Tinjauan Literatur
MIKROBIOM PADA KULIT DALAM PERSPEKTIF DERMATOLOGI
Abstrak
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia. Sebagai pertahanan fisik terluar, kulit bertugas
untuk mencegah invasi dari berbagai patogen. Kolonisasi dari berbagai bakteri, jamur, dan virus yang dise-
but mikrobiom pada kulit berperan esensial dalam proteksi tubuh terhadap patogen yang menyerang,
perkembangan dari sistem imun, maturasi dan homeostasis dari imunitas kulit, serta pembersihan sisa-sisa
produk alami tubuh. Sebagian besar mikroba yang hidup pada kulit bersifat komensal atau mutualistik pada
kondisi normal. Gangguan dan ketidakseimbangan pada komposisi normal mikrobiom, atau disbiosis, dapat
menyebabkan pergeseran mikrobiota komensal pada kulit menjadi komunitas mikrobiota yang berbahaya
pada penyakit kulit noninfeksi seperti dermatitis atopik, psoriasis, dan akne. Tinjauan literatur ini bertujuan
untuk mendeskripsikan peran mikrobioma secara fisiologis pada kulit serta pada beberapa penyakit kulit
yang umum dijumpai, seperti dermatitis atopik, akne vulgaris, dan psoriasis. Berbagai studi telah menunjuk-
kan adanya pengaruh perubahan komposisi mikrobiota dapat memicu munculnya penyakit kulit, merang-
sang eksaserbasi, dan berkontribusi pada progresivitas penyakit kulit. Meningkatnya minat pada penelitian
mengenai mikrobiom pada kulit diharapkan dapat membantu para ahli dermatologi untuk lebih banyak
mengembangkan alat diagnostik, meningkatkan pehamaman terhadap patogenesis penyakit kulit, serta
mengembangkan berbagai modalitas terapi untuk tata laksana pasien yang lebih terpersonalisasi, bahkan
dapat disesuaikan dengan karakteristik mikrobiom pada masing-masing individu. Ruang gerak pengem-
bangan dalam hal mikrobiom pada kulit masih sangat luas dan akan memiliki implikasi yang signifikan baik
dalam konteks preventif, klinis, maupun terapeutik.
Abstract
Skin is the largest organ in the human body. As the outermost physical defense, the skin act to pre-
vent invasion from various pathogens. Colonization of various bacteria, fungi, and viruses, called the micro-
biome of the skin, plays an essential role in protection against invading pathogens, development of the
immune system, maturation and homeostasis of skin immunity, and clearing remnants of the body's natural
products. Most of the microbes that live on the skin are commensal or mutualistic under normal conditions.
Disruption and imbalance of the normal composition of the microbiome, or dysbiosis, can lead to a shift of
the commensal microbiota of the skin into harmful microbiota communities such as in atopic dermatitis,
psoriasis, and acne. This literature review aims to describe the physiological role of the microbiome on the
skin and in some common skin diseases, such as atopic dermatitis, acne vulgaris, and psoriasis. Various
studies have shown that changes in the composition of the microbiota may trigger the onset of skin di-
seases, causing exacerbations, and contribute to the development of skin diseases. The increasing interest
in research on the skin microbiome is expected to help dermatologists to develop more diagnostic tools,
improve treatment for the pathogenesis of skin diseases, and develop various therapeutic modalities for
more personalized patient management, which can even be adapted to the characteristics of the micro-
biome of each individual. The scope for development in terms of the skin microbiome is still very wide and
has a significant impact in the context of prevention, clinically and therapeutically.
109
Fitriyani NW dan Murlistyarini S Mikrobiom pada Kulit dalam Perspektif Dermatologi…….
110
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022
Komposisi komunitas mikroba sangat paling banyak didapatkan pada kulit manusia,
bergantung pada fisiologi lokasi kulit yang dibandingkan jamur dan virus.1,2
ditempati. Berdasarkan karakteristik fisiologis Byrd et al. (2018) menyebutkan bahwa
ini, jenis kulit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu perbedaan komposisi mikrobiota pada kulit
sebaseus atau berminyak (wajah, dada, merupakan hasil dari proses adaptasi mikroba
punggung), lembab (lipatan lengan, lipatan dalam menggunakan sumber nutrisi yang
belakang lutut, dan selangkangan), serta ke- terdapat pada keringat, sebum, dan stratum
ring (telapak tangan dan kaki). Lingkungan korneum. Sebagai contoh, tingkat sebum
mikro pada masing-masing lokasi ini dipenga- yang tinggi pada area pipi berkorelasi secara
ruhi oleh perbedaan jaringan penyusunnya, positif dengan banyak pertumbuhan Propioni-
seperti kelenjar keringat, folikel rambut, dan bacterium spp. Lemak dari sebum dan stra-
kelenjar minyak (sebaseus).1,2 tum korneum juga dimanfaatkan oleh spesies
Kelenjar keringat, yang paling banyak Malassezia spp. dan Corynebacterium spp.
didapatkan pada daerah lembab, berperan karena keduanya tidak mampu untuk
penting dalam termoregulasi melalui evapo- memproduksi lemak sendiri. Corynebacterium
rasi air, sehingga menyebabkan kulit bersifat spp menggunakan kandungan lemak ini untuk
asam dan menciptakan kondisi yang kurang membentuk corynemycolic acid yang melapisi
baik untuk pertumbuhan dan kolonisasi orga- dinding selnya. Demikian juga dengan Malas-
nisme tertentu. Selain itu, keringat juga sezia spp. yang ternyata kaya akan gen li-
mengandung molekul antimikroba, seperti pase dan kurang dalam carbohydrate-utilizing
asam lemak bebas (free fatty acid/FFA) dan enzyme jika dibandingkan dengan jenis jamur
peptida antimikroba (anti-microbial peptide/ yang lain. Staphylococcus spp. telah berkem-
AMP), yang menghambat kolonisasi kuman. bang sedemikian rupa untuk bertahan hidup
Kelenjar minyak berhubungan dengan folikel pada kulit, termasuk mengembangkan ke-
rambut dan lebih banyak didapatkan pada mampuan halotoleran, yaitu mampu bertahan
area kulit berminyak. Kelenjar ini mensekresi dengan kandungan garam yang tinggi pada
minyak yang kaya lemak, membentuk lapisan keringat, dan menggunakan urea pada
hidrofobik yang bersifat lubrikan (pelumas) keringat sebagai sumber nitrogen. Berbagai
dan menjadi tameng antibakterial untuk kulit spesies Staphylococcus juga memproduksi
dan rambut.1,2 zat adheren untuk berikatan dengan jaringan
Mikrobiota pada area kulit berminyak kulit, serta protease untuk memecah dan me-
didominasi oleh spesies Propionibacterium manfaatkan berbagai nutrisi dari stratum
spp. yang bersifat lipofilik. Bakteri yang tum- korneum.1
buh subur pada lingkungan lembab, seperti
spesies Staphylococcus dan Corynebacte- Fungsi Mikrobiota pada Kulit dan
rium, ditemukan lebih banyak pada area Interaksinya
lipatan tubuh. Komposisi komunitas jamur
tidak berbeda jauh pada area tubuh walapun Interaksi antara hospes dan mikroba
memiliki fisiologi yang berbeda. Jamur dari dapat dibagi menjadi tiga kategori. Komen-
genus Malassezia mendominasi pada area salisme menggambarkan keadaan dimana
batang tubuh dan lengan, sedangkan kompo- salah satu organisme mendapatkan manfaat,
sisi jamur pada area kaki lebih bervariasi mu- dan organisme lainnya tidak terdampak. Mu-
lai dari Malassezia spp., Aspergillus spp., tualisme adalah suatu keadaan dimana kedua
Cryptococcus spp., Rhodotorula spp., Epico- belah pihak sama-sama men-dapatkan keun-
ccum spp. dan jenis jamur lainnya. Bakteri tungan. Kondisi ini sangat penting dalam
adalah komponen mikrobiota yang paling perkembangan imunitas hospes.
111
Fitriyani NW dan Murlistyarini S Mikrobiom pada Kulit dalam Perspektif Dermatologi…….
Sebaliknya, pada kondisi yang bersifat detri- gambarkan kombinasi aktivitas metabolik
mental, satu organisme mendapatkan man- fungsional dari mikroba dan jaringan kulit
faat, sedangkan organisme lainnya dirugikan. hospes, serta sangat dipengaruhi oleh ling-
Interaksi kooperatif antara mikroba dan kungan sekitar dan perilaku dari hospes. Pa-
hospes melibatkan partisipasi mikroba dalam da masing-masing orang, komposisi mikrobio-
fungsi hospes, sehingga mencapai suatu kon- ta dan mikrobiom pada kulit sangat heterogen
disi homeostasis pada kulit hospes sebagai dan tergantung pada kondisi lingkungan
suatu ekosistem kulit yang sehat.2,3 mikro (microenvironment) pada masing-
Ekosistem kulit yang sehat sangat diten- masing lokasi spesifik kulit. Lokasi kulit pada
tukan oleh kondisi hospes, khususnya pada anggota tubuh memiliki bermacam microenvi-
sawar kulit. Sawar kulit memiliki fungsi utama ronment yang dipengaruhi oleh berbagai
sebagai pertahanan tubuh terhadap paparan faktor, seperti paparan sinar ultraviolet, pH,
biologis, fisik, dan kimiawi. Sawar kulit teruta- suhu tubuh, kelembaban, kandungan sebum
ma diperankan oleh stratum korneum sebagai dan topografi.
lapisan terluar dari epidermis. Stratum Salah satu mikroba yang bersifat
korneum memiliki struktur brick and mortar, komensal dan berperan penting pada homeo-
yang sangat aktif secara biologis, dan stasis kulit adalah Staphylococcus epidermid-
mempengaruhi kondisi lokal pada kulit serta is (S. epidermidis). S. epidermidis me-
kondisi sistemik tubuh. Stratum korneum nyumbang lebih dari 90% dari seluruh mikro-
terdiri dari korneosit yang bertumpuk seperti biota aerobik pada kulit dan memiliki banyak
batu bata dengan lemak lamellar interseluler aktivitas antiinflamasi yang menguntungkan
sebagai semennya. Struktur korneosit terdiri hospes dan memperkuat fungsi sawar kulit,
dari keratin mikrofibril yang satu dengan serta menghambat kolonisasi Staphylococcus
lainnya terikat oleh korneodesmosom. Lemak aureus (S. aureus) dan mikroba lain yang
interseluler tersusun atas ceramide, koles- berpotensi patogen. Bakteri ini memproduksi
terol, dan berbagai asam lemak lainnya. Pada peptida antibakteri (bacteriocin), komponen
kondisi normal, inilah yang menjaga integritas imunomodulator (menghambat produksi
dan kelembaban kulit.2 sitokin proinflamasi), dan merangsang eks-
Stratum korneum menjalankan berbagai presi protein pada jaringan ikat. Berbagai
fungsi penting, antara lain menjaga sistem aktivitas ini dimediasi oleh aktivasi reseptor
antioksidan innate, memproduksi peptida anti- respons imun innate pada keratinosit dan sel-
mikroba, aktivasi respons imun innate pada sel imun lokal lainnya (via toll-like receptor).
hospes, serta yang terpenting menjadi ben- Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan
teng pertahanan terhadap paparan eksternal bahwa sistem imun innate pada kulit merupa-
radiasi ultraviolet dan toksin dari lingkungan, kan suatu unit interaksi yang kompleks antara
alergen, dan patogen. Sebuah penelitian ex manusia sebagai hospes dan elemen mikro-
vivo menunjukkan bahwa mikrobiota kulit ba. Mikrobiota komensal merupakan faktor
mampu mempengaruhi struktur dan fungsi kunci dalam perkembangan awal dalam
kulit tanpa penetrasi epidermis. Mikroba dapat kontrol homeostasis sistem imun pada kulit.2
beraksi dengan memproduksi sitokin inflamasi
pada lapisan kulit. Ketika proses ini terinisiasi, Mikrobiota Kulit dan Imunitas
inflamasi kronis dapat mengganggu produksi
lipid pada stratum korneum. Oleh karena itu, Komposisi mikrobiom atau mikrobiota
mikroba kulit tidak dapat dipisahkan dari pros- berubah-ubah selama tahun pertama ke-
es pertahanan sawar kulit.2 hidupan, dimulai dengan kolonisasi terbanyak
Proses metabolisme pada kulit meng- pada saat kelahiran.
112
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022
Pada neonatus, kolonisasi awal pada berubah-ubah. Hal ini menunjukkan adanya
bakteri tergantung dari metode kelahirannya. interaksi simbiosis mutualisme antara mikroba
Neonatus yang lahir per vaginam akan terpa- komensal, dan antara mikroba komensal
par bakteri yang terkolonisasi pada vagina, dengan hospes.1,2
seperti Lactobacillus, sedangkan pada bayi Sebagian besar mikroba yang hidup
yang lahir secara section caesaria akan terpa- pada kulit bersifat komensal atau mutualistik
par bakteri yang ada pada kulit ibunya, se- pada kondisi normal. Mikroba kulit memiliki
perti Staphylococcus, Streptococcus, Coryne- peran penting pada maturasi dan homeosta-
bacterium, dan Propionibacterium.1,2,4 Selain sis dari imunitas kulit. Agar dapat berfungsi
itu, usia kehamilan memiliki korelasi positif optimal, mikrobiota kulit, sel epitel (ke-
terhadap jumlah dan keberagaman mikro- ratinosit), dan sistem imun innate, serta
biom pada kulit bayi, pada komposisi bayi adaptif pada kulit harus mampu berkomu-
yang prematur berbeda dengan komposisi nikasi secara efektif. Keratinosit memulai
pada bayi yang lahir cukup bulan. Vernix proses ini dengan mendeteksi mikro-
kaseosa, sebagai lapisan biofilm kaya lemak organisme, terutama pada pathogen-
pada bayi baru lahir juga memiliki peran pen- associated molecular patterns (PAMPs) me-
ting dalam perkembangan awal imunitas in- lalui reseptor khusus yaitu pattern recognition
nate pada kulit. Vernix mengandung LL-73 receptors (PRRs). Ikatan antara PAMP dan
dan lisozim, dua bahan antimikroba yang PRR merangsang respons imun innate, se-
bekerja secara sinergis, dan mengandung hingga terjadi sekresi peptida antimikroba
lactoferrin, alfa-defensin, dan peptida anti- yang dapat membunuh dan menginaktivasi
mikroba lainnya. Vernix juga terbukti meng- berbagai macam mikroorganisme (jamur,
hambat secara selektif beberapa macam bak- bakteri, dan parasit) dengan cepat. Sebagai
teri patogen. Pada usia 3 minggu hingga 3 lini pertahanan pertama terhadap patogen,
bulan, komposisi mikrobiom pada kulit bayi beberapa peptida antimikroba diekspresikan
mulai berkembang menyerupai profil kompo- secara terus-menerus, sedangkan beberapa
sisi mikrobiom pada manusia dewasa.4 lainnya diekspresikan pada saat tertentu dan
Perubahan komposisi mikrobiom pada dikendalikan oleh mikrobiota pada kulit.1,5
kulit terus berganti selama masa tumbuh Sel Langerhans (Langerhans cell/LC))
kembang dengan perubahan signifikan pada adalah tipe sel lain yang berperan penting
masa pubertas, adanya peningkatan kadar dalam sistem imunitas kulit. Sel Langerhans
hormon seksual akan merangsang kelenjar termasuk dalam sel dendritik (antigen pre-
sebaseus untuk meningkatkan produksi se- senting cells/APC) pada kulit, yang berlokasi
bum. Oleh karena itu, kulit pada individu pada permukaan kulit dan berhubungan lang-
pascapubertas mendukung untuk ekspansi sung dengan lingkungan luar. Lokasi ini mem-
mikroorganisme lipofilik, seperti Propionibac- buktikan peran utama LC sebagai mediator
terium spp., Corynebacterium sp., dan jamur imunitas pada sawar kulit. Keratinosit dan LC
Malassezia spp. Hal ini berbeda dengan kulit memiliki kemampuan untuk mengenali
pada prepubertas, yaitu mikrobiota kulit berbagai mikroba patogen dan menginisiasi
didominasi oleh Firmicutes (Streptococcaceae respons imun. Sistem imun pada kulit me-
spp.), Bacteroidetes dan Proteobacteria miliki karakteristik adanya kemampuan dari
(betaproteobacteria dan gammaproteobacte- berbagai macam sel (sel imun innate: makro-
ria), dan lebih banyak spesies jamur1. Me- fag, sel dendritik, natural killer cells/sel NK)
masuki usia dewasa, komposisi mikrobiota untuk berkomunikasi dengan sel-sel epitel,
kulit relatif stabil dalam waktu yang lama, wa- dan bersama-sama menginduksi respons
laupun dengan paparan lingkungan yang imun spesifik.6
113
Fitriyani NW dan Murlistyarini S Mikrobiom pada Kulit dalam Perspektif Dermatologi…….
Mikrobiota komensal pada kulit juga Cutibacterium, atau diproduksi oleh mikrobio-
memegang peranan penting dalam pengem- ta itu sendiri seperti pada Cutibacterium thio-
bangan sistem imun. Selama masa postnatal, peptides dan S. epidermidis. Hingga saat ini,
respons imun yang masih belum matang, masih belum diketahui bagaimana kombinasi
menyebabkan adanya kolonisasi mikroba AMP yang diinduksi mikrobiota dan AMP
tanpa respons inflamasi. Proses toleransi ini yang diproduksi oleh mikrobiota berperan
bergantung pada sel T-regulatory (Treg), suatu dalam membentuk komunitas mikroba, na-
subset limfosit yang turut menginfiltrasi pada mun adanya multidirectional signaling ini
kulit neonatus, bersamaan dengan morfo- ditengarai memiliki peranan penting pada
genesis folikel rambut dan kolonisasi mikroba ekologi komunitas mikroba kulit.5
kulit. Setelah periode tolerogenik ini, berbagai Pada kondisi adanya bakteri patogen
macam mikroorganisme turut berperan untuk dan kerusakan sawar kulit, respons inflamasi
merangsang beberapa efek yang berbeda- pada kulit juga turut dipengaruhi oleh mikro-
beda pada sistem imun. Sebagai contoh, biota komensal, seperti S. epidermidis. Hasil
kolonisasi S. epidermidis pada kulit telah penelitian menunjukkan bakteri S. epidermidis
dibuktikan dapat menginduksi peningkatan yang dipaparkan melalui injeksi intradermal
kadar sitokin IL-1a, yang merangsang skin- pada kulit mencit, bukan topikal, akan memicu
homing dari sel T, yang selanjutnya akan respons inflamasi klasik. Respons ini memiliki
memproduksi sitokin yang berkontribusi pada karakteristik adanya infiltrasi monosit dan
pertahanan hospes dan proses inflamasi pa- neutrophil, serta aktivasi sel T-efektor (Teff)
da kulit. Telah diketahui bahwa pada kondisi yang memproduksi interferon-g (IFNg). Hal ini
normal (steady-state), induksi sel T efektor menunjukkan bahwa meskipun S. epidermidis
(Teff) sebagai respons terhadap mikro- dipertahankan sebagai bakteri komensal
organisme akan muncul jika proses inflamasi pada kulit, namun jika terjadi kerusakan
klasik tidak terjadi, yang disebut sebagai pro- sawar kulit, maka dapat menimbulkan reaksi
ses “homeostatic immunity”. Proses ini inflamasi dan merangsang respons imun ku-
menunjukkan adanya mekanisme esensial lit.5
yaitu mikroba komensal yang berbeda akan Mikrobiota pada kulit tidak hanya ber-
memberikan rangsangan atau “didikan” pada peran pada sistem imun lokal, namun juga
aspek yang berbeda pula terhadap sistem berperan pada respons imun sistemik. Kulit
imun hospes untuk merespons paparan pato- memproduksi dan memetabolisme hormon
gen berikutnya. Dengan kata lain, respons steroid, peptida neurohormon dan neurotrans-
imun terhadap patogen akan muncul dalam mitter, termasuk beberapa komponen yang
konteks respons recall yang lebih luas jika terlarut dalam keringat dan sebum. Seluruh
dipaparkan dengan berbagai macam antigen komponen kimiawi ini bersinggungan dengan
mikroba yang berbeda.1,5 mikroba pada kulit dan turut mempengaruhi
Selain IL-1a, mikrobiota pada kulit juga adhesi, pertumbuhan, dan virulensi dari
turut memodulasi komponen-komponen kom- mikroba. Penelitian terbaru menunjukkan bah-
plemen dan peptida antimikroba (antimicrobial wa sel keratinosit epidermal sebagai lini per-
peptide/AMP) yang diproduksi oleh keratinosit tama sistem sensorisi karena mampu
dan sebosit. Peptida antimikroba tersusun memproduksi berbagai macam hormon dan
oleh berbagai jenis protein, yang didominasi neurotransmitter yang mempengaruhi kondisi
oleh cathelicidin dan b-defensin. Meskipun tubuh secara umum, bahkan pada kondisi
beberapa jenis AMP diproduksi terus- emosi. Hal ini tidak terbatas pada stres
menerus, namun ada beberapa AMP yang mekanis, stimulasi suhu, dan kimiawi, namun
distimulasi oleh mikrobiota spesifik seperti juga meliputi kapasitas kulit dalam
114
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022
115
Fitriyani NW dan Murlistyarini S Mikrobiom pada Kulit dalam Perspektif Dermatologi…….
116
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022
epitel kulit manusia dan folikel sebaseus. yang tidak berjerawat pada kondisi sehat,
Semua mikroba ini ada dan berinteraksi da- meskipun banyak diisolasi dari pasien akne.1,8
lam komunitas kulit dan memproduksi biofilm,
yang pada kondisi tertentu dapat berdampak Psoriasis Vulgaris
negatif pada kulit.1,8 Psoriasis adalah suatu penyakit in-
Cutibacterium acnes diketahui mampu flamasi kronis pada kulit yang mengenai 2-4%
membentuk biofilm pada beberapa pasien penduduk dunia. Faktor genetik dan faktor
dengan akne, sehingga muncul hipotesis bah- lain yang dapat merusak sawar kulit dan dis-
wa pertumbuhan dan pembentukan biofilm fungsi sistem imun, diduga terlibat dalam on-
oleh C. acnes dapat mengakibatkan ketidak- set dan progesivitas penyakit ini. Selama 20
seimbangan homeostasis dari mikrobiota. tahun terakhir berbagai studi dikembangkan
Selain itu, diduga bahwa pembentukan biofilm untuk memahami patogenesis dan pengoba-
merupakan ‘perekat biologis’ yang mampu tan psoriasis. Mikroorganisme seperti bakteri
menarik keratinosit sehingga menciptakan (S. aureus, S. pyogenes), jamur (Malassezia,
kondisi yang kondusif untuk terbentuknya Candica albicans), atau virus (human papillo-
komedo.8 mavirus, jenis retrovirus endogen) diduga
Mikrobiom pada anak-anak awalnya terlibat pada patogenesis psoriasis, yang
didominasi oleh spesies Streptococcal seperti memicu munculnya psoriasis atau meng-
Streptococcus mitis dan S. epidermidis. Pada akibatkan eksaserbasi.6,9
saat usia remaja, terjadi perubahan hormonal Pada beberapa penelitian pada pasien
yang merangsang peningkatan produksi se- psoriasis menunjukkan bahwa keberadaan
bum dan pertambahan area folikular baru. Corynebacterium, Propionibacterium, Staphy-
Lingkungan kaya lemak ini menyediakan tem- lococcus, dan Streptococcus meningkat
pat tinggal yang sempurna untuk C. acnes, secara signifikan pada plak psoriasis. Strepto-
sehingga terjadi pergeseran mikrobiom men- cocci merupakan bakteri terbanyak yang
jadi didominasi oleh Cutibacteria. C. acnes ditemukan pada kulit normal dan kulit psoria-
adalah bakteri predominan pada kulit se- sis, namun Staphylococci dan Propionibacte-
baseus post-adolesens. Cutibacteria lainnya ria lebih rendah secara signifikan pada psoria-
seperti Cutibacterium granulosum, Cutibacte- sis. Famili Firmicutes ditemukan lebih banyak
rium avidum, dan Cutibacterium propionicum secara signifikan pada lesi psoriasis
juga ditemukan pada folikel, walaupun dalam dibandingkan dengan kulit normal dan pada
jumlah yang lebih sedikit. Prevalensi akne kulit pasien sehat. Actinobacteria dan Propi-
menurun seiring dengan bertambahnya usia, onibacterium secara signifikan ditemukan
diduga akibat turut berkurang produksi sebum lebih rendah pada kulit dengan lesi psoriasis.9
ketika usia bertambah, namun terdapat Catinean et al. (2019) menyebutkan
dugaan bahwa perubahan sekresi sebum pada pemeriksaan darah pasien psoriasis tipe
juga dikaitkan dengan perubahan komposisi plak (varian psoriasis yang terbanyak
mikrobiom.1,5,8 ditemukan), didapatkan lebih banyak DNA
Cutibacterium acnes juga dianggap se- bakteri dari spesies Escherecia coli, Klebsiella
bagai mikroba yang bermanfaat pada kulit. C. pneumoniae, Enterococcus faecalis, Proteus
acnes turut menjaga kesehatan kulit dengan mirabilis, and S. pyogenes. Jika dibandingkan
mencegah potensi patogen oportunistik, se- dengan individu yang sehat, feses pada
perti S. aureus, melalui kemampuannya mem- pasien psoriasis mengandung lebih sedikit
bentuk asam propionate dan mempertahakan Faecalibacterium prausnitzii dan lebih banyak
pH kulit dalam kondisi asam. Akan tetapi, C. didapatkan E. coli.
acnes diketahui juga mendominasi folikel kulit
117
Fitriyani NW dan Murlistyarini S Mikrobiom pada Kulit dalam Perspektif Dermatologi…….
118
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022
Koloni bakteri hidup, yang disebut masih membutuhkan riset lebih lanjut.
dengan probiotik, juga dapat digunakan untuk Meningkatnya minat pada penelitian
memastikan komunitas mikroba yang seim- mengenai mikrobiom kulit diharapkan dapat
bang. Di masa depan, ahli dermatologi dapat membantu para ahli dermatologi untuk lebih
menggunakan swab kulit untuk menentukan mengembangkan alat diagnostik, meningkat-
mikroba yang berperan dalam menimbulkan kan pemahaman terhadap patogenesis pe-
masalah kesehatan, dan target terapi menjadi nyakit, serta mengembangkan modalitas tera-
standar untuk pengobatan. Walaupun, pada pi yang lebih personal sesuai dengan karak-
saat ini tantangan yang dihadapi adalah teristik mikrobiom pada masing-masing indi-
menentukan mikroba mana yang bersifat vidu. Ruang gerak pengembangan dalam hal
“baik” dan mana yang “jahat”.12,13 mikrobiom pada kulit masih sangat luas dan
Mikrobiota pada kulit saat ini diketahui memiliki implikasi yang signifikan baik dalam
lebih kompleks daripada yang diperkirakan konteks preventif, klinis, maupun terapeutik.
sebelumnya. Hubungan mikrobiom dengan
kondisi sehat dan sakit semakin banyak Daftar Pustaka
diketahui, dan tidak diragukan lagi berbagai
pendekatan untuk perkembangan diagnosis 1. Byrd A, Belkaid Y, Segre J. The Human
dan tata laksana juga akan mengikuti. Di ma- Skin Mikrobiom. Nat Rev Microbiol. 2018;
sa depan, ahli dermatologi diharapkan dapat 16(3):143–155. https://doi.org/10.1038/
memanfaatkan teknik diagnostik dan terapeu- nrmicro.2017.157.
tik terbaru untuk mengevaluasi dan memani- 2. Prescott SL, Larcombe DL, Logan AC,
pulasi flora pada kulit untuk mengobati penya- West C, Burks W, Caraballo L, Levin M,
kit dan promosi kesehatan. Saat ini, kulit se- Etten EV, Horwitz P, Kozyrskyj A, Camp-
bagai organ yang banyak diteliti, adalah fokus bell DE. The Skin Mikrobiom: Impact of
penelitian ilmiah yang akan memiliki implikasi Modern Environments on Skin Ecology,
signifikan untuk preventif, klinis, maupun tera- Barrier Integrity, and Systemic Immune
peutik.12,13 Programming. World Allergy Organ J.
2017; 10(1):29. doi: 10.1186/s40413-017-
Kesimpulan 0160-5. PMID: 28855974; PMCID:
PMC5568566.
Sebagian besar mikroba yang hidup 3. Schommer NN and Gallo RL. Structure
pada kulit bersifat komensal pada kondisi and Function of the Human Skin Mikro-
normal, serta berperan penting pada maturasi biom. Trends Microbiol. 2013; 21(12):660
dan homeostasis imunitas kulit. Ketidakseim- -8. doi: 10.1016/j.tim.2013.10.001. Epub
bangan interaksi antara hospes-mikroba me- 2013 Nov 12. PMID: 24238601; PMCID:
nyebabkan pergeseran mikrobiom komensal PMC4744460.
pada kulit menjadi komunitas yang berbahaya 4. Schoch JJ, Monir RL, Satcher KG, Harris
pada penyakit kulit noninfeksi seperti dermati- J, Triplett E, Neu J. The Infantile Cutane-
tis atopik, psoriasis, dan akne. Perubahan ous Mikrobiom: A Review. Pediatric Der-
komposisi mikrobiota dapat memicu muncul- matology. 2019; 36(5):574-580. doi:
nya penyakit kulit, merangsang eksaserbasi, 10.1111/pde.13870. Epub 2019 Jul 23.
dan progresivitas penyakit kulit. Namun, 5. Chen Y, Fischbach M, Belkaid Y. Skin
pengembangan terapi menggunakan mikro- Mikrobiota–Hospes Interactions. Nature.
biota untuk mengembalikan homeostasis kulit 2018; 553:427–436. https://
memberikan hasil yang cukup baik, walaupun doi.org/10.1038/nature25177.
119
Fitriyani NW dan Murlistyarini S Mikrobiom pada Kulit dalam Perspektif Dermatologi…….
6. Catinean A, Neag MA, Mitre AO, Bocsan Pérez-Orquín JM, Horga De La Parte J,
CI, Buzoianu AD. Mikrobiota and Immune Genovés S, Ramón D, Navarro-López V
-Mediated Skin Diseases-An Overview. et al. Gut Microbial Composition in Pa-
Microorganisms. 2019; 7(9):279. doi: tients with Psoriasis. Sci Rep. 2018; 8
10.3390/microorganisms7090279. PMID: (article number 3812):1-7.
31438634; PMCID: PMC6781142. 11. Stehlikova Z, Kostovcik M, Kostovcikova
7. Nakatsuji T, Gallo RL. The Role of the K, Kverka M, Juzlova K, Rob F, Herco-
Skin Mikrobiom in Atopic Dermatitis. Ann gova J, Bohac P, Pinto Y, Uzan A, Koren
Allergy Asthma Immunol. 2019; 122 O, Tlaskalova-Hogenova H and Jiraskova
(3):263-269. doi: 10.1016/ Zakostelska Z Disbiosis of Skin Mikrobio-
j.anai.2018.12.003. Epub 2018 Dec 11. ta in Psoriatic Patients: Co-Occurrence of
Erratum in: Ann Allergy Asthma Immunol. Fungal and Bacterial Communities. Front
2019; 123(5):529. Microbiol. 2019; 10:438. doi: 10.3389/
8. Ramasamy S, Barnard E, Dawson TL, Li fmicb.2019.00438.
H. The Role of the Skin Mikrobiota in Ac- 12. Sander MA, Sander MS, Isaac-Renton
ne Pathophysiology. British Journal of JL, Croxen MA. The Cutaneous Mikro-
Dermatology. 2019; 181(4):691-699. doi: biom: Implications for Dermatology Prac-
10.1111/bjd.18230. tice. J Cutan Med Surg. 2019; 23(4):436-
9. Wang WM and Jin HZ. Skin Microbiome: 441. doi: 10.1177/1203475419839939.
An Actor in the Patogenesis of Psoria- 13. Johnson CL and Versalovic J. The Hu-
sis. Chinese Medical Journal. 2018 ;131 man Mikrobiom and Its Potential Im-
(1):95–98. https://doi.org/10.4103/0366- portance to Pediatrics. Pediatrics. 2012;
6999.221269. 129(5):950–960. https://doi.org/10.1542/
10. Codoñer FM, Ramírez-Bosca A, Climent peds.2011-2736.
E, Carrión-Gutierrez M, Guerrero M,
120