Disusun Oleh :
Jurusan : Tarbiyah ( I )
NABIRE – PAPUA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah materi mata kuliah Ahlak Tasawuf yang berjudul “Konsep
Zuhud dan Mahabbah dalam Tasawuf”.
Makalah ini berisi uraian mengenai konsep zuhud dan mahabbah dalam
tasawuf, sumber ajaran tasawuf (Al-Qur’an dan Al-Hadist), dan tokoh-tokoh tasawuf.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen selaku
pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah Ahlak Tasawuf, juga kepada
semua teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Harapan terdalam kami, semoga penyusunan makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan ilmu dan wawasan bagi para
pembaca. Kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang
konstruktif guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga bermanfaat. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…iii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
A. Latar Belakang………………………………………………………..……..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….….….2
C. Tujuan………………………………………………………………….........2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………….……..3
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………….17
A. Kesimpulan……………………………………………………….………17
B. Saran………………………………………………………………...…….18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…..19
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu pilar Islam. Ia adalah ajaran dan amalan
Rasulullah saw, beserta para sahabatnya. Sesungguhnya tanpa tasawuf agama ini
akan kehilangan ruhnya dan tidak ada bedanya dengan ideologi buatan manusia.
1
dan para sahabatnya telah mempraktekkan zuhud sama seperti konsep yang telah
diajarkan kaum sufi? Atau, apakah konsep dan praktek zuhud yang diajarkan
tokoh sufi merupakan warisan suri tauladan dari Rasulullah SAW dan
sahabatnya? lainnya harus dilalui seseorang dalam menempuh perjalanan menuju
ma'rifat.
B. Rumusan Masalah
4. Apa saja factor dan alat untuk mencapai maqam zuhud dan mahabbah ?
C. Tujuan
4. Untuk mengetahui factor dan alat mencapai maqam zuhud dan mahabbah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi, arti zuhud bila ditinjau dari pengertian bahasa adalah berpaling atau
tidak ingin kepada sesuatu bisa karena meremehkan atau menganggap sedikit
sesuatu sehingga ia meninggalkannya.
Kedua pengertian ini pada hakekatnya adalah sama, bahwa zuhud adalah
merupakan syarat yang harus dimiliki seorang muslim untuk meraih ridho Allah.
Karena pentingnya praktek zuhud.
3
Imam al-Qusyairi mengartikan; “zuhud dengan meninggalkan
kenikmatan dunia dan tidak mempedulikan orang yang dapat menikmatinya.
Tidak merasa bangga dengan kenikmatan dunia dan tidak akan mengeluh karena
kehilangan dunia.
Zuhud haqiqi (mengeluarkan dunia dari hatinya), Namun hal ini tidak
berarti bahwa seorang zahid hakiki menolak rejeki yang diberikan Allah SWT
kepadanya. Seorang zahid hakiki ketika mendapatkan rejeki, justru
menjadikannya sebagai sarana dalam membantu mendekatkan dirinya dan
beribadah kepada Allah SWT, dengan mendistrbusikan kekayaannya bagi
kemanfaatan manusia. Seorang zahid hakiki adalah orang yang selalu melatih
dirinya dengan berbagai mujahadah, baik dengan jiwa, tenaga, maupun apa yang
dimilikinya menuju taqarrub ilallah. Untuk menjadi zahid hakiki tidak bisa
diperoleh dari bacaan saja, namun harus diperoleh melalui latihan, ritual, riyadhah
dengan ikhlas karena Allah SWT. Dengan demikian, zuhud di dunia merupakan
jalan untuk menempuh kehidupan abadi di akhirat kelak.
4
dunia ini. Ia seperti ular yang lembut sentuhannya dan mematikan bisanya.
Berpalinglah dari pesonanya. Sedikit pesonanya, maka engkau akan terjerat
olehnya. Waspadalah terhadapnya, pesonanya mematikan”.
Hadits dari Jabir r.a yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: "Rasulullah
SAW masuk ke pasar yang ada di daerah dataran tinggi, sementara orang-orang
5
berada di sekeliling beliau. Beliau (Nabi) melintasi bangkai kambing yang kedua
telinganya kecil, beliau mengangkat telinganya lalu bersabda : “Siapa di antara
kalian yang mau membeli ini seharga satu dirham?” mereka menjawab : “Kami
tidak mau memilikinya, untuk apa?” Beliau (Nabi) bersabda : “Apa kalian mau
(bangkai) ini milik kalian?” mereka menjawab: “Demi Allah andai masih hidup
pun kami tidak sudi menerimanya karena kambing tersebut kedua telinganya
kecil, apalagi kalau sudah mati?” Beliau bersabda: “Demi Allah, dunia lebih hina
bagi Allah melebihi (bangkai) ini bagi kalian”.
Dalam Hadits Rasulullah SAW, antara lain Kemudian Hadits yang senada
dengan itu juga diriwayatkan oleh Imam Tirmizi: “Seandainya dunia itu di sisi
Allah sebanding dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Allah tidak mau memberi
orang-orang kafir walaupun hanya seteguk air saja”. Dalam versi yang lain
Rasulullah SAW juga pernah mengatakan: "“Zuhudlah engkau pada dunia, pasti
Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada pada manusia, pasti
manusia akan mencintaimu”.
Bahkan, menurut para tokoh sufi, bahwa mencintai urusan dunia bukan
untuk kepentingan akhirat akan menjadi penyebab sumber dari segala kesalahan
baik secara dzohir maupun batin. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist Nabi
Muhammad SAW, yang berbunyi;
ّ ُ س ال ُد ّن ْيَا وَح
ُب ُ ْل ر َأ
ِ ّ ُ خط ِيئَة ٍ ك
َ
6
Kemudian ayat ini ditegaskan lagi oleh Allah dalam surat al-Ankabut ayat
64: " Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui”.
Selanjutnya dalam surat al-A'la ayat 16 dan 17: “Tetapi kamu (orang-
orang kafir) memilih kehidupan duniawi, Sedang kehidupan akhirat adalah lebih
baik dan lebih kekal.”
Allah juga telah menjelaskan dalam firman Nya yang lain (surat al-Syura
ayat 20) : “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami
tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan
di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagian pun di akhirat”.
Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab Mahabbah berasal dari kata
ahabbah-yuhibbu-mahabbatan, yang secara bahasa berarti mencintai secara
mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam. Selain itu, al-mahabbah dapat
pula berarti kecenderungan kepada sesuatu yang sedang berjalan dengan tujuan
untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual, seperti
cintanya seseorang yang kasmaran pada sesuatu yang dicintainya, orang tua pada
anaknya, seseorang pada sahabatnya, suatu bangsa terhadap tanah airnya, atau
seorang pekerja pada pekerjaannya. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat
pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat
ruhaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang mutlak,yaitu cinta kepada
Tuhan.
7
dalam tasawuf, yaitu mahabbah yang artinya kecintaan yang mendalam secara
ruhani kepada Tuhan.
Mengenai Mahabbah sesuai dengan firman Allah Swt. Surat Ali imran: 31
yang artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
8
Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW,
sebagai berikut:
ِ لَا ّ ِلله
َّ يح ِ ُُّب ّه ُ ِإ ّ َّ يح
ُ َ َِب ال ْمَر ْء َ لا ُ ََب ِإلَيْه ِ م ََِّم ّا سِوَاهُمَا و َأَ ْن
ّ َّ ن أَ ْن يَكُونَ الله ُ وَرَسُولُه ُأَ ح
ِ اث م َنْ ك ََُّنّ ف ِيه ِ وَجَد َ ح َلَاوَة َ ا ِْلإيمَا
ٌ َ ثَل
َّ َف فِي
ِالَن ّار َ و َأَ ن ْيَك ْرَه َ أَ ْن يَع ُود َ فِي ا ْلكُ ْفرِ كَمَا يَك ْرَه ُ أَ ْن ي ُ ْقذ
Artinya: “Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan
merasakan manisnya iman, yaitu: pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
daripada selain keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena
Allah; ketiga benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan
ke neraka.
1. Macam-macam zuhud
Di dalam kitab Tazkiyatun Nafs karya Ibnu Qayyim, Ibnu Rajab dan Imam
Ghazali zuhud dibagi ke dalam beberapa tingkatan, yaitu:
9
seekor anjing di depan pintu gerbang. Lalu ia melemparkan sepotong roti
untuk menyibukkannya. Dan dia pun masuk menemui sang raja. Maka,
setan adalah anjing yang menggongong di depan pintu gerbang menuju
Allah, menghalangi manusia untuk memasukinya. Padahal pintu itu
terbuka, penghalang (hijab)-nya pun tersingkap. Dunia ini ibarat sepotong
roti. Siapa yang melemparkannya agar berhasil menggapai kemuliaan sang
raja, bagaimana mungkin masih memperhitungkannya?
2. Macam-macam mahabbah
10
disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta
kepada yang muda, cenderung mengabaikan kepada yang lama.
c. Mahabbah syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak
menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.
d. Mahabbah ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk shalat, membelanya meskipun salah. Al
Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta
ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini
kasus hukuman bagi pezina.
e. Mahabbah shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ini
ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan
dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan
penjara saja),sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam
perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun
minaljahilin.
f. Mahabbah syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis
yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan
bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba.
Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari
hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhikawa as
syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnyamemandang
wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.Menurut
Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin waNuzhat al
Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepadasang kekasih
(safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yangapinya berada di
11
dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al
muhibbi.
g. Mahabbah kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik
kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh
anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu.
Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak
membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,
layukallifullah nafsan illa wus`aha.
1. Tingkatan zuhud
a. Zuhud tingkat mubtadi’. Sikap zuhud ini terjadi pada orang yang
memiliki sesuatu dari dunia baik harta, pangkat, maupun keindahan dunia
lainnya. Ia berada di pertengahan antara menggunakannya di jalan Allah
Swt. dan menikmati dunianya.
b. Zuhud tingkat mutawasit. Sikap zuhud ini merupakan kelanjutan sikap
yang pertama. Zuhud pada tingkatan ini menjadikan seseorang tidak lagi
enggan menggunakan dunianya untuk kepentingan akhiratnya tanpa
merisaukan masa depannya. Ia yakin akan jaminan Allah Swt. bagi dirinya.
Sikap zuhud seperti ini telah dicontohkan oleh sahabat Abu Bakar dan
Umar bin Khattab. Mereka menginfakkan sebagaian besar hartanya di jalan
Allah Swt. tanpa risau dengan masa depan mereka.
c. Zuhud tingkat muntahi. Sikap zuhud ini adalah tingkat tertinggi. Orang
yang memiliki sikap zuhud ini memandang dunia tidak lebih dari sarana
beribadah kepada Allah Swt. Ia memiliki dunia dan mengusahakannya
sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Swt. Akan tetapi, harta yang
dimilikinya tidak memiliki tempat sedikitpun dalam hatinya, bahkan
12
menjadi beban bagi hatinya. Zuhud tingkat ini dicontohkan oleh Rasulullah
saw. dan keluarganya.
2. Tingkatan mahabbah
Mahabbah orang shidiq adalah cinta dari seseorang yang kenal kepada Allah,
kepada kebesaran-Nya, kepada kekuasaan-Nya, kepada ilmu-Nya, dan lain-lain.
Juga cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang dari
Tuhan dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada
Tuhan..Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari
dialog itu. Cinta tingkat kedua ini membuat seseorang sanggup menghilangkan
kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedang hatinya penuh dengan perasaan cinta
kepada Tuhan dan selalu rindu pada-Nya.
Mahabbah orang yang arif adalah cinta dari seseorang yang tahu betul kepada
Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai.
Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri yang mencintai.
13
Dari ketiga tingkatan mahabbah yang dikemukakan oleh Harun Nasution
tersebut tampak menunjukkan suatu proses mencintai, yaitu mulai dari mengenal
sifat-sifat Tuhan dengan menyebut-Nya melalui dzikir, dilanjutkan dengan
leburnya diri (fana) pada sifat-sifat Tuhan itu, dan akhirnya menyatu kekal (baqa)
dalam sifat Tuhan. Dari ketiga tingkatan ini tampaknya cinta yang terakhirlah
yang ingin dituju oleh mahabbah.
14
D. Faktor dan alat untuk mencapai zuhud dan mahabbah.
15
dengan firman Allah dalam QS. Al-A’laa ayat 16-17; "Sedangkan kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat
itu lebih baik dan lebih kekal."
Sir lebih halus dari pada ruh, dan ruh lebih halus dari pada qalb.
Kelihatanya sir bertempat di ruh, dan ruh bertempat di qalb, dan sir timbul dan
dapat menerima iluminasi dari Allah kalau qalb dan ruh telah suci sesuci-sucinya
dan kosong-sekosongnya, tidak berisi apapun.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpilkan bahwa zuhud dalam ajaran tasawuf
sebagaimana diajarkan dan dipraktekkan oleh para tokoh sufi adalah bersumber
dari ajaran Islam. Praktek kehidupan zuhud sebagai maqomat dalam sistem ajaran
tasawuf merupakan warisan dari potret kehidupan Rasulullah dan para
sahabatnya. Seseorang yang ingin mencapai derajat dan ma'rifat pada Allah harus
lebih mencintai akhirat dari pada kenikmatan dunia. Tanda seseorang yang
memiliki sikap zuhud adalah menjadikan dunia sebagai sarana untuk meraih
akhirat, bukan untuk dinimakti dan dicintai. Semakin tinggi tingkat kelapangan
jiwa untuk melepaskan rasa kepemilikan dunia, maka semakin tinggi pula
derajatnya di sisi Allah.
Kedua bagi kuatnya rasa cinta adalah kuatnya pengenalan Allah SWT.
Keluasanya dan mendominasi terhadap hati hal itu dapat terjadi setelah setelah
mensucikan hati dari segala kesibukan duniawi dan berbagai interaksinya.
Berjalan seperti peristiwa peletakan sebuah benih di bumi setelah
membersihkannya dari rerumputan, dimana dia merupakan bagian ke dua.
17
Kemudian dari benih itu tumbuhlah sebuah pohon cinta dan ma’rifat yaitu
kalimah yang baik yang dicontohkan oleh allah swt dalam sebuah surat yaitu surat
ibrahim ayat 24: “Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik akarnya kokoh dan cabangnya (menjulang) kelangit”.
B. Saran
Kita sebagai orang islam yang harus selalu menjalankan syariat islam
secara serentak bersamaan dengan iman dan ihsan, harus benar-benar
mengabdikan diri kepada Allah karena kita diciptakan oleh Allah dan kepada-Nya
pula kita akan kembali. Jadi janganlah sekali-kali kita tidak mengerjakan
perintahnya atau malah melupakannya. Mungkin dengan kita mengetahui uraian
tentang zuhud dan mahabbah diatas kita dapat mengukur diri kita seberapa besar
kedekatan kita kepada Sang Pencipta.
18
DAFTAR PUSTAKA
ulfatunnazilah94.blogspot.com/2015/04/mahabbah.html?m=1
https://islam.nu.or.id/post/read/105132/lima-faktor-yang-bisa-menumbuhkan-
sifat- zuhud
IsaAbdulQadir,HarahapKhairulAmru,LubisAfrizal,HakekatTasawuf,Jakarta:Qisth
iPress,2005
https://www.google.com/amp/s/janganmales.wordpress.com/2015/09/13/zuhud-
macam-macamnya-dan-tingkatannya/amp/
19