Anda di halaman 1dari 16

ETNOGRAFI PAPUA

(Suku Moni)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etnografi Papua

Dosen Pengampu : Ramelan Tahanina, S.Pd., M.MPd

Disusun Oleh :

Eka Putri Budi Utami

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ASY-SYAFI’IYAH NABIRE

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun makalah ini

dibuat untuk melengkapi tugas yang telah diberikan dalam mata kuliah Etnografi

Papua.

Shalawat dan salam untuk junjungan umat, Nabi Muhammad SAW yang

telah membuka mata dunia akan pentingnya arti pendidikan sehingga kita bisa

menikmati dunia pendidikan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, semua

bentuk perbaikan, saran, kritik, masukkan dari teman-teman mahasiswa dan

terutama dari dosen sangat kami hargai untuk peningkatan pembuatan makalah

bagi penulis dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi

kita semua. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Nabire, 7 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Sejarah Suku Moni.......................................................................................3


2.2 Budaya Suku Moni.......................................................................................7
2.3 Arsitektur Tradisional Suku Moni...............................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Papua adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau

Nugini bagian barat atau west New Guinea. Papua juga sering disebut sebagai

Papua Barat karena Papua bisa merujuk kepada seluruh pulau Nugini

termasuk belahan timur negara tetangga, east New Guinea atau Papua Nugini.

Papua Barat adalah sebutan yang lebih disukai para nasionalis yang

ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Provinsi

ini dulu dikenal dengan panggilan Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973,

namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat

meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan

secara resmi hingga tahun 2002.

Pada tahun 2004, disertai oleh berbagai protes, Papua dibagi menjadi

dua provinsi oleh pemerintah Indonesia bagian timur tetap memakai nama

Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Irian Jaya Barat yang sekarang

menjadi Provinsi Papua Barat.

Nabire adalah sebuah distrik atau kecamatan sakaligus kota Kabupaten

Nabire, provinsi Papua, Indonesia. Distrik Nabire memiliki luas wilayah

127,00 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 sekitar 101.645

jiwa/km2. Penduduk Nabire terdiri dari berbagai macam suku, suku asli papua

1
dan suku pendatang. Secara garis besar suku asli Papua dapat dibagi menjadi

dua yaitu, suku yang berasal dari pesisir pantai dan suku yang berasal dari

gunung. Dan suku pendatang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia

seperti, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Kalimantan

Menurut cerita nenek moyang dari suku Moni, bahwa semua suku

yang berada di Papua berasal dari satu tempat yang disebut Mbugumbamba.

Orang banyak sering bertanya-tanya dimana itu Mbugumbamba.

Mbugumbamba terletak di Pegunungan Tengah, di lembah Baliem Wamena.

Sebagian masyarakat Suku Moni sudah memeluk agama Kristen, akibat

pengaruh misionaris Eropa yang pernah datang ke lokasi tersebut masuk di

Wandae Kemandoga sekitar tahun 1935. Kehidupan suku Moni rata-rata

bermata pencaharian atau bekerja dengan bercocock tanam, dan kegiatan ini

masih dilakukan sampai sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Suku Moni?

2. Bagaiman Budaya Suku Moni?

3.Bagaimana Arsitektur Tradisional Suku Moni?

1.3 Tujuan Masalah

1. Agar Mengetahui Sejarah Suku Moni.

2. Agar Mengetahui Bagaiman Budaya Suku Moni.

3. Agar Mengetahui Bagaimana Arsitektur Tradisional Suku Moni.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Suku Moni

Sejarah Suku Moni Menurut cerita nenek moyang dari suku Moni,

bahwa semua suku yang berada di Papua berasal dari satu tempat yang

disebut Mbugumbamba. Orang banyak sering bertanya-tanya dimana itu

Mbugumbamba. Mbugumbamba terletak di Pegunungan Tengah, di lembah

Baliem Wamena.

Mbugumbamba berasal dalam bahasa Moni, sehingga kata ini terdapat

dua kata yaitu mbugu dan mbamba. Mbugu (turun) mbamba (terbang atau

bubar). Mbugumbamba artinya tempat pembubaran manusia pertama setelah

turun. Orang yang pertama diberi nama Mbugumbamba. Masa itu, lembah ini

disebut Mbagimendoga, sekarang disebut Balim.

Kata Mbagimendoga dibagi menjadi dua kata yang mengandung

artinya masing-masing. Mbagime dan Ndoga. Mbagime adalah nama sejenis

tumbuhan yang terdapat di Pegunungan dengan nilai sosialnya tinggi, dan

Ndoga (pinggiran sungai). Mbagimendoga implikasinya sebuah lembah yang

terletak di pinggiran sungai yang luas tertumbuhi oleh tumbuhan mbagime.

Sedangkan artinya pinggiran sungai Balim yang disebut dengan wilayah

mbagimebu. Mbagime jalu adalah sejenis tumbuhan yang berkasiat bagi

semua orang Pegunungan Tengah.

3
Tumbuhan itu digunakan sebagai mengusir tuan tanah, serta penghias

halaman membunuh babi yang ditangkap cukup besar dan babi yang umur

tua, membuka kebun baru, saat zuo, saat pesta kematian, memanggil arwah

yang telah meninggal, sebutkan nama moyang, saat ibu melahirkan anak, saat

mereka melakukan kegiatan lain sifatnya untuk menari dan sebagainya.

Tumbuhan ini, familinya dalam bahasa Moni disebut jalu, jenisnya mbagime

jalu. Semua laki-laki maupun perempuan memanfaatkan tumbuhan ini

sebagai sesuatu yang amat berguna dan akan membantunya, sehingga

tumbuhan ini terpelihara di sekitar halaman rumah dengan baik. Sedangkan

Nduga artinya pinggiran sungai.

Mbagimendoga artinya pinggiran sungai Mbagimebu. Mbagimebu

itulah sungai Balim yang sekarang mengalir dikota Balim Wamena.

Dilembah Balim, pinggiran Sungai Balim moyang telah diturunkan tumbuh-

tumbuhan. Tumbuhan itu bernama (taguya). Taguya artinya tembakau

gulung.daerah ini merupakan daerah dingin dengan ketebalan salju yang

sangat besar maka mereka harus merokok dan menghisap Taguya sebagai

pemanas tubuhnya pada saat dingin.

Cerita turun temurun dari moyang kepada generasi dikalangan suku

Moni. Suku Moni mengakui dialah yang mendahului suku-suku lain di

Pegunungan Tengah, Papua. Hari ke hari dari tahun ke tahun mereka hidup di

lembah Balim. Namun kondisi tidak mengizinkan, medan semakin berat

untuk hidup. Kondisi tersebut terjadi perlakuan konflik horizontal antara

keluarga. Suku Moni meninggalkan Balim dan keluar dari situ. Dan pada

4
waktu itu tidak menyebutkan suku akan tetapi suatau kelompok masyarakat.

Mereka mengadaptasi dam mengadopsi dengan berkelompok, berkelana serta

mengembara dihutan mengambil dan memakan semua jenis tumbuhan dan

hewan.

Suku Dani mempertahankan hidupnya di lembah Balim. Kenyataan,

kita melihat bahwa anak yang disayangi oleh orang tua biasanya anak yang

bungsu. Suku Dani merupakan anak bungsu yang mempertahankan terhadap

sukunya di Balim. Ketika mereka keluar dari Balim orang banyak karena

mereka beranggapan bahwa jika pemimpin keluar, pasti ada serdadu-

serdadunya untuk mengikutinya, baik Laki-laki maupun perempuan. Mereka

berangkat menuju arah matahari terbit (Timur). Dalam perjalannya mereka

telah banyak yang meninggal. Meninggal ini disebabkan karena sakit, hilang

jejak, ditelan oleh telaga jahat dan sebagainya. Sebagian orang ditinggalkan

ditempat yang pertama, untuk membentuk suku-suku baru. Mereka

menurunkan generasinya untuk memenuhi wilayah ini.

Dalam perjalanan mulai membuka perkampungan. Tidak semua

orang ikut terus sampai ke tempat tujuan, akan tetapi ada yang tertinggal,

dimana mereka mebuka perkampungan. Akhirnya tiba di PNG. Disana hidup

berabad lamanya , kemudian tidak sesuai dengan hidupnya, maka ia mulai

menyelusuri pantai utara fanimo sampai arso waris. Kemudian perjalanan

mereka sampai padang bulan mereka lewat gunung akhirnya tiba di Genyem.

Mengapa dari padang bulan lewat dipinggiran gunung? Mereka terauma

terhadap danau sementara anggapan mereka telaga jahat.

5
Ketika dalam perjalannya, banyak meninggal oleh telaga jahat, oleh

karena itu hanya menghindari danau Sentani. mereka takut untuk melihat

danau Sentani sebagai danau jahat, sehingga meninggalkan danau Sentani

mencari jalan keluar harus lewat gunung. Perjalanan kelompok ini, tiba di

Sarmi. Dari Sarmi mereka melalui pinggiran gunung menuju Pawi. Tempat

tersebut memberikan nama Iwilundoga. Iwilundoga adalah tempat dimana

mereka memperoleh kapak batu.kampak itulah yang disebut iwi (kampak

batu).

Sedang dundoga adalah pinggiran sebuah sungai, sungai itu namanya

iwidu.disini mereka terbagi menjadi beberapa bagian, sebagian tinggal di

Pawi, sebagian orang ke barat,sebagian orang ke utara, sebagian orang ke

timur, dan sebagian orang lagi ke selatan. Dan sebagian orang masuk di

Pegunungan Tengah yaitu kelompok yang nanti disebut suku Moni. Suku

Moni masuk di wilayah Pegunungan Tengah, jantung Bumi Papua.

Mengapa dia masuk ditengah jantung papua ini? Karena telah

mengalami banyak kejadian dalam menempu perjalanannya.

Pertama, dalam perjalanan itu orang banyak yang meninggal akibat

telaga jahat.

Kedua, orientasi pertama masuk adalah untuk menyelamatkan diri

dari telaga jahat. Untuk itu mulai mencari tempat yang tinggi dan air

tidak dapat tergenangnya.

Ketiga tempat yang cocok untuk beradaptasi, maka mulai melakukan

dengan berbagai kegiatan. Mengambil Keputusan pertama wigamba

6
mengenai mengambil dan memberikan nama tempat. Nama tempat

diberi nama Hege Naga I. artinya seperti Rumah yang memberi nafas

kehidupan. Masyarakat suku Moni masih menggunakan nama ini pada

seluruh wilayah yang didudukinya namun hal ini merupakan rahasia.

Jika mereka dapat menggunakan untuk menceritakan akan terjadi

sesuatu atau yang tidak diinginkan atau sangsi hukum secara adat .

2.2 Budaya Suku Moni

Meskipun banyak orang menyebut mereka dengan sebutan Suku

Moni, namun orang Suku Moni sendiri menyebut mereka sebagai Suku

Migani. Suku Moni atau Suku Migani ini termasuk suku yang masih

memegang teguh kepercayaan mereka. Salah satunya adalah selalu memberi

hormat pada orang-orang yang sudah meninggal. Hal tersebut, dilakukan

dengan cara mengadakan upacara serta penyembelihan babi dan bakar batu.

Suku Moni juga merupakan salah satu suku di Papua yang masih

mengenakan koteka yang terbuat dari kunden kuning. Para wanitanya pun

masih menggunakan pakaian berjuluk wah yang berasal dari rumput atau

serat dan tinggal di Honai (sebuah gubuk yang beratapkan jerami atau

ilalang).

Sebagian masyarakat Suku Moni sudah memeluk agama Kristen,

akibat pengaruh misionaris Eropa yang pernah datang ke lokasi tersebut

masuk di Wandae Kemandoga sekitar tahun 1935. Demikian Suku Moni

masih memiliki kepercayaan adat yang lebih dikenal dengan konsep yang

7
dinamakan atau yang di percaya bahwa segala kesaktian yang dimiliki oleh

para leluhur Suku Moni diberikan secara turun temurun kepada kaum lelaki.

Kesaktian tersebut antara lain kesaktian menjaga kebun, kesaktian

mengobati atau menyembuhkan penyakit sekaligus menghindarinya, serta

kesaktian untuk memberi kesuburan pada tanah yang digunakan untuk

bercocok tanam. Suku Moni juga memiliki simbol yang mereka namakan

‘Haji Jamougu’. Lambang tersebut dipakai saat upacara tradisi yang bersifat

keagamaan.

Meskipun sebagian telah menganut agama Kristen, namun suku yang

tinggal di hutan-hutan dengan iklim tropis yang sangat kaya akan flora dan

fauna ini masih melakukan serangkaian upacara adat, salah satunya adalah

Rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara adat yang dilakukan untuk

menghormati para leluhur. Saat melakukan upacara ini, para peserta juga

melengkapi dirinya dengan senjata tradisional seperti tombak, kapak, parang

dan juga busur beserta anak panahnya.

Masih banyak keunikan tradisi warisan leluhur yang tersimpan pada

Suku Moni yang di jaga dengan sangat baik oleh warganya. Mereka percaya

bahwa menghormati para nenek moyang serta leluhur merupakan cara yang

tepat dalam menghargai alam serta isinya.

Tradisi Mumi menjadi salah satu yang unik di Papua. Pasalnya,

jenazah yang diawetkan untuk dijadikan mumi bukan jenazah sembarangan,

tapi orang yang sangat berjasa untuk suku mereka. Tradisi ini memang

8
enggak dilakukan semua anggota suku, hanya beberapa saja yang melakukan,

seperti Suku Moni, Suku Yali, Suku Mee, dan Suku Dani.

2.3 Arsitektur Tradisional Suku Moni

Adat atau nduni atau mina I (dalam suku Moni, Duni =sebutan untuk

rumah laki-laki, sedangkan Mina I = untuk rumah perempuan ), merupakan

rumah adat yang biasa digunakan oleh penduduk Paniai sebagai tempat untuk

melakukan acara atau kegiatan adat. Suku yang berdomisili di distrik Bibidah,

pada umumnya adalah suku moni dan suku migani.

Kehidupan suku Moni rata-rata bermata pencaharian atau bekerja

dengan bercocock tanam, dan kegiatan ini masih dilakukan sampai sekarang.

Proses atau cara pembuatan rumah adat atau nduni atau mina I, yaitu awalnya

mengumpulkan bahan, seperti kayu, papan, rotan, kulit kayu (yang nantinya

kan berguna untuk membuat atap). Setelah itu mulai disusun dan dibuatlah

rumah adat atau nduni atau mina I, dan yang terakhir buat tugu api (seperti

9
tempat untuk perapian) atau yang biasa penduduk menyebutnya dengan hurai

waiya, lalu pasang api ( usa daiya). Setelah rumah adat atau nduni atau mina I

jadi, penduduk lalu memasang apinya dan dimembuat syukuran adat atas

jadinya rumah adat atau nduni atau mina I tersebut.

Biasanya upacara adat (syukuran) yang dilakukan, dengan membunuh

babi atau kuskus. Kegiatan membunuh babi atau kuskus biasanya dilakukan

oleh kaum laki-laki, sedangkan untuk mengolahnya adalah urusan

perempuan. Untuk kegunaan dari rumah adat atau nduni atau mina I, adalah

sebagai tempat tidur, tempat keluarga berkumpul, tempat kumpul penduduk

untuk membicarakan adat, agama, pemerintahan, kesehatan, dan lain-lain.

Dan Rumah adat atau nduni atau mina I, masih ada hingga sekarang, dan

masih berfungsi.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a) Sejarah Suku Moni Menurut ceritera nenek moyang dari suku Moni,

bahwa semua suku yang berada di Papua berasal dari satu tempat yang

disebut Mbugumbamba. Orang banyak sering bertanya-tanya dimana

itu Mbugumbamba. Mbugumbamba terletak di Pegunungan Tengah, di

lembah Baliem Wamena.

b) Suku Moni juga merupakan salah satu suku di Papua yang masih

mengenakan koteka yang terbuat dari kunden kuning. Para wanitanya

pun masih menggunakan pakaian berjuluk wah yang berasal dari

rumput atau serat dan tinggal di Honai (sebuah gubuk yang beratapkan

jerami atau ilalang). Sebagian masyarakat Suku Moni sudah memeluk

agama Kristen, akibat pengaruh misionaris Eropa yang pernah datang

ke lokasi tersebut masuk di Wandae Kemandoga sekitar tahun 1935.

Demikian Suku Moni masih memiliki kepercayaan adat yang lebih

dikenal dengan konsep yang dinamakan atau yang di percaya bahwa

segala kesaktian yang dimiliki oleh para leluhur Suku Moni diberikan

secara turun temurun kepada kaum lelaki.

c) Adat atau nduni atau mina I (dalam suku Moni, Duni =sebutan untuk

rumah laki-laki, sedangkan Mina I = untuk rumah perempuan ),

merupakan rumah adat yang biasa digunakan oleh penduduk Paniai

11
sebagai tempat untuk melakukan acara atau kegiatan adat. Suku yang

berdomisili di distrik Bibidah, pada umumnya adalah suku moni dan

suku migani.

3.2 Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali

kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus

memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang

pembahasan makalah diatas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Website

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=3159
https://herstory.co.id/read17163/gak-banyak-orang-tahu-3-tradisi-unik-di-papua-
ini-bikin-kamu-tercengang?page=1
http://akuberitaiya.blogspot.com/2017/02/perlunya-mengenal-budaya-suku-
moni.html
http://somagelauu.blogspot.com/2012/08/sejarah-suku-moni_2.html

13

Anda mungkin juga menyukai