Anda di halaman 1dari 15

RUNNING HEAD: Suku Muna

Suku Muna

1
Naomi Octaviani Berliana Galingging, 2Rifna Safira, 3Muthi Al

Fianty, 4Kezia Alexander Patandung, 5Sri Wahyuni


1
R011201017, 2R011201095, 3R011201097, 4R011201113,
5
R011201117

Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin

Nurhaya Nurdin, S.Kep.,Ns.,MN.,MPH

08 April 2021
1
RUNNING HEAD: Suku Muna

Abstrak

Makalah ini mengkaji terkait budaya dari Suku Muna. Tujuannya adalah

untuk mengetahui seperti apa budaya di Suku Muna. Proses

pengumpulan data dilakukan dengan mewawancari salah satu orang dari

Suku Muna, mencari informasi pada buku dan jurnal-jurnal. Hasil

pengumpulan data yang didapat memunculkan topik-topik seperti pakaian

tradisional, aksesoris khas, lagu, tarian, makanan, bahasa, demografik

dan geografik, pola kebiasaan makan, kepercayaan, sistem kekerabatan,

dan yang terpenting praktik budaya terkait sehat-sakit di Suku Muna.

Kata kunci: Suku Muna, Budaya Suku Muna, Muna


2
RUNNING HEAD: Suku Muna

A. Pakaian

Suku Muna saat ini masih mempertahankan dan

mewariskan tradisi pembuatan pakaian adat walaupun berada di

tengah-tengah ancaman perubahan. Adat istiadat merupakan unsur

yang menyatukan bagi masyarakat Suku Muna. Pakaian adat

mampu menjadi perekat sosial bagi masyarakat Muna karena

pakaian adat yang ada di wilayah Muna merupakan penghayatan

dari kaum pribumi dalam memahami lingkungan alamnya .

Hal ini dapat dilihat dari model pakaian adat yang terdapat

pada pakaian Muna. Model pakaian tersebut dibuat berdasarkan

pengamatan dan penghayatan terhadap alam sekitarnya.

Masyarakat Muna yang tinggal di Kecamatan Parigi, Kabupaten

Muna dimana jauh sebelum mereka menekuni pembuatan pakaian

adat, sejak dahulu mereka sudah memiliki aktivitas sehari-hari yaitu

sebagai petani dan nelayan yang merupakan mata pencaharian

utamanya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dipengaruhi

oleh kondisi geografis dimana mereka menetap di pesisir pantai

dan didukung oleh sumber daya yang tersedia pada potensi alam

yang cukup. Di pesisir pantai inilah mereka melakukan aktivitas

sehari-hari sebagai petani dan nelayan. Seiring dengan adanya

suatu perubahan dari waktu ke waktu, masyarakat Suku Muna

yang tinggal di Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna khususnya

para ibu rumah tangga mulai membuat kerajinan pakaian adat


3
RUNNING HEAD: Suku Muna

sebagai tambahan pendapatan mereka untuk mencukupi

kebutuhan hidup mereka.

Kaum Pria di suku Muna biasanya mengenakan baju

(bhadu), sarung (bheta), celana (sala), dan kopiah (songko) atau

ikat kepala (kampurui) untuk pakaian sehari-hari. Baju berlengan

pendek dan berwarna putih. Ikat kepala berupa kain bercorak batik,

serta ikat pinggang terbuat dari logam berwarna kuning yang selain

berfungsi sebagai ikat pinggang juga untuk menyelipkan senjata

tajam. Sarung yang dipakai berwarna merah dan bercorak

geometris.

Kaum wanita suku Muna mengenakan busana yang terdiri

atas bhadu, bheta, dan kain ikat pinggang yang disebut simpulan

kagogo. Wanita Muna memakai baju berlengan pendek yang

disebut kuto kutango untuk pakaian sehari-hari.

B. Aksesoris

1. Kampurui (Ikat Kepala)


4
RUNNING HEAD: Suku Muna

2. Simpulan Kagogo (Ikat Pinggang)

C. Lagu dan Tarian

1. Tari Linda

Tari Linda adalah tarian tradisional yang diiringi dengan alat

musik Mbololo, serta dipadukan dengan nyanyian tradisional.

Tarian ini di ciptakan sebagai suatu perwujudan tradisi

masyarakat di daerah Muna dalam hal pemingitan anak-anak

mereka di kala memasuki alam ke dewasaan. Pertumbuhan

tarian tersebut kemudian meluas sampai kedaearah Buton,

sehingga sekarang ini telah menjadi tarian tradisional yang

sangat popular di daerah tersebut. Pelakunya terdiri dari wanita

yang jumlahnya terbatas sampai enam atau delapan orang saja.


5
RUNNING HEAD: Suku Muna

2. Tari Katumbu

Tari Katumbu adalah tari tradisonal masyarakat kabupaten

muna biasanya tari ini mengambarkan musim panan tiba yang

biasa diadakan oleh masyarakat yang bertani untuk mensyukur

hasil panen mereka.

3. Tari Potobo
6
RUNNING HEAD: Suku Muna

Tari Potobo merupakan sebuah tari kreasi baru yang

diangkat dari tradisi masyarakat sebagai suatu kebiasaan dan

keharusan pada zaman dahulu untuk membela diri. Potobo

dalam bahasa Muna yang artinya berkelahi dengan

menggunakan senjata khas yang bernama tolobi atau Keris.

D. Makanan/Kue

1. Kabuto

2. Kambuse

3. Katumbu

4. Kambewe

5. Kasoami

6. Kadada Katembe

7. Kaparende

8. Tunuha

9. Cucur

E. Bahasa
7
RUNNING HEAD: Suku Muna

Bahasa Muna merupakan bahasa mayoritas di Pulau Muna

dan pantai barat Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penutur

bahasa Muna terdapat di Kabupaten Muna, Muna Barat, Buton,

Buton Utara, Buton Tengah, dan Kota Bau-Bau. Menurut

pengakuan penduduk wilayah tutur bahasa Muna berdampingan

dengan (i) wilayah tutur bahasa Kulisusu di Kabupaten Muna dan

Buton Utara, (ii) wilayah tutur bahasa Jawa di Kabupaten Muna, (iii)

wilayah tutur bahasa Bajo di Kabupaten Muna dan Buton, (iv)

wilayah tutur bahasa Wolio di Kota Bau-Bau dan Kabupaten Buton,

(v) wilayah tutur bahasa Cia-Cia di Kabupaten Buton, dan (vi)

wilayah tutur bahasa Lasalimu-Kamaru di Kabupaten Buton.

Bahasa Muna memiliki dua puluh dialek, yaitu: dialek Lohia,

dialek Sidamangura, dialek Lasiwa, dialek Labora, dialek

Lapadaku, dialek Bente, dialek Bone Tondo, dialek Gala, dialek

Lambiku, dialek Wasilomata, dialek Lombe, dialek Dialek Todanga,

dialek GuMawasangka, dialek Pancana, dialek Lipu, dialek

Kecamatan Lakudo, dialek Kioko, dialek Waara, dan dialek Oempu.

F. Demografik dan Geografik

Menurut data yang dikeluarkan BPS dalam buku ‘Kabupaten

Muna Dalam Angka 2021’ secara astronomis, Kabupaten Muna

terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara

ke selatan di antara 4015’ – 5015’ Lintang Selatan dan


8
RUNNING HEAD: Suku Muna

membentang dari Barat ke Timur di antara 122030’ – 123015’ Bujur

Timur.

Secara geografis, Kabupaten Muna di sebelah Utara

berbatasan dengan Selat Spelman, di sebelah Selatan dengan

Kabupaten Buton Tengah, di sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Buton Utara dan sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Muna.

Kabupaten Muna terdiri dari 22 Kecamatan yaitu Tongkuno,

Tongkuno Selatan, Parigi, Bone, Marobo, Kabawo, Kabangka,

Kontu Kowuna, Kontunaga, Watopute, Duruka, Katobu, Lohia,

Batalaiworu, Napabalano, Lasalepa, Towea, Wakorumba Selatan,

Pasir Putih, Pasi Kolaga, Maligano, dan Batukara.

Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Muna

adalah sebagai berikut.


9
RUNNING HEAD: Suku Muna

G. Pola/Kebiasaan Makan

Masyarakat Muna memiliki kebiasaan makan menggunakan

tangan, dengan makanan pokok berupa karbohidrat, yaitu jagung

dan ubi-ubian, namun paling banyak olahan makanan

menggunakan singkong atau ubi kayu, hal ini dapat kita lihat pada

makanan khas Muna yaitu:

1. Makanan berbahan dasar jagung : katumbu, kambewe,

kamubuse,.

2. Makanan dari ubi kayu: kabuto, kasoami, dan tunuha.


10
RUNNING HEAD: Suku Muna

Adapun makanan pokok, sebagai pengganti nasi yaitu,

kambuse, biasa dikenal oleh orang diluar Muna sebagai nasi

jagung. Orang Muna sering makanan kambuse dengan sayur

bening dan ikan asin.

H. Kepercayaan/Agama

Mayoritas agama yang dianut adalah agama Islam. Dalam

praktik kehidupan keberagamaan, tradisi yang sampai sekarang

menjadi hal wajib dilakukan yaitu tradisi Haroa, yang berhubungan

dengan perayaan hari-hari penting dalam agama Islam.

Pengaruh ajaran islam terhadap adat istiadat di Muna yaitu:

1. Konsep dasar budaya Muna dibentuk oleh pengaruh paham

agama dan sistem pemerintahan kerajaan Muna Pra-Islam.

Yang dalam bentuk-bentuk tradisi budaya ini, dapat diamati

dalam tata cara pelaksanaan katingka dan kaago-ago serta

pahampaham animisme lainnya, yang masih mempengaruhi

sistem kehidupan sosial masyarakat Muna hingga saat ini.

2. Konsep dasar tradisi budaya Muna yang dibentuk oleh hasil

persenyawaan antara pengaruh agama pra-Islam dan ajaran

Islam. Seperti adat kaghombo (karya), kagaa (perkawinan) dan

adat kasambu (suapan), serta konsep stratifikasi sosial

masyarakatnya.

3. Konsep dasar tradisi budaya Muna yang dibentuk oleh

pengaruh ajaran Islam. Seperti adat kangkilo (katoba), pola dan


11
RUNNING HEAD: Suku Muna

upacara peringatan terhadap bulan-bulan tertentu, menurut

perhitungan tahun Hijriyah. Misalnya peringatan Maulid Nabi

Muhammad pada bulan rabiul awal, mengirimkan

(membacakan) al-fatihah, al-ikhlas, tahlil, dan doa kepada para

roh orang tua dan anak keluarga kaum muslimin dan muslimat

yang telah meninggal dunia, pada setiap tahun di bulan Rajab.

Atau peringatan Nifsu Sa’ban di bulan Sa’ban, dan lain

sebagainya.

I. Sistem Kekerabatan/Kekeluargaan

Masyarakat Muna pada masa lalu biasa bertempat tinggal

dalam satu wilayah tertentu yang satu sama lain umumnya masih

tergolong kerabat. Namun demikian, dewasa ini perkawinan dalam

masyarakat sudah tidak lagi endogami (perkawinan dengan orang

dalam tempat tinggal yang sama) tetapi eksogami (perkawinan

dengan orang di luar tempat tinggalnya). Masyarakat Muna yang

tadinya dianjurkan untuk menikah dengan sesama golongan

mereka (terutama pada golongan bangsawan kaomu dan walaka)

perlahan-lahan mulai bergeser. Mereka memiliki peluang untuk


12
RUNNING HEAD: Suku Muna

menikah dengan pasangan di luar. Sistem kekerabatan dalam

masyarakat Muna dikenal dengan sistem kekerabatan bilateral

yang mendasarkan kekerabatan pada garis keturunan ayah dan

garis keturunan ibu. Secara umum kedudukan laki-laki dan

perempuan pada umumnya sama dan sejajar. Sistem ini berlaku

dan mempengaruhi tata pergaulan dan upacara adat dalam

Masyarakat Muna.

J. Praktek Budaya Terkait Sehat-Sakit

Budaya sehat-sakit yang ada di Suku Muna adalah:

1. Jika sedang sakit, perlu dilakukan ‘kaferebua’, artinya diberi air

baca-baca.

2. Ketika mengalami patah tulang, alih-alih ke rumah sakit

memijat/mengurut bagian yang patah menggunakan bedak

dingin lebih dipercaya

3. Ghotibuku, yaitu upacara memberi makanan atau nutrisi pada

tubuh/tulang. Hal ini dilakukan pada usia 60-an untuk

memperbaharui kembali sel-sel dan kekuatan tubuh.


13
RUNNING HEAD: Suku Muna

Daftar Pustaka

Aman, A. Sejarah Pembuatan dan Makna Simbolik Pakaian Adat

Muna. Patanjala, 11(3), 291834.

Bahasa Muna Provinsi Sulawesi Tenggara (n.d). Di

Petabahasa.kemendikbud.go.id. diakses dari

https://petabahasa.kemdikbud.go.id/infobahasa2.php?

idb=192&idp=Sulawesi%20Tenggara

BPS Kabupaten Muna (2021). Kabupaten Muna dalam Angka 2021.

Diakses dari https://munakab.bps.go.id/

Firmansyah, F., Simatupang, G. L. L., Kusmayati, A. H., & Sushartami, W.

(2019). Aksiologi Musikal pada Pertunjukan Tari Tradisional Linda

dalam Ritual Adat Keagamaan Karia di Daerah Kabupaten Muna

Provinsi Sulawesi Tenggara. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan

(Journal of Performing Arts), 20(3), 132-149.

Risalah, P., & Janu, L. (2019). Akulturasi Budaya Sunda dan Muna dalam

Keluarga di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo kabupaten Muna

Barat. ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, 8(2), 126-131.

Roslan, P. S., & Tawulo, M. A. Fungsi Budaya Kabhanti Modero (Tarian

Berpantun) Pada Masyarakat Muna (Studi di Desa Lalemba


14
RUNNING HEAD: Suku Muna

Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat). Jurnal Neo Societal,

4(1).

Zainal, A. Z. (2017). Intaidi Bhasitie; Sistem Kekerabatan Patronase Dan

Kohesi Sosial Masyarakat Muna.

Anda mungkin juga menyukai