Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN PENUNJANG

KELOMPOK VII

-Dewi Novita Sari (R011201023)

-Anugra Ainul Azzahra (R011201071)

-Kezia Alexander Patandung (R011201113)

-Lingling Aprilia Ratta (R011201069)

-Sri wahyuni (R011201117)

-Muhammad Ayatullah Khumaeni (R011201021

PRODI ILMU KEPERAWATAN, FAKULTAS KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT akan karunianya kami dapat meneyeleseaikan
amanah yang telah diberikan kepada kami, Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap bahwa dengan adanya makalah ini dapat membantu semua pihak
yang membutuhkan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 23 februari 2021

Kelompok VII
DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................

Daftar isi............................................................................................

BAB I

 Latar belakang................................................................................................
 Tujuan...........................................................................................................
 Rumusan masalah.........................................................................................

BAB II,

Pembahasan...............................................................................................................

BAB III

 Kesimpulan......................................................................................................
BAB I

 Latar Belakang
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan
oleh perawat untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya
dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat
penyakit pada pasien.
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang
dilakukan perawat untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat
keparahannya.
Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien dengan adanya
keluhan atau gejala tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(medical check-up).
Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga dilakukan
untuk menentukan langkah penanganan yang tepat serta memantau keberhasilan
terapi pada pasien.
 Tujuan
Untuk mengetahui tujuan dan apa-apa saja yang menajdi pemeriksaan penunjang pada
pasien
 Rumusan Masalah
 Apa-apa sajakah yang menjadi pemeriksaan penunjang pada pasien?
 Apakah manfaat dari dilakukanya pemeriksaan peninjang tersebut?
BAB II

Berbagai Jenis Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik

Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh dokter.
Namun, ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:

1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum
dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien
untuk kemudian dianalisis di laboratorium.
Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi
medis tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini, perawat
dapat memantau beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:

 Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah
 Plasma darah
 Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi,
dan elektrolit
 Analisis gas darah
 Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid
 Tumor marker
Adapun prosedur pengambilan sampel darah adalah
1. Identifikasi pasien; setidaknya dua pengenal (nama lengkap, alamat, tanggal
lahir) jangan melanjutkan prosedur jika ada ketidaksesuaian identifikasi,
Formulir Permintaan pemeriksaan harus tertulis jelas nama pasien, alamat,
tanggal lahir, no identitas, tanggal pengambilan sampel, jenis pemeriksaan
yang diperluka
2. Phlebotomis memperkenalkan diri dan menyampaikan prosedur yang akan
dilakukan
3. Verifikasi puasa untuk keperluan pemeriksaan tertentu (kapan terakhir
makan, minum)
4. Lakukan hand hygiene, kenakan sarung tangan; disarankan untuk tidak
menyentuh pasien tanpa sarung tangan
5. Posisikan pasien supaya nyaman, letakkan lengan pasien lurus diatas meja
dengan telapak tangan menghadap keatas
6. Ikat lengan dengan cukup erat menggunakan tourniquet untuk membendung
aliran darah, kemudian pasien disuruh mengepal dan membuka tangannya
beberapa kali untuk mengisi pembuluh darah
7. Dalam keadaan tangan pasien masih mengepal, ujung telunjuk pemeriksa
mencari lokasi pembuluh darah yang akan ditusuk
8. Bersihkan lokasi tersebut dengan kapas alkohol dan biarkan kering
9. Peganglah spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal
jarum
10. Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri diatas pembuluh darah
supaya pembuluh darah tidak bergerak, kemudian tusukkan jarum dengan
sisi miring menghadap keatas dan membentuk sudut ± 30
11. Jarum dimasukkan sepanjang pembuluh darah ± 1 - 1½ cm
12. Dengan tangan kiri, pengisap spuit ditarik perlahan-lahan sehingga darah
masuk kedalam spuit, sementara itu kepalan tangan dibuka dan ikatan
pembendung direnggangkan atau dilepas sampai didapat sejumlah darah
yang dikehendaki
13. Letakkan kapas pada tempat tusukan, jarum ditarik kembali
14. Pasangkan plester untuk menutup bekas tusukan pada lengan pasie
15. Alirkan darah yang terambil ke dalam tabung vacutainer EDTA
16. Segera bolak- balikkan vacutainer sesuai rekomendasi produsen tabung. (H.
Maxwell, 2010)

2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan
untuk mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya
dilakukan pada ibu hamil untuk memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi
preeklamsia.
Prosedur tes urine
Pengambilan sampel urine yang sering digunakan adalah metode clean-
catch. Adapun prosedur pengambilan tes urine dengan metode clean-catch adalah
sebagai berikut:
 Membersihkan area kemaluan menggunakan tisu steril supaya bakteri dan sel di
sekitar kemaluan tidak ikut terbawa ke sampel. Untuk wanita, cara
membersihkan kemaluan menggunakan tisu steril dari depan ke belakang dan
jangan lupa membersihkan cairan sekresi vagin dan darah menstruasi untuk
menghindari kontaminasi pada sampel urine. Pada pasien yang tidak bisa
mengambil sampel urine secara mandiri dapat menggunakan kateter. Sampel
urine yang diambil menggunakan kateter harus langsung dari selang kateter.
 Keluarkan urine selama 1-2 detik dan biarkan terbuang ke dalam toilet. Lalu
masukkan urine selanjutnya ke dalam wadah sampel hingga tingginya 3-6 cm.
 Tutup rapat wadah sampel urin untuk menghindari kontaminasi dari luar dan
bersihkan bagian luar wadah urine menggunakan tisu steril. Jangan lupa untuk
mencuci tangan setelahnya.
 Segera bawa sampel urine ke laboratorium untuk dianalisis.
Analisis sampel urine
Berikut ini jenis analisis sampel dalam tes urine:

1. Analisis visual

Analisis visual mendeteksi penampakan urine berdasarkan warna dan kejernihannya. Tujuan
analisis visual adalah untuk mendiagnosis kondisi urine dan zat yang terkandung di
dalamnya. Warna urine yang sehat umumnya memiliki warna kuning jernih atau sedikit
keruh karena sel kulit, cairan prostat, dan sperma.

2. Analisis kimiawi

Analisis kimiawi urine dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi kandungan zat kimia
dalam urine. Cara paling mudah yang digunakan dalam analisis kimia ialah melalui tes strip
yaitu dengan mencelupkan strip khusus ke dalam urine untuk mendeteksi kandungan zat
kimia yang ingin diketahui.

Analisis kimiawi biasanya dilakukan untuk mendeteksi kandungan pH urine, kandungan


protein, gula, bilirubin dan lainya.

3. Analisis mikroskopik
Analisis mikroskopik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
keberadaan sel, kristal, bakteri atau jamur yang terkandung dalam urine. Biasanya analisis ii
dilakukan jika analisis visual dan kimiawi tidak menunjukkan hasil yang normal.

Analisis mikroskopik dilakukan dengan cara mengendapkan urine guna mengumpulkan


sel-sel dan benda organik lainnya agar bisa diamati. Setelah itu petugas medis akan
membuang cairan bagian atas dan bagian bawah yang berbentuk padat akan diamati
menggunakan mikroskop.

Jenis sel yang bisa diamati melalui analisis mikroskopik pada urine yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), sel epitel, dan mikroba.

Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau
ketika dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran
kemih, atau batu ginjal.

3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung,
khususnya irama detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan
untuk mendeteksi kelainan jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan
jantung, kelainan pada katup jantung, dan penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan EKG bisa dilakukandi , IGD rumah sakit, atau di ruang perawatan
pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.
Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan
melepaskan baju serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya tenaga medis akan
memasang elektroda di bagian dada, lengan, dan tungkai pasien.
Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak
atau berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.
 Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG
 Nyalakan mesin EKG
 Baringkan pasien dengan tenang ditempat tidur yang luas. Tangan dan kaki
tidak saling bersentuhan
 Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alkohol
 Keempat elektode ektremitas diberi jelly.
 Pasang keempat elektrode ekstremitas tersebut pada pergelangan tangan dan
kaki. Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna
kuning, kaki kiri berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam
 Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1s/d V6
 Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap
 Buat kalibrasi
 Rekam setiap lead 3-4 beat
 Kalau perlu buat kalibrasi setelah selesai perekaman
 Semua elektrode dilepas
 Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
 Matikan mesin EKG
 Tulis pada hasil perekaman: nama, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, nama masing-masing lead serta orang yang merekam
 Bersihkan dan rapikan alat
4. Foto Rontgen
Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan
radiasi sinar-X atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan
jaringan tubuh. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:
1. Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran
sendi (dislokasi)
2. Kelainan gigi
3. Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
4. Batu saluran kemih
5. Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu

Prosedur pelaksanaan foto rontgen.

1. Sebelum Foto Rontgen

Tidak ada persiapan khusus untuk menjalani foto rontgen. Jika menggunakan zat kontras,
pasien dianjurkan untuk berpuasa atau menghentikan konsumsi obat-obatan. Selain itu,
pasien juga diminta untuk melepaskan semua perhiasan atau aksesoris yang berbahan logam
karena bisa menghalangi gambar yang ditampilkan.

2. Prosedur Foto Rontgen

Saat pelaksanaan foto rontgen, pasien akan diminta berbaring atau berdiri, termasuk
mengikuti instruksi dokter untuk melakukan posisi tertentu untuk memudahkan pengambilan
gambar. Tahan napas dan jangan bergerak selama pemeriksaan agar gambar tidak blur,
kecuali diminta untuk berpindah posisi.

Selama pemeriksaan, pasien tidak merasakan apa pun, kecuali pada pengidap patah tulang
yang merasa nyeri saat memindahkan posisi tubuh. Foto rontgen hanya berlangsung selama
beberapa menit, kecuali untuk tindakan tertentu (seperti penggunaan zat kontras) yang bisa
memakan waktu hingga 1 jam.

3. Sesudah Foto Rontgen

Pasien bisa pulang dan kembali beraktivitas setelah pemeriksaan dilakukan. Bila
menggunakan zat kontras, sebaiknya minum air putih untuk membantu pembuangan zat
kontras dari dalam tubuh.

Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien melalui
suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.

Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti
reaksi alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.

5. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam tubuh.
Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ
dalam tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.
Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan
kehamilan untuk memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan
tindakan biopsi.
Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien
untuk berpuasa serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara
waktu. Pasien kemudian akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali
setelah pemeriksaan USG selesai dilakukan.
Adapun prosedur pelaksanaannya adalah:
Pasien yang akan menjalani pemeriksaan USG biasanya akan diminta untuk
berbaring telentang.perawat kemudian akan mengoleskan gel khusus guna mencegah
terjadinya gesekan antara kulit dan transducer. Gel tersebut juga berfungsi
memudahkan pengiriman gelombang suara ke dalam tubuh.
Saat pemeriksaan USG, transducer akan digerak-gerakkan di bagian tubuh yang
akan diperiksa. Gerakan ini diperlukan agar gelombang suara yang dikirim mampu
memantul kembali dan memunculkan gambar yang baik.
Tiap gema yang memantul akan membentuk gambar berupa ukuran, bentuk,
serta konsistensi dari jaringan lunak atau organ dalam tubuh. Pantulan gelombang
itulah yang kemudian membentuk gambar di layar komputer. Setelah dievaluasi,
perawat pemeriksa akan menjelaskan hasil pemeriksaan dan membuat laporan tentang
hasil yang didapatkan dari pemeriksaan USG pada pasien.
6. Computed tomography scan (CT Scan)
CT scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar Rontgen dengan
mesin khusus untuk menciptakan gambar jaringan dan organ di dalam tubuh.
Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto
Rontgen biasa. Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.
Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam
mendeteksi kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, perawat dapat menggunakan
zat kontras saat melakukan pemeriksaan CT scan.

 Pasien diminta melepas pakaian dan menggantinya dengan gaun khusus dari rumah
sakit.
 Pasien diminta melepas barang-barang yang terbuat dari logam, seperti ikat pinggang,
perhiasan, gigi palsu, dan kacamata. Benda-benda ini dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan.
 Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan yang akan bergerak masuk ke dalam mesin
CT scan yang berbentuk seperti terowongan atau donat.
 Bantal dan tali pengikat dapat digunakan untuk memastikan pasien berbaring pada
posisi yang tepat. Bagi pasien yang melakukan prosedur CT scan kepala, meja akan
dipasangi cekungan khusus yang dapat menahan kepala agar posisinya pas.
 Ketika meja bergerak masuk ke dalam mesin CT scan, detektor dan tabung X-ray
akan bergerak memutari tubuh pasien. Tiap rotasi ini akan menghasilkan beberapa
gambar irisan tipis dari tubuh. Pasien juga mungkin akan mendengar suara
berdengung dari mesin.

7. Magnetic resonance imaging (MRI)


MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak
memanfaatkan sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan
gelombang radio berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan
di dalam tubuh. Prosedur MRI biasanya berlangsung selama 15–90 menit.
Pemeriksaan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh,
termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung dan pembuluh
darah, serta organ dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.
Sama seperti CT scan dan foto Rontgen tenaga medis juga terkadang akan
menggunakan zat kontras untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan pada
pemeriksaan MRI.

8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar
Rontgen untuk menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan
penunjang ini umumnya dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang
dihasilkan lebih jelas.
Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam
tubuh, seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan
sistem pencernaan. Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu perawat ketika
melakukan kateterisasi jantung atau pemasangan ring jantung.

9. Endoskopi
Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop,
yaitu alat berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat
ini terhubung dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi
organ dalam tubuh.
Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna
dan mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung,
tukak lambung, GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta
kanker lambung.
Jenis-jenis dari endoskopi adalah:

 Endoskopi atas
Endoskopi atas dilakukan dengan cara memasukkan endoskop melalui mulut,
tenggorokan, dan turun ke kerongkongan. Melalui prosedur ini, perawat dapat memeriksa
kondisi kerongkongan, lambung, dan bagian atas usus halus.
 Sigmoidoskopi atau kolonoskopi
Kedua prosedur ini melibatkan endoskop yang dimasukkan ke dalam usus besar (kolon)
melalui rektum.

 Endoscopic retrograde cholangiopancreaticography (ERCP)


ERCP adalah endoskopi khusus yang dapat memeriksa kondisi pankreas, kantung
empedu, dan struktur lain di sekitarnya. Prosedur ini juga digunakan untuk
memasang stent dan biopsi.

 Endoscopic ultrasound (EUS)


EUS menggabungkan prosedur endoskopi dengan pemeriksaan USG guna
memperoleh informasi terkait kondisi saluran cerna.

 Artroskopi
Prosedur ini dilakukan untuk melihat kondisi di dalam sendi.

 Histeroskopi
Histeroskopi bertujuan melihat kondisi dalam rahim.

 Sistoskopi
Perawat akan menganjurkan sistoskopi untuk melihat bagian dalam saluran kemih
dan kandung kemih.

 Ureteroskopi
Tindakan medis ini dilakukan untuk mengevaluasi saluran kemih dari ginjal ke
kandung kemih.

 Mediastinoskopi
Prosedur ini akan membantu dokter untuk melihat bagian organ dalam tubuh.

Prosedur endoskopi biasanya hanya berlangsung selama 15 hingga 45 menit, tergantung


dari tujuan prosedur tersebut. Secara umum, langkah-langkahnya meliputi:

 Pasien akan diminta berbaring di atas meja pemeriksaan


 Dokter anestesi akan melakukan pembiusan dan jika diperlukan, dokter juga mungkin
akan memberikan obat penenang agar pasien merasa lebih rileks selama prosedur
dijalankan
 Alat endoskop akan dimasukkan ke dalam tubuh Anda. Jalan masuknya dapat melalui
mulut, anus, atau saluran kemih, tergantung dari bagian tubuh mana yang akan
diperiksa.
 Dokter kemudian mengendalikan endoskop hingga mencapai bagian tubuh yang
menjadi tujuan

10. Ekokardiografi
Ekokardiografi digunakan untuk memeriksa adanya kelainan pada struktur jantung,
pembuluh darah, aliran darah, serta kemampuan otot jantung dalam memompa darah.
Metode pencitraan ini sering digunakan untuk mendeteksi potensi penyakit jantung
sehingga dapat diputuskan pengobatan yang tepat, dan juga digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.

Setiap jenis ekokardiografi memiliki teknik prosedur yang berbeda-beda.


 Transthoracic echocardiogram (TTE)
 Pasien akan diminta untuk berbaring di atas tempat tidur dan membuka bagian dada
untuk dipasang elektroda di beberapa titik.
 Dokter jantung akan mengoleskan gel pelumas di sekeliling dada dan
menggerakkan probe yang tersambung ke monitor. Gelombang suara dari elektroda
dan probe akan terekam dan terlihat pada monitor yang diletakkan tidak jauh dari
posisi pasien.
 Pasien mungkin akan mendengar suara bising saat pemindaian dilakukan. Hal tersebut
adalah normal dikarenakan probe akan menangkap suara aliran darah.
 Pasien dapat diminta untuk menarik napas panjang dan menahan napas, atau berbalik
ke arah kiri sambil perawat menekan probe pada area dada untuk menangkap gambar
secara jelas. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman untuk sementara waktu.
 Transesophageal echocardiogram (TEE )
Setelah pasien berbaring dan diberikan suntikan obat penenang serta semprotan bius lokal,
perawat akan memasukkan alat endoskopi melalui mulut, dan didorong ke arah
kerongkongan. Alat pengukur tekanan darah dan tingkat oksigen akan terus dipasang untuk
memantau kondisi pasien selama tindakan.
Setelah mendapatkan posisi yang tepat, dokter akan merekam gambar jantung, termasuk
katup jantung, secara lebih rinci melalui teknologi gelombang suara.
 Stress echocardiogram
Perawat akan melakukan TTE pada awalnya, kemudian pasien akan diminta beraktivitas,
baik menggunakan treadmill atau sepeda statis yang sudah disediakan, selama 6-10 menit
atau sesuai kondisi. Jika pasien tidak mampu berolahraga, perawat akan memberikan obat
suntik pemicu jantung (dobutamin) agar jantung dapat memompa seperti sedang berolahraga.
Dobutamin dapat menyebabkan pasien merasa hangat atau pusing.
Saat pasien berolahraga, perawat akan terus menanyakan kondisi pasien untuk memastikan
tidak ada efek samping.
Setelah dirasa cukup, intensitas olahraga akan diturunkan agar denyut jantung pasien kembali
seperti semula. Perawat kemudian akan membandingkan kondisi jantung pasien ketika
berolahraga atau distimulasi, dengan hasil pencitraan awal.

11. Biopsi
Biopsi adalah tindakan diagnostik yang dilakukan dengan mengambil sampel
jaringan atau sel untuk dianalisis di laboratorium, baik untuk mendiagnosis suatu
penyakit atau untuk mengetahui jenis pengobatan atau terapi yang terbaik bagi pasien.
Tindakan ini juga dikenal sebagai pengambilan sampel jaringan.
Biopsi juga dapat dilakukan untuk memeriksa keberadaan penyakit lain, seperti
sirosis hati, yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan hati yang terluka parah.
Perubahan pada jaringan dapat dideteksi dengan biopsi. Sedangkan biopsi ginjal adalah
prosedur standar untuk memeriksa apakah ginjal yang akan ditransplantasi membawa
penyakit tertentu. Biopsi ginjal adalah prosedur standar untuk memastikan bahwa
penerima ginjal akan mendapatkan ginjal yang sehat dan dapat berfungsi dengan baik.

12. Elektroensefalografi (EEG)

Electroencephalography (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari


rekaman aktivitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya.
Pemeriksaan EEG adalah tes yang mendeteksi aktivitas listrik di otak, dengan
menggunakan cakram logam kecil (elektroda) yang dilekatkan pada kulit kepala. Perlu
diketahui bahwa sel-sel otak berkomunikasi melalui impuls listrik dan aktif setiap saat,
bahkan ketika sedang tidur. Aktivitas ini kemudian ditampilkan sebagai garis
bergelombang pada rekaman EEG.

Pemeriksaan EEG adalah salah satu tes diagnostik utama untuk epilepsi. Pemeriksaan
ini juga dapat berperan dalam mendiagnosis gangguan otak lainnya. Mendapatkan
rekaman EEG yang baik dan benar adalah salah satu dari tujuan utama dari
pemeriksaan EEG, selain interpretasi yang benar.

Pemeriksaan EEG dapat menentukan perubahan aktivitas otak yang mungkin berguna
dalam mendiagnosis gangguan otak, terutama epilepsi atau gangguan kejang lainnya.
EEG mungkin juga bermanfaat untuk mendiagnosis atau mengobati gangguan berikut:
 Tumor otak.
 Kerusakan otak akibat cedera kepala.
 Disfungsi otak yang dapat memiliki berbagai penyebab (ensefalopati).
 Peradangan otak (ensefalitis).
 Trauma pada kepala.
 Gangguan tidur

 Sebelum pemeriksaan EEG


Sebelum pemeriksaan EEG dilakukan, beberapa hal di bawah ini perlu
diperhatikan:
 Pasien akan diminta untuk keramas pada malam sebelum pemeriksaan.
 Pasien tidak boleh memakai produk rambut, seperti gel atau spray, pada hari
pemeriksaan.
 Beritahukan pada perawat terkait obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh pasien
 Hindari mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein setidaknya
delapan jam sebelum EEG.
 Pada beberapa kasus, pasien akan diberi obat bius agar pasien tetap tenang dan
tertidur selama
 Selama pemeriksaan EEG
Elektroensefalografi dilakukan dengan menggunakan beberapa elektroda yang dipasang pada
kulit kepala. Elektroda adalah penghantar aliran listrik yang dapat mengirimkan informasi
dari otak ke mesin, sehingga data aliran listrik otak dapat direkam dan diukur.Pemeriksaan
EEG biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 menit. Prosedurnya meliputi:

 Pasien diminta berbaring di tempat tidur atau kursi khusus.


 Teknisi medis akan mengukur ukuran kepala dan menandai lokasi pemasangan
 Lokasi pemasangan elektroda akan diolesi dengan krim khusus.
 Selama pemeriksaan dilakukan, elektroda akan bekerja dengan mengirimkan data
aktivitas listrik dari otak ke mesin perekam.
 Mesin tersebut akan mengubah aktivitas listrik menjadi gambar gelombang berpola
yang ditampilkan pada layar komputer.
 Teknisi medis bisa meminta pasien untuk melakukan beberapa hal selama
pemeriksaan, seperti menutup mata, menarik napas dalam, atau melihat stimulus
cahaya.
 Setelah tes selesai, teknisi medis akan melepas elektroda-elektroda dari kulit kepala
pasien.

13. Pemeriksaan tinja


Pemeriksan feses adalah tes yang dilakukan pada sampel feses atau tinja untuk
mendiagnosis sejumlah penyakit pada sistem pencernaan. Pemeriksaan ini dapat
mendeteksi adanya infeksi yang berasal dari bakteri, virus, atau parasit, dan berbagai
penyakit, mulai dari penyerapan gizi yang kurang baik hingga kanker.
Pemeriksaan feses adalah pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada
pasien dengan keluhan gastrointestinal. Sebagai contoh, identifikasi telur parasit bisa
didapat dari feses untuk mendiagnosis askariasis, pemeriksaan mikroskopis atau kultur
feses bisa bermanfaat untuk mencari etiologi gastroenteritis, dan tes darah samar bisa
mendeteksi kanker kolorektal.[1-3]
Pemeriksaan feses meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis,
pemeriksaan mikrobiologi, dan imunologi. Pada pemeriksaan makroskopis, aspek yang
diperiksa antara lain warna feses, konsistensi, jumlah, bau, lendir, darah, dan
keberadaan parasit ataupun sisa makanan. Pemeriksaan mikroskopis meliputi beberapa
pemeriksaan seperti leukosit, sel darah merah, tes darah samar atau FOBT (fecal occult
blood test), deteksi lemak tinja, dan pH. Jenis bakteri, virus, dan parasit juga dapat
terlihat pada tinja yang diperiksa melalui pemeriksaan mikrobiologi dan imunologi.[1-
5]
Prosedur ini dapat dilakukan oleh pasien dewasa secara mandiri. Pada pasien
anak, pastikan ibu atau penjaga anak tersebut dapat mengumpulkan sampel dengan
benar. Berikan bantuan pada pasien yang mempunyai kesulitan mengumpulkan sampel.

Prosedur pengumpulan sampel pada orang dewasa adalah sebagai berikut:

1. Pasien telah terlebih dahulu buang air kecil


2. Pasien menutup jamban atau bedpan dengan kontainer khusus atau plastik. Feses
tidak boleh diambil dari bedpan karena feses yang mengenai bedpan telah
terkontaminasi dengan desinfektan. Feses juga tidak boleh bercampur dengan air, air
sabun, ataupun tissue
3. Pasien menggunakan sarung tangan tidak steril saat pengambilan sampel
o Setelah defekasi, sekitar 20-40 gram atau setara dengan 5-6 sendok sampel
diambil menggunakan aplikator yang tersedia. Untuk memudahkan,
instruksikan pasien untuk mengisi wadah tersebut setengah penuh
o Kemudian sampel dimasukan ke dalam dalam wadah dan ditutup dengan rapat
o Pada kasus konstipasi, minta pasien untuk mengumpulkan sampel sebanyak
“dua butir kacang” Kemudian tutup wadah tersebut dengan rapat
Jika pengambilan sampel telah selesai, kontainer khusus atau plastik pada jamban
atau bedpan bisa dilepaskan
Lepaskan sarung tangan, lalu cuci tangan dengan bersih menggunakan sabun pada air
yang mengalir
Wadah diberi label yang lengkap. Label berisikan nama lengkap pasien, umur, jenis
kelamin, dan tanggal pengambilan sampel feses. Terdapat beberapa kebijakan yang
berbeda dari laboratorium maupun rumah sakit. Tidak jarang label telah diisi sebelum
prosedur dijalankan
Segera kumpulkan spesimen dan slip pada petugas laboratorium

Prosedur pengumpulan sampel pada anak yang masih menggunakan popok:

1. Cara pertama adalah dengan mengambil sampel dari popok. Mengambil sampel
secara langsung dari popok disarankan, namun untuk hasil interpretasi yang lebih baik
lapisi popok dengan plastik agar sampel tidak terserap ke dalam popok. Pastikan
sampel tidak bercampur dengan urin
2. Cara lain ialah menggunakan kantong khusus berlabel data pasien yang disediakan
oleh klinik atau rumah sakit. Kantong khusus tersebut ditempelkan pada kulit sekitar
anus anak. Setelah spesimen terkumpulkan kantong khusus tersebut dicabut, lalu
diserahkan pada petugas laboratorium. Dengan cara ini, dapat dipastikan feses tidak
tercampur dengan urin.
Prosedur pengumpulan sampel pada anak yang sedang dilatih atau baru saja
dilatih memakai toilet sendiri (toilet training):
1. Pasien anak didampingi oleh orang dewasa
2. Pasien anak didampingi untuk membuang air kecil atau membuang urin terlebih
dahulu
3. Pendamping memasang kontainer khusus atau plastik. Kemudian prosedur berjalan
serupa dengan pengumpulan sampel pada orang dewasa

14. Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan pleura
Sampel berupa Cairan pleural, peritoneal, synovial, cerebrospinal digunakan
untuk pemeriksaan efusi cairan tubuh (body cavity effusions), penyakit persendian
(joint diseases) dan gangguan sistem saraf pusat

15. Pemeriksaan genetik

Tes DNA sebagai pemeriksaan genetika umumnya dilakukan melalui pengambilan


sampel darah atau jaringan. Sebagian besar sampel menggunakan darah dari pembuluh
darah, namun ada juga yang memanfaatkan sampel air liur atau dengan menyeka bagian
dalam mulut.
Untuk janin dalam kandungan, tes DNA dilakukan dengan mengambil cairan
amnion atau air ketuban melalui prosedur amniosentesis, atau dengan chorionic villus
sampling yang mengambil sampel jaringan plasenta.
DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di
dalam sel manusia, DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam mitokondria.

Prosedur amniosentesis biasanya dilakukan di rumah sakit atau klinik. Prosedur ini hanya
membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan langkah-langkah di bawah ini:

 Prosedur USG kehamilan akan dilakukan. Melalui USG, dokter dapat mengetahui
lokasi janin.
 Dokter akan memberikan obat anestesi yang dioleskan atau disuntikkan pada kulit di
area perut pasien.
 Dokter akan membersihkan area perut yang menjadi lokasi pengambilan cairan
dengan cairan desinfektan guna mencegah infeksi.
 Dokter lalu memasukkan jarum tipis dan panjang melalui perut hingga mencapai
rahim pasien. Jarum ini digunakan untuk mengambil air ketuban sebanyak kira-kira
20 mililiter atau setara dengan 4 sendok teh.
 Cairan ketuban akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
 Pada sebagian besar kasus, kondisi janin tetap dipantau dengan USG selama prosedur
ini berlangsung.
BAB III
 Kesimpulan

Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan
kekurangannya masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok untuk
mendeteksi jenis penyakit tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis penyakit lainnya.
Bahkan, kadang dibutuhkan beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis suatu
penyakit.

Biasanya, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis


penyakit setelah melakukan anamnesa (tanya jawab) dan pemeriksaan fisik pada pasien. Jenis
pemeriksaan penunjang yang dilakukan akan disesuaikan dengan penyakit yang dicurigai
oleh dokter dan kondisi pasien secara umum.

Daftar Pustaka
Alodokter.” Ekokardiografi, Ini yang Harus Anda Ketahui”.
https://www.alodokter.com/ekokardiografi-ini-yang-harus-anda-
ketahui#:~:text=Setiap%20jenis%20ekokardiografi%20memiliki%20teknik%20p
rosedur%20yang%20berbeda%2Dbeda.&text=Pasien%20akan%20diminta%20u
ntuk%20berbaring,probe%20yang%20tersambung%20ke%20monitor. Diakses
pada 25 februari 2021
Docdoc. “Apa itu Biopsi: Gambaran Umum, Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan.”
https://www.docdoc.com/id/info/procedure/pengambilan-contoh-jaringan-biopsi.
diakses pada 25 februari 2021

Halodoc. “Begini Prosedur Melakukan Pemeriksaan MRI.”


https://www.halodoc.com/artikel/begini-prosedur-pemeriksaan-mri. diakses pada
25 februari 2021.
Halodoc. “Ketahui Prosedur Foto Rontgen dalam Radiologi.
“https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-prosedur-foto-rontgen-dalam-
radiologi diakses pada 25 februari 2021
Halodoc.” Pemeriksaan Electroencephalography (EEG.”
https://www.halodoc.com/kesehatan/pemeriksaan-electroencephalography-eeg.
diakses pada 25 februari 2021
Lestari, karlina. “Amniosintesis”. https://www.sehatq.com/tindakan-
medis/amniosentesis . diakses pada 25 februari 2021
Patologi klinik. “Cairan Tubuh dan Feses”.
http://vlm.ub.ac.id/pluginfile.php/38954/mod_resource/content/1/cairan%20tub
uh%20dan%20feses.pdf diakses pada 25 februari 2021.
Poltekkes. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2870/4/Chapter2.pdf.pdf , diakses
pada 25 februari 2021
Tjakrapawira, Agnes. “teknik pemeriksaan feses.”
https://www.alomedika.com/tindakan- medis/gastroentero-
hepatologi/pemeriksaan-feses/teknik. Diakses pada 25 februari 2021

Anda mungkin juga menyukai