Anda di halaman 1dari 25

DASAR-DASAR IMUNOHEMATOLOGI

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hematoogi III
Dosen : dr. Eri Triakumara, M.Kes.

Disusun oleh :

Kelompok 1

Fhadliana Alfani 5117025

Gina Asyukurilah Nur A. 5117030

Sinta Fegi Anita 5117040

Yunus Oktomega Mboi 5117050

Tanu Hadi Wijaya 5117053

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


SEKOLAH ILMU KESEHATAN RAJAWALI
Jl. Rajawali Barat No.73, Maleber, Andir, Kota Bandung
2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah penulis bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Dasar-Dasar Imunohematologi” tanpa menghadapi kendala dan
masalah yang cukup berarti.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini penulis mendapat banyak
sekali bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak sehingga makalah
ini dapat selesai tepat pada waktunya. Untuk itu, penulis dalam kesempatan ini
ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penulisan makalah ini.

Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak khususnya yang membaca makalah ini demi
tercapainya perbaikan dan kesempurnaan makalah ini serta dalam penulisan-
penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Semoga apa yang tersaji dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1 Macam-Macam Sel Darah Manusia ....................................................3
2.2 Pembekuan Darah ...............................................................................10
2.3 Istilah Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia .....................................16
BAB III PENUTUP ..........................................................................................21
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunohematologi merupakan ilmu yang mempelajari reaksi antigen (Ag)
dan antibodi (Ab) pada sel darah, khususnya sel darah merah. Ilmu ini tidak
hanya mencakup ilmu imunologi dan hematologi saja, melainkan terdapat
juga ilmu lain seperti, genetika, biokimia dan biomolekuler. Pada prakteknya,
imunohematologi diaplikasikan pada bidang pelayanan transfusi darah.
Konsep imunohematologi yang digunakan dalam bidang pelayanan
transfusi darah adalah pemeriksaan sebelum transfusi (pre-transfusi test) dan
mendeteksi adanya reaksi transfusi yang ditandai adanya Ab terhadap sel
darah.
Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu upaya kesehatan dalam
rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan sangat membutuhkan
ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses
dan terjangkau oleh masyarakat.
Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia
hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuhterhadap virus atau
bakteri.
Pada makalah ini, kami akan membahas tentang macam- macam sel daah
pada manusia, pembekuan darah dan juga istilah-istilah dasar anatomi dan
fisiologi pada manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis dari macam-macam sel darah manusia?
2. Bagaimana pembekuan darah terjadi?
3. Apa saja istilah-istilah anatomi dan fisiologi pada tubuh manusia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam sel darah manusia.
2. Untuk mengetahui mekanisme pembekuan darah beserta faktor-faktor
pembekuan darah.
3. Untuk mengetahui istilah-istilah anatomi dan fisiologi pada tubuh
manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam-Macam Sel Darah Manusia


Darah adalah jaringan cair pada tubuh manusia yang terdiri atas dua bagian
yaitu plasma darah (bagian cair darah) sebesar 55% dan korpuskuler / sel
darah (bagian padat darah) sebesar 45%. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume total darah orang dewasa diperkirakan
sekitar 5-6 liter atau 7% - 8% dari berat tubuh seseorang.

Bagian padat darah atau sel-sel darah, terdiri dari :


a) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau sering juga disebut eritrosit berasal dari bahasa
Yunani, yaitu erythos yang berarti merah dan kythos yang berarti selubung
atau sel. Eritrosit merupakan bagian darah yang mengandung hemoglobin
(Hb). Hemoglobin merupakan biomolekul pengikat oksigen, sedangkan darah
yang berwarna merah ini dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-
paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan
oksigen ke sel dan mengikat karbon dioksida. Jumlah hemoglobin pada orang
dewasa kira-kira 11,5 sampai dengan 15,0 gram per cc darah.

Gambar 3.4 Struktur Eritrosit

Bentuk sel darah merah adalah cakram bikonkaf dengan diameter 6-8 µm
dan tebalnya sekitar 2 µm. Eritrosit merupakan sel yang paling kecil jika
dibandingkan dengan sel sel lain dalam tubuh manusia selain trombosit dan

3
juga jumlahnya paling banyak jika dibandingkan dengan sel darah lainnya.
Secara normal, didalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trliliun sel
darah merah atau setara dengan 5 juta sel darah merah dalam satu mm 3.
Sedangkan pada perempuan dewasa terdapat 4,5 juta sel darah merah dalam
satu mm3.
Masa hidup sel darah merah (eritrosit) adalah 120 hari. Proses dimana
pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis. Sel darah merah yang rusak akan
pecah atau lisis dan menjadi partikel-partikel kecil dalam hati dan limpa.
Sebagian besar sel darah merah akan dihancurkan di limpa, sebagian yang
lolos akan dihancurkan oleh hati. Organ hati menyimpan kandungan zat besi
dari hemoglobin yang akan kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang
untuk membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum tulang akan
memproduksi eritrosit dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik.
Produksi ini distimulasi oleh hormon eritropoeitin (EPO) yang di produksi
oleh ginjal.
Eritrosit muda yang ada didalam darah dinamakan retikulosit yang masih
mengandung asam ribonukleat (RNA). Retikulosit ini berjumlah 1 % dari
semua darah yang beredar. Retikulosit terdapat pada sumsum tulang maupun
darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2-3 hari
untuk menjadi sel yang matang, sesudah itu retikulosit akan masuk ke dalam
darah. Retikulosit masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang lebih
selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
Untuk mengidentifikasi RNA pada retikulosit harus menggunakan
pewarnaan khusus diantaranya brillian cressyl blue atau new methylene blue
solution.

Fungsi Sel Darah Merah


 Penghantar oksigen ke seluruh tubuh. Setelah dibentuk sel darah merah
akan menyebar dan akan mengikat oksigen dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbondioksida dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

4
 Penentu Golongan darah. Penggolongan ini ditentukan oleh ada atau
tidaknya antigen bernama aglutinogen dalam sel darah merah. Ada dua
antigen yang telah dikenali dalam sel darah merah yaitu antigen A dan
antigen B.
 Menjaga sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami
proses lisis oleh patogen atau bakteri maka hemoglobin sel darah merah
akan mengeluarkan radikal bebas yang menghancurkan dinding dan
membran sel patogen serta membunuh bakteri yang masuk kedalam
tubuh.
 Membantu pelebaran pembuluh darah. Sel darah merah akan melepaskan
senyawa S-Nitrosothiol yakni saat hemoglobin terdeoksigenasi sehingga
pembuluh darah pun akan melebar dan akan melancarkan arus darah
supaya darah segera menuju ke jaringan tubuh yang kekurangan oksigen.

b) Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih atau leukosit memiliki ukuran yang lebih besar jika
dibandingkan dengan eritrosit. Jumlah normal pada orang dewasa
mengandung 4.000-10.000 sel leukosit /mm3. Tidak seperti sel darah merah,
sel leukosit memiliki inti (nukleus) dan sebagian besar leukosit dapat
bergerak seperti amoeba serta dapat menembus dinding kapiler. Sel darah
putih di produksi dalam sumsum tulang, kelenjar limfa dan juga limfa. Sel
darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk
tidak tetap (amoeboid) berinti, dan ukurannya lebih besar dari eritrosit.

Gambar 3.5 Jenis Leukosit

5
Berdasarkan ada tidaknya granula pada sitoplasma, leukosit dibagi
menjadi dua, yaitu leukosit bergranula (granulosit) dan leukosit tidak
bergranula (agranulosit).
 Leukosit Bergranula (Granulosit)
1. Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak, yaitu sekitar
60%. Ada dua jenis neutrofil yaitu neutrofil batang (stab) dan juga
neutrofil segmen. Neutrofil segmen disebut juga neutrofil
polimorfonuclear, karena inti selnya terdiri atas beberapa segmen
(lobus) yang bentuknya bermacam-macam berjumlah 3-6 lobus dan
dihubungkan dengan benang-benang kromatin. Apabila jumlah lobus
pada neutrofil lebih dari 6 lobus, disebut dengan neutrofil
hipersegmen. Granula sitoplasma tampak tipis dengan prosedur
pewarnaan pada umumnya yaitu menggunakan pewarna Giemsa.
Jumlah neutrofil segmen kurang lebih 50-70% dari keseluruhan
leukosit. Sedangkan neutrofil batang merupakan bentuk sel neutrofil
muda dan sering disebut juga neutrofil tapal kuda., karena mempunyai
inti seperti tapal kuda. Seiring pematangannya sel neutrofil batang ini
bentuk intinya akan berubah menjadi bersegmen menjadi neutrofil
segmen.
Pada umumnya neutrofil berfungsi sebagai fagositosis terutama
terhadap bakteri. Neotrofil bersirkulasi di dalam darah sekitar 10 jam
dan dapat hidup selama 1-4 hari di dalam jaringan ekstravaskular.
Sekali bermigrasi menuju jaringan ekstravaskular, neutrofil tidak akan
kembali lagi ke dalam darah. Populasi neutrofil di sepanjang
permukaan endotel pembuluh darah akan dengan cepat berubah pada
saat terjadi stres atau infeksi.
2. Eosinofil
Eosinofil mengandung granula kasar yang berwarna merah–orange
(eosinofilik) yang tampak pada apusan darah tepi. Intinya bersegmen
(pada umumnya dua lobus). Fungsi eosinofil juga sebagai fagositosis

6
dan mengahsilkan antibodi terutama terhadap antigen yang
dikeluarkan oleh parasit. Jumlah eosinofil normal adalah 2-4% dan
akan meningkat bila terjadi reaksi alergi atau infeksi parasit.
3. Basofil
Basofil mengandung granula kasar berwarna ungu atau biru tua
dan seringkali menutupi inti sel yang bersegmen. Merupakan jenis
leukosit yang jumlahnya paling sedikit yaitu < 2% dari jumlah
keseluruhan leukosit. Granula pada basofil mengandung heparin
(antikoagulan) histamin, dan substansi anafilaksis. Basofil berperan
dalam reaksi hipersensitivitas yang berhubungan dengan
Imunoglobulin E (IgE).

 Leukosit Tidak Bergranula (Agraulosit)


1. Limfosit
Limfosit adalah leukosit yang tidak bergranula yang jumlahnya
kedua paling banyak setelah netrofil, yaitu 20-40% dari total leukosit.
Jumlah limfosit pada anak-anak relatif lebih banyak dibandingkan
dengan jumlahnya pada orang dewasa, dan jumlah limfosit ini
meningkat apabila terjadi infeksi virus. Ada beberapa jenis leukosit
berdasarkan ukurannya, antara lain:
- Resting Lymphocyte, biasanya berukuran kecil (7-10µm), hampir
sama dengan ukuran eritrosit dengan inti sel berbentuk bulat atau
oval.
- Reactive (atypical) Lymphocyte, berukuran paling besar dan jumlah
meningkat apabila terjadi infeksi, misalnya mononukleosis.
- Large granular Lymphocyte, berukuran lebih besar daripada
limfosit kecil yang mengandung granula kasar azurofilik. Limfosit
ini berperan sel natural killer (sel NK) dalam imunologi.
Berdasarkan fungsinya, limfosit dibagi atas sel B dan sel T. Sel B
terutama berefek pada sitem imun humoral, yang berkembang ada
sumsum tulang dan dapat ditemukan dalam limfonodus, limpa, dan

7
organ lainnya selain berada dalam darah. Setelah terjadi rangsangan
dari antigen, sel B akan berkembang menjadi sel plasma yang dapat
memproduksi antibodi.
2. Monosit jumlahnya sekitar 3-8% dari total jumlah leukosit. Setelah 8-
14 jam berada dalam darah, monosit menuju ke jaringan dan akan
menjadi makrofag (disebut juga histosit). Monosit adalah jenis leukosit
yang berukuran paling besar. Inti selnya mempunyai granula kromatin
halus yang menekuk menyerupai ginjal atau biji kacang. Monosit
mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai fagosit mikroorganisme
(khususnya jamur dan bakteri) dan benda asing lainnya serta berperan
dalam reaksi imun.
Fungsi sel darah putih :
• menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit
• Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel
darah putih granulosit dan monosit
• Pembentukan antibodi di dalam tubuh
• Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap
penyakit yang menyerang
• Menangkap dan menghancurkan organisme tubuh ( memiliki sifat
fagosit)

c) Keping-Keping Darah (Trombosit)

Gambar 3.6. Bentuk trombosit pada sediaan hapus darah tepi

8
Trombosit adalah sel darah yang berperan penting dalam proses
hemostasis. Trombosit melekat pada lapisan endotel darah yang robek
(luka) dengan membentuk plug atau sumbat trombosit.
Trombosit tidak mempunyai inti sel, berukuran 1-4 µm dan
sitoplasmanya berwarna biru dengan granula ungu kemerahan. Trombosit
merupakan derivat dari megakariosit yaitu berasal dari fragmen-fragmen
sitoplasma megakariosit. Normalnya dalam darah jumlah trombosit sekitar
150.000 sampai dengan 350.000 sel/mL darah. Granula trombosit
mengandung faktor pembekuan darah, adenosin difosfat (ADP) dan
adenosin trifosfat (ATP), kalsium, serotonin, serta katekolamin. Sebagian
besar diantaranya berperan dalam merangsang mulainya proses pembekuan
darah dan umur trombosit sekitar 10 hari.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi
kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka tersebut, maka trombosit
akan pecah. Pecahnya trombosit ini akan menyebabkan keluarnya enzim
trombokinase yang terkandung didalamnya. Enzim trombokinase dengan
bantuan kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat dalam tubuh, akan
mengubah protrombin menjadi trombin. Selanjutnya trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin segera membentuk anyaman untuk
menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.

Fungsi Trombosit :

fungsi utama dari trombosit atau platelet ini ialah untuk


pembekuan darah. Pada saat pembuluh darah yang luka atau bocor,
maka secara langsung tubuh akan melakukan 3 mekanisir utama guna
menghentikan pendarahan yang sedang berlangsung, yaitu :
• Melakukan kontriksi (pengkerutan) pada bagian pembuluh darah yang
sedang terluka.
• Aktivitas komponen pembekuan darah lainnya pada plasma darah.
• Aktivitas trombosit.

9
2.2 Pembekuan Darah
a) Definisi Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah atau koagulasi adalah proses yang kompleks
yang mana darah membentuk gumpalan (bekuan darah) guna menutup dan
memulihkan luka serta menghentikan pendarahan.
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses
yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika
terjadi luka. Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh
darah yang terluka, pelepasan zat untuk menarik kepin-keping darah ke
daerah luka, dan pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah
yang terlibat dalam proses penggumpalan darah adalah keping-keping
darah dengan bantuan ion kalsium.
b) Faktor-Faktor Pembekuan Darah
 Faktor I (Fibrinogen )
Fibrinogen merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi
yang melibatkan protein plasma sehingga dapat berubah menjadi benang
fibrin melalui proses yang diperankan oleh trombin. Fungsi fibrinogen
sebagai komponen penting dalam protein plasma hasil dari sintesis dalam
hati dan diubah menjadi fibrin. Fibrin ini bersama sumbatan trombosit
yang membentuk gumpalan membentuk sekitar 200-400 mg/dl.
 Faktor II (Prothrombin)
Prothrombin merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi
yang melibatkan protein plasma sehingga dapat berubah menjadi
senyawa aktif trombin (faktor IIa) melalui proses pembelahan yang
mengaktifkan salah satu faktor yaitu X (Xa) yang berada di jalur umum
dari proses pembekuan.

 Faktor III (Thromboplastin, Tissue Thromboplastin)


Faktor III atau thromboplastin jaringan berperan sebagai aktivasi
faktor VII untuk membentuk trombin yang berasal dari beberapa sumber
yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru.

10
 Faktor IV (Ion Calcium)
Faktor IV atau ion kalsium adalah sejenis ion yang fungsinya
digunakan disemua proses pembekuan darah pada setiap jalur
pembekuan. Kalsium ini merupakan sebuah faktor koagulasi yang
diperlukan dalam fase pembekuan darah jalur pembekuan intrinsik, jalur
pembekuan ekstrinsik dan pada jalur pembekuan bersama dan berbentuk
ion yang setiap saat akan mudah berikatan dengan bentuk ion yang lain.

 Faktor VII (Prokonvertin, Stabil Factor)


Faktor pembekuan faktor VII atau prokonvertin berfungsi sebagai
sistem yang bekerja di dalam jalur intrinsik.Proconvertin ini merupakan
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh
kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu
faktor X.

 Faktor VIII (Faktor Antihemophilia, Anti Hemophilic Globulin)


Antihemophilic faktor, merupakan salah satu faktor pembekuan
darah atau koagulasi penyimpanan yang labil serta berpartisipasi didalam
jalur intrinsik dari pembekuan darah atau koagulasi, biasanya bertindak
sebagai kofaktor didalam proses aktivasi faktor X.

 Faktor IX (Komponen Tromboplastik Plasma, Chrismast Factor)


Faktor pembekuan faktor IX atau Krismas faktor berfungsi sebagai
sistem ekstrinsik. komponen tromboplastin plasma, sebuah faktor
koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur
intrinsik dari pembekuan.

 Faktor X (faktor stuart-prower)


Faktor pembekuan faktor X atau Stuart faktor berfungsi sebagai
sistem intrinstik dan ekstrinsik. Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dan

11
ekstrinsik koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum
pembekuan.

 Faktor XI (Plasma Thromboplastin Antecedantfaktor antihemofilia C)


Faktor pembekuan faktor XI atau plasma Thromboplastin Antecedant
atau antihemophilic C berfungsi sebagai sistem intrinsik. Tromboplastin
plasma yang di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur
intrinsik dari koagulasi.

 Faktor XII (Faktor Hageman, Contack faktor)


Faktor pembekuan faktor XII atau Hageman faktor berfungsi sebagai
sistem intrinsik. Hageman faktor-faktor koagulasi yang stabil yang
diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan
memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI.
 Faktor XIII (Faktor Stabilisasi Fibrin, Fibrinase)
Faktor pembekuan faktor XIII atau yang disebut faktor stabilisasi
fibrin atau fibrinasi berfungsi sebagai penghubung silang filamen fibril.
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah
fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak
larut di dalam, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan
darah.

12
c) Mekanisme Pembekuan Darah
Mekanisme pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu sistem intrinsik dan
sistem ekstrinsik. Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor
XII inaktif menjadi faktor XII aktif (XIIa). Aktivasi ini dikatalisis oleh
kininogen HMW dan kalikrein. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan
faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan faktor IX. Faktor IX yang aktif
membentuk suatu kompleks dengan faktor VIII aktif. Kompleks IXa dan
VIIIa mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari trombosit dan Ca2+ diperlukan
untuk mengaktifkan faktor X secara sempurna. .
Sementara sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan faktor III
(tromboplastin) dari jaringan yang mengaktifkan faktor VII. Faktor III dan
faktor VIIa mengaktifkan faktor IX dan X. Dengan adanya fosfolipid, Ca2+,
dan faktor V, maka faktor X akan mengkatalisis konversi protrombin menjadi
trombin. Selanjutnya trombin mengkatalisis konversi fibrinogen menjadi
fibrin.
 Jalur Ekstrinsik
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor)
berasal dari luar darah. Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan,
faktor VII, X serta Ca2+ dan menghasilkan faktor Xa. Produksi faktor
Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi faktor jaringan
pada sel endotel. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan
mengaktifkannya. Faktor VII merupakan glikoprotein yang
mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati. Faktor
jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa dengan
menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan faktor X. Faktor
VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam faktor X yang
dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsik. Aktivasi faktor
X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsik dan
ekstrinsik.

13
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan
intrinsik adalah bahwa kompleks faktor jaringan dengan faktor VIIa
juga mengaktifkan faktor IX dalam lintasan intrinsik.

Jalur ekstrinsik dengan menggunakan zat-zat yang bukan nerasal


dari darah. Jaringan dan pembuluh yang rusak akan menghasilkan
tromboplastin (faktor III suatu kompleks protein-fosfolipid) yang secara
langsung dapat mengubah faktor X menjadi faktor VII dan faktor V.
Jalur ekstrinsik lebih cepat dari jalur intrinsik. Jalur ekstrinsik dimulai
pada tempat yang trauma dalam respons terhadap pelepasan tissue
faktor (faktor III). Kaskade koagulasi diaktifasi apabila tissue faktor
dieksresikan pada sel-sel yang rusak atau distimulasi (sel-sel vaskuler
atau monosit), sehingga kontak dengan faktor VIIa sirkulasi dan
membentuk kompleks dengan adanya ion kalsium. Tissue faktor adalah
suatu kofaktor dalam aktifasi faktor X yang dikatalisa faktor VIIa.
Faktor VIIa, suatu residu gla yang mengandung serine protease,
memecah faktor X menjadi faktor Xa, identik dengan faktor IXa dari
jalur instrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi melalui kerja trombin atau
faktor Xa.

Tissue faktor banyak terdapat dalam jaringan termasuk adventitia


pembuluh darah, epidermis, mukosa usus dan respiratory, korteks
serebral, miokardium dan glomerulus ginjal. Aktifasi tissue faktor juga
dijumpai pada subendotelium. Sel-sel endotelium dan monosit juga
dapat menghasilkan dan mengekspresikan aktivitas tissue faktor atas
stimulasi dengan interleukin-1 atau endotoksin, dimana menunjukan
bahwa cytokine dapat mengatur ekspresi tissue faktor dan deposisi
fibrin pada tempat inflamasi.

 Jalur Intrinsik
Jalur intrinsik, yaitu semua zat yang terikat dengan pembekuan darah
berasal dari darah. Jalur ini memerlukan faktor IX, faktor X, faktor XI,
dan faktor XII, selain itu juga memerlukan prekalikrein dan HMWK,

14
begitu juga ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari trombosit.
Darah yang mengalami kontak dengan serat kolagen pembuluh darah
yang kasar secara bertahap akan mengaktifkan faktor XII, XI, dan IX.
Selanjutnya faktor IX akan mengaktifkan faktor X yang aktif bereaksi
dengan faktor V, Ca2+ dan fosfolipid dari trombosit untuk mengatur
aktifator protrombin. Jalur intrinsik terjadi apabila prekalikrein, HMWK,
faktor XI dan faktor XII terpapar ke permukaan pembuluh darah adalah
stimulus primer untuk fase kontak. Kumpulan komponen-komponen fase
kontak merubah prekallikrein menjadi kallikrein, yang selanjutnya
mengaktifasi faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa kemudian dapat
menghidrolisa prekallikrein lagi menjadi kallikrein, membentuk kaskade
yang saling mengaktifasi. Faktor XIIa juga mengaktifasi faktor XI
menjadi faktor XIa dan menyebabkan pelepasan bradikinin, suatu
vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya Ca2+, faktor XIa
mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa mengaktifasi
faktor X menjadi faktor Xa.

 Jalur Bersama
Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh
lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin (II)
menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi
fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif
dan memerlukan perakitan kompleks protrombinase yang terdiri atas
fosfolipid anionic platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam
trombosit serta plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip faktor
VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil
thrombin, unsur ini terikat dengan reseptor spesifik pada membran
trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan faktor Xa serta
protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin
lebih lanjut, dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk

15
membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Aktivator
protrombin mengaktifkan perubahan protrombin menjadi trombin.
Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin kemudian menyaring sel-sel darah merah dan
plasma untuk membentuk bekuan.

Gambar 42. Skema pembekuan

2.3 Istilah – Istilah Anatomi Dan Fisiologi Pada Manusia


Anatomi tubuh manusia adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh
manusia. Dalam bahasa ilmiah ilmu ini disebut juga dengan antropotomi.
Anatomi tubuh manusia tersusun atas sel, jaringan, organ, dan sistem organ.

Fisiologi manusia adalah ilmu yang mempelajari tentang faal (fungsi)


dari tubuh manusia. Fisiologi manusia adalah ilmu mekanis, fisik, dan
biokimia fungsi manusia yang sehat, organ-organ dan sel-sel yang tersusun.
Tingkat utama fokus dari fisiologi adalah pada tingkat organ dan sistem.

16
Anatomi dan fisiologi adalah ilmu dalam bidang kesehatan atau
kedokteran yang mempelajari didalamnya anatomi dan fisiologi metabolisme
tubuh, anatomi dan fisiologi sistem saraf, anatomi dan fisiologi sistem
digestif, anatomi dan fisiologi bagian tubuh lainnya.

 Istilah medis
Kebanyakan istilah medis berasal dari bahasa Yunani atau Latin,
meskipun beberapa ada yang berasal dari bahasa modern terutama Jerman,
Prancis, dan Inggris. Secara umum, istilah yang berkaitan dengan diagnosis
dan operasi memiliki asal–usul Yunani, sedangkan istilah anatomi berasal
dari Latin. Kebanyakan istilah medis memiliki struktur akar kata, awalan,
akhiran, dan gabungan vokal.
Contoh : Perikarditis = Peradangan di sekitar jantung
Peri-(awalan) = sekitar
Kardi(akar kata) = Jantung
-Itis (akhiran) = Peradangan

 Pembuluh Darah
1. Arteri : membawa darah yang kaya akan oksigen dari jantung ke
bagian tubuh lainnya. Arteri memiliki dinding yang cukup elastis
sehingga mampu menjaga tekanan darah tetap konsisten.
2. Vena: pembuluh darah yang satu ini membawa darah yang miskin
oksigen dari seluruh tubuh untuk kembali ke jantung. Dibandingkan
dengan arteri, vena memiliki dinding pembuluh yang lebih tipis.
3. Kapiler : pembuluh darah ini bertugas untuk menghubungkan arteri
terkecil dengan vena terkecil. Dindingnya sangat tipis sehingga
memungkinkan pembuluh darah untuk bertukar senyawa dengan
jaringan sekitarnya, seperti karbon dioksida, air, oksigen, limbah, dan
nutrisi.
4. Ramus : Cabang (dari arteri, vena atau saraf)
5. Nervus : saraf
6. Noduli limfatisi : Kelenjar Limfe

17
 Bagian Struktur
1. Kaput : kepala
2. Korpus : badan
3. Kauda : ekor
4. Kolumna : leher
5. Pedunkula : tangkai

 Bentuk Struktur
1. Fasia : fasialis : permukaan, muka
2. Fovea : lekukan dangkal, lesung
3. Fascia : lembaran
4. Foramen : lubang
5. Sulkus : lekukan
6. Kanalis : saluran, pipa
7. Kavum, kaverna : rongga besar
8. Kavernosus : berongga-rongga
9. Kondilus : benjolan
10. Spina : berduri, berujung tajam
11. Krista : berbentuk seperti sisir
12. Sinus : rongga kecil
13. Prosesus : seperti ujung pedang
14. Fisura : robekan, celah
15. Insisura : irisan

 Warna Struktur
1. Alba : putih
2. Nigra : hitam, gelap
3. Rubra : merah
4. Grisea : abu-abu

18
5. Lutea, flava : kuning
6. Kloros : hijau

 Istilah pada Imunohematologi


1. Alloantibodi : Antibodi yang dihasilkan karena adanya paparan
Ag dari individu lain.
2. Antibodi : Protein yang diproduksi karena adanya paparan
antigen terhadap limfosit.
3. Antigen : Suatu substan yang mampu bereaksi dengan
antibodi, yang diproduksi atas rangsangan imunogen.
4. Fagositosis : Aktivitas sel fagosit untuk menelan atau
memasukkan sel-sel asing.
5. Imunogen : Molekul atau gabungan molekul yang dapat
merangsang timbulnya respon imun.
6. Imunitas : Kekebalan tubuh terhadap pengaruh biologis atau
mikroorganisme dari lingkungan.
7. Membrane attachment complex : kumpulan komplemen yang teraktifkan
yang berada di membran sel target.
8. Transfusi : proses menyalurkan darah atau produk-nya dari
satu orang ke sistem peredaran darah orang lain.
9. Sitokin : molekul protein yang dikeluarkan oleh sel ketika
diaktifkan oleh antigen untuk meningkatkan respon imun.
10. Hemolisis : pecahnya membran sel darah merah sehingga
hemoglobin keluar dari dalam sel ke medium sekelilingnya, yaitu plasma.
11. Fagositosis : suatu proses sel fagosit menelan sel-sel asing.
12. Sferosit : jenis kelainan sel darah merah dengan bentuk kecil
dan padat.
13. Ikterus : kondisi adanya penumpukan bilirubin sehingga
kulit dan bagian sklera mata menjadi kuning.
14. Hepatosit : sel parenkimal pada hati.

19
15. Sistem gastrointestinal : sistem pencernaan untuk menerima
makanan, mencerna, menyerap zat gizi dan energi dan membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna.
16. Hemoglobinemia : Adanya Hb bebas di dalam plasma darah
karena reaksi hemolisis.
17. Hipotalamus : pusat pengendali fungsi tubuh dan sistem
syaraf untuk menjaga agar kondisi tubuh selalu konstan dan stabil.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Imunohematologi merupakan ilmu yang mempelajari reaksi antigen (Ag)
dan antibodi (Ab) pada sel darah, khususnya sel darah merah.
Darah adalah jaringan cair pada tubuh manusia yang terdiri atas dua bagian
yaitu plasma darah (bagian cair darah) sebesar 55% dan korpuskuler atau sel
darah (bagian padat darah) sebesar 45%. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit.
Proses pembekuan darah atau koagulasi adalah proses yang kompleks yang
mana darah membentuk gumpalan (bekuan darah) guna menutup dan
memulihkan luka serta menghentikan pendarahan.
Anatomi dan fisiologi adalah ilmu dalam bidang kesehatan atau
kedokteran yang mempelajari didalamnya anatomi dan fisiologi metabolisme
tubuh, anatomi dan fisiologi sistem saraf, anatomi dan fisiologi sistem
digestif, anatomi dan fisiologi bagian tubuh lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Durachim, Adang dan Dewi Astuti. 2018. Hemostasis. Jakarata: KEMENKES RI.
Irianto, Koes. 2014. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabet.
Maharani, Eva Ayu dan Ganjar Noviar. 2018. Imunohematologi dan Bank Darah.
Jakarta: KEMENKES RI.
Setiabudy Rahajuningsih D. 2012. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta: FKUI.

22

Anda mungkin juga menyukai