah diproduksi oleh jaringan hemopoietik,
yang ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat pada
tulang pipih dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik,
seperti limpa, kelenjar getah bening, dan kelenjar timus.
1) Sel Darah Merah
Disebut juga eritrosit, sel darah merah berbentuk
cakram bikonkaf, yang berarti bagian tengahnya lebih tipis dari
pada bagian tepinya. Nukleus sel darah merah mengalami
disintegrasi selama pematangan sel darah merah dan menjadi
tidak dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya.
Jumlah sel darah merah berkisar antara 4,5 sampai 6
juta per mm3 darah (milimeter kubik sekitar satu tetesan yang
sangat kecil). Hitung sel darah merah pada laki-laki sering kali
berada di ujung atas kisaran ini sedangkan pada wanita sering
kali berada di ujung bawah kisaran. Cara lain untuk
menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan hematokrit.
Pengujian ini dilakukan dengan cara memasukkan darah ke
dalam tabung kapiler kemudian mensentrifugasikannya
sehingga sel darah terkumpul pada satu ujung. Setelah itu
7

persentase sel darah dan plasma dapat ditentukan. Karena sel


darah merah adalah sel darah yang paling banyak, total sel
darah pada hematokrit normal sekitar 38% sampai 48%.
Hitung sel darah merah dan hematokrit adalah bagian
pemeriksaan hitung darah lengkap
a) Fungsi
Sel darah merah mengandung protein Hemoglobin (Hb),
yang memberi kemampuan kepada sel darah merah untuk
mengangkut oksigen. Setiap sel darah merah mengandung
sekitar 300 juta molekul hemoglobin, yang masing-masing
dapat mengikat empat molekul oksigen. Pada kapiler di
paru-paru sel darah merah akan rnengikat oksigen dan
membentuk oksihemoglobin. Pada kapiler sistemik,
hemoglobin akan memberikan sebagian besar oksigennya
dan hemoglobin menjadi berkurang. Penentuan kadar
hemoglobin juga termasuk bagian pemeriksaan hitung darah
total; kisaran normalnya sekitar 12-18 gram per 100 ml
darah. Sangat diperlukan pada pembentukan hemoglobin
adalah mineral besi; terdapat empat atom besi pada setiap
molekul hemoglobin. Sebenarya atom besilah yang
mengikat oksigen dan membuat sel darah merah berwana
merah.
b) Produksi dan Pematangan
Sel darah merah dibuat di sumsum tulang merah pada
tulang pipih dan tak beraturan. Pada sumsum, tulang merah
terdapat sel prekusor yang disebut Sel induk, yang secara
terus-menerus mengalami mitosis untuk memproduksi
semua jenis sel darah, yang kebanyakan adalah sel darah
merah. Kecepatan produksinya sangat cepat (diperkirakan
beberapa juta sel darah merah baru setiap detik) dan faktor
pengatur utamanya adalah oksigen. Jika tubuh dalam
keadaan hipoksia, atau kekurangan oksigen, ginjal akan
memproduksi hormon eritropoietin, yang akan
menstimulasi sumsum tulang merah untuk meningkatkan
8

kecepatan produksi sel darah merah. Keadaan ini akan


muncul setelah hemoragi atau jika seseorang tinggal untuk
suatu waktu pada daerah dataran tinggi. Sebagai hasil aksi
eritropoietin, akan semakin banyak sel darah merah yang
tersedia untuk mengangkut oksigen dan memperbaiki
keadaan hipoksia.
Sel induk yang akan menjadi sel darah merah mengalami
beberapa tahap perkembangan; hanya dua tahap
perkembangan yang terakhir yang akan kita bicarakan.
Normoblas adalah tahap terakhir yang masih memiliki
nukleus, yang kemudian akan mengalami disintegrasi.
Retikulosit memiliki bagian retikulum endoplasma, yang
akan terlihat ketika apusan darah diwarnai saat diamati
dengan mikroskop. Sel yang belum matang ini biasanya
ditemukan pada sumsum tulang merah meskipun sejumlah
kecil retikulosit pada sirkulasi perifer dianggap normal.
Apabila terdapat retikulosit atau normoblas dalam sirkulasi
darah dengan jumlah besar, itu berarti bahwa jumlah sel
darah merah matang yang ada tidak cukup untuk
mengangkut okeigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan
seperti ini meliputi hemoragi, atau ketika sel darah merah
matang menjadi rusak, seperti pada penyakit Rh pada bayi
yang baru lahir dan malaria.
Pematangan sel darah merah membutuhkan banyak nutrien.
Protein dan besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan
menjadi bagian molekul hemoglobin. Vitamin asam folat
dan B12 dibutuhkan untuk sintesis DNA dalam sel induk
sumsum tulang merah. Selama sel-sel ini mengalami
mitosis, sel tersebut secara terus-menerus momproduksi sel-
sel kromosom baru. Vitamin B12 juga disebut fakot
ekstrinsik karena sumbernya berasal dari luar tubuh, yaitu
makanan. Sel parietal pada lapisan lambung memproduksi
faktor intrinsik, suatu zat kimia yang bergabung dengan
9

vitamin B12 dan makanan untuk mencegahnya dicerna dan


meningkatkan absorpsinya pada usus halus. Defisiensi
vitamin B12 atau faktor intrinsik akan mengakibatkan
anemia pernisiosa
c) Umur Darah
Umur sel darah merah sekitar 120 hari. Ketika Sel Darah
Merah (SDM) mencapai usia ini, SDM mudah rusak dan
dikeluarkan sirkulasi oleh sel dan sistem makrofag jaringan
(biasanya disebut sistem retikuloendotelial atau RES).
Organ yang mengandung makrofag (artinyapemangsa
besar) adalah hati, limpa, dan sumsum tulang merah. Sel
darah merah lama akan difagosit dan dicerna oleh
makrofag. dan kandungan besinya akan dikembalikan ke
dalam aliran darah untuk kembali lagi ke dalam sumsum
tulang merah yang digunakan untuk sintesis hemoglobin
baru.
d) Golongan Darah
Golongan darah kita diturunkan secara genetik yaitu, kita
mewarisi gen-gen dari orang tua kita yang akan menentukan
golongan darah kita. banyak faktor atau golongan sel darah
merah; kita akan membahas dua yang paling penting, yaitu
golongan ABO dan faktor Rh.
1. Golongan Darah A, B, O
Golongan A, B, O terdiri dari empat golongan darah: A,
B, AB, dan 0. Huruf A dan B mewakili antigen (Protein-
oligosakarida) pada membran sel darah merah.
Seseorang yang memiliki golongan.
Golongan darah A, B, O
Golongan Antigen pada sel Antibody pada
darah merah plasma
A A Anti-B
B B Anti-A
AB A dan B Tidak ada antibody
O Tidak ada antigen Anti-A dan anti-B
Tabel.1.1
2) Sel Darah Putih
10

Sel darah putih juga dikenal dengan nama Leukosit. Ada


lima macam sel darah putih; semuanya memiliki ukuran yang
lebih besar daripada sel darah merah dan memiliki nukleus
ketika matang. Nukleus dapat berupa suatu bentuk tunggal
ataupun muncul dalam beberapa lobus. Dengan pewarnaan
khusus untuk pemeriksaa mikroskopik, akan muncul gambaran
khusus untuk setiap sel darah putih.
Hitung sel darah putih normal (merupakan bagian hitung
darah lengkap) adalah 500010.000 per mm3. Perhatikan
bahwa jumlah tersebut terbilang kecil bila dibanding hitung sel
darah merah normal. Sebagian besar sel darah putih tidak
terdapat di dalam pembuluh darah, tetapi berfungsi dalam
cairan jaringan.
a. Kiasifikasi dan Tempat Produksi
Kelima macam sel darah putih bisa dikiasifikasikan ke
dalam dua kelompok: granular dan tidak bergranula.
Leukosit bergranular diproduksi dalam sum- sum tulang
merah; yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil, yang akan
terlihat dengan warna granula yang lebih terang ketika
diwarnai. Leukosit tidak bergranula adalah limfosit dan
monosit, yang diproduksi pada jaringan limfatik, limpa,
kelenjar getah bening, dan timus, sebagaimana juga
diproduksi pada sumsum tulang merah. Hitung jenis sel
darah putih (bagian hitung darah total) adalah persentase
setiap jenis leukosit. Kisaran normal ditunjukkan pada Tabel
dibawah, disertai nilai normal hitung darah lengkap lain.
b. Hitung Darah Lengkap
Pengukuran Kisaran normal
Sel darah merah 4,5-6 juta/mm3
Hemoglobin 12-18 gram/100 ml
Hemaktokrit 38-48%
Retikulosit 0%-1,5%
Sel darah putih (total) 5000-10.000/mm3
Neutrofil 55-70%
11

Eosinofil 1-3%
Basofil 0,5-1%
Limfosit 20-35%
Monosit 3-8%
Trombosit 150.000-300.000/mm3
Tabel 1.2

c. Fungsi
Seluruh sel darah putih memiiki fungsi umum yang sama,
yaitu melindungi tubuh dan penyakit infeksi dan
membentuk imunitas terhadap penyakit tertentu. Setiap
jenis leukosit memiliki suatu peranan untuk menjaga
homeostasis yang sangat penting ini.
Neutrofil dan monosit memiliki kemampuan memfagosit
patogen. Neutrofil adalah yang paling banyak menjalankan
fungsi ini, tetapi menjalankan fungsi ini dengan sangat
efisien, monosit berdiferensiasi menjadi makrofag, yang
juga memfagosit jaringan yang sudah rusak amati pada
tempat cedera, yang membantu perbaikan jaringan menjadi
mungkin.
Eosinofil dipercaya memiliki fungsi untuk mendetoksifikasi
protein asing. Hal ini penting terutama pada reaksi alergi
dan infeksi parasit, seperti kinosis (parasit cacing). Basofil
mengandung gra heparin dan histamin. Heparin adalah
suatu anti koagulan yang membantu mencegah pembekan
yang tidak normal dalam pembuluh darah. F mm, seperti
yang Anda ingat, dilepaskan sel bagian proses inflamasi,
dan efeknya memiliki kapiler lebih permeabel, yang
memungkinkan jaringan, protein, dan sel darah putih
berkumpul di daerah yang mengalami kerusakan
3) Trombosit
Nama yang umum untuk platelet adalah trombosit, yang bukan
merupakan sat lengkap, melainkan fragmen atau pecahan sel.
Hitung normal trombosit bagian dalam hitung darah lengkap)
12

adalah 150.000-300.000 / mm3 (batas atasnya bisa meningkat


menjadi 500.000). Trombositopenia adalah istilah untuk hitung
trombosit yang rendah.
a. Tempat Produksi
Sebagian sel induk pada sumsum tulang merah
berdiferensiasi menjadi sel besar yang dinamakan
megakariosit, yang akan pecah menjadi bagian-bagian
kecil yang memasuki sirkulasi. Bagian yang terdapat di
dalam sirkulasi mi adalah trombosit, yang bisa hidup
sekitar lima sampai 9 hari, jika tidak digunakan sebelum
hari tersebut.
b. Fungsi Trombosit
Trombosit dibutuhkan untuk memelihara hemostasis, yang
berarti mencegh kehilangan darah. Ada tiga mekanisme
yang terjadi, dan trombosit terkait dalam setiap
mekanismenya. (buku ajar anatomi dan fisiologi, edisi 3,
2007)
2.1.3 Klasifikasi
a. Leukimia akut
1) Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, dan puncak insidensi pada usia 4 tahun,
setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi.
2) Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi
ke semua sel mieloid, monosit, grnulosit (basofil, neutrofil,
eusinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena, insiden meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Merupakan Leukemia Nonlimfositik yang paling sering
terjadi . (Muttaqin arif. 2009)
b. Leukimia Kronis
1) Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu
gangguan limfoproliferatif yang ditemukan pada orang tua
(umur median 60 tahun) dengan perbandingan2:1 untuk laki-
laki. LLK dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi
13

30% limfosit matang abnormal kecil dalam sumsum tulang,


darah perifer, dan tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar
yang mencapai 100.000+/mm3 atau lebih. Pada lebih dan 90%
kasus, limfosit abnormal adalah limfosit B. Karena limfosit B
berperan pada sintesis imunoglobulin pasien dengan LLK
mengalami insufisiensi sintesis imunoglobulin dan penekanan
respons antibodi. Studi sitogenetik menunjukkan lebih dari
80% pasien mengalami berbagai perubahan sitogenetik, yang
mungkin menunjukkan prognosis buruk awitannya
tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan pada
pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan
jumlah limfosit absolut atau karena limfadenopati dan
splenomegali yang tidak sakit. waktu penyakitnva
berkembang, hati juga membesar. Pasien yang hanya
menderita limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10
tahun atau lebih lama. Dengan terkenanya organ, terutama
lien, prognosis memburuk.Anemia dini dan trombositopenia
(jumlah trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP
pada kurang dari setahun merefleksikan prognosis sangat
buruk dengan harapan hidup median kurang dari 2 tahun.
Sekitar 10% pasien mengalami transformasi agresif serupa
dengan sindrom Richter (limfoma agresif). Sekitar 5% sampai
10% pasien mengalami anemia hemolitik autoimun atau
trombositopenia atau keduanya, memerlukan intervensi
dengan steroid atau agen kemoterapi atau keduanya.
Pasien dengan penyakit derajat rendah diobservasi bertahun-
tahun tanpa intervensi aktif yang diperlukan selama beberapa
tahun. Pengobatan diindikasikan bila pasien mengalarni
pansitopenia yang meningkat dengan infeksi, peningkatan
limfadenopati dan organomegali, anemia dan trombositopenia
akibat penggantian sumsum tulang, dan perubahan kualitas
hidup pasien. Pengobatan ditujukan pada pengurangan massa
limfositik sehingga membalikkan pansitopenia dan
14

menghiiangkan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh


pembesaran organ. Beberapa pasien dengan anemia hemolitik
autoimun yang secara medis tidak memberikan respons atau
trombositopenia mungkin memerlukan splenektomi. Agen
pengakil, seperti kiorambusil dan sikiofosfarnid, aktif pada
pengobatan LLK. Fludarabin antimetabolit purin, diberikan 3-
5 hari sebagai agen tunggal .juga efektif dan dapat digabung
dengan agen aktif lain seperti sikiofosfamid jika pasien
menjadi refrakter. Pendekatan baru terhadap pengobatan
keganasan sel B seperti LLK adalah pemakaian terapi biologi,
menggunakan antibodi monoklonal ini mencakup rituximab
(anti-CD20) dan Campath IH (anti-CD52), keduanya
memperoleh persetujuan FDA. (Sylvia A. Price, Edisi 6, 2006)
2) Leukemia Sel Berambut
Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia
limfositik sel B indolen. Nama mengidentifikasi projeksi
mikroskop seperti gelondong pada limfosit pada apusan darah
dan sumsum tulang yang diwarnai. (Sylvia A. Price, Edisi 6,
2006)

3) Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)


Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun,
lebih banyak terdapat sel normal dibanding pada bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang
dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90%
sampai 95% klien dengan LMK. LMK jarang menyerang
individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya
meningkat sesuai pertambahan usia. (Muttaqin arif. 2009)
Riset terbaru telah mengungkapkan bahwa leukemia merupakan
penyakit kompleks dengan heterogenitas yang beragam.
Akibatnya,klasifikasi leukemia menjadi semakin kompleks,rumit,dan
sangat pentin,karena identifikasi subtipe leukemia memiliki implikasi
terapeutik dan prognostik.Berikut ini merupakan uraian ringkas mengenai
sistem klasifikasi yang baru-baru ini dipakai:
15

1) Morfologi
Dua bentuk penyakit leukemia yang umumnya ditemukan pada
anak-anak adalah:leukemia limfoid akut(acute lymphoid leukemia,ALL)
dan leukemia nonlimfoid(mielogenus)akut(acute nonlymphoid
[myelogenous]leukemia, ANLL/AML.).sinonim untuk ALL0 meliputi
leukemia limfatik, limfositik, limpoblastik, dan limfoblastoid. Biasanya
istilah istilah leukemia sel tunas (stem cell) atau sel blast juga mengacu
pada leukemia tipe limfoid.sinonim untuk tipe AML meliputi leukemia
granulositik, mielositik, monositik,mielogenus, monoblastik,dan
monomieloblastik.
2) Penanda (marker) sitokimia
Beberapa preparat pewarna kimia membantu membedakan ALL
dengan AML.sebagai contoh,ALL akan menunjukkan warna positif
setelah diberi terminal deoxynucleotidyl transferase(TdT)sementara
AML memperlihatkan sifat nonreaktif(Margolin dan Poplack,1997)
3) Pemeriksaan kromosom
Anlisis kromosom sudah menjadi alat yang penting dalam
menegakkan diagnosis leukemia limfoblastik akut.sebagai contoh,anak-
anak dengan trisomi 21 akan meghadapi risiko 20 kali lipat untuk
mengalami leukemia limfoid akut dibandingkan anak-anak lain. Anak-
anak yang memiliki lebih dari 50 kromosom pada sel-sel
leukemia(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang paling
baik(Margolin dan Poplack,1997).translokasi kromosom yang juga
ditemukan pada sel-sel leukemia dapat menunjukkan prognosis yang
baik seperti pada trisomi 4 dan 10,atau prognosis yang buruk,seperti
pada t(9:22)atau kromosom Philadelphia.
4) Penanda imunologik permukaan-sel
Antigen permukaan-sel telah memungkinkan diferensiasi ALL
menjadi tiga kelas yang besar:ALL non-T, non-B memiliki prognosis
yang paling baik,terutama jika mereka mempunyai antigen leukemia
limfosit akut yang umum, yang dikenal sebagai CALLA-positif,terdapat
pada permukaan selnya(Margolin dan Poplack,1997)
2.1.4 Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :
16

a. Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan


struktur gen (T cell Leukmia lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi : sinar X
c. Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti
diethylstilbestor
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
(Asuhan keperawatan pada anak Edisi 2,Suriadi,S.Kp,MSN 2006)

2.1.5 Patofisiologi
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang maligna,
imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit
dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow
daninfiltran organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendihan.
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 160)

2.1.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia
adalah sebagai berikut:
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Petekie, memar tanpa sebab
f. Sering mimisan
g. Gusi berdarah
h. Nyeri pada tulang dan persendian
i. Nyeri abdomen
j. Limphadenopathy
k. Hepatosplenomegaly
l. Abnormal WBC (Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 162)
2.1.7 Test Diagnostik
17

1) Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukosit yang imatur.


2) Aspirasi sum-sum tulang (BMP):hiperseluler terutama banyak
terdapat sel muda.
3) Biopsi sum-sum tulang.
4) Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat
terinfiltrasi.
5) Rontgen dada dan biopsi kelenjar limfa:menunjukkan tingkat
kesulitan tertentu. (Arif Muttaqin, 2009:419 & Suriadi, Rita
Yuliani, 2006:162)
2.1.8 Penatalaksanaan Medik
1) Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masih dapat diberikan
transfusi trombosit.
2) Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah
mencapai remisi dosis dikurangi demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3) Transpalansi sumsum tulang
4) Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa
kasus dapat menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai
setahun atau lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi
daunorubicin, hydrochloride (cerubidin), cytarabine (Cytosar-U),
dan mercaptopurine (purinethol). ( Handayani Wiwik, 2008)

2.1.9 Pengobatan
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri, tergantung pada
pengalamannya. Umumnya pengobatan ditunjukkan terhadap
pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih lama.
Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola
dasar pengobatan sebagai berikut :
a. Induksi Remisi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi yaitu dengan
pemberian berbagai obat di atas, baik secara sistematik maupun
intratekal sampai sel blas dalam sum-sum tulang kurang dari 5
%.hampir segera setelah diagnosis di tegakkan, terapi induksi
18

dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-obatan


utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid
(terutama prednison), vinkristin dan L-asparraginase, dengan atau
tanpa doksorubiisinn (daonomisin) dan sitosin.
Karena banyak di antara obat ini juga menyebabkan
mielosupresi unsur-unsur darah yang normal, periode waktu yang
terjadi segera sesudah remisi merupakan periode yang sangat
menentukan. Tubuh pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan
sangat rentan terhadap infeksi dan perdarahan spontan.
b. Konsolidasi
Yaitu agar sel tersisa tidak cepat memperbanyak diri.
c. Rumatan (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya
suatu masa remisi yang lama biasanya dilakukan dengan
pemberian sistostatika seperti dosis biasa.
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi indukisi dan
konsolidasi selesai dan berhasil dengan baik untuk memelihara
remisi dan selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia.

d. Reinduksi
Dimaksudkan untuk merubah relaps. Reinduksi biasanya
dilakukan setiap 3 6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti
pada induksi selama 10 14 hari.
Adanya sel-sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP atau
testis menunjukkan terjadinya relaps/kekambuhan penyakit.
Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi
reinduksi dengan prednisone dan vinkristin, di sertai pemberian
kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP
dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah
diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah remisi.
e. Transpalansi sumsum tulang
Transpalansi sumsum tulang sudah dilakukan untuk
penanganan anak-anak yang menderita ALL danAML dengan
hasil yang baik. Transpalansi ini tidak dikomendasikan untuk
anak-anak yang menderita ALL selama remisi yang pertama
karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil yang
19

menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita


AML lebih buruk, transpalansi sumsum tulang alogenik biasa
dipertimbangkan selama masa remisi pertama. (Wongs essentials
of pediatric nursing. 2009 Hal: 1139)

Anda mungkin juga menyukai