MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hematoogi III
Dosen : dr. Eri Triakumara, M.Kes.
Disusun oleh :
Kelompok 1
1
KATA PENGANTAR
Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak khususnya yang membaca makalah ini demi
tercapainya perbaikan dan kesempurnaan makalah ini serta dalam penulisan-
penulisan karya ilmiah selanjutnya.
Semoga apa yang tersaji dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis dari macam-macam sel darah manusia?
2. Bagaimana pembekuan darah terjadi?
3. Apa saja istilah-istilah anatomi dan fisiologi pada tubuh manusia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam sel darah manusia.
2. Untuk mengetahui mekanisme pembekuan darah beserta faktor-faktor
pembekuan darah.
3. Untuk mengetahui istilah-istilah anatomi dan fisiologi pada tubuh
manusia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk sel darah merah adalah cakram bikonkaf dengan diameter 6-8 µm
dan tebalnya sekitar 2 µm. Eritrosit merupakan sel yang paling kecil jika
dibandingkan dengan sel sel lain dalam tubuh manusia selain trombosit dan
3
juga jumlahnya paling banyak jika dibandingkan dengan sel darah lainnya.
Secara normal, didalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trliliun sel
darah merah atau setara dengan 5 juta sel darah merah dalam satu mm 3.
Sedangkan pada perempuan dewasa terdapat 4,5 juta sel darah merah dalam
satu mm3.
Masa hidup sel darah merah (eritrosit) adalah 120 hari. Proses dimana
pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis. Sel darah merah yang rusak akan
pecah atau lisis dan menjadi partikel-partikel kecil dalam hati dan limpa.
Sebagian besar sel darah merah akan dihancurkan di limpa, sebagian yang
lolos akan dihancurkan oleh hati. Organ hati menyimpan kandungan zat besi
dari hemoglobin yang akan kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang
untuk membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum tulang akan
memproduksi eritrosit dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik.
Produksi ini distimulasi oleh hormon eritropoeitin (EPO) yang di produksi
oleh ginjal.
Eritrosit muda yang ada didalam darah dinamakan retikulosit yang masih
mengandung asam ribonukleat (RNA). Retikulosit ini berjumlah 1 % dari
semua darah yang beredar. Retikulosit terdapat pada sumsum tulang maupun
darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2-3 hari
untuk menjadi sel yang matang, sesudah itu retikulosit akan masuk ke dalam
darah. Retikulosit masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang lebih
selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
Untuk mengidentifikasi RNA pada retikulosit harus menggunakan
pewarnaan khusus diantaranya brillian cressyl blue atau new methylene blue
solution.
4
Penentu Golongan darah. Penggolongan ini ditentukan oleh ada atau
tidaknya antigen bernama aglutinogen dalam sel darah merah. Ada dua
antigen yang telah dikenali dalam sel darah merah yaitu antigen A dan
antigen B.
Menjaga sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami
proses lisis oleh patogen atau bakteri maka hemoglobin sel darah merah
akan mengeluarkan radikal bebas yang menghancurkan dinding dan
membran sel patogen serta membunuh bakteri yang masuk kedalam
tubuh.
Membantu pelebaran pembuluh darah. Sel darah merah akan melepaskan
senyawa S-Nitrosothiol yakni saat hemoglobin terdeoksigenasi sehingga
pembuluh darah pun akan melebar dan akan melancarkan arus darah
supaya darah segera menuju ke jaringan tubuh yang kekurangan oksigen.
5
Berdasarkan ada tidaknya granula pada sitoplasma, leukosit dibagi
menjadi dua, yaitu leukosit bergranula (granulosit) dan leukosit tidak
bergranula (agranulosit).
Leukosit Bergranula (Granulosit)
1. Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak, yaitu sekitar
60%. Ada dua jenis neutrofil yaitu neutrofil batang (stab) dan juga
neutrofil segmen. Neutrofil segmen disebut juga neutrofil
polimorfonuclear, karena inti selnya terdiri atas beberapa segmen
(lobus) yang bentuknya bermacam-macam berjumlah 3-6 lobus dan
dihubungkan dengan benang-benang kromatin. Apabila jumlah lobus
pada neutrofil lebih dari 6 lobus, disebut dengan neutrofil
hipersegmen. Granula sitoplasma tampak tipis dengan prosedur
pewarnaan pada umumnya yaitu menggunakan pewarna Giemsa.
Jumlah neutrofil segmen kurang lebih 50-70% dari keseluruhan
leukosit. Sedangkan neutrofil batang merupakan bentuk sel neutrofil
muda dan sering disebut juga neutrofil tapal kuda., karena mempunyai
inti seperti tapal kuda. Seiring pematangannya sel neutrofil batang ini
bentuk intinya akan berubah menjadi bersegmen menjadi neutrofil
segmen.
Pada umumnya neutrofil berfungsi sebagai fagositosis terutama
terhadap bakteri. Neotrofil bersirkulasi di dalam darah sekitar 10 jam
dan dapat hidup selama 1-4 hari di dalam jaringan ekstravaskular.
Sekali bermigrasi menuju jaringan ekstravaskular, neutrofil tidak akan
kembali lagi ke dalam darah. Populasi neutrofil di sepanjang
permukaan endotel pembuluh darah akan dengan cepat berubah pada
saat terjadi stres atau infeksi.
2. Eosinofil
Eosinofil mengandung granula kasar yang berwarna merah–orange
(eosinofilik) yang tampak pada apusan darah tepi. Intinya bersegmen
(pada umumnya dua lobus). Fungsi eosinofil juga sebagai fagositosis
6
dan mengahsilkan antibodi terutama terhadap antigen yang
dikeluarkan oleh parasit. Jumlah eosinofil normal adalah 2-4% dan
akan meningkat bila terjadi reaksi alergi atau infeksi parasit.
3. Basofil
Basofil mengandung granula kasar berwarna ungu atau biru tua
dan seringkali menutupi inti sel yang bersegmen. Merupakan jenis
leukosit yang jumlahnya paling sedikit yaitu < 2% dari jumlah
keseluruhan leukosit. Granula pada basofil mengandung heparin
(antikoagulan) histamin, dan substansi anafilaksis. Basofil berperan
dalam reaksi hipersensitivitas yang berhubungan dengan
Imunoglobulin E (IgE).
7
organ lainnya selain berada dalam darah. Setelah terjadi rangsangan
dari antigen, sel B akan berkembang menjadi sel plasma yang dapat
memproduksi antibodi.
2. Monosit jumlahnya sekitar 3-8% dari total jumlah leukosit. Setelah 8-
14 jam berada dalam darah, monosit menuju ke jaringan dan akan
menjadi makrofag (disebut juga histosit). Monosit adalah jenis leukosit
yang berukuran paling besar. Inti selnya mempunyai granula kromatin
halus yang menekuk menyerupai ginjal atau biji kacang. Monosit
mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai fagosit mikroorganisme
(khususnya jamur dan bakteri) dan benda asing lainnya serta berperan
dalam reaksi imun.
Fungsi sel darah putih :
• menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit
• Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel
darah putih granulosit dan monosit
• Pembentukan antibodi di dalam tubuh
• Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap
penyakit yang menyerang
• Menangkap dan menghancurkan organisme tubuh ( memiliki sifat
fagosit)
8
Trombosit adalah sel darah yang berperan penting dalam proses
hemostasis. Trombosit melekat pada lapisan endotel darah yang robek
(luka) dengan membentuk plug atau sumbat trombosit.
Trombosit tidak mempunyai inti sel, berukuran 1-4 µm dan
sitoplasmanya berwarna biru dengan granula ungu kemerahan. Trombosit
merupakan derivat dari megakariosit yaitu berasal dari fragmen-fragmen
sitoplasma megakariosit. Normalnya dalam darah jumlah trombosit sekitar
150.000 sampai dengan 350.000 sel/mL darah. Granula trombosit
mengandung faktor pembekuan darah, adenosin difosfat (ADP) dan
adenosin trifosfat (ATP), kalsium, serotonin, serta katekolamin. Sebagian
besar diantaranya berperan dalam merangsang mulainya proses pembekuan
darah dan umur trombosit sekitar 10 hari.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi
kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka tersebut, maka trombosit
akan pecah. Pecahnya trombosit ini akan menyebabkan keluarnya enzim
trombokinase yang terkandung didalamnya. Enzim trombokinase dengan
bantuan kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat dalam tubuh, akan
mengubah protrombin menjadi trombin. Selanjutnya trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin segera membentuk anyaman untuk
menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.
Fungsi Trombosit :
9
2.2 Pembekuan Darah
a) Definisi Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah atau koagulasi adalah proses yang kompleks
yang mana darah membentuk gumpalan (bekuan darah) guna menutup dan
memulihkan luka serta menghentikan pendarahan.
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses
yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika
terjadi luka. Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh
darah yang terluka, pelepasan zat untuk menarik kepin-keping darah ke
daerah luka, dan pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah
yang terlibat dalam proses penggumpalan darah adalah keping-keping
darah dengan bantuan ion kalsium.
b) Faktor-Faktor Pembekuan Darah
Faktor I (Fibrinogen )
Fibrinogen merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi
yang melibatkan protein plasma sehingga dapat berubah menjadi benang
fibrin melalui proses yang diperankan oleh trombin. Fungsi fibrinogen
sebagai komponen penting dalam protein plasma hasil dari sintesis dalam
hati dan diubah menjadi fibrin. Fibrin ini bersama sumbatan trombosit
yang membentuk gumpalan membentuk sekitar 200-400 mg/dl.
Faktor II (Prothrombin)
Prothrombin merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi
yang melibatkan protein plasma sehingga dapat berubah menjadi
senyawa aktif trombin (faktor IIa) melalui proses pembelahan yang
mengaktifkan salah satu faktor yaitu X (Xa) yang berada di jalur umum
dari proses pembekuan.
10
Faktor IV (Ion Calcium)
Faktor IV atau ion kalsium adalah sejenis ion yang fungsinya
digunakan disemua proses pembekuan darah pada setiap jalur
pembekuan. Kalsium ini merupakan sebuah faktor koagulasi yang
diperlukan dalam fase pembekuan darah jalur pembekuan intrinsik, jalur
pembekuan ekstrinsik dan pada jalur pembekuan bersama dan berbentuk
ion yang setiap saat akan mudah berikatan dengan bentuk ion yang lain.
11
ekstrinsik koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum
pembekuan.
12
c) Mekanisme Pembekuan Darah
Mekanisme pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu sistem intrinsik dan
sistem ekstrinsik. Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor
XII inaktif menjadi faktor XII aktif (XIIa). Aktivasi ini dikatalisis oleh
kininogen HMW dan kalikrein. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan
faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan faktor IX. Faktor IX yang aktif
membentuk suatu kompleks dengan faktor VIII aktif. Kompleks IXa dan
VIIIa mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari trombosit dan Ca2+ diperlukan
untuk mengaktifkan faktor X secara sempurna. .
Sementara sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan faktor III
(tromboplastin) dari jaringan yang mengaktifkan faktor VII. Faktor III dan
faktor VIIa mengaktifkan faktor IX dan X. Dengan adanya fosfolipid, Ca2+,
dan faktor V, maka faktor X akan mengkatalisis konversi protrombin menjadi
trombin. Selanjutnya trombin mengkatalisis konversi fibrinogen menjadi
fibrin.
Jalur Ekstrinsik
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor)
berasal dari luar darah. Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan,
faktor VII, X serta Ca2+ dan menghasilkan faktor Xa. Produksi faktor
Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi faktor jaringan
pada sel endotel. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan
mengaktifkannya. Faktor VII merupakan glikoprotein yang
mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati. Faktor
jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa dengan
menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan faktor X. Faktor
VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam faktor X yang
dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsik. Aktivasi faktor
X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsik dan
ekstrinsik.
13
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan
intrinsik adalah bahwa kompleks faktor jaringan dengan faktor VIIa
juga mengaktifkan faktor IX dalam lintasan intrinsik.
Jalur Intrinsik
Jalur intrinsik, yaitu semua zat yang terikat dengan pembekuan darah
berasal dari darah. Jalur ini memerlukan faktor IX, faktor X, faktor XI,
dan faktor XII, selain itu juga memerlukan prekalikrein dan HMWK,
14
begitu juga ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari trombosit.
Darah yang mengalami kontak dengan serat kolagen pembuluh darah
yang kasar secara bertahap akan mengaktifkan faktor XII, XI, dan IX.
Selanjutnya faktor IX akan mengaktifkan faktor X yang aktif bereaksi
dengan faktor V, Ca2+ dan fosfolipid dari trombosit untuk mengatur
aktifator protrombin. Jalur intrinsik terjadi apabila prekalikrein, HMWK,
faktor XI dan faktor XII terpapar ke permukaan pembuluh darah adalah
stimulus primer untuk fase kontak. Kumpulan komponen-komponen fase
kontak merubah prekallikrein menjadi kallikrein, yang selanjutnya
mengaktifasi faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa kemudian dapat
menghidrolisa prekallikrein lagi menjadi kallikrein, membentuk kaskade
yang saling mengaktifasi. Faktor XIIa juga mengaktifasi faktor XI
menjadi faktor XIa dan menyebabkan pelepasan bradikinin, suatu
vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya Ca2+, faktor XIa
mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa mengaktifasi
faktor X menjadi faktor Xa.
Jalur Bersama
Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh
lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin (II)
menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi
fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif
dan memerlukan perakitan kompleks protrombinase yang terdiri atas
fosfolipid anionic platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam
trombosit serta plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip faktor
VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil
thrombin, unsur ini terikat dengan reseptor spesifik pada membran
trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan faktor Xa serta
protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin
lebih lanjut, dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk
15
membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Aktivator
protrombin mengaktifkan perubahan protrombin menjadi trombin.
Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin kemudian menyaring sel-sel darah merah dan
plasma untuk membentuk bekuan.
16
Anatomi dan fisiologi adalah ilmu dalam bidang kesehatan atau
kedokteran yang mempelajari didalamnya anatomi dan fisiologi metabolisme
tubuh, anatomi dan fisiologi sistem saraf, anatomi dan fisiologi sistem
digestif, anatomi dan fisiologi bagian tubuh lainnya.
Istilah medis
Kebanyakan istilah medis berasal dari bahasa Yunani atau Latin,
meskipun beberapa ada yang berasal dari bahasa modern terutama Jerman,
Prancis, dan Inggris. Secara umum, istilah yang berkaitan dengan diagnosis
dan operasi memiliki asal–usul Yunani, sedangkan istilah anatomi berasal
dari Latin. Kebanyakan istilah medis memiliki struktur akar kata, awalan,
akhiran, dan gabungan vokal.
Contoh : Perikarditis = Peradangan di sekitar jantung
Peri-(awalan) = sekitar
Kardi(akar kata) = Jantung
-Itis (akhiran) = Peradangan
Pembuluh Darah
1. Arteri : membawa darah yang kaya akan oksigen dari jantung ke
bagian tubuh lainnya. Arteri memiliki dinding yang cukup elastis
sehingga mampu menjaga tekanan darah tetap konsisten.
2. Vena: pembuluh darah yang satu ini membawa darah yang miskin
oksigen dari seluruh tubuh untuk kembali ke jantung. Dibandingkan
dengan arteri, vena memiliki dinding pembuluh yang lebih tipis.
3. Kapiler : pembuluh darah ini bertugas untuk menghubungkan arteri
terkecil dengan vena terkecil. Dindingnya sangat tipis sehingga
memungkinkan pembuluh darah untuk bertukar senyawa dengan
jaringan sekitarnya, seperti karbon dioksida, air, oksigen, limbah, dan
nutrisi.
4. Ramus : Cabang (dari arteri, vena atau saraf)
5. Nervus : saraf
6. Noduli limfatisi : Kelenjar Limfe
17
Bagian Struktur
1. Kaput : kepala
2. Korpus : badan
3. Kauda : ekor
4. Kolumna : leher
5. Pedunkula : tangkai
Bentuk Struktur
1. Fasia : fasialis : permukaan, muka
2. Fovea : lekukan dangkal, lesung
3. Fascia : lembaran
4. Foramen : lubang
5. Sulkus : lekukan
6. Kanalis : saluran, pipa
7. Kavum, kaverna : rongga besar
8. Kavernosus : berongga-rongga
9. Kondilus : benjolan
10. Spina : berduri, berujung tajam
11. Krista : berbentuk seperti sisir
12. Sinus : rongga kecil
13. Prosesus : seperti ujung pedang
14. Fisura : robekan, celah
15. Insisura : irisan
Warna Struktur
1. Alba : putih
2. Nigra : hitam, gelap
3. Rubra : merah
4. Grisea : abu-abu
18
5. Lutea, flava : kuning
6. Kloros : hijau
19
15. Sistem gastrointestinal : sistem pencernaan untuk menerima
makanan, mencerna, menyerap zat gizi dan energi dan membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna.
16. Hemoglobinemia : Adanya Hb bebas di dalam plasma darah
karena reaksi hemolisis.
17. Hipotalamus : pusat pengendali fungsi tubuh dan sistem
syaraf untuk menjaga agar kondisi tubuh selalu konstan dan stabil.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunohematologi merupakan ilmu yang mempelajari reaksi antigen (Ag)
dan antibodi (Ab) pada sel darah, khususnya sel darah merah.
Darah adalah jaringan cair pada tubuh manusia yang terdiri atas dua bagian
yaitu plasma darah (bagian cair darah) sebesar 55% dan korpuskuler atau sel
darah (bagian padat darah) sebesar 45%. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit.
Proses pembekuan darah atau koagulasi adalah proses yang kompleks yang
mana darah membentuk gumpalan (bekuan darah) guna menutup dan
memulihkan luka serta menghentikan pendarahan.
Anatomi dan fisiologi adalah ilmu dalam bidang kesehatan atau
kedokteran yang mempelajari didalamnya anatomi dan fisiologi metabolisme
tubuh, anatomi dan fisiologi sistem saraf, anatomi dan fisiologi sistem
digestif, anatomi dan fisiologi bagian tubuh lainnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Durachim, Adang dan Dewi Astuti. 2018. Hemostasis. Jakarata: KEMENKES RI.
Irianto, Koes. 2014. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabet.
Maharani, Eva Ayu dan Ganjar Noviar. 2018. Imunohematologi dan Bank Darah.
Jakarta: KEMENKES RI.
Setiabudy Rahajuningsih D. 2012. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta: FKUI.
22