Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FALSAFAH HIDUP SUKU TENGGER

DISUSUN OLEH :

NURUL AZMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
SASTRA PRANCIS
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah tentang ‘Suku Tengger ’ .Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi referensi untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing, saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah ini, dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Makassar, 21 November 2018

Nurul azmi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................. 1

C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN
A. SUKU TENGGER ................................................................................ 2

B. LOKASI SUKU TENGGER ................................................................ 2

C. SEJARAH SUKU TENGGER ............................................................. 2

D. UNSUR KEBUDAYAAN SUKU TENGGER .................................... 3

E. ORGANISASI SOSIAL ....................................................................... 3

F. MATA PENCAHARIAN .................................................................... 4

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................... 6

B. Saran ..................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat suku tengger merupakan salah satu suku yang mendiami lereng gunung
Bromo-Semeru. Gunung bromo (2.392m) adalah gunung yang dianggap suci bagi
masyarakat tengger karena merupakan lambang tempat dewa Brahma, tempat wisata
terkenal di jawa timur yang dapat ditempuh lewat empat kabupaten, yaitu: Probolinggo,
Pasuruan, Lumajang, dan Malang.
Puncak gunung Bromo luasnya 10 km yang merupakan perpaduan antara lembah dan
ngarai dengan panorama yang menakjubkan bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas
50 km. Kawah gunung Bromo berada dibagian utara berketinggian 2.392 m diatas
permukaan laut yang masih aktif dan setiap saat mengeluarkan kepulan asap ke udara.
Suhu rata-rata digunung Bromo antara 3-170C. Bagian selatan merupakan dataran tinggi
yang dipisahkan oleh lembah dan ngarai, danau-danau kecil yang membentang di kaki
gunung semeru yang dirimbuni hutan dan pepohonan sungguh merupakan pesona alam
yang mengagumkan. Disamping pemandangan alam yang indah gunung bromo juga
memiliki daya tarik yang luar biasa karena tradisi masyarakat tengger yang tetap berpegang
teguh pada adat-istiadat dan budaya yang menjadi pedomannya. Masyarakat tengger
memiliki rasa persaudaraan serta solidaritas yang sangat tinggi. Menurur nara sumber di
masyarakat tengger kriminalitas sangatlah kecil semua itu disebabkan oleh rasa percaya
pada adanya tradisi, kualat, serta akibat yang akan didapat dari Sang Hyang Widhi jika
mereka melakukan suatu kesalahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah Suku Tengger?
2. Dimanakah lokasi Suku Tengger itu?
3. Bagaimana sejarah Suku Tengger itu?
4. Bagaimana kebudayaan Suku Tengger itu?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kebudayaan masyarakat suku tengger.
2. Untuk mengetahui adat- istiadat masyarakat suku tengger

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Suku Tengger

Identitas orang Tengger terkesan problematic dan membuat banyak orang kecele. Mereka
bukan suku primitif, suku terasing, atau suku lain yang berbeda dari suku Jawa. Jumlah mereka
tidak banyak, yakni sekitar 100.000 dari jumlah penduduk Jawa yang lebih kurang
100.000.000orang. Seperti halnya populasi-populasi kecil yang berada di tengah-
tengah masyarakat yang sedang berkembang,
Tengger kekurangan referensi untuk menemukan kembali jati diri dansejarah mereka.
Sebelum munculnya gerakan reformasi Hindu pada tahun 1980-an, upaya orang
Tengger untuk mendefinisikan kembali warisan leluhurnya dalam kaitannya dengan masyarakatJ
awa hanya besan daripada sumber-sumber budaya setempatnya.4

B. Lokasi Suku Tengger


Suku Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman GunungBromo yang terletak di
Kabupaten Probolinggo, JawaTimur.
Berdasarkan persebaran bahasa dan pola kehidupan socialmasyarakat,
daerah persebaran Suku Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang,
(Ranupane kecamatan Senduro), Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan.
Sementara pusat kebudayaan aslinya adalah di sekitar pedalaman kaki gunung Bromo.

C. Sejarah Suku Tengger


I. Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat suku Tengger,
merekaberasal dari keturunan Roro Anteng yang merupakan putrid dari Raja Brawijaya dengan
Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama
suku Tengger diambil dari akhiran nama keduapasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro
Anteng dan “Ger” dari Joko Seger. Legendatentang Roro Anteng dan Joko Seger yang
berjanji pada Dewa untuk menyerahkan putrabungsu mereka,
Raden Kusuma merupakan awal mula terjadinya upacara Kasodo di Tengger.
II. Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan penduduk asli orang Jawa yang
pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit. Saat masuknya Islam di Indonesia
(pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan yang ada di
Jawa, salah satunya adalah Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam,
kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman di sekitar Gunung Bromodan Semeru.
Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman Gunung Bromo ini kemudianmendirikan kampung
yang namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger.

2
D. unsur kebudayaan suku tengger

1. Bahasa
Bahasa yang berkembang di masyarakat suku Tengger adalah bahasa Jawa Tengger yaitu
bahasa Jawa kuno yang diyakini sebagai dialek asli orang-orang Majapahit. Bahasa yang
digunakan dalam kitab-kitab mantra pun menggunakan tulisan Jawa Kawi. Suku Tengger
merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mengembangkan variasi budaya yang
khas. Kekhasan ini bias dilihat dari bahasanya,
dimana mereka menggunakan bahasa Jawa dialektengger, tanpa tingkatan bahasa sebagaimana
yang ada pada tingkatan bahasa dalam bahasa Jawapada umumnya.

2. Pengetahuan
Pendidikan pada masyarakat Tengger sudah mulai terlihat dan maju dengan dibangun
nyasekolah-sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah disekitar kawasan Tengger.
Sumberpengetahuan lain adalah mengenai penggunaan mantra-mantra
tertentu oleh masyarakat Tengger.

3. Teknologi
Dalam kehidupan suku Tengger, sudah mengalami teknologi komunikasi yang
dibawa olehwisatawan-
wisatawan domestic maupun mancanegara sehingga cenderung menimbulkanperubahan kebuday
aan. Suku Tengger tidak seperti suku-suku lain karena masyarakat Tenggertidak memiliki istana,
pustaka, maupun kekayaan seni budaya tradisional. Tetapi suku Tenggersendiri juga
memiliki beberapa obyek penting yaitu lonceng perungggu dan sebuah padasan di
lereng bagian utara Tengger yang telah menjadi puing.

4. Religi
Mayoritas masyarakat Tengger memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang
dianutberbeda dengan agama Hindu di Bali, yaitu Hindu Dharma. Hindu yang berkembang di
masyarakat Tengger adalah Hindu Mahayana. Selain agama Hindu, agama lain yang
dipelukadalah agama Islam, Protestan, Kristen, dll. Berdasarkan ajaran agama Hindu yang
dianut, setiaptahun mereka melakukan upacara Kasodo. Selain Kasodo, upacara lain
yaitu upacara Karo, Kapat, Kapitu, Kawulo, Kasanga. Sesaji dan mantra
amat kental pengaruhnya dalam masyarakatsuku Tengger. Masyarakat Tengger percaya bahwa
mantra-mantra yang mereka pergunakanadalah mantra-mantra putih bukan mantra hitam yang
sifatnya merugikan.

E. Organisasi Sosial

a. Perkawinan.
Sebelum ada Undang-Undang perkawinan banyak anak-anak suku Tengger yang
kawindalam usia belia, misalnya pada usia 10-14 tahun. Namun, pada masa
sekarang hal tersebutsudah banyak berkurang dan pola perkawinannya endogami.
Adat perkawinan yang diterapkan oleh suku Tengger tidak berbeda jauh dengan adat perkawinan
orang Jawa hanyasaja yang bertindak sebagai penghulu dan wali keluarga adalah dukun Pandita.

3
Adat menetapsetelah menikah adalah neolokal, yaitu pasangan suami-istri bertempat tinggal di
lingkungan yang baru.
Untuk sementara pasangan pengantin berdiam terlebih dahulu di lingkungankerabat istri.
b. Sistem Kekerabatan
Seperti orang Jawa lainnya, orang Tengger menarik garis keturunan berdasarkan prinsip bilateral
yaitu garis keturunan pihak ayah dan ibu. Kelompok kekerabatan yang terkeciladalah keluarga
inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak.
c. Sistem Kemasyarakatan
Masyarakat suku Tengger terdiri atas kelompok-kelompok desa yang masing-
masingkelompok tersebut dipimpin oleh tetua. Dan
seluruh perkampungan ini dipimpin oleh seorangkepala adat.
Masyarakat suku Tengger amat percaya dan menghormati dukun di
wilayahmereka dibandingkan pejabat administrative karena dukun sangat berpengaruh dalamkeh
idupan masyarakat Tengger. Masyarakat Tengger mengangkat masyarakat lain
dari luarmasyarakat Tengger sebagai warga kehormatan dan tidak semuanya bias menjadi warga
kehormatan di masyarakat Tengger. Masyarakat muslim Tengger biasanya tinggal di desa-desa
yang agak bawah sedangkan Hindu Tengger tinggal didesa-desa yang ada di atasnya.

F. Mata Pencaharian
Petani Tengger

Sumber : https://archopodho.files.wordpress.com/2011/05/petani-tosari.jpg
Pada masa kini masyarakat Tengger umumnya hidup sebagai petani di ladang.
Prinsipmereka adalah tidak mau menjual tanah (ladang) mereka pada orang lain.
Macam hasilpertaniannya adalah kentang, kubis, wortel, tembakau, dan jagung.
Jagung adalah makananpokok suku Tengger. Selain bertani, ada sebagian masyarakat Tengger
yang berprofesimenjadi pemandu wisatawan di Bromo. Salah satu cara yang
digunakan adalah denganmenawarkan kuda yang
mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan.

4
7. Kesenian

Tari Sodoran

Sumber : https://pasuruankabmuseumjatim.wordpress.com/2014/08/30/tari-sodoran/
Tarian khas suku Tengger adalah tari sodoran yang
ditampilkan pada perayaan Karo danKasodo. Dari segi kebudayaan,
masyarakat Tengger banyak terpengaruh dengan budayapertanian dan pegunungan yang
kental meskipun sebagian besar budaya mereka serupadengan masyarakat Jawa umumnya,
namun ada pantangan untuk memainkan wayang kulit.

5
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi dari paparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pewaris budaya Etnografi
masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo adalah proses pewarisan watak khas atau etos,
akal serta pikiran masyarakat suku Tengger yang mendiami suatu daerah terhadap generasi
penerusnya yang sudah terkait dengan hal yang sering kali dilakukan sehingga menjadi
suatu kebiasaan atau tradisi yang tidak terpisahkan masyarakat suku tengger yang
mendiami daerah di Gunung Bromo disekitar empat kabupaten di Jawa Timur, yaitu:
Probolinggo, Malang, Lumajang, dan Pasuruan.

B. SARAN
Berdasarkan uraian yang telah saya sampaikan saya berharap agar pembaca lebih banyak
memahami Pewarisan Budaya Etnografi Masyarakat Tengger di Gunung Bromo. Saya
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu, saya mengharapkan
kritik maupun saran dari pembaca. Dan saya meminta maaf apabila dari uraian ini banyak
kekeliruan baik dari segi tulisan maupun ceritanya.

6
Daftar Pustaka
https://mangkutak.wordpress.com/2009/01/05/makalah-suku-tengger/
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tengger
https://way4x.wordpress.com/cerita-tanah-leluhur/sejarah-suku-tengger/
https://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1106/1/Masyarakat_Tengger.pdf

Anda mungkin juga menyukai