E DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DENGU HAEMORAGIG FEVER (DHF)
21110003
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KLINIK
DISUSUN OLEH
Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
( ) ( )
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan
baik. Saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas Keperawatan
Dewasa dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGU HAEMORAGIG FEVER (DHF) DI RUANG WIJAYA
KUSUMA RSUD SALATIGA”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan pembimbing klinik serta
rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada laporan ini penulis mohon
maaf sebesar-besarnya.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
Anatomi dan fisiologi sistem hematologi adalah dasar yang sangat penting untuk dikuasai
oleh seorang perawat, dikarenakan peran vital darah sebagai sungai kehidupan yang mengalir
dalam tubuh manusia. Darah mengangkut segala sesuatu yang harus dibawa dari satu tempat
ke tempat lain di dalam tubuh, baik itu nutrisi, limbah (untuk di eliminasi dari tubuh) dan
panas tubuh melalui pembuluh darah.
Fungsi Darah
1. Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk kedalam darah
dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida, yang diproduksi oleh sel,
diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana ia dikeluarkan. Nutrisi, ion dan air yang
dicerna dibawa oleh darah dari saluran pencernaan ke sel, dan produk sisa
metabolisme dipindahkan ke ginjal untuk di eliminasi.
3. Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat diproduksi di satu
bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian lainnya.
4. Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu melindungi tubuh
dari patogen (zat asing).
5. Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan enzim.
6. Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke permukaan tubuh,
dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh melalui pori-pori.
5
Anatomi Darah
Pada dasarnya, darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel darah hidup, yang
terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk darah.
Darah adalah cairan yang lengket dan buram dengan rasa logam yang khas.
Warna. Tergantung pada jumlah oksigen yang dibawanya, darah kaya oksigen
berwarna merah tua, dan darah yang mengandung sedikit oksigen berwarna merah
pudar.
Berat. Darah lebih berat daripada air dan sekitar 5 kali lebih tebal, atau lebih kental
daripada air.
Suhu. Suhu darah (38 derajat Celcius, atau 100,4 derajat Fahrenheit) selalu lebih
tinggi dari suhu tubuh.
Plasma Darah
Plasma, yang terdiri dari 90% air, adalah bagian cair dari darah.
Zat Terlarut. Contoh zat terlarut meliputi nutrisi, garam (elektrolit), gas pernafasan,
hormon, protein plasma dan berbagai zat sisa dan produk metabolisme sel.
Protein plasma. Protein plasma adalah zat terlarut terbanyak dalam plasma; kecuali
untuk antibodi dan hormon berbasis protein, sebagai besar protein plasma dibuat oleh
hati.
6
Elemen Pembentuk Darah
Darah, jika diamati melalui mikroskop cahaya, sel darah merah akan terlihat bebentuk
cakram, sel darah putih berbentuk bulat bernoda mencolok dengan beberapa trombosit yang
tersebar terlihat seperti puing-puing.
Eritrosit
Eritrosit, atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut oksigen dalam darah ke semua
sel tubuh.
Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel darah merah
mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak memiliki nukleus dan
mengandung sangat sedikit organel.
Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel yang berbentuk seprti
cakram bikonkaf – rata dengan pusat tertekan di kedua sisi; terlihat seperti donat mini
jika dilihat dengan mikroskop.
Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per milimeter kubik darah.
RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah WBC (White Blood Cell) sekitar 1000
banding 1 dan merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap viskositas darah.
Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12-18 gram hemoglobin per
100 milimeter (ml); kadar hemoglobin sedikit lebih tinggi pada pria (13-18 g/dl)
dibandingkan wanita (12-16 g/dl).
Leukosit
Meskipun leukosit, atau sel darah putih (WBC), jauh lebih sedikit daripada sel darah merah,
namun leukosit sangat penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Jumlah WBC. Rata-rata, terdapat 4000 – 11000 WBC per milimeter kubik darah, dan
jumlahnya kurang dari 1% dari total volume darah.
7
Pertahanan tubuh. Leukosit membentuk pasukan pelindung yang dapat bergerak untuk
membantu mempertahankan tubuh terhadap kerusakan oleh bakteri, virus, parasit dan
sel tumor.
Diapedesis. Sel darah putih dapat menyelinap masuk dan keluar dari pembuluh darah;
proses ini dinamakan diapedesis.
Kemotaksis positif. Selain itu, sel darah putih dapat menemukan area kerusakan
jaringan dan infeksi dalam tubuh dengan menanggapi bahan kimia tertentu yang
berdifusi dari sel yang rusak; kemampuan ini disebut kemotaksis positif.
Gerakan ameboid. Setelah sel darah putih “menangkap aroma” adanya ancaman
pertahan tubuh, sel darah putih bergerak melalui ruang jaringan dengan gerakan
ameboid (membentuk ekstensi sitoplasma yang mengalir melalui ruang dalam
jaringan) menuju tempat kejadian perkara serangan dalam tubuh.
Leukositosis. Jumlah WBC total diatas 11000 sel per milimeter kubik disebut sebagai
leukositosis.
Leukopenia. Kondisi sebaliknya, leukopenia adalah jumlah WBC yang kurang dari
4000 sel per milimeter kubik darah.
Granulosit. Granulosit adalah sel darah putih yang mengandung granula; memiliki
lobus nuklei, biasanya terdiri dari beberapa area nuklei bulat yang dihubungkan oleh
untaian tipis bahan nuklei, termasuk didalamnya neutrofil, eosinofil dan basofil.
Agranulosit. Kelompok kedua dari sel darah putih, agranulosit; tidak memiliki butiran
sitoplasma; berbentuk bulat, oval, atau berbentuk ginjal, termasuk didalamnya
limfosit dan monosit.
Trombosit. Trombosit adalah fragmen dari sel-sel multinukleat aneh yang disebut
megakaryocytes, yang menjepit ribuan “potongan-potongan” platelet berinti yang
dengan cepat menutup diri dari cairan di sekitarnya; trombosit diperlukan untuk
proses pembekuan yang terjadi di dalam plasma ketika pembuluh darah robek atau
pecah.
8
Hematopoiesis
Pembentukan sel darah, atau hematopoiesis, terjadi dalam sumsum tulang merah atau
jaringan myeloid.
Hemocystoblast. Semua elemen yang terbentuk munccul dari jenis sel punca yang
umum, yang disebut hematocystoblast.
Karena sel darah merah berinti, maka RBC tidak dapat mensintesis protein, tumbuh atau
membelah.
Masa hidup. Seiring bertambahnya usia, sel darah merah menjadi lebih kaku dan
mulai terfragmentasi, atau hancur, dalam 100 hingga 120 hari.
Sel darah merah yang hilang. Sel-sel yang hilang (hancur) diganti lebih atau kurang
secara terus menerus oleh pembelahan hemocystoblast di sumsum tulang merah.
RBC yang belum matang. Sel darah merah yang berkembang membelah berkali-kali
dan kemudian mulai mensintesis sejumlah besar hemoglobin.
Retikulosit. Setelah hemoglobin telah cukup terakumulasi, inti dan sebagian besar
organel dikeluarkan dan sel runtuh ke dalam; hasilnya adalah sel darah merah muda,
disebut retikulosit karena masih mengandung beberapa retikulum endoplasma kasar
(ER).
Eritrosit dewasa. Dalam 2 hari, retikulosit akan menjadi eritrosit yang secara
keseluruhan dalam proses perkembangan dari hemocystoblast hingga sel darah merah
dewasa membutuhkan 3 sampai 5 hari.
9
Eritropoietin. Tingkat produksi eritrosit dikendalikan oleh hormon yang disebut
eritropoietin; biasanya sejumlah kecil eritropoietin bersirkulasi dalam darah setiap
saat.
Kontrol produksi sel darah merah. Poin penting untuk diingat adalah bahwa bukan
jumlah relatif sel darah merah dalam darah yang mengontrol produksi sel darah
merah, melainkan berdasarkan pada kemampuan sel darah merah untuk mengangkut
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Seperti pembentukan eritrosit, pembentukan leukosit dan trombosit distimulasi oleh hormon.
Fisiologi Darah
Hemostasis
Proses hemostasis dimulai ketika pembuluh darah rusak dan jaringan ikat di dinding
pembuluh darah terpapar oleh darah.
1. Kejang pembuluh darah. Respons langsung terhadap cedera pembuluh darah adalah
vasokonstriksi pembuluh darah, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kejang;
kejang mempersempit pembuluh darah, mengurangi kehilangan darah sampai
pembekuan bisa terjadi.
10
3. Peristiwa koagulasi. Saat terbentuk kolase serat trombosit, pada saat yang
sama,jaringan yang terluka melepaskan tissue factor (TF); suatu zat yang memainkan
peran penting dalam pembekuan darah. PF3 dan fosfolipid yang melapisi permukaan
trombosit berinteraksi dengan TF, vitamin K dan faktor pembekuan darah lainnya.
Aktivator protombin mengubah protrombin yang ada dalam plasma menjadi trombin
(enzim) yang kemudian bergabung dengan protein fibrinogen membentuk saringan
yang dapat memerangkap sel darah merah dan membentuk dasar gumpalan. Dalam
satu jam, gumpalan mulai menarik diri kembali, memeras serum dari massa dan
menarik tepi pembuluh darah yang pecah lebih dekat satu sama lain.
Meskipun transfusi darah lengkap dapat menyelamatkan nyawa, namun setiap orang
memiliki golongan darah yang berbeda-beda, dan transfusi darah yang tidak sesuai atau tidak
cocok dapat berakibat fatal.
1. Antigen. Antigen adalah zat yang diakui tubuh sebagai benda asing; antigen
merangsang sistem kekebalan untuk melepaskan antibodi atau menggunakan cara lain
untuk meningkatkan pertahanan terhadapnya.
2. Antibodi. Protein RBC satu orang akan dianggap sebagai asing jika ditransfusikan ke
orang lain dengan antigen RBC yang berbeda; “pengenal” adalah antibodi yang
terdapat dalam plasma yang melekat pada sel darah merah yang mengandung antigen
permukaan yang berbeda dari sel pada sel darah merah pasien (penerima darah).
4. Golongan darah ABO. Golongan darah ABO didasarkan pada mana dari dua antigen,
tipe A atau tipe B, yang diwarisi seseorang; tidak adanya kedua antigen menghasilkan
darah tipe O, kehadiran kedua antigen mengarah ke tipe AB, dan adanya antigen A
atau B menghasilkan darah tipe A atau B.
5. Golongan darah rh. Golongan darah Rh dinamakan demikian karena salah satu dari
delapan antigen Rh (aglutinogen D) awalnya diidentifikasi pada monyet Rhesus;
11
kemudian antigen yang sama ditemukan pada manusia; kebanyakan orang Amerika
adalah Rh + (Rh positif), yang berarti bahwa sel darah merah mereka membawa
antigen Rh.
6. Antibodi anti-Rh. Berbeda dengan antibodi sistem ABO, antibodi anti-Rh tidak secara
otomatis terbentuk dan terdapat dalam darah individu Rh- (Rh-negatif).
7. Hemolisis. Hemolisis (ruptur sel darah merah) tidak terjadi dengan transfusi pertama
karena dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk bereaksi dan mulai membuat antibodi.
Pentingnya menentukan golongan darah dari donor dan penerima sebelum darah
ditransfusikan adalah suatu tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.
1. Golongan darah golongan darah ABO. Ketika serum yang mengandung antibodi anti-
A atau anti-B ditambahkan ke sampel darah yang diencerkan dengan saline, aglutinasi
akan terjadi antara antibodi dan antigen yang sesuai.
3. Golongan darah untuk faktor Rh. Menentukan untuk faktor Rh dilakukan dengan cara
yang sama seperti penentuan darah ABO.
1.2 Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)(Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)
12
dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya
pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
1.3 Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap
serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue
dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk penular dengue
tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang
ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu & Budi, 2017).
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3
merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi,
2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
(Wijaya, 2013).
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes
aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan
vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody
13
seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype
lain. (Smeltzer & Suzanne, 2001)
1.4 Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain (Nurarif & Kusuma 2015) :
a) Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
4) Ruam kulit
6) Leukopenia
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
3) Trombositopenia <100.00/ul
14
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a. Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin b. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
3) Hipotensi
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di
15
seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali
(Murwani 2018).
16
1.6 Pathway
17
1.7 Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
1) Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2) Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
3) Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan sianosis
disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
4) Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu
perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD).
Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi
yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau
sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan
kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari,hidung, telinga, dan kaki teraba
dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria (Pangaribuan 2017).
18
1.9 Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat dari
kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas
(Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena dapat
merangsang terjadinya perdarahan.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
1. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
19
3.Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kg
BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4.Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5.Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam. Perlu diingat
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak dari pada pemberian
yang terlalu sedikit.
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. 1) Pada demam
dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga. 2) Pada demam berdarah
terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi 3) Pada pemeriksaan kimia darah:
Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas
timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan kadar
antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga
kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal
yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan
berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody
atau antigen dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti
20
prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder
dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM
dan IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi
hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor
(HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling spesifik
dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization
test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan
dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura.
21
BAB II
22
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pangkreas. Adanya
riwayat penyakit jantung (PJK, hipertensi), obesitas, aterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang menderita diabetes melitus atau penyakit keturunnan yang dapat
menyebabkan terjadinya definisi insulin misalnya hipertensi dan jantung.
d. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Biasanya composmetris
GCS :
• E4 : pasien membuka mata secara spontan
• V5 : pasien berorientasi baik, dan bicara jelas
• M6 : pasien mengikuti perintah dengan baik
23
Palpasi : Ada nyeri tekan (iya/tidak).
e) Mulut dan gigi
Inspeksi : Keadaan bibir pasien cyanosis/tidak, kering,tidak, ada
luka/tidak, adakah labioschizis/tidak, mulut pasien bersih/tidak, pasien
menggunakan gigi palsu/tidak, ada radang gusi/tidak, ada
perdarahan/tidak.
2) Leher
Inspeksi : Posisi trachea simetris/tidak, warna kulit leher
merata/tidak.
Palpasi : Ada pembesaran kelenjer tyroid/tidak, ada pembesaran
kelenjer limfe/tidak.
3) Thorax
a) Paru-paru
Inspeksi : Mungkin Bentuk dada pada pasien dengan hematemesis
melena normal, kaji pernafasan pasien, frekuensi adanya tandatanda
dispneu, reaksi intercostae, reaksi suprasternal, pernafasan cuping
hidung, ortopnea.
Palpasi : Kaji Ada nyeri tekan (iya,tidak), ada tanda-tanda peradangan
(ada/tidak), ekspansi simetris/tidak, taktil vremitus teraba/tidak.
Perkusi : Perkusi pertama dilakukan di atas kalvikula dengarkan
apakah terjadi suara resonan (sonor), dullnes (pekak), timpani, hiper
resonan, suara paru yang normal resonan/sonor. Auskultasi : Bunyi
nafas normal/tidak, ada bunyi nafas tambahan/tidak, ada
wheezing/tidak, ada ronchi/tidak.
b) Jantung
Inspeksi : Bentuk dan postur dada simetris/tidak, ada tandatanda
distress pernafasan/tidak, warna kulit sama dengan yang lain/tidak,
edema ada/tidak.
Palpasi : Denyutan apex cordis teraba/tidak.
Perkusi : Biasanya Suara pekak
Auskultasi : Biasanya Terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi
jantung II/S2 (dup), tidak ada bunyi jantung tambahan S3/S4.
4) Abdomen
24
Inspeksi : Ada lesi/tidak, ada bekas operasi/tidak, dan warna kulit
merata/tidak.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan ada/tidak.
Perkusi : Biasanya terdengar Tympani.
Auskultasi : Biasanya Bising usus normal.
5) Punggung
Inspeksi : Punggung simetris/tidak, ada lesi/tidak, dan warna kulit
merata/tidak, ada bekas luka/tidak.
25
3) Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada pasien
berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas sehari-hari
termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja.
4) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pada BAB
terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti
petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warna gelap dan
konsistensi pekat.
5) Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus,
perut membesar karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak
kehitaman.
6) Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam
menjalankan perannya seperti semula.
7) Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan
estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan
libido dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri) menyebabkan
gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja
mempengaruhi pasien sebagai pasangan suami dan istri.
8) Pola koping
Biasanya pasien dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi
masalahnya namun sebaliknya bagi pasien yang tidak bagus kopingnya
maka pasien dapat destruktif lingkungan sekitarnya.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
2. Analisa data
Proses analisa merupakan bagian terakhir dari tahap pengkajian setelah
dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau
masalah yang mengalami gangguan yang dimulai dari pengkajian pola fungsi
kesehatan (Hidayat, 2008:104)
26
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan data
objektif yang telah diperoleh pada tahap peengkajian untuk menegakkan
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir
komplek tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medik, dan
pemberi layanan kesehatan lain. Adapun tahapannya yaitu:
a. Menganalisis dan menginterpretasi data.
b. Mengidentifikasi masalah pasien.
c. Merumuskan masalah pasien.
d. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan.
T:
- Sediakan lingkungan
yang dingin
27
- Longgarkan pakaian atau
lepaskan pakaian
- Basahi atau kipasi
permukaan tubuh
- Ganti linen setiap hari
jika mengalami
hyperhidrosis
- Berikan cairan oral
E:
K:
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
T:
28
sesuai
- Berikan makanan yang
tinggi kalori dan tinggi
protein
E:
K:
T:
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
29
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
E:
K:
30
DAFTAR PUSTAKA
“Definition of BLOOD”. Archived from the original on 23 March 2017. Retrieved 4 March
2017.
The Franklin Institute Inc. “Blood – The Human Heart”. Archived from the original on 5
March 2009. Retrieved 19 March 2009.
Waugh A, Grant A (2007). “2”. Anatomy and Physiology in Health and Illness (Tenth ed.).
Churchill Livingstone Elsevier. p. 22. ISBN 978-0-443-10102-1.
Pangaribuan, Anggy. 2017. <Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok Dengue.= 15(5).
31
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.
32