Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK KEDOKTERAN

BLOK 4.5 BLOOD SYSTEM AND ONCOLOGY

PEMERIKSAAN DARAH RUTIN

Disusun Oleh :
Kelompok B4
Ahmad Yoserizal Tanjung G1A021052
Haifa Nathavia G1A021053
Rahma Nurul Aulia G1A021054
Atikah Nur Hafizhah G1A021055
Trecy Regita Putri G1A021056
Muhammad Hafidz Nugraha G1A021057

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3


A. Latar Belakang .................................................................................................... 3
B. Tujuan ................................................................................................................ 4
C. Manfaat .............................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
A. Pemeriksaan Hemoglobin ..................................................................................... 5
B. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit ..................................................................... 6
C. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit ........................................................................ 6
D. Pemeriksaan Laju Endap Darah ............................................................................. 7
E. Pemeriksaan Golongan Darah ABO ....................................................................... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM .............................................................................. 9
A. Alat dan Bahan .................................................................................................... 9
B. Cara Kerja ......................................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 14
A. Hasil dan Pembahasan ........................................................................................ 14
B. Aplikasi Klinis ................................................................................................... 18
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 23
LAMPIRAN ............................................................................................................ 25

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah adalah suatu cairan yang membawa oksigen dan nutrien menuju
jaringan dan organ pada tubuh manusia serta membuang karbon dioksida. Pada
keadaan normal, volume darah total dalam tubuh berkisar 85% dari berat badan
(5600 mL pada seorang pria dengan berat badan 70 kg). Sebesar 55% dari volume
tersebut merupakan plasma. Darah mengandung banyak protein yang dapat disebut
dengan plasma tempat elemen-elemen seluler seperti eritrosit, leukosit, dan
trombosit yang tersuspensi di dalamnya. Eritrosit atau sel darah merah (SDM)
merupakan suatu membran plasma tertutup oleh hemoglobin yang memiliki fungsi
untuk membawa oksigen ke dalam darah. Leukosit atau sel darah putih (SDP)
merupakan sebuah unit pertahanan terhadap mikroorganisme yang dapat
menyebabkan suatu penyakit. Trombosit atau platelet merupakan sebuah struktur
yang menyerupai cakram, memiliki diameter 2 sampai 4 μm, dapat ditemukan pada
darah semua mamalia serta memiliki fungsi dalam pembekuan darah (Barrett et al.,
2015; Dorland, 2020; Sherwood, 2013).
Pemeriksaan hitung darah yang lengkap terdiri dari leukosit diferensial
(mencakup eosinofil, monosit, neutrofil, limfosit, dan basofil) dan hemogram.
Hemogram merupakan pemeriksaan hematologi yang terdiri dari leukosit,
hemoglobin, eritrosit, hematokrit, trombosit, dan indeks eritrosit. Pada tahapan
analitik pemeriksaan darah terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan
hitung leukosit, pemeriksaan hitung eritrosit, pemeriksaan hemoglobin,
pemeriksaan hematokrit, pemeriksaan trombosit, pemeriksaan volume eritrosit
rerata, pemeriksaan hemoglobin eritrosit rerata serta pemeriksaan konsentrasi
hemoglobin eritrosit rerata. Suhu penyimpanan paling baik untuk spesimen darah
ialah pada suhu kamar (18-24°C) atau pada suhu lemari es (4-8°C) dalam waktu 24
jam (Nuraeni,2020)

3
B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan, melakukan, menganalisis, dan


menginterpretasi pemeriksaan darah rutin, meliputi: pengukuran kadar
hemoglobin, hematokrit, penghitungan jumlah eritrosit, indeks eritrosit, jumlah
lekosit, hitung jenis leukosit (normal), laju endap darah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan, melakukan, menganalisis, dan
menginterpretasi pemeriksaan golongan darah berdasarkan sistem ABO dan
Rhesus

C. Manfaat

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hemoglobin


2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit
4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan laju endap darah
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan
Rhesus

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) berperan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan
merupakan dasar penyangga kehidupan; dengan demikian, kontrol sintesis Hb
yang tepat penting bagi tubuh. Karena masa hidup eritrosit dewasa adalah sekitar
120 hari, Hb eritrosit dewasa tidak dapat mencerminkan sintesis Hb secara sensitif.
Sementara itu, retikulosit dilepaskan ke dalam darah tepi dari sumsum tulang, dan
selanjutnya berdiferensiasi menjadi eritrosit matang dalam 1-2 hari berikutnya.
Dengan demikian, kandungan Hb retikulosit (Hb-ret) mungkin dapat
mencerminkan status sintesis Hb terbaru (Ogawa et al, 2020). Hemoglobin adalah
protein yang sangat berwarna, yang memungkinkan pengukurannya dengan
berbagai teknik kolorimetri dan spektrofotometri. Hemoglobin ditemukan di darah
dalam berbagai bentuk, termasuk oksihemoglobin, karboksihemoglobin,
methemoglobin, dan komponen minor lainnya(2)
Hb Sahli atau Haemoglobinometer merupakan satu cara pemeriksaan
hemoglobin secara visual berdasarkan satuan warna (colorimetric). Di indonesia,
cara sahli adalah cara yang paling sering digunakan. Prosedur pemeriksaan yang
dilakukan adalah membandingkan warna sampel darah dengan warna merah
standar. Pemeriksaan Hb dengan menggunakan metode Hb Sahli lebih mudah,
ekonomis akan tetapi masih bersifat subjektif karena hasil diperoleh dengan mata
telanjang . Hal ini karena tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam
dan kemampuan untuk membedakan warna tidak sama. Kesalahan dengan
menggunakan metode ini sebesar 10% - 15% (Kusumawati et al, 2021; Laila et al,
2021)

5
B. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
Leukosit, disebut juga sel darah putih, merupakan unit sistem pertahanan
tubuh yang mobil. Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan
monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-
sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju ke berbagai
bagian tubuh yang membutuhkannya. Manfaat sel darah putih yang sesungguhnya
ialah sebagian besar diangkut secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan serius, dengan demikian menyediakan pertahanan yang
cepat dan kuat terhadap agen-agen infeksius. Seperti yang kita lihat nanti, granulosit
dan monosit mempunyai kemampuan khusus untuk "mencari dan merusak" setiap
benda asing yang menyerang (Guyton & Hall, 2016)

C. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit


Analisis hitung jenis leukosit dilakukan untuk mendapatkan persentase
relatif setiap jenis sel. Pemeriksaan dilakukan dengan metode apusan dan
menghitung di bagian tepi karena leukosit, khususnya sel blast dan monosit,
cenderung berkumpul di daerah tersebut. Pemindaian perlu dilakukan dengan
perbesaran kecil terlebih dulu untuk memastikan adakah sel atipikal dengan pola
distribusi abnormal. Perhitungan dilakukan dalam satu arah, kemudian dihitung di
bidang yang sama dengan arah sebaliknya untuk meminimalisasi kesalahan.
Terdapat lima jenis leukosit yang diidentifikasi, yaitu neutrofil, limfosit, monosit,
eosinofil, dan basofil (Williams & Wilkins, 2014). Neutrofil merupakan sel dengan
dua sampai lima lobus inti padat dan sitoplasma pucat dengan granula azurofilik.
Sel ini terdiri dari dua jenis, yaitu neutrofil batang dan neutrofil segmen.
Perbedaannya yaitu neutrofil batang tidak memiliki filamen tipis sebagai pemisah
antara lobusnya. Limfosit ditemukan berupa sel dengan sitoplasma basofilik dan
tidak bergranula. Monosit memiliki ukuran paling besar dengan inti oval atau
berlekuk di sentral dengan gumpalan kromatin. Sel ini memberikan gambaran
ground-glass appearance karena memiliki sitoplasma biru dengan banyak vakuol
halus. Eosinofil ditemukan dengan inti tidak lebih dari tiga lobus, berbentuk mirip

6
neutrofil, tetapi dengan sitoplasma lebih kasar dan berwarna merah tua. Basofil
merupakan sel bergranula sampai menutupi inti dengan sitoplasma gelap. Leukosit
jenis ini jarang ditemukan pada pemeriksaan metode apusan darah tepi yang normal
(Hoffbrand et al., 2018). Hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit normal menurut
(Hopkins, 2015) adalah sebagai berikut.

Jenis Sel Konvensional SI Unit

Neutrofil batang 0-5% 0.03-0.08

Neutrofil segmen 54-65% 0.54-0.65

Limfosit 25-40% 0.25-0.40

Monosit 2-8% 0.02-0.08

Eosinofil 1-4% 0.01-0.04

D. Pemeriksaan Laju Endap Darah


Pemeriksaan laju endap darah merupakan uji non spesifik sebagai indikator
penyakit aktif. Eritrosit memiliki kecenderungan untuk mengendap lebih cepat
akibat peningkatan protein reaksi fase akut, seperti fibrinogen plasma dan
imunoglobulin. Perubahan bentuk dan jumlah eritrosit juga mempengaruhi laju
endap darah. Pemeriksaan dapat menggunakan metode Westergren dengan
mengukur laju endap darah dalam milimeter per jam (Williams & Wilkins, 2014).
Hasil pemeriksaan normalnya berkisar 15 mm/jam pada laki-laki dan 20 mm/jam
pada perempuan (Hopkins, 2015). Peningkatan laju endap darah dapat terjadi pada
infeksi, kehamilan, pertambahan usia, dan anemia. Sedangkan, laju endap darah
dapat menurun pada polisitemia, penyakit hati, dan karsinoma. Perubahan laju
endap darah juga dapat digunakan untuk memantau respons terapi (Hoffbrand et al.,
2018).

7
E. Pemeriksaan Golongan Darah ABO
Pemeriksaan golongan darah mengacu pada kepemilikan seseorang terhadap
antigen (aglutinogen) pada permukaan eritrosit. Terdapat dua jenis aglutinogen,
yaitu tipe A dan tipe B, yang tidak setiap orang memiliki keduanya. Apabila
seseorang tidak memiliki aglutinogen tertentu, plasmanya akan membentuk antibodi
aglutinin yang anti terhadap tipe tertentu, misalnya seseorang tanpa aglutinogen A
akan memiliki aglutinin anti-A. Pemeriksaan ini penting dilakukan khususnya
sebelum melakukan transfusi. Transfusi tidak akan berhasil apabila darah resipien
dengan darah donor tidak cocok. Hal ini disebabkan oleh aktivasi komplemen yang
akan melepaskan enzim proteolitik untuk merobek membran sel sehingga berujung
pada proses hemolisis. Uji ini dilakukan dengan mencampurkan sampel darah
dengan aglutinin anti-A dan anti-B secara terpisah. Campuran yang mengalami
aglutinasi berarti terjadi reaksi antigen-antibodi. Dari hasil pemeriksaan ini,
golongan darah dibagi menjadi golongan darah A, B, AB, dan O. Selain berdasarkan
kepemilikan antigen A dan antigen B, terdapat jenis antigen Rh. Terdapat beberapa
tipe (faktor Rh), yaitu C, D, E, c, d, dan e. Orang dengan tipe antigen D disebut
dengan Rh positif, sedangkan yang tidak memiliki antigen D disebut Rh negatif
(Hall, 2021).

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
1) Darah EDTA
2) Alkohol swab
3) Hemometer Sahli
2. Pemeriksaaan Hitung Jumlah Leukosit
1) Pipet Leukosit :
a. Di dalamnya terdapat bola berwarna putih
b. Mempunyai skala 0,5 – 1 – 11
2) Bilik Hitung NI
3) Cover glass
4) Mikroskop
5) Regensia : Larutan Turk
6) Bahan : Darah EDTA
3. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
1) Preparat apusan darah tepi
4. Pemeriksaan Laju Endap Darah
1) Tabung dan Rak Westergreen
2) Reagen : Larutan Natrium Sitrat 3,8%
3) Bahan : Darah EDTA
5. Pemeriksaan Golongan Darah ABO
1) Reagen / Kit golongan darah
a. Serum Anti A → Biru
b. Serum Anti B → Kuning
c. Serum Anti AB → Tidak Berwarna
d. Serum Anti D (Rhsus) → Tidak Berwarna

9
B. Cara Kerja
1. Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli

Tabung pengencer diisi dengan HCL 0,1 N sampai angka 2 (± 5


tetes).

Dihisap darah menggunakan pipet Hb sampai angka 20 uL, jangan


sampai ada gelembung udara yang ikut terhisap

Dihapus darah yang ada pada ujung pipet.

Darah dituangkan ke dalam tabung pengencer (bilas dengan HCL


bila masih ada darah dalam pipet)

Darah dan reagen diaduk sampai tercampur.Didiiamkan 1 – 3 menit

Ditambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca


pengaduk, dibandingan larutan dalam tabung pengencer dengan
warna larutan standart

Penambahan aquadest dihentikan jika larutan dalam tabung


pengencer sama warnanya dengan tabung standar.

Persamaan campuran dengan tabung standard harus dicapai dalam


waktu 3-5 menit setelah darah tercampur dengan HCL.

Kadar Hb dibaca sesuai pada skala yang ditunjukkan oleh miniskus


cekung larutan di tabung pengencer (satuan gr%)

10
2. Pemeriksaan Hitung Leukosit

Bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup diletakkan di bawah
mikroskop.

Dicari kotak lekosit/ kotak besar → letak di pojok ujung (no 1/3/7/9) pada
bilik hitung Neubauer Improve, dengan cara menggunakan pembesaran
objektif 10x, fokuskan sampai garis-garis bilik hitung tampak jelas,
kemudian pindahkan lensa menjadi objektif 40x tanpa menggeser alas
mikroskop maupun bilik hitung NI.

Dengan pipet lekosit, dihisap darah sampai angka 1 (pengenceran 10 x)


Atau sampai angka 0,5 (pengenceran 20 x). Dibersihkan darah di ujung
pipet. (pada praktikum ini, gunakan pengenceran 10 x)

Pertahankan posisi pipet, hisap larutan Turk sampai angka 11.

Dibersihkan ujung pipet. Pipet dikocok arah horizontal 15-30 detik.

Dibuang 3 tetes yang pertama.

Cairan diteteskan ke bilik hitung lewat sela – sela kaca penutup

Ditung jumlah lekosit, pembesaran objektif 10x atau 40x

Ditung minimal dalam 1 kotak besar (16 kotak sedang)

11
3. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit

Dengan pembesaran obyektif 10 x


1. Orientasi seluruh lapangan pandang
2. Diperiksa adanya sel – sel asing, parasit
3. Dilakukan estimasi jumlah leukosit

Dengan pembesaran obyektif 40 x


1. Hitung jenis sel darah putih.
2. Morfologi sel darah merah

Dengan pembesaran obyektif 100 x


1. Penegasan morfologi
2. Bangunan khas
3. Estimasi Trombosit menurut Barbara Brown

Arah perhitungan zig-zag seperti dibawah ini

Bandingkan ukuran masing – masing sel dan amati bentuk inti, granula

12
4. Laju Endap Darah Metode Wesetergreen

Dihisap dalam semprit steril 0,4 ml lar natrium sitrat 3,8 %, dimasukan dalam
tabung

Dihisap 1,6 ml darah, masukan tabung, campur dengan Na sitrat 3,8%, sehingga
mendapatkan 2,0 ml campuran.

Dihisap darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai garis bertanda 0 mm,
kemudian biarkan pipet itu dalam keadaan tegak lurus dalam rak Westergreen
selama 60 menit.

Dibaca tingginya lapisan plasma dg milimeter dan laporkanlah angka itu sebagai
laju endap darah.

5. Pemeriksaan Golongan Darah ABO

Teteskan anti A, anti B, anti AB, anti D pada tempat yang


berbeda, masing – masing 1 tetes.

Kemudian masing – masing ditetesi darah 1 tetes.

Aduk, goyangkan secara horizontal, perhatikan adanya


aglutinasi.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


1. Pemeriksaan Hb dengan Metode Sahli
Data Probandus
Nama : Ahmad Sukriwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 61 tahun
Hasil : 10,2 gr%

Pembahasan :
Pada pemeriksaan hemoglobin didapatkan hasil yaitu 10,2 gr%. Hasil tersebut
dibawah batas normal. Nilai rujukan pemeriksaan hemoglobin pada laki-laki
dewasa 12,5 - 18,0 gr%.
2. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
Data Probandus
Nama : Ahmad Sukriwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 61 tahun
Hasil : 4.600/mm3

14
Pembahasan :

Pada pemeriksaan hitung jumlah leukosit ditemukan hasil 4.600/mm3. Nilai


normal pada dewasa laki-laki yaitu 4.000/mm3 hingga 11.000/mm3. Sehingga
pada pemeriksaan ini hasil pada pemeriksaan hitung jumlah leukosit dalam
batas normal.

3. Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit

Sel darah Jumlah

Eosinofil 2

Basofil -

Neutrofil Segmen 7

Neutrofil Batang -

Limfosit 14

Monosit 2

Persentase :

a. Eosinofil : 8%

b. Neutrofil Segmen : 28%

c. Limfosit : 56%

d. Monosit : 8%

15
Eosinofil Neutrofil segmen

Limfosit Monosit

Pembahasan :

Pada praktikum hitung jenis leukosit didapatkan eosinophil meningkat, basofil


dan neutrofil batang normal, neutrophil segmen menurun, limfosit meningkat
dan monosit meningkat

16
4. Pemeriksaan Laju Endap Darah

Data Probandus
Nama : Ahmad Sukriwan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 61 tahun
Hasil : 40 mm/30 menit

Pembahasan :

Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan laju endap darah yaitu 40mm dalam
30 menit. Angka tersebut menujukkan terdapat abnormalitas pada laju endap
darah yakni meningkat. Kadar normal laju endap darah pada pria dengan
metode westergreen 0-20mm/jam. Plasma yang memiliki berat jenis lebih
ringan di bandingkan sel akan naik ke atas.

5. Pemeriksaan Golongan Darah ABO

Data Probandus
Nama : Ahmad Sukriwan
Jenis Kelamin : Laki-laki

17
Usia : 61 tahun
Hasil : Golongan darah O rhesus +

Pembahasan :

Pada praktikum ini didapatkan golongan darah O dengan rhesus + dikarenakan


pada reagen Anti Rhesus didapatkan aglutinasi pada tetesan reagen dengan
darah

B. Aplikasi Klinis
1. Thalasemia
Thalasemia adalah penyakit yang diturunkan dari orangtua karena
mutasi dari gen globin. Mutasi ini menyebabkan penurunan sintesis globin a
dan globin b sehingga menurunkan produksi hemoglobin dan kerusakan sel
darah merah. Pada pemeriksaan darah tepi sediaan apus dapat dilihat sel darah
merah dengan bentuk normal tetapi mikrositik hipokromik (kecil dan pucat),
selain itu juga dapat ditemukan sel target. Bila sudah sangat parah bisa terlihar
mikrositosis, hipokromia, poikilositosis (berbagai bentuk sel) dan anisositosis
(berbagai ukuran) (Kumar, 2020).
Thalasemia diklasifikasin menjadi 3 yakni thalasemia mayor,
thalasemia intermedia dan thalasemia minor. Thalasmeia memunculkan gejala

18
klinis anemia baik berat, berimbang, ringan ataupun asimptomatik. Tingkat
keparahan bergantung dengan jenis thalasemia yang diderita. Tatalaksana
utama thalasemia adalah transfusi darah, dapat juga dilakukan transplantasi
sumsum tulang ataupun transplatnasi darah tali pusat (Praramdana etal, 2023).
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kurangnya zat
besi dalam tubuh. Padahal zat besi berperan penting dalam eritropoiesis. Hal ini
menyebabkan proses eritropoiesis terganggu. Pada gambaran apusan darah tepi
dapat dilihat gambaran eritrosit hipokromik, mikrositer. Selain itu dapat terjadi
penurunan kadar besi serum, transferrin dan cadangan besi serta diikuti
peningkatan kapasitas ikat besi/ Total Iron Binding Capacity (TIBC).
Diagnosis untuk defisiensi besi adalah nilai feritin serum yang rendah.
Diagnosis baku emas dapat dilakukan dengan biopsi langsung sumsum tulang
lalu diwarnai dengan pewarnaan prussian blue dikarenakan tindakan ini invasif
maka terdapat pilihan diagnosis lain dapat dengan pemeriksaan hematologi
berdasarkan gambaran eritrosit yakni (Hb, Ht, Indek eritrosit, Retikulosit,
Retikulosit-Hemoglobin, dan Distribusi Eritrosit) dan pemeriksaan biokimia
berdasarkan metabolisme besi (feritin serum, Total Iron Binding Capacity,
Saturasi Transferin, Zinc Protoporphyrin dan soluble Transferrin receptor).
Secara klinis pasien dapat dijumpai dengan keadaan lemah, lesu, pucat.
Sedangkan pada keadaan kronis terjadi abnormalitas pada kuku berupa
penipisan, pendataran dan kuku menyerupai sendok. Penyebab anemia
defisiensi besi secara umum dibagi menjadi 4 yakni diet/ asupan zat besi yang
kurang, kebutuhan yang meningkat, gangguan penyerapan dan kehilangan
darah yang kronis. Dampak anemia defisiensi besi pada anak-anak dapat
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, perubahan perilaku dan
terganggunya tumbuh kembang (Kurniati, 2020; Kumar, 2020).
3. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang disertai oleh pansitopenia
yang dimana keadaan dengan adanya anemia, leukopenia dan trombositopenia

19
pada darah tepi. Penyebab dari anemia aplastik adalah terjadi kelainan primer
pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya
infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang. Berdasarkan etiologinya
anemia aplastik dibagi menjadi acquired aplastic anemia dan congenital aplastic
anemia. Berdasarkan derajat keparahan, anemia aplastik diklasifikasikan
menjadi derajat sedang, berat dan sangat berat. Komplikasi mortalitas
terbanyak pada kasus anemia aplastik berat adalah perdarahan dan infeksi.
Dalam diagnosis anemia aplastik tidak terdapat marker yang spesifik untuk
mendiagnosis anemia aplastik. Dalam melakukan diagnosis anemia aplastik,
aspirasi sumsum tulang bekalang perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi
kelainan, selain itu tes darah lengkap merupakan tes yang pertama kali
dilakukan. Pada hasil laboratorium tes darah lengkap dapat dilihat adanya
pansitopenia (Sahreni & Wahid,2019).
4. leukemia limfositik kronik
Merupakan keganasan hematologik dengan tanda proliferasi klonal dan
penumpukan limfosit B neoplastik dalam darah. Meskipun kejadian LLK
terjadi di negara negara barat dan sangat jarang di negara asia. Insiden LLK
lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, dengan rasio pria wanita 1,7: 1.
Penyakit ini terutama menyerang lansia. Rata rata pasien yang terdiagnosis
adalah berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang dari 50 tahun.Penyebab dari
LLK sampai saat ini belum diketahui, kemungkinan yang berperan adalah
abnormalitas kromosom, onkogen dan retrovirus (RNA tumour virus). Pada
pasien paling sering dijumpai gejala limfadenopati generalisata, penurunan
berat badan dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan atau olahraga (Andyani et al, 2019).
Demam, keringat malam dan injeksi jarang terjadi pada awalnya, tetapu
semakin mencolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya.Pada gambaran
laboratorium ditemukan limfositosis, anemia normositik normokrom terdapat
pada stadium lanjut akibat infiltrasi sumsum tulang atau
hipersplenisme.Trombositopenia terjadi pada banyak pasien. Pada aspirasi

20
sumsum tulang menunjukkan adanya penggantian elemen sumsum tulang oleh
limfosit (Putra & Aprijadi, 2019). (Saputra et al, 2018).
5. Hemofilia
Hemofilia merupakan penyakit atau gangguan pada pembekuan darah
yang bersifat turunan atau herediter. Hemofilia terbagi menjadi 2 jenis yaitu
Hemofilia A dan Hemofilia B. Hemofilia A terjadi karena adanya mutasi gen
faktor VIII dan menyebabkan defisiensi faktor VIII, yang dimana faktor ini
berperan dalam pembentukan fibrin. Hemofilia B adalah kondosi kekurangan
faktor IX yang berperan juga dalam proses pembentukan fibrin. Diagnosis
hemofilia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium untuk
menghitung trombosit, bleeding time, prothrombin time, activated partial
thromboplastin time, clotting time, assay factor VIII dan IX (Darman dan
Bahraen, 2023).

21
BAB V
KESIMPULAN

Hemoglobin (Hb) berperan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan


merupakan dasar penyangga kehidupan; dengan demikian, kontrol sintesis Hb yang
tepat penting bagi tubuh. Hb Sahli atau Hemoglobinometer merupakan satu cara
pemeriksaan hemoglobin secara visual berdasarkan satuan warna (colorimetric).
Leukosit, sebagian besar diangkut secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan serius, dengan demikian menyediakan pertahanan yang cepat
dan kuat terhadap agen-agen infeksius. Analisis hitung jenis leukosit dilakukan untuk
mendapatkan persentase relatif setiap jenis sel. Pemeriksaan dilakukan dengan metode
apusan dan menghitung di bagian tepi karena leukosit, khususnya sel blast dan monosit,
cenderung berkumpul di daerah tersebut. Pemeriksaan laju endap darah merupakan uji
non spesifik sebagai indikator penyakit aktif. Eritrosit memiliki kecenderungan untuk
mengendap lebih cepat akibat peningkatan protein reaksi fase akut, seperti fibrinogen
plasma dan imunoglobulin. Pemeriksaan golongan darah mengacu pada kepemilikan
seseorang terhadap antigen (aglutinogen) pada permukaan eritrosit. Pemeriksaan ini
penting dilakukan khususnya sebelum melakukan transfusi. Transfusi tidak akan
berhasil apabila darah resipien dengan darah donor tidak cocok. Hal ini disebabkan
oleh aktivasi komplemen yang akan melepaskan enzim proteolitik untuk merobek
membran sel sehingga berujung pada proses hemolisis.

22
DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, D. A. P., Herawati, S., Wirawati, I. A. P. 2019. Gambaran Pemeriksaan


Laboratorium Darah Lengkap pada Pasien Anemia Aplastik yang Dirawat di
RSUP Sanglah Tahun 2016. E-Jurnal Medika. Vol. 8(5)

Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., Brooks, H. L. 2015. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 24. McGrawHill: New York.

Darman, A., Bahraen, R. 2023. HEMOFILIA: Suatu Kelainan pada Faktor Pembekuan
Darah. Jurnal Medika Hutama. Vol. 4(2)

Dorland. 2020. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 30. Elsevier: Singapore.

Hall, J.E. 2021. Guyton And Hall Text Book Of Medical Physiology. Edisi 14. Elsevier,
Philadelphia.
Hoffbrand, A.V. Pettit, J.E., Moss, P.A.H. 2018. Kapita Selekta Hematologi Edisi 7.
EGC, Jakarta.
Hopkins, T.B. 2015. Lab Notes Guide to Lab and Diagnostic Tests 3rd Edition. F.A.
Davis Company, Philadelphia.

Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C. 2020. Buku Ajar Patologi Dasar. Edisi ke-10.
Elsevier, Singapore.

Kurniati, I. 2020. Anemia defisiensi zat besi (Fe). Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung. Vol. 4(1) : 18-33.

Kusumawati, E., Lusiana, N., Mustika, I., Hidayati L, S., & Andyarini, E. N. (2018).
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja Menggunakan
Metode Sahli dan Digital (Easy Touch GCHb)-The differences in the result of
examination of adolescent hemoglobin levels using sahli and digital methods
(easy touch GCHb). Journal of Health Science and Prevention. Vol. 2(2), 95-
98.

23
Lailla, M., Zainar, Z., & Fitri, A. 2021. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hemoglobin
Secara Digital Terhadap Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Secara
Cyanmethemoglobin. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan. Vol.
3(2), 63-68.

Nuraeni, M. 2020. Perbandingan Nilai Hematokrit Darah Vena Metode Automatik dan
Darah Kapiler Metode Mikro Hematokrit. Jurnal Kesehatan Saelmakers
Perdana. Vol. 3(2): 295-300.

Ogawa, C., Tsuchiya, K., & Maeda, K. 2020. Reticulocyte hemoglobin content. Clinica
chimica acta. 504. 138-145.

Praramdana, M. N. 2023. Sebuah Tinjuan Pustaka: Penatalaksanaan Beta Thalasemia.


Jurnal Medika Hutama. Vol 4(): 3257-3264.

Sahreni, R., Wahid, I. 2019. Leukemia Limfositik Kronik pada Limfoma Non Hodgkin.
Jurnal Kesehtan Andalas. Vol 8(1)
Saputra, B. A., Rodiani, Puspita, R. D. 2018. Kehamilan dengan Trombositopenia.
Jurnal Medula. Vol 8 No 1.

Sherwood, L. 2013. Introduction to Human Physiology Ed 8. Brooks/Cole, Cengage


Learning: China.

Williams, L., Wilkins. 2014. Wintrobe’s Clinical Hematology 13th Edition. Wolters
Kluwer, Philadelphia.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai