Anda di halaman 1dari 40

Universitas Jenderal Soedirman

Fakultas Kedokteran

KONSEP DASAR INFEKSI


BLOK 2.4 Bridging to Clinical Medical Sciences
T.A 2021/2022

ANRIANI PUSPITA KARUNIA NING WIDHI, S.Si.,M.SI


fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Sasaran Pembelajaran
• Mahasiswa dapat menjelaskan faktor mikroba dan infeksi, meliputi
daya transmisi, daya invasi, kemampuan untuk menimbulkan
penyakit
• Mahasiswa mampu menjelaskan flora normal dan manfaatnya bagi
tubuh manusia

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Sir William Osler (1986),


tabib/humanis hebat, menulis kata-
kata ini, demam (infeksi) memang
menjadi momok dunia. Tuberkulosis
dan bentuk lain dari infeksi paru
adalah penyebab utama kematian dini
antara yang kaya dan yang kurang
beruntung.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

I. Patogenesis Infeksi
• Patogenesis infeksi bakteri meliputi proses infeksi hingga mekanisme
timbulnya tanda dan gejala penyakit
• Infeksi : disebabkan oleh mikroorganisme patogen PATOGEN ????
• Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau
faktor penyebab penyakit, manusia sbg penjamu atau host, dan faktor
lingkungan yang mendukung.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

CIRI-CIRI MIKROORGANISME PATOGEN


• Mempunyai kemampuan untuk menular
• Melekat pada sel inang
• Menginvasi sel inang dan jaringan
• Mampu untuk meracuni /toksik  menghasilkan toksin
• Mampu menghindar dari sistem imun

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Kategori Patogen
• Patogen opportunistik
biasanya adalah flora normal dan
menyebabkan penyakit bila menyerang
bagian yg tidak terlindungi, biasanya terjadi
pada orang yg kondisinya tidak sehat. Patogen opportunistik
• Patogen virulen
(lebih berbahaya), dapat menimbulkan
penyakit pada tubuh kondisi sehat/normal

Patogen virulen

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran
Karakteristik/sifat agen biologis
1. Patogenisitas
• Kemampuan menimbulkan reaksi pada penjamu. Subklinis dan klinis
• Proporsi orang yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit klinis
2. Virulensi
• Derajat keparahan (berat ringannya reaksi yang ditimbulkan oleh agen biologis)
• Proporsi orang dengan penyakit klinis menjadi sakit yang berat atau mati
• Contoh :
- Virus Hepatitis A (patogenisitas rendah dan virulensi yang rendah)
- Campak (patogenesitas tinggi tetapi virulensi rendah)
- Rabies (patogenisitas tinggi, virulensi tinggi)

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran ….next

3. Antigenesiti
• Kemampuan mikroba dalam mengaktifkan atau menstimulasi mekanisme
pertahanan host (antibodi)
4. Invektiviti
• Kemampuan mikroba untuk menginfeksi  proporsi orang yg terpajan menjadi
terinfeksi
5. Toksisitas
• Kemampuan mikroba dalam memproduksi toksin (eksotoksin atau endotoksin)
6. Invasitas
• Kemampuan mikroba untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki
jaringan host

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Pengaturan Faktor Virulensi Bakteri


• Bakteri patogen beradaptasi pada keadaan saprofit maupun
lingkungan bebas, di luar tubuh dan pada host (manusia)
• Pada saat proses adaptasi patogen menghemat kebutuhan metabolik
dan produk metaboliknya.
• Mengembangkan sistem tranduksi sinyal komplek untuk mengatur
gen yang penting untuk virulensi
• Sinyal lingkungan yg digunakan untuk mengontrol ekspresi gen
virulensi meliputi : temperature, ketersediaan zat besi, osmolalitas,
fase pertumbuhan, pH, dan ion spesifik (misal : Ca2+) atau faktor
nutrisi

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran
Faktor Virulensi
1. Adherence/adhesi : kemampuan agen untuk mampu melekat pada
host. Adhesi merupakan langkah awal/utama dalam proses infeksi

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

BACTERIUM

adhesin
receptor

EPITHELIUM

• ADHESI bakteri ke permukaan sel inang memerlukan protein ADHESIN


• ADHESIN dibagi menjadi 2: FIMBRIAL dan AFIMBRIAL
fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran

FIMBRIAL

• Nama lain : “FILI”  struktur menyerupai rambut yang terdapat pada permukaan sel
bakteri yang tersusun atas protein yang tersusun rapat dan memiliki bentuk silinder heliks
• Mekanisme adhesi FILI:
• Fili bertindak sebagai ligan dan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada permukaan sel
host.
• Fili sering dikenal sebagai ANTIGEN KOLONISASI karena peranannya sebagai alat
penempelan pada sel lain
• Contoh: Asam lipoteichoat menyebabkan pelekatan Strepcoccus pd sel buccal dan protein
M sebagai antifagositik

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran
Bacterial Biofilm

AFIMBRIAL
• Molekul adhesin AFIMBRIAL golongan
berupa protein (polipeptida) dan
polisakarida yg melekat pada membran sel
bakteri
• Polisakarida yg berperan dalam sel
biasanya adl penyusun membran sel
seperti:glikolipid, glikoprotein, matriks
ekstraseluler (fibronectin, collagen).
• Adhesin AFIMBRIAL srg juga disebut
biofilm, contoh: plak gigi selain utk
pelekatan yg membantu kolonisasi jg
diperlukan utk resistensi antibiotik

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran

2. Invasiveness/invasi : Kemampuan
agen (bakteri, virus, dan jamur) untuk
masuk dan menyebar ke dalam tubuh
manusia.
• Dibagi menjadi 2: EKSTRASELULER dan
INTRASELULER
• INVASI EKSTRASELULER terjadi apabila
mikroba merusak barrier jaringan untuk
menyebar ke dalam ke dalam tubuh inang
baik melalui peredaran darah maupun
limfa
• INVASI INTRASELULER terjadi apabila
mikroba benar-benar berpenetrasi dalam
sel inang dan hidup di dalamnya
• Sebagian besar bakteri gram negatif dan positif
patogen mempunyai kemampuan ini
fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

KEHIDUPAN INTRASELULER

1. Setelah invasi, mikroba mampu bertahan hidup dan berkembang biak dalam
sel inang
2. Mikroba mampu hidup dalam 2 tipe sel inang:
• Non-fagositik sel: sel epitel, sel endoteliat
• Fagositik sel: makrofag, neutrofil
3. Bakteri bertahan hidup pada sitosol, vakuola makanan (lisosom), vakuola
4. Bakteri dapat membunuh sel inang dgn cara:
• Menurunkan pH vakuola
• Produksi enzim protease

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran

3. Toxigenicity/toksin : Kemampuan bakteri untuk menghasilkan toksin


yang berperan dalam perkembangan penyakit. Bakteri dapat
memproduksi toksin secara exotoksin dan endotoksin

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Karakteristik Eksotoksin dan Endotoksin


• EKSOTOKSIN
• Disekresi oleh sel hidup, konsentrasi tinggi pada
medium cair • Sangat toksik
• Dihasilkan oleh bakteri Gram positif dan Gram • Biasanya terikat pada reseptor
negatif spesifik pada sel
• Polipeptida dg berat molekul 10.000-900.000
• Biasanya tidak menimbulkan demam
• Relatif tdk stabil, toksisitas sering dihancurkan
secara cepat melalui pemanasan pada suhu di
pada host
atas 600C • Seringkali dikontrol oleh gen
• Sangat antigenik; merangsang pembentukan ekstrakromosom (cth : plasmid)
antitoksin konsentrasi tinggi. Antitoksin
menetralisir toksin
• Contoh penyakit : Gas gangren,
• Dikonversi menjadi toksoid dan antigenik tetanus, botulisme, difteri
nontoksik oleh formalin, asam, pemanasan, dll.
Toksoid digunakan untuk imunisasi (cth :
toksoid tetanus)

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

GAMBAR (A–C) Cara kerja eksotoksin A-B


dimer. Toksin bakteri A-B terdiri dari
molekul rantai dua. Rantai B mengikat
dan mendorong masuknya rantai A ke
dalam sel, dan rantai A memiliki aktivitas
penghambatan terhadap beberapa
fungsi vital. ACH, Asetilkolin; cAMP,
adenosin siklikmonofosfat; Clostridium
botulinum, Corynebacterium diphtheriae,
Clostridium tetani, dan Vibrio cholerae.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran

• ENDOTOKSIN
• Bagian keseluruhan dinding sel bakteri
Gram negatif. Dilepaskan saat kematian • Toksik sedang
bakteri dan sebagian selama
• Reseptor spesifik tidak ditemukan pada
pertumbuhan
sel
• Hanya ditemukan pada bakteri Gram
• Biasanya menimbulkan demam pada
negatif
host melalui perlepasan interleukin-1 dan
• Kompleks lipopolisakarida. Bagian lipid mediator lainnya
bertanggung jawab atas toksisitas
• Sintesis diarahkan oleh gen kromosom
• Relatif stabil, tahan terhadap pemanasan
• Contoh penyakit : Demam tifois, ISK,
pada suhu di atas 600C selama berjam-
jam tanpa kehilangan toksisitas meningitis
• Imunogenik lemah; antibody bersifat
antitoksik dan protektif
• Tidak dikonversi menjadi toksoid

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran

4. Enzim : kemampuan bakteri dalam menghasilkan enzim yang secara


intrinsik tidak toksik namun berperan penting dalam proses infeksi.
• Enzim penghancur jaringan : enzim yg paling khas adalah enzim dari
C. perfringens, S. aureus, streptokok grup A, dan bakteri anaerob.
• C. perfringens menghasilkan enzim lesitinase dan kolagenase yg mendegradasi kolagen,
protein utama jaringan ikat fibrosa, dan meningkatkan penyebaran infeksi di dalam
jaringan
• S. aureus menghasilkan koagulase yang bekerja sama dengan factor pembekuan darah
menyebabkan koagulasi plasma. Koagulase berperan dlm pembentukan dinding fibrin di
sekeliling lesi Staphylococcus, menyebabkan penumpukan fibrin pada permukaan
Staphylococcus yang dapat melindungi bakteri dari fagositosis di dalam sel fagosit.
• Streptokok, stafilokok, dan bakteri anaerob menghasilkan hialuronidase yang
menghidrolisis asam hialuronat, suatu unsur pokok zat penyusun jaringan ikat dan
membantu dalam penyebaran melalui jaringan.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran

• Protease IgA
• Tubuh apabila kemasukan mikroba maka akan dihasilkan antibodi (imunoglobulin/Ig).
• Imunoglobulin yang disekrasikan adalah IgA pada permukaan mukosa
• Ada 2 tipe IgA, yaitu: IgA1 dan IgA2
• Bakteri patogen mempunyai enzim PROTEASE yg akan memecah IgA1 pada ikatan
spesifik prolin-treonin atau prolin-serin regio engsel dan membuat antibodi menjadi
tidak aktif
• Protease IgA1 merupakan faktor virulensi penting pada N. gonorrhoeae, N. meningitidis,
H. influenzae, dan S. pneumoniae
• Produksi protease IgA1 memungkinkan patogen menginaktivasi antibodi primer yang
ditemukan pada permukaan mukosa shg meniadakan perlindungan host oleh antibodi.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

STEP-STEP PATOGENESIS BAKTERI


1. Bakteri masuk ke dalam tubuh
2. Adhesi-Kolonisasi
3. Invasi
4. Kehidupan intraseluler
5. Perusakan organ/jaringan

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

ORGAN TEMPAT PELEKATAN BAKTERI


1. Membran mukosa
a. Saluran pernafasan (paling sering)
b. Saluran pencernaan: bakteri masuk melalui air, makanan, jari kotor
dsb. Bakteri tahan thp asam lambung, enzim dan empedu
c. Saluran kencing: penularan penyakit seksual
d. Konjungtiva: membran yg melapisi bola mata

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

2. Kulit
• Beberapa mikroba dapat menyerang melalui folikel rambut & kelenjar keringat
• Beberapa fungi dapat tumbuh pada kulit karena mampu memproduksi enzim
keratinase
Bakteri tidak bisa terpenetrasi pada sel kulit yg sehat
3. Organ dalam
• Mikroba dapat langsung beradhesi pada organ di bawah kulit atau membran
mukosa melalui rute parenteral.
• Cth : injeksi, gigitan, luka, sayatan, bedah dsb
• Beberapa mikroba hanya dpt menimbulkan penyakit apabila masuk via rute
parenteral
• Cth : Streptococcus pneumoniae menyebabkan pneumonia bila terhirup; jika tertelan tidak
menimbulkan penyakit.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Penyebaran Penyakit Infeksi


1. Transmisi langsung
• Mikroba langsung masuk ke dalam tubuh host (tanpa ada media perantara)
cth: via sentuhan, droplet, tranfusi darah (darah yg terkontaminasi mikroba
patogen)
2. Transmisi tidak langsung
• Mikroba memerlukan media perantara (air, udara, serangga/vektor, atau
makanan) untuk dapat masuk ke dalam tubuh host
cth: melalui vektor -> melalui serangga
o Sec mekanis -> kaki serangga -> melekat pada kotoran -> hinggap di makanan
o Sec biologis -> mikroba mengalami perkembangan dlm tubuh serangga -> gigitan
serangga

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Skema rantai penularan penyakit

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran
Klasifikasi Infeksi
1. Primary infection : infeksi terjadi akibat dari proses yg ditimbulkan
oleh mikroorganisme sendiri  ketika host
bertemu dengan agen (infeksi pertama kali)
2. Reinfection : infeksi kembali oleh organisme yang sama pada
inang (setelah recovery)
3. Superinfection : infeksi oleh organisme yg saman namun proses
penyakit belum sembuh tetapi disusul dengan
infeksi yang lain (infeksi ganda)
4. Secondary infection : bila dalam inang yang resistensinya
diturunkan oleh penyakit menular yang sudah
ada sebelumnya, organisme baru dapat terbentuk
dalam infeksi

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman ….next
Fakultas Kedokteran

5. Focal infection : infeksi yang terjadi secara local hanya pada


suatu area, cth. infeksi di usus buntu atau di
tonsil.
6. Cross infection : terjadi penularan penyebaran infeksi dari
orang satu ke orang lain
7. Nosocomial infection : penyebaran infeksi yang terjadi di rumah
sakit
8. Subclinical infection : ketika gejala infeksi yang timbul tidak
tampak

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Tahapan Proses Infeksi


• Periode Inkubasi
• Periode sejak masuknya kuman ke dalam tubuh sampai dg muncul gejala
• Periode Predormal
• Periode muncul gejala umum sampai gejala spesifik cth: batuk TBC
• Periode sakit
• Timbul manifestasi
• Periode konvalensi
• Gejala menurun sampai individu dinyatakan sembuh

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran
II. Flora Normal Manusia
• Flora normal : populasi mikroorganisme yg menghuni kulit dan membrane
mukosa manusia normal yg sehat
• Fungsi flora normal:
• Sbg lini pertahanan pertama menghadapi mikroba pathogen
• Membantu pencernaan
• Berperan dlm mendegradasi toksin
• Berkontribusi dlm pematangan sistem imun
• Flora normal dikelompokkan menjadi 2 grup :
• Flora residen  M.O yg relatif tetap sec. regular ditemukan di area ttt dan
umur ttt
• Flora transien  M.O nonpatogen atau potensial patogen yg menghuni kulit
atau membran mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu, berasal
dr lingkungan, tdk menimbulkan penyakit dan tidak menetap sec.
permanen.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Perbedaan Flora Residen dan Transien


Flora Residen Flora Transien
• Komensal (penting bagi tubuh) • Tidak pathogen atau cenderung
pathogen
• Memegang peran ttt dlm
mempertahankan Kesehatan dan • Hanya dlm waktu tertentu
fungsi normal • Kurang berarti selama flora
• Bila terganggu dari tempatnya, residen normal utuh, bila flora
maka flora normal akan segera residen terganggu maka flora
tumbuh kembali transien dapat berkolonisasi,
proliferasi, dan menimbulkan
penyakit.

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Interaksi Antara Host dengan Flora Normal (Simbiosis)


• 3 tipe interaksi antara host dg flora normal : c. Opportunistic (Opportunists)  Parasitisme
a. Commensalism (Commensals)  no • Satu organisme mendapat keuntungan dan yang
harm, no benefit to host lain dirugikan.
b. Mutualism (Mutualistic)  saling
• Semua yg bersifat patogen  parasit (merugikan)
menguntungkan
Cth: Staphylococcus epidermidis  flora normal
Mensistesis vitamin K kulit (non patogen)  berubah mjd patogen saat
mencapai tempat-tempat tertentu spt katup
jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan)

Sekresi & produk


buangan

Nutrisi

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Penyebaran Flora
Normal Manusia

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

Manfaat Mempelajari Flora Normal


1. Membantu mengetahui jenis infeksi yg mungkin timbul stl
terjadinya kerusakan dari jaringan tubuh
2. Dapat mengenali sumber infeksi dari M.O penyebab yg dpt diisolasi
dari infeksi klinik
cth : E. coli merupakan flora normal pada sal pencernaan, apabila menginfeksi
saluran kemih dapat menyebabkan ISK (sistitis
3. Dapat menetahui cara terjadinya infeksi yg disebabkak oleh flora
normal pada inang

fk.unsoed.ac.id Creating environmental health and developing local wisdom for a better future
Universitas Jenderal Soedirman
Fakultas Kedokteran

fk.unsoed.ac.id Creating
Menjadienvironmental health and developing
pusat pengembangan local wisdom
IPTEK Kedokteran for a better
berbasis future dan kearifan lokal yang diakui dunia
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai