Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DASAR HEMATOLOGI

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD ANDRI WAHYUDI


11202101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat d
an karunia-Nya sehinggan penyusun dapat menyelesaikan makalah laporan ini yang berjudu
l “Konsep Dasar Hematologi“. Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantua
n berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini saya menghanturkan rasa hormat dan teri
mah kasih kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah, serta teman-teman yang membantu d
alam makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan s
egala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya. Oleh k
arena itu penyusun menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Se
moga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Balikpapan, 10 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi ... ............................................................................................... 3
B. Anatomi dan fisiologi sistem hematologi ............................................... 4
C. Komponen Darah ……………………………………………………… 4

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM HEMATOLOGI


A. Pengkajian.............................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….17
C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia………………………………17
D. Standar Intervensi Keperawatan……………………………………....17

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai pengedar oksige
n dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan zat sisa k
e organ pengeluaran. Alat transportasi pada manusia terkoordinasi dalam suatu sistem yang
disebut sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung,
dan pembuluh darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zatzat dan oksigen yang dibutu
hkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga seba
gai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.

Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau hemato ya
ng berasal dari kata Yunani yang berarti haima yang berarti darah. Darahmanusia berwarna
merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis warna merah pada darah manusia. W
arna merah terang menandakan bahwa darah tersebut mengandung banyak oksigen, sedangk
an warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut mengandung sedikit oksigen atau dal
am arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh
adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory protein) yang meng
andung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul o
ksigen. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obatobatan dan bahan kimia
asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar hematologi ?


2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
hematologi ?

1
C. Tujuan

Tujuan Umum : Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem hematologi

Tujuan Khusus :

1) Mengidentifikasi konsep dasar hematologi


2) Mengidentifikasi proses keperawatan meliputi pengkajian, analisan data,
diagnosa, intervensi dan evaluasi

D. Manfaat

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem hematologi sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah.

2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi


bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI HEMATOLOGI

Hematologi ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah,


organ pembentuk darah dan jaringan limforetikuler serta kelainan-kelainan yang
timbul darinya. Hematologi mempelajari baik keadaan fisiologik maupun
patologik organ-organ sehingga hematologi meliputi bidang ilmu kedokteran
dasar maupun bidang kedokteran klinik. Di bidang ilmu penyakit dalam,
hematologi merupakan divisi tersendiri yang bergabung dengan subdisiplin
onkologi medik. Hematologi dalam hal ini membahas hematologi dasar,
hematologi klinik, dan imunohematologi. Perkembangan imunologi, biologi
molekuler dan genetika (Bakta, 2013).

2. DEFINISI DARAH

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari


binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada
dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa
oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme
hemostasis (Bakta, 2007).
Darah terlihat sebagai cairan merah, opak dan kental. Warnanya
ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah.Volume
darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter. Darah bersikulasi di dalam sistem veskuler dan berperan sebagai
penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan
nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus gastroinestinal ke sel tubuh untuk
metabolisme sel.
Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh
metabolisme sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan ditransformasi dan dibuang
keluar dari tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi ke tempat sasaran
atau tujuan. Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap berada dalam
keadaan cair normal. Karena berupa cairan, selalu terdapat bahaya kehilangan
darah dari system vaskulerakibat trauma. Untuk mencegah bahaya ini, darah
memiliki mekanisme pembentukan yang sangat peka yang dapat diaktiflkan setiap
saat diperlukan untuk menyumbat kebocoran pada pembuluh darah.Pembekuan
yang berlebihan juga sama bahayanya kerena potensial menyumbat aliran darah

3
ke jaringan vital. Untuk menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme
febrinolitik yang kemudian akan melarutkan bekuan yang terbentuk dalam
pembuluh darah. Darah dan komponennya mempunyai fungsi lainnya, yaitu:
a. Transportasi (sari makanan, oksigen, Karbondioksida, sisa
metabolisme, dan air)
b. Transpotasi hormon menuju organ target dan enzim menuju sel sel
tubuh
c. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)
d. Imunitas (pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus)
e. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat dan pH tubuh) melalui buffer
dan asam amino yang ada di dalam plasma
f. Membantu dalam mencegah tubuh kehilangan cairan yaitu dengan
pembekuan darah

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI


a. Komponen darah

Darah manusia terdiri atas dua komponen, yakni cairan darah (plasma
darah) dan komponen padat (butir-butir padat atau platelet). Jika darah
disentrifugasi, kemudian didiamkan sebentar, darah akan mengandap dan
menunjukkan komponen-komponen utamanya, bagian paling atas merupakan
plasma darah (cairan berwarna pucat) yang jumlahnya berkisar 55% lapisan di
bawahnya adalah buffy coat (lapisan kuning) yang merupakan sel-sel darah putih.
4
Sisanya lebih kurang 45%, berupa sel-sel darah merah (Karmana, 2006).

1) Plasma darah
Adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuningan. Hampir 90% dari plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh denga
n memutar sel darah, plasme diberikan secara intra vena untuk Mengembalik
an volume darah, Menyediakan substansi yang hilang dari darah klien. Misal
nya faktor pembekuan darah I, VIII dan IX. Zat-Zat Yang Terdapat Dalam Pl
asma adalah Fibrinogen, Garam-garam mineral (kalsium, natrium, kaliu
m,dll), Protein darah (albumin, globulin), Zat makanan (asam amino, glukosa,
lemak, mineral dan vitamin), Hormon, Antibodi.

2) Sel-sel darah

 ERITROSIT

Fungsi utama eritrosit adalah untuk pertukaran gas. Eritrosit


membawa oksigendari paru menuju ke jaringan tubuh dan membawa karbon
dioksida (CO2) dari jaringan tubuh ke paru. Eritrosit tidak mempunyai inti sel,
tetapi mengandung beberapa organel dalam sitoplasmanya. Sebagian besar
sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe)
sehingga dapat mengikat oksigen. Eritrosit berbentuk bikonkaf, berdiameter
7-8 µ. Bentuk bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel
sehingga dapat melewati lumen pembuluh darah yang sangat kecil dengan
lebih baik. Melalui mikroskop, eritrosit tampak bulat, berwarna merah, dan di
bagian tengahnya tampak lebihi pucat, disebut dengan central pallor yang
diameternya kira-kira sepertiga dari keseluruhan diameter eritrosit (Kiswari,
2014).

 LEUKOSIT

Beberapa jenis leukosit atau sel darah putih terdapat dalam darah.
Leukosit pada umumnya dibagi menjadi granulosit, yang mempunyai granula
khas, dan agranulosit yang tidak mempunyai granula khas. Granulosit terdiri
dari neutrofil, eusinofil, dan basofil. Agranulosit terdiri dari limfosit dan

monosit. Meskipun leukosit merupakan sel darah, tetapi fungsinya lebih


banyak dilakukan di dalam jaringan. Apabila terjadi peradangan pada
5
jaringan tubuh, leukosit akan bermigrasi, menuju jaringan yang mengalami
radang dengan cara menembus dinding pembuluh darah (kapiler). Sel darah
putih berfungsi untuk perlindungan atau sebagai pertahanan tubuh melawan
infeksi serta membunuh sel yang bermutasi. Sel darah putih berinti,
bergranula, dan bergerak aktif. Dalam keadaan normal, disekitarnya tidak
tidak terdapat parasit, bakteri, bekuan darah, ataupun massa lainnya. Ada 5
jenis sel darah putih yang telah diidentifikasi dalam perifer, yaitu netrofil,
eosinofil, basofil, monosit dan limfosit. Perubahan sel darah putih sering
berkaitan dengan kelainan-kelainan preleukemia pada kelainan
mieloproliferatifkronis, pada berbagai kanker termasuk. Adapun jenis-jenis
sel darah putih antara lain:
1. Basofil : Basofil mengandung granula kasar berwarna ungu atau biru tua
dan seringkali menutupi inti sel. Inti sel basofil bersegmen. Basofil
berperan dalam reaksi hipersensitivitas yang berhubungan dengan
imunoglobulin E (IgE). Basofil hampir mirip dengan eosinofil tetapi
memiliki granula yang besar. Berjumlah 0,5-1% dari total leukosit.
Mengandung berbagai enzim, platelet/trombosit, heparin tidak diketahui
dengan pasti, tetapi heparin dan faktor-faktor pengaktifan histamina
berfungsi untuk menimbulkan peradangan pada jaringan (D‟Hiru, 2013).

Gambar.1. Basofil
(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

2. Eosinofil : Eosinofil mengandung granula kasar yang berwarna merah-


oranye (eosinofilik) yang tampak pada apusan darah tepi. Intinya
bersegmen (pada umumnya dua lobus). Fungsi eosinofil juga sebagai
fagositosis dan menghasilkan antibodi terutama terhadap antigen yang
ikeluarkan oleh parasit. Jumlah eosinofil normal adalah 21-2%, dan akan
mengikat bila terjadi reaksi alergi atau infeksi parasit. Eosinofi
6
bertambah pada serangan asma, reaksi obat-obatan, investasi parasit,
serta keadaan alergi (termasuk alergi makanan dan minuman). Eosinofil
juga bertambah pada wanita yang sedang menstruasi, berbagai macam
iritasi, maupun kanker (misalnya penyakit karsinoma, dll.) (D‟Hiru,
2013). Eosinofil merupakan fagosit paling lemah, memiliki
kacenderungan berkumpul dalam satu jaringan yang terjadi reaksi
antigen-antibodi karena kemampuan khususnya dalam memfagosit dan
mencerna kompleks antigen-antibodi. Masa hidup eosinofil lebih lama
dari pada neutrofi lsekitar 8-12 jam (Nugraha, 2015).

Gambar .2. Eosinofil


(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

3. Neutrofil : adalah jenis leukosit yang paling banyak diantara jenis-jenis


segmen. Ada dua macam jenis neutrofil yaitu neutrofil stab (batang) dan
neutrofil segmen. Neutrofil segmen sering juga disebut neutrofil
polimorfonuklear. Disebut demikian karena inti selnya terdiri atas
beberapa segmen (lobus) yang bentuknya bermacam-macam dan
dihubungi dengan benang kromatin. Jumlah segmen neutrofil adalah
sebanyak 3-6, bila lebih dari enam disebut neutrofil hipersegmen.
Granula sitoplasmanya tampak dengan prosedur pewarnaan pada
umunya. Jumlah neutrofil segmen kira-kira 50-70% dari keseluruhan
leukosit. Fungsi utama neutrofil adalah sebagai fagositosis, pada umunya
terhadap bakteri. Neutrofil akan bertambah banyak bila terjadi proses
peradangan,kelainan fisikberlebihan, penyuntikan empirin/adrenalin
(sebagai vasokontriktor topikal maupun pemacu kerja jantung), sering
terjadipada kekurangan vitamin B12 dan asam folat,kelainan bawaan,
serta menurunnya fungsi kelenjar timus (D‟Hiru.2013).

7
Gambar.3. Neutrofil Segmen
(Sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

4. Limfosit : adalah jenis leikosit yang jumlahnya kedua paling banyak


setelah neutrofil (20-40%). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif
banyak dibandingkan jumlahnya pada orang dewasa, dan jumlah limfosit
ini meningkat bila terjadi infeksi virus.limfosit adalah mononuklear
dalamdarah perifer, berinti bulat atau oval,dikelilingi tepian sitoplasma
sempit berwarna biru, dan mengandung granula.berasal dari sel induk
pluripotensial di dalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan
limfoid ( kelenjar timus, limpa, kelenjar limfatik, permukaan mukosa
respiratorius, dan permukaan mukosa traktus gastrointestinal). Ada 2
macam limfosit yaitulimfosit T dan limfosit B. Proporsi limfosit T sekitar
75% dari peredaran limfosit. Limfosit B berfungsi untuk menghasilkan
antibodi immunoglobulin : IgA, IgG, IgM, IgE dan IgD setelah berubah
menjadi sel-sel plasma (setelah diaktifka sel T-helper bilaada infektan).
Limfosit yang bermigrasi ke dalam kelenjar timus akan memperoleh dan
memenuhi fungsi-fungsi imunitas khusus. Tipe yang berbeda dari
limfosit T yaitu Kille limfosit T yang meransang tubuh untuk
memperbanyak pembentukan antigen. Limfosit T bertanggung jawab atas
respon kekebalan seluler melalui pembentukan sel yang reaktifantigen
dan juga berfungsi menjinakkan radikal bebas dalam aliran darah
maupun dalam kelenjar limfatik.Bentuk selini meningkat dalam darah
pada penderita stres limfatik, toksin, pengguna narkoba,maupun obat-
obatan yang mengandung toksik (D‟Hiru, 2013).

8
Gambar 4. Limfosit
(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

5. Monosit : Jumlah monosit kira-kira 5-7% dari total jumlah leukosit.


Monosit adalah jenis leukosit yang paling besar. Inti selnya mempunyai
granula kromatin halus yang menekuk berbentuk menyerupai ginjal/ biji
kacang. Monosit mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai fagosit
mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri) dan benda asing lainnya,
serta berperan dalam reaksi imun. Monosit dapat bertahan selama
beberapa minggu hingga beberapa bulan, dengan sifatnya yang fagosit,
menyingkirkan zat-zat kontaminan, sel-sel yang cedera dan mati, puing-
puing/fragmen sel ( celluler debris), dan mikroorganisme patogenik
(D‟Hiru, 2013).

Gambar. 5 Monosit
(sumber:Weiss dan Wardrop, 2010)

 TROMBOSIT
Berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti dan hidup seki
ta 10 hari. Jumlah trombosit 150-400x109 /l (150.000- 400.000/ml). 30-40%
Terkonsentrasi di limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah.

9
Berperan dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaa
n normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah, namun dalam be
berapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh darah, trombosit akan tertarik
ke daerah tersebut. Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersam
a membentuk sumbat trombosit (platelet plug) yang akan menambal daerah y
ang luka.

b. Fisiologi pembentukan sel darah


Hematopoisis adalah proses pembentukan darah dan system imun,
menghasilkan semua sel darah tubuh, termasuk sel darah untuk pertahanan
imunologis. Terjadi di sumsum tulang, dimana sel batang multipotensial
memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai sel batang
unipotensial.

1) Produksi sel darah merah(eritropoiesis)


Eritropoiesis adalah proses pembuatan eritrosit, pada janin dan bayi proses
ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas
hanya pada sumsum tulang

10
2) Produksi sel darah putih (leukopoiesis)
Leukopoises adalah proses pembuatan leukosit

3) Produksi trombosit
Trombosit berasal dari sel megakariosit yang pecah menjadi bagian kecil
kecil yang disebut platelet atau trombosit. Megakariosit berasal dari sel mieloblast
yang juga merupakan induk sel leukosit.

11
4) Sumsum tulang

Sumsum tulang sebagai mesin pembentuk sel darah. Pada orang dewasa normal
menghasilkan dan melepaskan kurang lebih 2.5 juta sel darah merah, 2.5 juta trombosit,
dan satu juta granulosit per kg BB. Semua sel darah yang beredar di dalam tubuh berasal
dari satu sel induk yang pluripoten (Pluripotent Stem Cell) : proliferasi, diferensiasi dan
maturasi. Sel Induk Hemopoesis akan mampu menjadi sel darah apa saja setelah melalui
diferensiasi menjadi sel progenitor/ bakal sel darah merah, bakal sel lekosit (granulosit dan
non granulosit) serta bakal sel trombosit.

5) Limpa

Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan.Li
mpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan lua
r konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medialyang konkaf serta ber
hadapan dengan lambung, fleksura, linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula
jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah (jaringan ikat, se
l eritrost, sel leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang keluar dari arteri coeliaca.
Fungsi limpa :
1. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).
2. Destruksi sel eritrosit tua.
3. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.
4. Produksi bilirubin dari eritrosit.
5. Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.
6. Pembentukan immunoglobulin.
7. Pembuangan partikel asing dari darah

6) Pembekuan Darah (Clotting Mechanism)


Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan ditranformasi
menjadi material semisolid yang dinamakn bekuan darah. Bekuan darah tersusun terut
ama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jaringan-jaringan fibrin. Fibrin dibent
uk oleh protein dalam plasma melalui urutan reaksi yang kompleks. Berbagai factor ter
libat dalam tahap-tahap reaksi pembentukan fibrin. Factor pembekuan darah, dan jalur
ekstrinksik dan instriksik pembentukan fibrin diperlihatkan secara diagramatis. Menur
ut howell proses pembekuan hematologi dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
1. Stadium I : pembentukan tromboplastin.

12
2. Stadium II : perubahan dari protrombin menjadi thrombin.
3. Stadium III : perubahan dari fibrinogen menjadi fibrin.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM HEMATOLOGI

A. PENGKAJIAN

Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti,
sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. H
al ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis at
au tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan sekunder
dapat diminimalkan. Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga tentang riway
at penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun pemeriksaa
n fisik.

1. Data demografi

a. Usia

Usia merupakan data dasar yang penting karena ada beberapa gangguan hematologi
yang menyebabkan klien tidak berusia panjang (6-7 tahun).

c. Golongan darah

Penting untuk dikaji karena untuk memperoleh kecocokan dengan donor darah klien b
ila diperlukan tranfusi darah.

d. Tempat tinggal

Ada beberapa gangguan hematologi yang disebakan karena factor lingkungan.

2. Riwayat kesehatan keluarga

Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya anggota keluarga yang mengalami ganggua
n seperti gangguan yang dialami klien seperti perdarahan dan anemia.

3. Masalah kesehatan klien sekarang

Tanda-tanda infeksi, perdarahan, warna kulit, dispnea, pica, perut terasa penuh menun
jukkan splenomegaly, alkoholik, neurologi, pruritus

14
4. Riwayat kesehatan klien

Perawat melakukan pengkajian kondisi yang pernah dialami oleh klien yang berhubun
gan dengan system hematologi seperti berikut ini:

a. Keganasan, kemoterapi
b. Risiko HIV
c. Hepatitis
d. Kehamilan
e. Thrombosis vena

5. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan daerah kepala, telinga, mata, hidung dan tenggorokan(HEENT)

1) Konjunctiva anemis, mukosa pucat (anemia)

2) Ikhterik/ jaundice (hemolisis, hyperbilirubinemia)

3) Petekie (trombositopenia)

4) Glositis (anemia defisiensi zat besi, anemia defisiensi vitamib B 12)

5) Limfadenopati (limfoma)

b. System integumenta

1) Pucat (anemia)

2) Jaundice (hyperbilirubinemia)

3) Koilonisia (anemia defisiensi zat besi)

4) Ekimosis dan petekie (trombositopeniac)

c. System kardiovaskuler

Takikardi ( anemia berat dengan gagal jantung)

e. Abdomen
Splenomegali (polisitemia, limfoma)
f. System neurologi
Kehilangan sensasi getar (anemia megaloblastic)
g. System muskuloskleletal

15
Nyeri tulang/ terderness (myeloma multiple)
6. Evaluasi Pemeriksaan: Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan secara valid melalui persiap
an klien, alat dan bahan, serta pemeriksanya sendiri. Pemeriksaan laboratoriu
m meliputi berikut :
a. Pemeriksaan Hb (bila nilainya < 5 g/dl, indikasi dilakukan tranfusi meski t
idak ada gejala)
b. Pemeriksaan Hct (bila nilaninya >70 % indikasi dilakukan flebotomi seger
a)
c. Hitung platelet (bila nilainya < 10.000.mm2 maka risiko terjadi perdaraha
n spontan, bila nilainya < 50.000/mm2 maka risiko perdarahan meningkat
pada trauma dan pembedahan, bila > 2.000.000mm2 maka terdapat risiko
thrombosis)
d. Hitung neutrophil (bila nilainya <5oo.mm2 maka terdapat risiko tinggi inf
eksi)
e. Protrombine time (PT), Bila nilainya <1,5x control maka tidak ada pening
katan risiko perdarahan, tetapi bila <2,5 x control dapat terjadi risik per
darahan spontan. Pada PTT, Bila nilainya <1,5x control maka ada penig
katan risiko perdarahan, bila 2,5 kontrol maka risiko tinggi adanya perdara
han spontan
f. Waktu perdarahan (bila nilainya >20 menit maka terdapat risiko perdaraha
n spontan)
g. Antitrombin III (Bila nilainya <50% maka terdapat risiko terjadi thrombosi
s spontan)
7. Evaluasi Pemeriksaan: diagnostic
b. Biopsi sum-sum tulang : mengambil sedikit jaringan yang ada di sum-sumtula
ng
c. Pungsi sum-sum tulang : pengambilan sedikit cairan sum-sumtulang.
d. Pungsi vena : pengambilan darah vena, atau memasukan kontras.
e. Pemeriksaan darah serologi dan imunologi

16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan keabnormalan masa
protombin dan/atau masa tromboplastin parsial
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder

C. Standar Luaran Keperawatan Indonesia & Standar Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori :Aktivitas/ Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Istirahat Terapi Aktivitas
Ekspektasi: Meningkat

Intoleransi Aktivitas Observasi:


Definisi: Tujuan: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Ketidakcukupan energi untuk Setelah dilakukan intervensi mengakibatkan kelelahan
melakukan aktivitas sehari-hari keperawatan selama .......maka 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
toleransi aktivitas meningkat 3. Monitor pol tidur dan jam tidur
Penyebab: dengan kriteria hasil : 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
1. Ketidakseimbangan antara * melakukan aktifitas
suplai dan kebutuhan oksigen Kemudah 1 2 3 4 5
2. Tirah baring an Terapeutik:
3. Kelemahan melakuka 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
4. Imobilitas n aktivitas stimulus ( mis: cahaya, suara, kunjungan )
5. Gaya hidup monoton sehari- 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/
hari aktif
Gejala dan Tanda Mayor Kecepatan 1 2 3 4 5 3. Berikn aktifitas distraksi yang menenangkan
Subjektif: berjalan 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
1.Mengeluh lelah Jarak 1 2 3 4 5 dapat berpindah atau berjalan.
berjalan
Objektif: Edukasi:
1. Frekuensi jantung meningkat Kekuatan 1 2 3 4 5 1. Anjurkan tirah baring
>20% dari kondisi istirahat tubuh 2. Anjurkn melakukan aktivitas secara bertahap
bagian 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
Gejala dan Tanda Minor atas/ dan gejala kelelahan tidak berkurang.
Subjektif: bawah 4. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
** kelelahan.
1. Dispnea saat/ setelah aktivitas Keluhan 1 2 3 4 5
2. Merasa tidak nyaman setelah lelah Kolaborasi:
aktivitas Dipsnea 1 2 3 4 5 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara

17
3. Merasa lemah saat/ menigkatkan asupan makanan
setelah
Objektif: aktivitas
Aritmia 1 2 3 4 5
1. Tekanan darah berubah > 20% saat /
dari kondisi istirahat setelah
2. Gambaran EKG menunjukkan aktivitas
aritmia saat / setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan Sianosis 1 2 3 4 5
iskemia Perasaan 1 2 3 4 5
4. Sianosis lemah

Kondisi Klinis Terkait: ***


1. Anemia Frekuensi 1 2 3 4 5
2. Gagal jantung kongestif nadi
3. Penyakit jantung koroner Tekanan 1 2 3 4 5
4. Penyakit katup jantung darah
5. Penyakit paru obstruksi
Warna 1 2 3 4 5
kronis (PPOK)
kulit
6. Gangguan metabolic
7. Gangguan muskuloskeletal Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
EKG 1 2 3 4 5
Iskemia
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Nutrisi dan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
cairan Promosi Berat Badan
Ekspektasi : Membaik

Observasi:
Defisit Nutrisi Tujuan: 5. Identifikasi status nutrisi
Definisi: Setelah dilakukan intervensi 6. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk keperawatan 7. Identifikasi makanan yang disukai
memenuhi kebutuhan selama ....................... maka 8. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutri
metabolisme status nutrisi membaik dengan en
kriteria hasil : 9. Identifikasi penyebab BB kurang
Penyebab: * 10. Identifikasi perlunya penggunaan selang na
1. Kurangnya supan makanan Porsi 1 2 3 4 5 sogastric
2. Ketidakmampuan menelan makanan 11. Monitor adanya mual muntah
makanan yg di 12. Monitor asupan makanan dan jumlah kalori
3. Ketidakmampuan mencerna habiskan yang dikonsumsi sehari hari
makanan Kekuatan 1 2 3 4 5 13. Monitor berat badan
4. Ketidakmampuan otot
mengabsorbsi nutrien pengunyah Terapeutik:
5. Peningkatan kebutuhan Kekuatan 1 2 3 4 5 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan jika

18
metabolisme otot perlu
6. Faktor ekonomi ( mis,finansial menelan 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
tdk mencukupi ) Serum 1 2 3 4 5 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu s
7. Faktor psikologis (mis,stres) albumin esuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mence
Gejala dan Tanda Mayor Verbalisasi 1 2 3 4 5 gah konstipasi
Subjektif: keinginan 5. Berikan makanan tinggi kalori, tinggi protei
(tidak tersedia) untuk n
meningkat 6. Berikan suplemen makanan , jika perlu
Objektif: kan nutrisi 7. Hentikan makanan melalui NGT jika asupa
1. Berat badan menurun minimal n oral dapat ditoleransi
10% di bawah rentang ideal Pengetahuan 1 2 3 4 5 8. Berikan pujian kepada pasien /keluarga unt
tentang uk peningkatan yang dicapai
Gejala dan Tanda Minor pemilihan
Subjektif: makanan yg Edukasi:
1. Cepat kenyang setelah makan sehat 1. Anjurkan duduk, jika mampu
2. Kram/nyeri abdomen Pengetahuan 1 2 3 4 5 2. Ajaarkan diet yang diprogramkan
3. Nafsu makan menurun tentang 3. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
standar namun tetap terjangkau
Objektif: asupan nutrisi 4. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
1. Bising usus hiperaktif yg tepat dibutuhkan
2. Otot pengunyah lemah Penyiapan 1 2 3 4 5
3. Otot menelan lemah dan Kolaborasi:
4. Memran mukosa pucat penyimpanan 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
5. Sariawan makanan makan (mis. Anti nyeri,anti emetik), jika
6. Serum albumin turun yang aman perlu
7. Rambut rontok berlebihan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Penyiapan 1 2 3 4 5
8. Diare menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
dan
yang dibutuhkan, jika perlu
penyimpanan
KondisiKlinisTerkait:
minuman
1. Stroke
yang aman
2. Parkinson
3. Mobius syndrome Sikap thd 1 2 3 4 5
4. Cerebral palsy makanan/min
5. Cleft lip uman sesuai
6. Kerusakan neuromuscular dg tujuan
7. Luka bakar kesehatan
8. Kanker
9. Infeksi **
10. AIDS Perasaan 1 2 3 4 5
11. Crohn disease cepat
kenyang
Nyeri 1 2 3 4 5
abdomen
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut 1 2 3 4 5
rontok
Diare 1 2 3 4 5

***
Berat 1 2 3 4 5
badan
IMT 1 2 3 4 5
Frekuensi 1 2 3 4 5
makan
Nafsu 1 2 3 4 5
makan
Bising 1 2 3 4 5

19
usus
Tebal 1 2 3 4 5
lipatan
Kulit
Trisep

Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
(2)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Sirkulasi Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakrania
l
Ekspektasi : Meningkat Pemantauan Tekanan Intrakranial
Risiko Perfusi Serebral Tidak
Efektif Tujuan:
Definisi: Setelah dilakukan intervensi Observasi:
Berisiko mengalami penurunan keperawatan 14. Identifikasi penyebab peningkatan TIK.
sirkulasi darah ke otak. selama ....................... maka 15. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
perfusi serebral meningkat 16. Monitor MAP
Faktor Risiko: dengan kriteria hasil : 17. Monitor CVP
1. Keabnormalan masa * 18. Monitor PAWP, Jika Perlu
protombin dan/atau masa Tingkat 1 2 3 4 5 19. Monitor PAP, Jika Perlu
tromboplastin parsial kesadaran 20. Monitor ICP, Jika tersedia
2. Penurunan kinerja ventrikel Kognitif 1 2 3 4 5 21. Monitor CPP
kiri ** 22. Monitor gelombang ICP
3. Aterosklerosis aorta Sakit 1 2 3 4 5 23. Monitor status pernapasan
4. Diseksi arteri kepala 24. Monitor intake dan output cairan
5. Fibrilasi atrium Gelisah 1 2 3 4 5 25. Monitor cairan cerebro-spinalis
6. Tumor otak Kecemasa 1 2 3 4 5
7. Stenosis karotis n Terapeutik:
8. Miksoma atrium Agitasi 1 2 3 4 5 1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan ling
9. Aneurisma serebri Demam 1 2 3 4 5 kungan yang tenang
10. Koagulopati (mis, anemia sel *** 2. Berikan posisi semi fowler
sabit) Tekanan 1 2 3 4 5 3. Hindari manuver valsava
11. Dilatasi kardiaomiopati arteri 4. Cegah terjadinya kejang
12. Koagulasi intravaskuler rata-rata 5. Hindari penggunaan PEEP
diseminata Tekanan 1 2 3 4 5 6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
13. Embolisme intra 7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
14. Cedera kepala kranial 8. Pertahankan suhu tubuh normal
15. Hiperkolesteronemia Tekanan 1 2 3 4 5
16. Hipertensi darah Kolaborasi:
17. Endokarditis infektif sistolik 1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
18. Katup prostetik mekanis Tekanan 1 2 3 4 5 konvulsan, jika perlu
19. Stenosis mitral darah 2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika
20. Neoplasma otak diastolik perlu
21. Infark miokard akut Releks sraf 1 2 3 4 5 3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
22. Sindrome sick sinus
23. Penyalahgunaan obat

20
24. Terapi trombolitik
25. Efek samping tindakan

Kondisi Klinis Terkait:


1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Aterosklerotik aortic
4. Infark miokard akut
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesteromia
10. Hipertensi
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler dise
minata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Segmen ventrikel kiri akineti
k
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosis karotid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis, meningitis,
ensefalitis, abses serebri)
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)
(2)

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Fisiologis Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori :Sirkulasi Perfusi perifer Perawatan Sirkulasi
Manajemen Sensasi Perifer
Ekspektasi: Meningkat

Perfusi Perifer Tidak Efektif Observasi:


Definisi: 26. Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer, e
Penurunan sirkulasi darah ada level Tujuan: dema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankl
kapiler yang dapat mengganggu Setelah dilakukan intervensi e-brachial index)
metabolisme tubuh. keperawatan 27. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
selama ....................... maka (mis, diabetes, perokok, orang tua, hipertens
Penyebab: perfusi perifer meningkat i, dan kadar kolesterol tinggi)
1. Hiperglikemi dengan kriteria hasil : 28. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau beng
2. Penurunan konsentrasi * kak pada ekstermitas
hemoglobin Kekuatan 1 2 3 4 5
3. Peningkatan tekanan darah nadi Terapeutik:
4. Kekurangan volume cairan perifer 1. Hindari pemasangan infus atau pengambila
5. Penurunan aliran arteri dan/atau Penyemuh 1 2 3 4 5 n darah di area keterbatasan perfusi
vena an luka 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada eks
6. Kurang terpapar informasi sensasi 1 2 3 4 5 termitas dengan keterbatasan perfusi

21
tentang faktor pemberat (mis, ** 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniq
rokok, gaya hidup monoton, Warna 1 2 3 4 5 uet pada area yang cidera
trauma, obesitas, asupan garam, kulit 4. Lakukan pencegahan infeksi
imobilitas) pucat 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
7. Kurang terpapar informasi Edema 1 2 3 4 5 6. Lakukan hidrasi
tentang proses penyakit (mis, perifer
diabetes melitus, Nyeri 1 2 3 4 5 Edukasi:
hiperlipidemia) ekstermita 1. Anjurkan berhenti merokok
8. Kurang aktivitas fisik s 2. Anjurkan berolahraga rutin
Parastesia 1 2 3 4 5 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
Gejala dan Tanda Mayor Kelemaha 1 2 3 4 5 menghin dari kulit terbakar
Subjektif: n otot 4. Anjurkan menggunakan obat penurun
(tidak tersedia) Kram otot 1 2 3 4 5 tekanan darah, antikoagulan, dan penurunan
Bruit 1 2 3 4 5 kolesterol, jika perlu
Objektif: femoralis 5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
1. Pengisisan kalpiler >3 detik Nekrosis 1 2 3 4 5 darah secara teratur
2. Nadi perifer menurun atau tidak *** 6. Anjurkan menghindari penggunaan obat
teraba Pengisian 1 2 3 4 5 penyekat beta
3. Akral teraba dingin kapiler 7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
4. Warna kulit pucat Akral 1 2 3 4 5 tepat (mis, melembabkan kulit kering pada
5. Turgor kuit menurun Turgor 1 2 3 4 5 kaki)
kulit 8. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
Gejala dan Tanda Minor Tekanan 1 2 3 4 5 9. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
Subjektif: darah sirkulasi (mis, rendah lemak jenuh, minyak
1. Parastesia sistolik ikan omega 3)
2. Nyeri ektermitas (klaudikasi Tekanan 1 2 3 4 5 10. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
intermiten) darah harus dilaporkan (mis, rasa sakit yang tidak
diastolik hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
Objektif: Tekanan 1 2 3 4 5 hilang rasa)
1. Edema arteri
2. Penyembuhan luka lambat rata-rata
3. Indeks ankle-brachial <0,90 Indeks 1 2 3 4 5
4. Bruit femoralis ankl-
brachial
Kondisi klinis terkait:
1. Tromboflebitis
2. Diabetes mellitus
3. Anemia
4. Gagal jantung kongestif
5. Kelainan jantung konginetal
6. Thrombosis arteri
7. Varises
8. Thrombosis vena dalam
9. Sindrom kompartemen
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

22
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kategori : Lingkungan Luaran Utama: Intervensi Utama:


Subkategori : Keamanan dan Tingkat Infeksi Manajemen Imunisasi/ Vaksinasi
Proteksi Pencegahan Infeksi
Ekspektasi: Menurun

Risiko Infeksi Observasi:


Definisi: Tujuan: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Berisiko mengalami peningkatan Setelah dilakukan intervensi sistemik
terserang organisme patogenik keperawatan Terapeutik:
selama ....................... maka 1. Batasi jumlah pengunjung
Faktor Risiko: tingkat infeksi menurun dengan 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
1. Penyakit kronis (mis. diabetes kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
melitus) * dengan pasien dan lingkungan pasien
2. Efek prosedur invasif Kebersih 1 2 3 4 5 4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko
3. Malnutrisi an tangan tinggi
4. Peningkatan paparan Kebersih 1 2 3 4 5 Edukasi:
organisme patogen lingkungan an badan 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ketidakadekuatan pertahanan ** 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
tubuh primer: Demam 1 2 3 4 5 3. Ajarkan etika batuk
a. Gangguan peristaltik Kemeraha 1 2 3 4 5 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
b. Kerusakan integritas kulit n luka operasi
c. Perubahan sekresi PH 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Penurunan kerja siliaris Nyeri 1 2 3 4 5 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
e. Ketuban pecah lama Bengkak 1 2 3 4 5 Kolaborasi:
f. Ketuban pecah sebelum Vesikel 1 2 3 4 5 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
waktunya Cairan 1 2 3 4 5
g. Merokok berbau
h. Statis cairan tubuh busuk
Sputum
6. Ketidakadekuatan pertahanan berwarna 1 2 3 4 5
tubuh sekunder: hijau
a. Penurunan hemoglobin
Drainase 1 2 3 4 5
b. Imunosupresi
purulen
c. Leukopeni
d. Supresi respn inflamasi Piuria 1 2 3 4 5
e. Vaksinasi tidak adekuat Periode 1 2 3 4 5
malaise
Kondisi Klinis Terkait: Periode 1 2 3 4 5
1. AIDS menggigil
2. Luka bakar Letargi 1 2 3 4 5
3. Penyakit paru obstruktif kronis
Gangguan 1 2 3 4 5
4. Diabetes melitus
kognitif
5. Tindakan invasif
***
6. Kondisi penggunaan terapi
Kadar sel 1 2 3 4 5
steroid
darah
7. Penyalahgunaan obat
putih
8. Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya (KPSW) Kultur 1 2 3 4 5
9. Kanker darah

23
10. Gagal ginjal Kultur 1 2 3 4 5
11. Imunosupresi urine
12. Lymphedema Kultur 1 2 3 4 5
13. Leukositopenia sputum
14. Gangguan fungsi hati
Kultur 1 2 3 4 5
area luka
Kultur 1 2 3 4 5
feses
Nafsu 1 2 3 4 5
makan
Keterangan skor :

* Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang (3) Cukup Meningkat (4) Meningkat (5)
** Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup Menurun (4) Menurun (5)
*** Memburuk (1) Cukup Memburuk (2) Sedang (3) Cukup Membaik (4) Membaik (5)

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ pembent
ukdarah dan penyakitnya. Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eri
trosit hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Sel darah merah merupakan sel
darah yang jumlahnya terbanyak dalam tubuh manusia. Jumlah sel darah merah dapat membe
rikan informasi yang mengindikasikan adanya gangguan hematologi.

Gangguan hematologi adalah gangguan pada pembentukan sel darah merah, meliputi
penurunan dan peningkatan jumlah sel (polisitemia). Kelainan eritrosit digolongkan menjadie
mpat yaitu berdasarkan ukuran, bentuk, warna dan benda inklusi eritrosit.

B. Saran

Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan penting
sekali memahami sistem hematologi secara tepat agar terhindar dari kelalaian dalam
memberikan asuhan keperawatan baik itu dirumah sakit atau layanan kesehatan

25
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1540/7/10%20BAB%202.pdf, diakses pada tanggal 10 oktober


2020

St. Louis: mosby.Hudak dan Galo. 1996. Keperawatan Kritis: Volume II. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

26

Anda mungkin juga menyukai