Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH PEMERIKSAAN DIAGNOSTIOK

DARAH,URINA,FESES

Dosen Pengamu : Ns Dina Fitriana,M.Si.Med

Disusun Oleh :
Nama : Wahyuni
Nim : 018.01.3565
Semester : VIII

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram


2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pemeriksaan
diagnostic darah,urin,feses, tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-
mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan stikes Mataram.

Saya sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan
segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini,dan saya akan sangat bangga
apabila makalahyang saya susun ini mendapatkan saran maupun kritik yang
bersifat membangun. Tidak lupa saya haturkan permohonan maaf apabila makalah
yang saya buat terdapat suatu kesalahan.

Terakhir saya sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Mataram, 19 juni 2022

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ..................................... i

Kata pengantar .................................... ii

Daftar isi ........................................ iii

Bab I PENDAHULUAN.................................. 4

1.1 Latar belakang .............................. 4

1.2 Rumusan masalah ............................. 5

1.3 Tujuan ...................................... 6

BAB III TINJAUAN TEORI............................. 3

A KONSEP DARAH................................... 8

B. KONSEP URINA.................................. 20

C. KONSEP FESES ................................. 29

BAB IV PENUTUP .................................... 46

1.1 Kesimpulan ............................... 46

1.2 Saran .................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .................................... 48

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP DARAH
1.1 Latar Belakang

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah
(cairan) dan sel darah.Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit (keping-keping
darah), leukosit (sel darah putih) dan eritrosit (sel darah merah).
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel jaringan
tubuh dan mengangkut karbondioksida dari sel jaringan tubuh ke paru-
paru.Hemoglobin adalah protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung
besi, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.Dalam menunjang
diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan laboratorium yang baik.Salah
satu pemeriksan laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan
hemoglobin. Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan
langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium.Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan
hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler. Pembuluh darah
vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam jantung. Pada
umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup
yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh
kearah sebaliknya.Pembuluh darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan,
oleh karena itu secara langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang
tipis maka plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering
mendengar istilah urine. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan
melakukan pembuangan urine atau metabolism tubuh melalui urine yang biasa kita
sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal
namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita

4
keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri
saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita
lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan.Pemeriksaan urine merupakan
pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine.Pemeriksaan pada urine
dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang.Oleh sebab itu
dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pengumpulan urine.

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang


telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern
,dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat
digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit
yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta
pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang
dilakukan oleh klinisi. Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah
tentang feses untuk memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam
pemeriksaan feses ini dapat penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit.
Agar para tenaga teknis laboratorium dan mahasiswa analis kesehatan dapat
meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang
memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan
feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan
pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian darah lengkap ?

2. Bagaimana indikasi pada pemeriksaan darah lengkap?

3. Bagaimana tujuan periksaan darah lengkap?

5
4. Bagaimana persiapan pasien pada pemeriksaan darah lengkap?

5. Apa Alat yang digunakan pada pemeriksaan darah lengkap?

6. Bagaimana prosedur pemeriksaan darah lengkap?

7. Bagaimana proses mengidentifikasi adanya kelainan yang dialami pasien


melalui tes urine?

8. Bagaimana memutuskan tindakan yang diberikan perawat kepada pasien


penderita kelainan?

9. Apakah pengertian dari fases ?

10. Apa saja macam-macam feses ?

11. Bagaimana dekomposisi dari feses ?

12. Bagaimanakah feses manusia yang normal ?

13. Bagaimanakah cara pengambilan sampel fases yang benar ?

14. Apa saja jenis pemeriksaan sampel fases ?

15. Apakah tujuan dari pemeriksaan feses ?

16. Bagaimana cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengrtahui pengertian darah lengkap

2. Untuk Mengetahui indikasi pada pemeriksaan darah lengkap

3. Untuk Mengetahui tujuan periksaan darah lengkap

4. Untuk Mengetahui persiapan pasien pada pemeriksaan darah lengkap

5. Utuk Mengetahui Alat yang digunakan pada pemeriksaan darah lengkap

6
6. Untuk Mengetahui prosedur tindakan pemeriksaan darah lengkap

7. Menguraikan dan menjelaskan cara pengambilan spesimen urine.

8. Menambah pengetahuan mengenai spesimen urine.

9. Memahami cara pengambilan spesimen urine yang benar pada pasien

10. Memberikan intervensi terhadap penyakit yang dialami pasien.

11. Untuk mengetahui pengertian feses

12. Untuk mengetahui macam-macam feses

13. Untuk mengetahui dekomposisi dari feses

14. Untuk mengetahui feses manusia yang normal

15. Untuk mengetahui cara pengambilan feses yang benar

16. Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel feses

17. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan feses

18. Untuk mengetahui cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Darah
2.1 Pengertian Laboratorium Darah
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada
pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.Terdapat beberapa tujuan dari DL, di
antaranya adalah sebagai pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa, untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit dan untuk melihat kemajuan
atau respon terapi
Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin, jumlah eritrosit,
jumlah leukosit, jumlah trombosit dan hematokrit (perbandingan antara sel darah
merah dan jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap
Darah), indeks eritrosit, hitung jenis leukosit, PDW an RDW.
a. Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus
memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium
klinik, yaitu :
Dewasa: laki-laki = 13,4 - 17,7 g/dl
Perempuan = 11,4 - 15,1 g/dl
Bayi baru lahir = 16,5±3 g/dl

8
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada
banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang
gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik
(kanker, lupus,dll). Pemeriksaan Darah Lengkap| Sedangkan kadar hemoglobin
yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan
perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,
hemokonsentrasi, dll
b. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan
berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru. Nilai
normal, yaitu:
1. Dewasa: laki-laki = 4,3 jt – 5,9 jt

Perempuan = 3,9 jt – 4,8 jt


2. Bayi = 5,0 jt – 7,0 jt

3. Usia tiga bulan = 3,2 jt – 4,8 jt

4. Satu tahun = 3,6 jt – 5,2 jt

5. 10 – 12 tahun = 4,0 jt – 5,4 jt

Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit
paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan
eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit
sistemik seperti kanker dan lupus, dll
c. Leukosit

9
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.Nilai
normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus,
penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada
penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal
ginjal, dll

d. Trombosit
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses
pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam
morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping
(trombosit bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000
sel/ul darah.
e. Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan
banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam
persent (%). Nilai normal hematokrit, yaitu:
1. Laki-laki = 40 – 42 %

2. Perempuan = 45 – 47 %

f. LED (Laju Endap Darah)


Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam.
LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses
inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya
kehamilan).International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan

10
LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet
Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi.Nilai normal LED
pada metode Westergreen:
1. Laki-laki = 0 – 15 mm/jam

2. Perempuan = 0 – 20 mm/jam

g. Indeks eritrosit

Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi


di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai
antara lain :
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),


yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per
eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
h. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)

11
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus
dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan
basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik
mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan
jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari
masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan
hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%,
Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%.
i. Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang
rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
j. Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat
mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada
anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan
jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai
ukuran variasi yang kecil.

2.2 Tujuan Pemeriksaan Laboratorium Darah

1. Menetapkan diagnosis suatu penyakit

2. Membantu diagnosis suatu penyakit

3. Untuk follow up sesuatu penyakit

4. Menetapkan terapi suatu penyakit

5. Untuk menetapkan prognose dari suatu penyakit

12
2.3 Indikasi pemeriksaan laboratorium darah

1. Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada


lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan
aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah,
agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.

2. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai
jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes
melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status
kesehatan umum.

3. Faal ginjal.

4. Faal hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini


dimungkinkan sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan juga
dari system porta.

5. Glukosa adalah gula sederhana (monosakarida) yang berfungsi sebagai


sumber utama energi di dalam tubuh

6. HbA1C merupakan hemaglobin yang terikat dengan glukosa (terglikolasi).

7. Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah.Indikasi


Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan penyakit paru, bayi premature
dengan penyakit paru, Diabetes Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis
diabetic.

KONTRA INDIKASI
Kontraindikasi pengambilan darah arteri pada pasien dengan penyakit perdarahan
seperti hemofilia dan trombosit rendah

13
2.4 Persiapan pasien pemeriksan darah

1. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / μl darah.
2. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid
akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan
jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi
komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus
darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin
mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3. Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama
pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi
lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya
rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan
tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan
kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi
oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan
lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 μg/dl. Jumlah eosinofil
akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari
tengah malam sampai pagi.

14
4. Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 %
demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai
sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak
merasa asing atau menjadi obyek.

2.5 Persiapan Alat


a. Pengambilan darah vena
Persiapan alat:
1) Bak instrument

2) Spuit 3 atau 5 cc

3) Bengkok

4) Sarung tangan steril

5) Kapas alcohol dalam tempatnya

6) Plester dan gunting plester

7) Karet pembendung vena/ tourniquet

8) Perlak/ kain pengalas

9) Botol bertutup yg bersih& kering tempat bahan pemeriksaan/ specimen

Lokasi Pengambilan darah:


1) Vena mediana cubiti ( dewasa )

2) Vena jugularis superficialis (bayi)

15
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
b. Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)
Persiapan alat:
1) Lancet

2) Kapas alcohol

3) Kapas kering

4) Sarung tangan

5) Larutan klorin 0,5 %

6) Pengalas

7) Botol tempat darah yang diberi label, alat pengukur HB (HB


Sahli),dll.tergantung jenis pemeriksaan.

8) Bengkok
Lokasi Pengambilan darah:
1) Ujung jari tangan / anak daun telinga ( dewasa )

2) Tumit / ibu jari kaki ( bayi )


Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test imunologi.
c. Pengambilan darah EDTA
Persiapan alat:
1) Kapas alkohol

2) Diaspossible syringe / vacutainer 10 cc

16
3) Tabung reaksi pyrex 10 cc/tabung EDTA

4) Kapas steril

5) Plester
Reagensia : EDTA 10%
Lokasi Pengambilan darah:
1) Vena mediana cubiti ( dewasa )

2) Vena jugularis superficialis ( bayi )


Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah EDTAbyang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
morfologi sel darah tepi dan hitung jumlah trombosit.
d. Pengambilan darah SITRAT
Persiapan alat:
1) Kapas alkohol

2) Diaspossible syringe / vacutainer 10 cc

3) Tabung reaksi pyrex 10 cc

4) Kapas steril

5) Plester
Reagensia : Natrium sitrat 3.8%

Lokasi Pengambilan darah:


1) Vena mediana cubiti ( dewasa )

2) Vena jugularis superficialis ( bayi )


Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah SITRAT yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan laju endapan darah metode Weatergreen dan pemeriksaan tes
hemoragik.

17
2.6 Prosedur Kerja

a. Pengambilan darah vena


Pelaksanaan :
1) Cuci tangan

2) Pasang perlak/ kain pengalas dibawah daerah/ tempat yang akan diambil
darahnya

3) Ikat bagian diatas daerah yang akan diambil darahnya dengan karet
pembendung/tourniquet, pasien dianjurkan mengepalkan tangannya.

4) Disinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alcohol secara sirkuler

5) Tegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan/tangan kiri

6) Tusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan, lalu aspirasi


apakah jarum sudah masuk vena

7) Buka karet pembendung ,lepaskan kepalan tanganya kemudian hisap sesuai


kebutuhan.

8) Tarik jarum bersama spuitnya lalu bekas tusukan tekan dengan kapas
alcohol dan diplester

9) Masukkan darah dalam spuit kedalam botol yang tersedia (memasukkan


agak miring dan tidak terlalu keras saat menyemprotkannya)

10) Beri label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan

11) Setelah selesai, penghisap spuit dikeluarkan dan diletakkan kedalam


bengkok

12) Cuci tangan.

18
b. Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)
Pelaksanaan:
1) Cuci tangan

2) Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan biarkan menjadi
kering kembali

3) Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan di tekan
sedikit agar rasa nyeri berkurang

4) Tusuk dengan cepat memakai lancet steril,Pada ibu jari tusukan tegak lurus
dengan garis sidik jari

5) Bila memakai anak daun telinga tusukan dilakukan dipinggir bukan pada
sisinya tusukan harus cukup dalam

6) Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai kapas kering. Tetes
darah berikutnya dipakai untuk Pemeriksaan.

7) Tekan bekas tusukan dengan kapas kering

8) Bereskan alat, buang alat suntik dengan benar.

9) Cuci tangan

c. Pengambilan darah EDTA


Pelaksanaan:
1) Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah vena

2) Darah yang telah diambil dialirkan kedalam tabung yang telah berisi EDTA
10%

3) Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen

19
d. Pengambilan darah SITRAT
Pelaksanaan:
1) Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah vena

2) Darah yang telah diambil sebanyak 1.6 ml dialirkan kedalam tabung yang
telah berisi natriumsitrat 3.8 % sebanyak 0.4 ml

3) Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen

B. KONSEP URINE
1.1 Pengertian.
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
1.2 Komposisi dan Fungsi Urine.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke
dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam
kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang
akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui

20
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen
yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi
penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning
pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin.
Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan
dalam urin orang yang sehat.

1.3 Pemeriksaan Urine.


Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang
ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati,
saluran empedu, pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang
akurat, diperlukan specimen yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine,
tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur
yang benar.
Jenis pengambilan sampel urine :
a. Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan
secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin
mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai
kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa
pendapat khusus.

21
b. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum
makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode
tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk
mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan
pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human
chorionic gonadothropin) dalam urine.
c. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-
menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya
digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum,
kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar
bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.
Hal-hal yang perlu di infeksi dalam pemeriksaan urine:
1. Volume urine
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam
gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine
masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas permukaan tubuh,
pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan.
2. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari
sebagian oleh asamasam organik yang mudah menguap.
3. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih,
menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine
memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut disebabkan oleh adanya
pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
4. Warna urine

22
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin
muda warna urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning
muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna,
terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal disebabkan
oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada
dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil
metabolism abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan
atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah
setelah dibiarkan.
5. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh,
keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal.
Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginkan.
Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel,
danleukosit yang lambat laun mengendap.

1.4 Proses Pengambilan Urine.


Persiapan alat
 Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)
 Label spesimen
 Sarung tangan sekali pakai
 Larutan anti septik
 Kapas sublimat
 Formulir Laboratorium
 Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
 Baskom air hangat
 Waslap
 Sabun
 Handuk

23
Prosedur plaksanaan
o Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
o Untuk klien yang dapat berjalan
- Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal
dengan sabun dan air
Untuk klien wanita
Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas
desinfektan steril hanya sekali pakai
Untuk klien laki – laki
- Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
- Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya
sekali pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis
o Untuk klien yang memerlukan bantuan
- Siapkan klien dan peralatannya
- Bersihkan daerah parineal dengan sabun kemudian keringkan
- Posisikan klien setegak mungkin jika di perbolehkan
- Buka peralatan, hati – hati jangan sampai mengontaminasi tempat sampel
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan saluran kencing seperti yang dijelaskan di atas
o Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang
dapat berjalan bagaimana mengambil sampel.
- Perintah klien untuk BAK
- Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai
wadah tersentuh penis
- Ambil ± 30 – 60 ml urine di dalam wadah
- Tutup wadah sentuh hanya dalam luar wadah
- Jika perlu, bersihkan wadah dengan disinfektan
- Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu
kemudian menahannya dan kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam

24
botol +_ 30 – 60 cc, kemudian klien di anjurkan mengeluarkan urine/
mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan.
o Beri label pada botol dan bawa kelaboratorium
- Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada
botol
- Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya
o Catat data yang bersangkutan
- Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien
selama
pengambilan sampel
o Spesimen kulit periodik(urine tampung)
- Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli
wadah dengan identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.
- Guanakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel
- Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan
disimpan wadah dari lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak
terkontaminasi dengan kertas toilet atau feses.
- Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan
kantong kemih dan simpan urine sebagai bagian spesimen , bawa semua
sampel ke laboratorium
- Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya
serta hasil pengamatan lain terhadap urine
o Pengambilan spesimen urine dari kateter
- Gunakan sarung tangan sekali pakai
- Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30
menit.hal ini menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .
- Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan.
Daerah penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk
mencegah tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan jarum ,

25
mikroorganisme akan menghilang pada pembukaan kateter. Jadi , cegahlah
kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme dalam kateter
- Masukkan jarum dengan sudut 30 – 450
- Lepaskan penjepit kateter
- Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk
analisis urine rutin)
- Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah
- Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan
- Tutup wadahnya
- Lepaskan sarung tangan , dan taruh pada tempat yang disediakan
- Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di
lemari pendingin
- Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen.
1.5 Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan
yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi
penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Bahan urin dapat diambil
dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi
tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi
tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
 Punksi Suprapubik.
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin
langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit
dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan
antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada
daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila
keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.

26
 Kateter.
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.
Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter
sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yangberada di dalam
kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama
dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.
 Urin Porsi Tengah.
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat
kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik
untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan
menyebabkan kultur false-negatif.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita :


1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina
dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua
potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan
dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptic untuk
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan
potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan
ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa
yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan
kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra.
Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan

27
potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin
selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah
wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan
dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita
pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :


1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis
dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua
potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan
kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah
tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum
pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah
ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah
dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi
sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin
selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah
wadah terisi.

28
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan
dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita
pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :


1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis
dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua
potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan
kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah
tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum
pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah
ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah
dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi
sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.

C. KONSEP FESES
1.1 Pengertian Feces
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu
sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare,
kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja
(faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang kedatangan lalat dan
hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat
makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut

29
sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat
tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing
(gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
2. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan
menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau
pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila
pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan
meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat
hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak,
urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan
patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x /
minggu.
1.2 Macam – Macam Warna Feses
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah
yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin).
Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin
(Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang
melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada
feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi
medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin
warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
1. Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya
adalah warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena
feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin.
Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan
dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning – kuningan.
2. Warna Hitam Feses

30
berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah
atas, kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg
memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna
Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau
blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang
dikenal dengan akar manis).
3. Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang
dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa
terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati
usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses
Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg
diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau
perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau
dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.
4. Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi
oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian
bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama
Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya
disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk
minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
5. Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit
bukan ? Kali ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang
dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver,

31
pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu
atau pucat.
1.3 Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri
menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang
mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan
berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran
juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses
atau tinja.
1.4 Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami
penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang
stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses
dekomposisi adalah :
o Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi
bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;
o Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida,
amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang
terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
o Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu
hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik
didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang
peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung
dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic
dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal
dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau
karbonat yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan

32
campuran tinja dan air seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses
dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama,
senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya.
Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan
nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan
oleh amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih stabil.
Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari pada
dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan,
bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada
umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan
bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan hanya karena temperatur dan
kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu,
melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat predator
dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat
dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur
tanaman (fertilizer).
Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada
tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung
lebih banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh
tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan
nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama
dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah,
kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke
udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
1.5 Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah
tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman
dan sisa sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur

33
sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja
normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun
keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari
sampai 3x per-minggu.
1.6 Pengambilan Sampel Faces
Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja
Syarat pengumpulan feces
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak
dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum
pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi
Waktu Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan
sebaiknya sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan
segar.
Alat-alat
a. Sarung tangan
b. Spatel steril
c. Hand scoon bersih
d. Vasseline

34
e. Lidi kapas steril
f. Pot tinja
g. Bengkok
h. Perlak pengalas
i. Tissue
j. Tempat bahan pemeriksaan
k. Sampiran
Prosedur Tindakan
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urin
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit
pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu
defekasi sendiri:
a. Mendekatkan alat
b. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran

35
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
Prosedur pengambilan feses pada bayi :
a. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan pada bayinya
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak
dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit
pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
1.7 Jenis Pemeriksaan Feses

36
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang
tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik
biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++
atau +++ saja. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri
atas pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
1. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi,
warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang
harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella. syarat
dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
a. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
b. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan
di almari es
c. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum
pemeriksaan
d. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya
bagian yang bercampur darah atai lendir
e. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan
tinja sewaktu.
f. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
h. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau
sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi
tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus
bermulut lebar

37
i. Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan
tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara


makroskopis dengan sampel feses.
a. Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah
tinja mengkat
b. Pemeriksaan Warna
1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua
dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja
dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan
dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena
susu,jagung, lemak dan obat santonin.

2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang


mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam


saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut
akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas
seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak
lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium
setelah pemeriksaan radiologik.

4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang
segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

38
5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal
saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia
hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang
mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
c. Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk
didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan
dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam
itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang
tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.
Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-
rempah yang tercerna menambah bau tinja.
d. Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang
keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam
usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja
berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
e. Pemeriksaan Lendir
1) Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada
dinding usus.
2) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin
terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja
mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
3) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa
tinja.

39
4) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik
kolitis, mucous colitis pada anxietas.
5) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta
peradangan rektal anal.
6) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya
ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
7) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous
adenoma colon.
f. Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam.
Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan
tinja.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur
dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak
lambung atau varices dalam oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di
bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid
atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam
warnanya.
g. Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada
penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal
abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam
jumlah yang banyak.
h. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya
yang mungkin didapatkan dalam feses.
i. Pemeriksaan adanya sisa makana

40
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan
keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang
dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal. 10
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam
lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin
dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal
hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan
seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan
mungkin didapatkan kristal hematoidin.
g. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering
dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba
tetapi tidak bergerak.
h. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba
i. Jamur
1) Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan
KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan
pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan
menggunakan lugol. Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan
normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis,
dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan
bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga
dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS,
pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau
memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya

41
dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja
bila ada faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau
pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik,
sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopik juga. c. Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin,
Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja
a. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah
samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya
perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau
mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan
normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal
dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac
tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan
aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
I. Metode benzidine basa
a.Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml
dan panasilah hingga mendidih.
b.Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi
dingin kembali.
c.Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk
pisau.
d.Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
e.Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f.Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g.Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

42
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
üNegative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
hijauüPositif ( +)
(2+) biru bercampur hijauüPositif
(3+) biruüPositif
üPositif (4+) biru tua
II. Metode Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine
basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil
positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
III.Cara Guajac
Prosedur Kerja :
a. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml
asam acetat glacial, campur.
b. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml
alcohol 95 %, campur.
c. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja
sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
d. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan
itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu. Zat yang mengganggu pada
pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract
daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat
menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri
oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
b. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada
ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja
dengan warna kelabu disebut akholik.

43
Prosedur kerja :
1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan
larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan
biarkan selama 6-24 jam
4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih
baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan
angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga
bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang
dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin
dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan
teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan
pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen,
seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral,
mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan
Fouchet 2. Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui
biakan
Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan
sebaiknya sebelum pemberian anti biotik.

44
Alat-alat : -lidi kapas steril
-pot tinja
Cara kerja :
a) Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak
boleh boleh tercemar urine
b) intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot
tinja ( kira kira 5gram )
c) tutup pot dengan rapat
d) Berikan label berisi tanggal pemer iksaan,nama pasien dan jenis spesimen
e) Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan feses : Umumnya dilakukan di
rumah/laboratorium (Bila di rumah, feses sebaiknya dibawa ke laboratorium,
kurang dari 1 jam)

45
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit
Pada pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah
leukosit, jumlah trombosit dan hematokrit (perbandingan antara sel darah merah dan
jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju Endap Darah), indeks
eritrosit, hitung jenis leukosit, PDW dan RDW

Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan tentang


pengambilan
spesimen urine, kita dapat mengetahui kandungan dan kelainan yang terdapat dalam
urine sehingga kita dapat lebih cepat mencegah dan menanggulanginya. Pada proses
pengambilan spesimen urine harus mempersiapkan alat-alatnya dengan lengkap dan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan bila pasien sadar serta
mengetahui dengan baik tentang tata cara pelaksanaannya.
Ø Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh dan merupakan salah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks.
Ø Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami
penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan
yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu.

46
Ø Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti
bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi
normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
1.2 Saran
Bagi siswa keperawatan diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk
menambah pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium khususnya pada
pemeriksaan laboratorium darah yang berguna bagi profesi dan orang disekitar
kita.Serta mengetahui pemeriksaan khusus guna mengetahui penyakit yang diderita.
Bagi siswa keperawatan diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk
menambah pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium khususnya pada
pemeriksaan laboratorium darah yang berguna bagi profesi dan orang disekitar
kita.Serta mengetahui pemeriksaan khusus guna mengetahui penyakit yang diderita
Sebagai seorang mahasiswa analis kesehatan khususnya, kita seharusnya
menmpelajari tentang pemeriksaan feses yang benar sehingga jika praktiktikum

47
DAFTAR PUSTAKA

http://www.hi-lab.co.id/index.php/our-advice/164-hematologi
http://vivanaliz.wordpress.com/2009/04/10/pengambilan-sampel-darah-untuk-
pemeriksaan-hematologi-kimia-klinik-dan-imunoserologi/
http://electiveposting.fk.ui.ac.id/?
page=elective_posting.download_syllabus_process&id=31.
http://laboratorium-analisys-rafsan.blogspot.com/2012/07/homeostatis.html
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-1.html
http://alfakowombon.blogspot.com/2010/11/faal-hati.html
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/hemoglobin-hba1c.html
http://kamuskesehatan.com/arti/profil-lipid/
http://ambartwins.wordpress.com/
http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2012/10/pengambilan-darah-untuk-
bahan.html
Uliyah, Musrifatul dan alimul, Aziz.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta:
penerbit
salemba medika
http://subijakto.blogspot.com/2010/11/makalah-urine-2010.html
Kusyati Eni. 2006.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium, Cetakan
Pertama.Jakarta : EGC.
Murwani Arita. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan, Cetakan
Kedua.
Yogyakarta : Fitramaya.
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/10/v-
behaviorurldefaultvmlo.htmlahmadmuzaki47.blogspot.com/2012/04/
pemeriksaan-
feses.htmlhttp://mimintriwa.blogspot.com/p/42-persiapan-dan-pengambilan-
specimen.html
http://ariakiki.blogspot.co.id/2016/04/makalah-tentang-feses.html

48

Anda mungkin juga menyukai