Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HEMATOLOGI RUTIN DAN INDIKASI


(Eritropoesis, Leukopoesis, Trombopoesis)

Dosen Pengampu : Sri Ujiani, S.Pd., M.Biomed

DISUSUN OLEH:
DITA RAHMAINI (1913353001)
AHMAD ILHAM MAULANA (1913353002)
VIOLA CHUZAIFA (1913353003)
INTAN NOVITASARI (1913353004)
CINTHIA BELLA MONICA (1913353005)
NATASHA SAFITRI (1913353006)
NATASYA ANGELINA (1913353007)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan sesuai dan
tepat waktu. Pada makalah ini menjelaskan tentang “Eritropoesis, Leukopoesis,
Trombopoesis” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hematologi Rutin dan
Indikasi.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Ujiani, S.Pd., M.Biomed
selaku dosen pembimbing mata kuliah Hematologi Rutin dan Indikasi yang telah
memberikan pengarahan kepada kami dalam pengerjaan tugas makalah Hematologi.
Dan juga terimakasih untuk rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam
pengumpulan data terkait materi dalam makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap ada kritikan, saran, dan usulan
demi kebaikan pembuatan makalah pada masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.

Penulis,

Bandar Lampung, 3 Februari 2021

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 2


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Eritropoiesis.....................................................................................................6
2.2 Leukopoiesis....................................................................................................12
2.3 Trombopoiesis.................................................................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................23
3.2 Saran................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah dan bagian
penyusun darah. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang
sering dilakukan di laboratorium-laboratorium. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
eritrosit(sel darah merah), trombosit (platelet/keping darah), leukosit (sel darah putih),
LED (laju endap darah), Hb (hemoglobin), hematokrit dan masih banyak lagi.
Pemeriksaan hitung sel darah merah (eritrosit) merupakan pemeriksaan yang paling
sering diminta klinisi. Hal ini dikarenakan peranan sel darah merah dalam upaya
penegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran prognosis, dan follow up seorang
pasien (Wijaya K. 2006).
Pemeriksaan hitung sel darah merah (eritrosit) merupakan pemeriksaan yang
paling sering diminta klinisi. Hal ini dikarenakan peranan sel darah merah dalam upaya
penegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran prognosis, dan follow up seorang
pasien (Wijaya K. 2006). Laboratorium sebagai penunjang diagnosis, dituntut untuk
dapat memberikan hasil yang akurat atau memberikan hasil yang dapat mendeteksi
kondisi pasien yang sebenarnya, karena dengan hasil yang didapat akan dapat
ditegakkan diagnosis dan diberikan tindakan serta terapi terhadap pasien tersebut.
Pemeriksaan laboratorium hematologi merupakan pemeriksaan cairan darah yang
berhubungan dengan dengan sel-sel darah dan biokimiawi yang berhubungan dengan sel
darah. Pemeriksaan laboratorium hematologi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
pemeriksaan, yaitu : pemeriksaan hematologi yang berperan dalam mendefinisikan sel-
sel darah atau pigmen darah yang normal dan abnormal serta menentukan sifat kelainan
tersebut dan pemeriksaan hematologi yang berperan dalam mengevaluasi gangguan
hemostasis (Riswanto, 2013).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 4


1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Eritropoesis ?
2. Bagaimana mekanisme dari Eritropoesis ?
3. Apa yang dimaksud dengan Leukopoesis ?
4. Bagaimana mekanisme dari Leukopoesis ?
5. Apa yang dimaksud dengan Trombopoesis ?
6. Bagaimana mekanisme dari Trombopoesis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Eritropoesis
2. Untuk mengetahui mekanisme dari Eritropoesis
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Leukopoesis
4. Untuk mengetahui mekanisme dari Leukopoesis
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Trombopoesis
6. Untuk mengetahui mekanisme dari Trombopoesis
1.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Eritropoesis
2.1.1 Definisi
Eritropoiesis adalah proses produksi dan maturasi (pematangan) sel darah
merah atau eritrosit. Proses maturasi tersebut terjadi di dalam sumsum tulang.
Berdasarkan tahap pematangan dan identifikasi morfologinya, eritropoiesis
terbagi dalam 6 tahap yang berurutan. Semakin matur atau semakin matang sel
darah merah, maka ukuran sel semakin kecil seiring dengan semaikin
meningkatnya kandungan Hemoglobin. Seiring dengan pematangannya, ukuran
inti sel darah merah akan semakin kecil dan akhirnya inti akan keluar dari sel
pada tahap maturasi sel darah merah yang lebih lanjut, sehingga darah merah
yang matur tidak mempunyai inti lagi. Ukuran sitoplasma sel darah merah akan
meningkat seiring dengan semakin maturnya sel darah merah tersebut, sehingga
rasio inti dibanding sitoplasma semakin kecil.
Berdasar urutan maturasinya, maka terdapat 6 tahapan yaitu :
a) Tahap maturasi yang paling awal/ sel darah merah yang paling muda disebut
sebagai Proeritroblas/ Pronormoblas
b) Proeritroblas/ Pronormoblas akan mengalami maturasi menjadi Eritroblas
Basofilik/ Normoblas Basofilik
c) Eritroblas Basofilik/ Normoblas Basofilik yang mengalami maturasi akan
menjadi Eritroblas Polikromatik/ Normoblas Polikromatofilik
d) Eritroblas Polikromatik/ Normoblas Polikromatofilik akan mengalami
maturase menjadi Eritroblas Ortokromatik/ Normoblas Ortokromik
e) Eritroblas Ortokromatik/ Normoblas Ortokromik semakin matur dan disebut
sebagai Retikulosit/ Sel Darah Merah Polikromatofilik
f) Tahapan akhir dari Eritropoiesis adalah Sel Darah Merah matur yang juga
disebut sebagai eritrosit, yang berasal dari Retikulosit yang mengalami
maturasi.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 6


Dalam keadaan normal eritropoiesis memerlukan 3 faktor yaitu
1) stem sel hematopoetik,
2) sitokin spesifik, growth factor dan hormonal regulator, serta
3) hematopoietik yang mempengaruhi microenvirontment yang merupakan
stroma pendukung dan interaksi sel dengan sel yang diikuti proliferasi dan
diferensiasihematopoetik sel stem dan mempengaruhi erythroid progenitor
yang akhirnya menghasilkan sel darah merah yang matur.

2.1.2 Ciri-ciri Sel Darah Merah dalam Eritropoiesis


a) Proeritroblas/ Pronormoblas
Ukuran diameter Proeritroblas/ Pronormoblas berkisar 14 sampai 24 mikron.
Inti memiliki ukuran diameter yang relative besar dibanding ukuran total
diameter sel. Inti berbentuk bundar sampai oval. Inti berisi kromatin yang
halus. Pada inti terdapat satu atau lebih anak inti yang disebut sebagai
nukleolus (tunggal atau jumlah anak inti satu) atau nucleoli apabila anak inti
jumlahnya lebih dari satu. Sitoplasma Proeritroblas/ Pronormoblas tipis dan
berwarna biru tua dan kadang terdapat daerah yang berwarna lebih terang di
tepi (Perinuclear clearing).
b) Eritroblas Basofilik/ Normoblas Basofilik.
Pada tahap kedua dari Eritropoiesis ini, sel darah merah memiliki ciri: Ukuran
diameter sel berkisar 10 sampai 17 mikron. Hampir sama dengan tahap
sebelumnya, inti Eritroblas Basofilik/ Normoblas Basofilik relative besar
dibandingkan ukuran diameter total dari sel. Inti besar, berbentuk bundar
sampai oval. Inti berisi kromatin yang agak kasar. Pada tahap kedua
eritropoiesis ini, biasanya di dalam inti sudah tidak terdapat anak inti lagi.
Apabila terdapat anak inti maka hanya tampak membayang saja.
c) Eritroblas Polikromatik/ Normoblas Polikromatofilik
Pada tahap ketiga dari Eritropoiesis ini, sel darah merah memiliki ciri:
Ukuran diameter sel berkisar 10 sampai 15 mikron. Pada tahap ini, inti
Eritroblas Polikromatik/ Normoblas Polikromatofilik berbentuk bundar
dengan kromatin yang kasar dan tidak terdapat anak inti atau nukleolus.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 7


Sitoplasma Eritroblas Polikromatik/ Normoblas Polikromatofilik berwarna
biru terang agak keabu-abuan
d) Eritroblas Ortokromatik/ Normoblas Ortokromik
Tahap keempat dalam Eritropoiesis ini, sel darah merah memiliki ciri: Ukuran
diameter sel semakin kecil dibanding tahap sebelumnya, yaitu berkisar 8
sampai 12 mikron. Rasio inti dibanding sitoplasma semakin kecil. Pada tahap
ini, inti Eritroblas Ortokromatik/ Normoblas Ortokromik berukuran kecil
dibanding ukuran diameter total sel, berbentuk bundar dengan kromatin yang
padat dan tidak terdapat anak inti atau nukleolus. Inti cenderung eksentrik
atau menepi di salah satu sisi, yang akhirnya inti akan keluar dari sel
(extruded). Sitoplasma Eritroblas Ortokromatik/ Normoblas Ortokromik
berwarna merah muda atau pink dan agak keabu-abuan
e) Retikulosit/ Sel Darah Merah Polikromatofilik
Pada tahap kelima dalam Eritropoiesis ini, sel darah merah memiliki ciri:
Ukuran diameter sel semakin kecil dibanding tahap sebelumnya, yaitu
berkisar 8 sampai 10 mikron. Pada tahap ini, sel darah merah sudah tidak
memiliki inti lagi, karena inti telah 6 keluar dari sel (extruded). Sitoplasma
Retikulosit/ Sel Darah Merah Polikromatofilik berwarna biru terang agak
merah muda atau pink. Kadang tampak sisa-sisa granula filamentosa dalam
sitoplasma sebagai bercak-bercak filamen yang berwarna keunguan.
f) Eritrosit/ Sel Darah Merah (matur)
Tahap keenam atau tahap akhir dalam Eritropoiesis, yaitu sel darah merah
yang sudah matur, yang disebut juga sebagai eritrosit. Ciri Eritrosit adalah sel
darah dengan ukuran diameter yang paling kecil dibanding tahap sebelumnya,
yaitu berkisar 6 sampai 8 mikron. Pada tahap ini, sel darah merah tidak
memiliki inti. Sel darah merah berbentuk seperti cakram yang memiliki dua
cekungan pada kedua sisinya (biconcave disk). Sel darah merah memiliki
daerah pucat di tengah sel yang disebut sebagai area of central palor. Sel
darah merah tidak memiliki inti. Sitoplasma Sel Darah Merah berwarna
merah muda atau pink. Semakin rendah kadar Hemoglobin yang terkandung
dalam Sel darah Merah maka warna sitoplasma semakin pucat.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 8


2.1.3 Mekanisme dari Eritropoesis
Eritropoesis dimulai dari transformasi hemositoblas menjadi rubriblas.
Selanjutnya selintermediet lain terbentuk sampai tahap akhir pembentukan
eritrosit tercapai. SintesisHb dan hilangnya inti menandai urut-urutan
perkembangan eritropoesis. Rubriblas mengalami beberapa tahap diferensiasi
dalam urut-urutan tersebut. Pertama-tama rubriblas berubah menjadi prorubrisit.
Kemudian prorubrisit berkembang menjadi rubrisit, sel pertama dalam urutan
yang mulai mensintesis Hb. Rubrisit berkembang menjadi metarubrisit. 
Dalam metarubrisit, sintesis Hb ada pada tingkat maksimum dan inti
hilang karena dibuang. Pada tahap selanjutnya, metarubrisit berkembang
menjadi retikulosit yang seterusnya menjadi eritrosit atau sel darah merah
(Soewolo, 2005). Tempat terjadinya eritropoiesis di jaringan mieloid yang
terletak di sumsum tulang dari tulang kranial, rusuk, dada, korpus vertebrata,
epifisis proksimal humerus dan femur (Soewolo, 2005). Eritropoesis adalah
proses pembentukan eritrosit (sel darah merah). Pada janin dan bayi proses ini
berlangsungdi limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas
hanya pada sumsum tulang.
Proses destruksi eritrosit terjadi secara normal setelah masa hidup eritrosit
habis (sekitar 120 hari). Proses initerjadi melalui mekanisme yang terdiri dari :
1) Fragmentasi
Mekanisme fragmentasi terjadi apabila kehilangan beberapa bagian
membrane eritrosit sehingga menyebabkan isisel keluar termasuk
haemoglobin
2) Lisis Osmotik
Tekanan osmotik plasma merupakan gambaran terjadinya kecenderungan
mendorong air dan Na dari daerahkonsentrasi tinggi di interstisium ke
daerah dengan konsentrasi air rendah di plasma (atau konsentrasi
proteinplasma lebih tinggi). Sehingga protein plasma dapat dianggap
“menarik air” ke dalam plasma. Hal ini dapat mengakibat lisis eritrosit yang
disebabkan efek osmotik

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 9


3) Eritrofagositosis
Mekanisme destruksi eritrosit ini melalui fagositosis yang dilakukan oleh
monosit, neutrofil, makrofag. Fagositosis eritrosit ini terutama terjadi pada
eritrosit yang dilapisi antibody. Mekanisme ini meruapakan salah satu
indicator adanya AutoImun Hemolitic Anemia (AIHA).
4) Sitolisis
Sitolisis biasanya dilakukan oleh komplemen (C5, C6, C7, C8, C9). Sitolisis
ini meruapakan indikator PeroxysimalNocturnal Haemoglobinuria (PNH)
5) Denaturasi Hemoglobin
Hemoglobin yang terdenaturasi akan mengendap menbentuk Heinz bodies.
Eritrosit dengan Heinz bodies akancepat didestruksi oleh limpa. Heinz
bodies melekat pada membran permeabilitas membesar
sehinggamengakibatkan lisis osmotik juga.

2.1.4 Siklus Eritropoiesis

a) Rubiblast
Rubriblast disebut juga pronormoblast atau proeritroblast, merupakan sel
termuda dalam sel eritrosit. Sel iniberinti bulat dengan beberapa anak inti dan
kromatin yang halus. Ukuran sel rubriblast bervariasi 18-25 mikron.Dalam
keadaan normal jumlah rubriblast dalam sumsum tulang adalah kurang dari 1
% dari seluruh jumlah selberinti.2.
b) Prorubrisit
Prorubrisit disebut juga normoblast basofilik atau eritroblast basofilik.
Ukuran lebih kecil dari rubriblast. Jumlahnyadalam keadaan normal 1-4 %
dari seluruh sel berinti.3.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 10


c) Rubrisit
Rubrisit disebut juga normoblast polikromatik atau eritroblast polikromatik.
Inti sel ini mengandung kromatin yangkasar dan menebal secara tidak teratur,
di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik. Pada sel ini sudahtidak
terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi
sitoplasmanya lebih banyak, mengandungwarna biru karena asam ribonukleat
(ribonucleic acid-RNA) dan merah karena hemoglobin. Jumlah sel ini
dalamsumsum tulang orang dewasa normal adalah 10-20 %.4.
d) Metarubrisit
Sel ini disebut juga normoblast ortokromatik atau eritroblast ortokromatik.
Inti sel ini kecil padat dengan strukturkromatin yang menggumpal.
Sitoplasma telah mengandung lebih banyak hemoglobin sehingga warnanya
merahwalaupun masih ada sisa-sisa warna biru dari RNA. Jumlahnya dalah
keadaan normal adalah 5-10%.5.
e) Retikulosit
Pada proses maturasi eritrosit, setelah pembentukan hemoglobin dan
penglepasan inti sel, masih diperlukanbeberapa hari lagi untuk melepaskan
sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam sumsum tulang
dansebagian lagi dalam darah tepi. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel
normal akan beredar sebagai retikulositselama 1-2 hari. Dalam darah normal
terdapat 0,5 – 2,5% retikulosit.6.
f) Eritrosit
Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkaf dengan ukuran
diameter 7-8 mikron dan tebal 1,5- 2,5mikron. Bagian tengah sel ini lebih
tipis daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan
berwarnakemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Umur eritrosit
adalah sekitar 120 hari dan akan dihancurkanbila mencapai umurnya oleh
limpa.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 11


2.2 Leukopoesis
2.2.1 Definisi
Leukopoiesis merupakan pembentukan leukosit atau sel darah putih. Sel-sel
darah ini dibentuk dari sel stem hemopoietik pluripotensial yang berasal dari
sumsum tulang. Sel stem hemopoietik pluripotensial akan berdifereniasi menjadi
berbagai tipe sel stem committed, dimana sel-sel committed ini akan membentuk
eritrosit dan cell lineages utama leukosit, yaitu mielositik yang dimulai dari
mieloblas dan limfositik yang dimulai dari limfoblas (Shier et al. 2002). Sel
darah putih terutama granulosit dan monosit dibentuk dan disimpan disumsum
tulang.
Diferensiasi dini dari sel punca hematopoeitik pluripoten menjadi berbagai
sel-sel commited stem. Selain membentuk sel darah merah, diferensiasi dini sel
ini juga membentuk dua silsilah utama pada sel darah putih yaitu mielositik dan
limfositik. (Guyton dan Hall, 2008).
Granulosit dan monosit hanya diproduksi di sumsum tulang, yang
membebaskan leukosit matur ke dalam darah. Limfosit sebenarnya berasal dari
sel-sel prekursor di sumsum tulang, tetapi sebagian besar limfosit baru
sebenarnya dihasilkan oleh limfosit yang sudah ada di jaringan limfoid
(mengandung limfosit), misalnya kelenjar limfe dan tonsil (Sherwood, 2014).
Jumlah total leukosit dalam keadaan normal berkisar 5 juta hingga 10 juta per
mililiter darah, dengan rata-rata 7 juta sel/ml, yang dinyatakan sebagai hitungsel
darah putih rerata 7000/mm3 . Dalam keadaan normal, sekitar dua pertiga
leukosit dalam darah adalah granulosit, terutama neutrofil, sementara sepertiga
adalah agranulosit, terutama limfosit. Namun persentase masing-masing tipe
dapat sangat bervariasi tergantung jumlah kebutuhan pertahanan yang terus
berubah. (Sherwood, 2014).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 12


2.2.2 Mekanisme dari Leukopoiesis

Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan


dalam sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila
kebutuhannya meningkat maka akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan.
Proses pembentukan limfosit, ditemukan pada jaringan yang berbeda seperti
sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli.
Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen.
Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan
dan pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan
berkembang menjadi leukosit matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke
peredaran darah. Dalam sirkulasi darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari
dan kemudian masuk ke dalam jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga
beberapa minggu, beberapa bulan, tergantung pada jenis leukositnya (Sacher,
2004).
Pembentukan leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada
dua jenis, sehingga pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya.
Pembentukan sel pada seri granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fase
mieloblast, sedangkan pada seri agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan
limfosit. Pembentukan limfosit (limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast,
sedangkan pada monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 13


Granulopoiesis adalah evolusi paling dini menjadi myeloblas dan akhirnya
menjadi sel yang paling matang, yang disebut basofil, eosinofil dan neutrofil.
Proses ini memerlukan waktu 7 sampai 11 hari. Mieloblas, promielosit, dan
mielosit semuanya mampu membelah diri dan membentuk kompartemen
proliferasi atau mitotik. Setelah tahap ini, tidak terjadi lagi pembelahan, dan sel
mengalami pematangan melalui beberapa fase yaitu : metamielosit, neutrofil
batang dan neutrofil segmen. Di dalam sumsum tulang sel ini mungkin ada dalam
jumlah berlebihan yang siap dibebaskan apabila diperlukan. Sel-sel ini dapat
menetap di sumsum tulang sekitar 10 hari, berfungsi sebagai cadangan apabila
diperlukan.
Limfopoiesis adalah pertumbuhan dan pematangan limfosit. Hampir 20%
dari sumsum tulang normal terdiri dari limfosit yang sedang berkembang. Setelah
pematangan, limfosit masuk ke dalam pembuluh darah, beredar dengan interval
waktu yang berbeda bergantung pada sifat sel, dan kemudian berkumpul di
kelenjar limfatik (Sacher, 2004).
Monopoiesis berawal dari sel induk pluripoten menghasilkan berbagai sel
induk dengan potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni
granulosit yang bipotensial. Turunan sel ini menjadi perkusor granulosit atau
menjadi monoblas. Pembelahan monoblas menghasilkan promonosit, yang
sebagiannya berpoliferasi menghasilkan monosit yang masuk peredaran. Yang
lain merupakan cadangan sel yang sangat lambat berkembang. Waktu yang
dibutuhkan sel induk sampai menjadi monosit adalah sekitar 55 jam. Monosit
tidak tersedia dalam sumsum dalam jumlah besar, namun bermigrasi ke dalam
sinus setelah dibentuk. Monosit bertahan dalam pembuluh darah kurang dari 36
jam sebelum akhirnya masuk ke dalam jaringan (Fawcett, 2002).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Leukosit


Jumlah leukosit dapat meningkat yang biasa disebut leukositosis, sebaliknya
dapat menurun disebut leukopenia (Sofro, 2012). Jumlah leukosit dapat naik dan
turun sesuai dengan keadaan. Dalam tubuh terjadi infeksi, biasanya jumlah sel ini
meningkat, jika tubuh mengalami gangguan dalam memproduksi leukosit, hal ini
menyebabkan tubuh kita mudah diserang penyakit (Tim Matrix, 2009).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 14


Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup
dari masing-masing sel leukosit tersebut. Masa hidup sel leukosit yang memiliki
granula relatif lebih singkat dibandingkan sel leukosit yang tidak memiliki
granula. Masa hidup sel leukosit yang memiliki granula adalah 4- 8 jam dalam
sirkulasi darah dan 4-5 hari di dalam jaringan. Hal ini disebabkan karena sel
leukosit yang memiliki granula lebih cepat menuju daerah infeksi dan melakukan
fungsinya dari pada sel leukosit yang tidak memiliki granula
Leukopenia disebabkan berbagai kondisi, termasuk stress berkepanjangan,
infeksi virus, penyakit atau kerusakan sumsum tulang, radiasi, atau kemoterapi.
Penyakit sistemik yang parah misalnya lupus eritematosus, penyakit tiroid,
sindrom Cushing, dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit. Semua atau
salah satu jenis sel saja yang dapat terpengaruh (Corwin, 2009). Penurunan
jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia,
kehamilan, dan partus. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stres,
kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain

2.2.4 Jenis-jenis Leukopoiesis


Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit
yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula. Granula ini
mempunyai perbedaan kemampuan mengikat warna misalnya pada eosinofil
mempunyai granula berwarna merah terang, basofil berwarna biru dan neutrofil
berwarna ungu pucat. Agranulosit merupakan bagian dari sel darah putih dimana
mempunyai inti sel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Leukosit yang
termasuk agranulosit adalah limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B
yang membentuk imunitas humoral dan limfosit T yang membentuk imunitas
selular. Limfosit B memproduksi antibodi jika terdapat antigen, sedangkan
limfosit T langsung berhubungan dengan benda asing untuk difagosit (Tarwoto,
2007).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 15


Dalam keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang
telah dibakukan adalah basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil segmen,
limfosit dan monosit. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk,
inti, warna sitoplasma serta granula didalamnya (Mansyur, 2015).
a) Neutrofil
Neutrofil berukuran sekitar 14 μm, granulanya berbentuk butiran halus tipis
dengan sifat netral sehingga terjadi percampuran warna asam (eosin) dan
warna basa (metilen biru), sedang pada granula menghasilkan warna ungu
atau merah muda yang samar (Nugraha 2015). Neutrofil berfungsi sebagai
garis pertahanan tubuh terhadap zat asing terutama terhadap bakteri. Bersifat
fagosit dan dapat masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Sirkulasi neutrofil
dalam darah yaitu sekitar 10 jam dan dapat hidup selama 1-4 hari pada saat
berada dalam jaringan ekstravaskuler (Kiswari,2014). Neutrofil adalah jenis
sel leukosit yang paling banyak yaitu sekitar 50-70% diantara sel leukosit
yang lain. Ada dua macam netrofil yaitu neutrofil batang (stab) dan neutrofil
segmen (polimorfonuklear) (Kiswari,2014).
Perbedaan dari keduanya yaitu neutrofil batang merupakan bentuk muda dari
neutrofil segmen sering disebut sebagai neutrofil tapal kuda karena
mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda. Seiring dengan proses
pematangan, bentuk intinya akan bersegmen dan akan menjadi neutrofil
segmen. Sel neutrofil mempunyai sitoplasma luas berwarna pink pucat dan
granula halus berwarna ungu (Riswanto,2013).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 16


Neutrofil segmen mempunyai granula sitoplasma yang tampak tipis (pucat),
sering juga disebut neutrofil polimorfonuklear karena inti selnya terdiri atas
2-5 segmen (lobus) yang bentuknya bermacam-macam dan dihubungkan
dengan benang kromatin. Jumlah neutrofil segmen yaitu sebanyak 3-6, dan
bila lebih dari 6 jumlahnya maka disebut dengan neutrofil hipersegmen
(Kiswari,2014).

b) Eosinofil
Eosinofil dalam tubuh yaitu sekitar 1-6%, berukuran 16 μm. Berfungsi
sebagai fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap antigen yang
dikeluarkan oleh parasit. Masa hidup eosinofil lebih lama dari neutrofil yaitu
sekitar 8-12 jam (Kiswari, 2014). Eosinofil hampir sama dengan neutrofil tapi
pada eosinofil, granula sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah orange.
Warna kemerahan disebabkan adanya senyawa protein kation (yang bersifat
basa) mengikat zat warna golongan anilin asam seperti eosin, yang terdapat
pada pewarnaan Giemsa. Eosinofil lebih lama dalam darah dibandingkan
neutrofil (Hoffbrand, dkk. 2012).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 17


c) Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kira-kira
kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan leukosit. Sel ini memiliki ukuran
sekitar 14 μm, granula memiliki ukuran bervariasi dengan susunan tidak
teratur hingga menutupi nukleus dan bersifat azrofilik sehingga berwarna
gelap jika dilakukan pewarnaan Giemsa. Basofil memiliki granula kasar
berwarna ungu atau biru tua dan seringkali menutupi inti sel, dan bersegmen.
Basofil jarang ditemukan dalam darah normal. Selama proses peradangan
akan menghasilkan senyawa kimia berupa heparin, histamin, beradikinin dan
serotonin. Basofil berperan dalam reaksi hipersensitifitas yang berhubungan
dengan imunoglobulin E (IgE) (Kiswari,2014).

d) Monosit
Jumlah monosit kira-kira 3-8% dari total jumlah leukosit. Monosit memiliki
dua fungsi yaitu sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan
bakteri) serta berperan dalam reaksi imun (Kiswari,2014). Monosit
merupakan sel leukosit yang memiliki ukuran paling besar yaitu sekitar 18
μm, berinti padat dan melekuk seperti ginjal atau biji kacang, sitoplasma tidak
mengandung granula dengan masa hidup 20-40 jam dalam sirkulasi. Inti
biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda
(Effendi, 2003).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 18


e) Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit kedua paling banyak setelah neutrofil (20- 40%
dari total leukosit). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif lebih banyak
dibandingkan jumlah orang dewasa, dan jumlah limfosit ini akan meningkat
bila terjadi infeksi virus. Berdasarkan fungsinya limfosit dibagi atas limfosit
B dan limfosit T. Limfosit B matang pada sumsum tulang sedangkan limfosit
T matang dalam timus. Keduanya tidak dapat dibedakan dalam pewarnaan
Giemsa karena memiliki morfologi yang sama dengan bentuk bulat dengan
ukuran 12 μm (Nugraha, 2015). Limfosit B berasal dari sel stem di dalam
sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi.
Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar
thymus yang akan mengalami pembelahan dan pematangan (Farieh, 2008).
Berdasarkan ukuranya limfosit dibedakan menjadi beberapa jenis :
 Resting lymphocyte : biasanya berukuran kecil (7-10 μm), inti selnya
berbentuk bulat atau oval.
 Reactive (“activical”) lymphocyte : berukuran paling besar bila terjadi
infeksi misalnya mono nukleosis.
 Large granula lymphocyte : berukuran sedang mengandung granula kasar
azurofilik, berperan sebagai sel natural killer (NK) imunologi (Kiswari,
2015).

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 19


2.3 Trombopoesis
2.3.1 Definisi
Trombopoiesis merupakan proses pembentukan trombosit yang berlangsung
disumsum tulang. Proses ini dipengaruhi oleh hormon trombopoietin. Atas
pengaruh hormon trombopoietin, sel mieloid berkembang menjadi Colony
Forming Unit–Megakaryocyte (CFU-MK) yang kemudian akan berkembang lebih
lanjut menjadi sel-sel prekursor trombopoiesis yaitu megakarioblast. Selanjutnya,
megakarioblast berkembang lagi menjadi megakariosit, suatu sel besar yang
tersusun atas 2000 – 3000 fragmen. Tiap fragmen akan ditutupi oleh membran
plasma dan membentuk trombosit atau platelet. Trombosit yang lepas dari
megakariosit di sumsum tulang selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah.
Umumnya, orang dewasa rata-rata memproduksi 10trombosit/hari, dan
produksi dapat meningkat hingga 20 kali lipat pada saat kebutuhan trombosit
meningkat. Pada keadaan normal, jumlah trombosit dalam sirkulasi darah adalah
sekitar 150.000 – 400.000 trombosit /ul darah. Setiap trombosit berbentuk seperti
cakram, berdiameter 2-4 µm disertai dengan banyak vesikel, tetapi tidak
mempunyai inti. Terdapat 3 macam bentuk sel yang dapat dikenali :
a) Megakarioblas
Badan sel biasanya lebih besar dari pada badan sel proeiritroblas.
Perbandingan antara inti dan sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih
besar. Kepadatan kromatin inti berbeda-beda. Nukleolus sebagian besar
tertutup, tetapi terdapat dalam jumlah besar.pada penyatuan inti yang
mencolok,terdapat sel yang berinti dua hinggaempat. Sitoplasma tampak
nasofilik kuat,terbebas dari granulasasi,dan dibagian tepikadang-kadang
terlihat sedikit menjuntai. Sering terdapat trombosit yang melekat.
b) Promegakariosit
Promegakarisit adalah megakariosit yang setengah matang. Produk
poliploidasimegakarioblas yang berdemensi besar. Inti sel sangat besar dan
sedikit berlobusselain bentuk dengan kecenderungan segmentasi (berlobus)
yang dapat dikenalidengan jelas. Kromatin inti sebagian besar teranyam
rapat,nukleoulus yang adakebanyakan terselubungi. Sitoplasma tampak
basofilik dengan beberapa areaazurofilik, yang menunjukan permulaan

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 20


aktivitas trombopoesis. Luas sitoplasma bertambah secara nyata. Ditepi
sel,terdapat trobosit yang melekat.
c) Megakariosit yang matang
Sel terbesar yang dijumpai pada hematopoiesis disumsum tulang dalam
kondisidalam kondisi normal. Serangkaian gumpalan (haustra) inti yang khas
terbentuk darisitoplasma azurofilik ditutupi bintik-bintik halus, sebagai
perwujudan terakhir pembentukan trombosit yang aktif. Perluasan dan
penonjolan bagian sitoplasmaazurofilik menandakan suatu persiapan
pelepasan trombosit

2.3.2 Mekanisme dari Trombopoesis


Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri
(fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui
rangsangan trombopoetin. Megakariosit adalah sel raksasa (diameter 30 - 100µm
atau lebih) yang berasal dari sel stem hemopoietik. Inti berlobi secara kompleks
dan dihubungkan dengan benang-benang halus dari bahan kromatin. Sitoplasma
mengandung banyak granula azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat.
Megakariosit membentuk tonjolan-tonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai
keping-keping darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai keping-keping
darah, megakariosit mengeriput dan inti nya hancur.
Megakariosit matang, dengan proses replikasi endomitotik inti secara
sinkron, volurne, sitoplasmanya bertambah besar pada waktu jumlah inti
bertambah dua kali lipat. Biasanya pada keadaan 8 inti, replikasi inti lebih lanjut
dan pertumbuhan sel berhenti, sitoplasma menjadi granular dan selanjutnya
trombosit dibebaskan. Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit.
Pada manusia interval waktu dari diferensiasi sel asal sampai dihasilkan trombosit
kurang lebih 10 hari. Umur trombosit normal 7 – 10 hari, diameter trombosit rata-
rata. 1 - 2 μm dan volume sel rerata 5,8 fl. Hitung trombosit normal sekitar 150 –
400 x 103/μl.

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 21


Trombopoietin adalah pengatur utama produksi trombosit dan dihasilkan
oleh hati dan ginjal. Trombosit memunyai reseptor untuk trombopoietin (C-MPL)
dan mengeluarkannya dari sirkulasi, karena itu kadar trombopoietin tinggi pada
trombositopenia akibat aplasia sumsum tulang dan sebaliknya. Trombopoietin
meningkatkan jumlah dan kecepatan maturasi megakariosit.
Trombosit terus dibentuk dan dilepaskan kedalam darah. Meskipun tidak
memiliki nukleus dan sanggup membuat protein, trombosit tetap dapat melakukan
berbagai aktivitas sel-sel tubuh. Trombosit mengkonsumsi oksigen dan
mempunyai metabolisme aktif yang bergantung pada enzim pembangkit energi
dari satu atau dua mitokondria kecil dalam sitoplasmanya. Granul azurofilnya
menimbun substasi yang disintesis dalam megakariosit sebelum dilepaskan.
Didalam hialimer trombosit terdapat lebih banyak aktin dan miosin bila
dibandingkan jenis sel lain, kecuali otot. Dalam trombosit yang beredar, tromosit
terutama terdapat dalam bentuk monomer, tetapi pengaktifan selama proses
pembekuan agaknya mengawali polimerasi aktin dan miosin menjadi bentuk
filamen untuk kontraksi.
Berdasarkan virchow’s triad, trombosis atau lepasnya trombosit dari
pembuluh darah timbul karena 3 hal yaitu :
a.       Kelainan dinding pembuluh darah ( vascular injury )
b.      Gangguan aliran darah ( gangguan Rheology)
c.       Kelainan konstituan darah ( Hypercoagulable state)

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 22


BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Eritropoiesis adalah proses produksi dan maturasi (pematangan) sel darah merah
atau eritrosit. Proses maturasi tersebut terjadi di dalam sumsum tulang.
Berdasarkan tahap pematangan dan identifikasi morfologinya, eritropoiesis
terbagi dalam 6 tahap yang berurutan yaitu Rubiblast, Prorubrisit, Rubrisit,
Metarubrisit, Retikulosit, Eritrosit.
2. Leukopoiesis merupakan pembentukan leukosit atau sel darah putih. Sel-sel
darah ini dibentuk dari sel stem hemopoietik pluripotensial yang berasal dari
sumsum tulang. Sel darah putih terutama granulosit dan monosit dibentuk dan
disimpan disumsum tulang. Proses pembentukan limfosit, ditemukan pada
jaringan yang berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli.
3. Trombopoiesis merupakan proses pembentukan trombosit yang berlangsung
disumsum tulang. Proses ini dipengaruhi oleh hormon trombopoietin. Trombosit
dihasilkan dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari
perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui rangsangan
trombopoetin.

3.1 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik – baiknya, serta dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami meminta agar pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan dimasa mendatang

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 23


DAFTAR PUSTAKA

Fawcett, D. W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hilmi, S. 2009. Pengaruh Waktu Penyimpanan Darah EDTA pada Suhu Kamar (25-30)
terhadap Kadar Hemoglobin
Hoffbrand. V, dan Mehta. A. 2005. At a Glance Hematology. Jakarta: Erlangga.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=13110

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-fitriindah-7799-3-babii.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1538/2/3.%20BAB%20I.pdf
http://research.unissula.ac.id/file/hki/210199051/2064Kinerja_dan_sertifikat_hak_cipta
_HAND_OUT_SKILL_LAB_IDENTIFIKASI_MORFOLOGI_DALAM_ERITR
OPOIESIS.pdf

https://www.academia.edu/6313711/Trombopoiesis

https://www.academia.edu/9012400/Memahami_dan_Menjelaskan_Eritropoesis
Made, I Bakta. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Hematologi Rutin dan Indikasi Page 24

Anda mungkin juga menyukai