Anda di halaman 1dari 5

Makalah

Islam Minoritas di Yunani


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Umat Islam Minoritas

Dosen Pengampu:
Dr. Sujadi

Penyusun:
Shidiq Gumelar

Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam


Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
2021
A. Sejarah dan Perkembangan Islam di Yunani
Secara keseluruhan penduduk Muslim di Yunani berasal dari latar belakang etnis, bahasa,
dan sosial yang berbeda. Mereka berasal dari etnis Turki, Pomaks, Roma, dan Muslim
Yunani yang memeluk Islam. Islam masuk ke Yunani pada 1468 1 melalui penaklukan yang
dilakukan oleh tentara kesultanan Utsmaniyah, tidak jauh selang waktunya setelah
penaklukan Konstantinopel.

Kemudian pada 1923 usai perang Balkan, disepakati perjanjian pertukaran penduduk
antara Yunani dan Turki yang tertuang dalam perjanjian Lausanne. Perjanjian ini berimbas
pada penduduk muslim di Yunani yang mengalami penurunan dalam jumlah besar. Perjanjian
ini mengharuskan Muslim yang tinggal di Yunani harus pindah ke Turki. Demikian pula
sebaliknya, orang Kristen yang ada di Turki harus pindah ke Yunani. Namun, Muslim yang
ada di wilayah Trakia dan Kristen Istanbul yang ada di Kepulauan Imvros dan Tenedos tak
masuk dalam pertukaran yang disebutkan dalam perjanjian itu.

Disisi lain, disepakatinya perjanjian Lausanne menjadi dasar hukum bagi keberadaan
muslim di Trakia Barat sebagai warga minoritas yang sah. Populasi warga muslim di Tarkia
Barat diperkirakan ada sekitar 120.000 orang atau sepertiga dari jumlah populasi warga
Tarkia Barat, menariknya mereka adalah penduduk lokal. Keberadaan masjid di kota ini
bukan suatu hal yang langka, ada sekitar 161 masjid dan azan mendapatkan izin untuk
dikumandangkan di masjid-masjid2. Keadaan ini berbanding terbalik dengan keadaan-
keadaan muslim di kota-kota lain di Yunani.

Meskipun terjadi penurunan penduduk Muslim Yunani akibat dari perjanjian Lausanne,
dalam beberapa tahun terakhir, antusiasme masyarakat Yunani terhadap Islam terbilang
meningkat. Sensus 2006 menyebutkan bahwa dari total 10 juta jiwa penduduk Yunani, sekitar
dua juta jiwa merupakan imigran. Sebagian besar imigran tersebut adalah muslim. Ada pula
pendatang Muslim yang masuk dan kemudian tinggal di Yunani.

Pendatang atau imigran Muslim pertama yang beragama Islam kebanyakan dari Palestina.
Mereka tiba pada 1970-an di wilayah utama Yunani, yaitu Athena dan Thessaloniki. Sejak
1990, jumlah imigran Muslim yang datang ke Yunani meningkat. Sebanyak 50 persen berasal

1
George Lenczowski, Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia, terj. Asgar Bixby, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1993), h. 1

2
Netmediatama, Jejak Islam di Tarkia Barat Xanthi, Yunani, Muslim Travelers-Gita Savitri (Video), Youtube.
dari Albania, sedangkan sisanya imigran yang datang dari negara-negara Timur Tengah,
Pakistan, India, dan Bangladesh3

B. Masalah-Masalah Minoritas Muslim di Yunani

Sejak berakhirnya kekuasaan Turki Utsmani di Yunani sekitar tahun 1800an, bangunan-
bangunan yang berfungsi sebagai masjid dialih fungsikan dengan fungsi-fungsi lain. Sejak
saat itu, Athena sebagai ibu kota negara Yunani menjadi satu-satunya ibu kota negara di
Eropa yang belum memiliki masjid raya hampir selama dua abad. Kondisi tersebut memaksa
sekitar sepuluh ribu muslim yang bermukim di Athena beribadah di 130 ruang-ruang bawah
tanah atau gudang-gudang yang telah disulap menjadi masjid-masjid darurat atau masjid
informal. Tidak hanya itu, muslim di Athena juga harus menempuh perjalanan ke Trakia
yang berjarak 700 kilometer dari Athena untuk menggelar acara pernikahan, pemakaman,
atau upacara keagamaan lainnya. Ide mendirikan masjid di Athena telah ada sejak tahun 1979
silam, namun ide pembangunan masjid yang diberi nama Votanikos atau Athens New
Mosque ini mendapat pertentangan dari Gereja Ortodoks yang berpengaruh di Yunani, izin
pembangunan masjid baru turun pada tahun 2007 silam. Dalam prosesnya, pembangunan
masjid sempat tertunda selama lebih dari satu dekade hingga akhirnya diresmikan pada awal
November 2020.4

Kondisi serupa juga dialami oleh komunitas muslim di wilayah pelabuhan utara kota
Thessaloniki. Komunitas muslim di kota ini telah mengajukan izin pembangunan masjid
melalui yayasan Macedonia-Tharce Muslims Education Culture Foundation sejak dua tahun
lalu. Namun pengajuan tersebut mendapatkan respons penolakan dari kementerian
pendidikan dan agama Yunani dengan alasan kurangnya dokumen dan detail teknis
pembangunan.

Pemakaman. Selain pembangunan masjid, komunitas muslim di Yunani belakangan


menuntut kepada pemerintah mereka untuk diberikan hak mendapatkan tanah untuk proses
pemakaman khusus untuk komunitas muslim. Pasalnya pemakaman menjadi hal sulit dan
mahal bagi muslim Yunani. Untuk mengirimkan jenazah ke pemakaman di Gumulcine,
Trakia Barat, dibutuhkan biaya sekitar 1.400 euro atau sekitar Rp 20,7 Juta. Tingginya biaya

3
Nashin Nasrullah (Agustus 2020), Umat Islam di Yunani, Sulitnya Mendirikan Masjid dan Makam,
Republika.co.id., https://www.republika.co.id/berita/qez027320/umat-islam-di-yunani-sulitnya-mendirikan-
masjid-dan-makam, Diakses pada 24 Agustus 2021
4
ap/vlz. (2020), Umat Muslim di Athena Kini Punya Masjid Resmi, Diakses dari dw.com pada tanggal 24
Agustus 2021, https://p.dw.com/p/3ku3W
itu menjadi masalah, selama ini, kebanyakan mereka bahu membahu mengumpulkan uang
untuk biaya penguburan seorang muslim,

Pendidikan juga menjadi masalah serius bagi muslim di Yunani dan masyarakat muslim
minoritas lainnya di Uni Eropa. Tidak adanya lembaga pendidikan formal yang khusus
memasukkan pendidikan Islam dalam kurikulumnya. Pendidikan Islam bagi anak-anak
Muslim terselenggara melalui pendidikan sekolah non formal, yang biasanya terlaksana
setiap akhir pekan. Mengingat keberadaan muslim adalah minoritas di Yunani, maka lembaga
pendidikan non formal ini harus diurus perizinannya ke pemerintah setempat, agar setiap
kegiatan-kegiatannya tidak dicurigai.

C. Contoh Kasus Diskriminasi terhadap Muslim Yunani

Riset yang dilakukan oleh Pew Research bersama Templeton Global Religious Futures
Project pada 2010 menyebutkan beberapa negara yang punya pandangan negatif terhadap
umat muslim di Eropa. Antara lain Hungaria, Italia, Polandia, dan Yunani.5

Aksi bernuansa Islamofobia terjadi di kota Alexandroupoli, Yunani, pada pertengahan


April 2014. Kala itu, orang-orang tak dikenal menaruh kepala babi di pintu masuk sebuah
masjid yang sering dikunjungi oleh etnis Turki di kota tersebut.6

Pada tahun 2018, Asosiasi Muslim Yunani dan kelompok pro imigran mendapatkan
intimidasi dari kelompok neo-Nazi Yunani. Asosiasi Muslim Yunani mendapatkan intimidasi
berupa telepon yang berisi ancaman dari kelompok Cypteria, kelompok fasis yang pernah
menyerang rumah anak pengungsi Afghanistan berusia 11 tahun di Yunani tahun
sebelumnya. Peristiwa tersebut terjadi saat pria bertopeng secara tiba-tiba menyerang rumah
anak itu dengan melempar botol bir, batu, menghancurkan jendela dan meninggalkan surat
yang berbunyi "Kembalilah ke desamu".

kelompok Crypteia merupakan bentuk nyata dari kelompok spartan kuno yang terkenal
karena menyerang imigran. Aksi mereka dicurigai mendapatkan sokongan dari partai neo
fasis, Golden Dawn, yang memiliki 16 kursi di parlemen Yunani.7

Kekerasan rasis yang meningkat di Yunani menargetkan para pekerja migran di sekitar di
Piraeus, pelabuhan dekat Athena. Antara 25 Desember 2017 sampai 5 Januari 2018,

5
Arman Dhani (2016), Bagaimana Warga Eropa Memandang Islam, artikel Tirto.id.
6
Ahmad Iskamy Jamil (2014), Masjid di Yunani Jadi Sasaran Islamofobia, dalam artikel Republika.co.id.,
https://republika.co.id/berita/n44hou/masjid-di-yunani-jadi-sasaran-islamofobia
7
Pikiranrakyat.com., Muslim Yunani Mendapat Teror Kelompok Neo Nazi, Diakses pada 24 September 21
kelompok aktivis antirasis, Keerfa, mencatat bahwa terjadi serangan terhadap lebih dari 30
rumah pekerja migran yang kebanyakan orang Pakistan, di Renti, Nikaia, dan sekitar Piraeus.
Sementara itu, 48 kejahatan kebencian lain pun yang dimotivasi oleh ras, warna kulit, dan
asal negara terjadi di Yunani pada 2016. Sebanyak 47 insiden dicatat selama enam bulan
pertama tahun lalu. Hal itu tertuang dalam catatan statistik polisi setempat. Meski Golden
Dawn memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan serangan terhadap imigran dan lawan
politik, tetapi kekerasan yang mereka lakukan dalam beberapa tahun terakhir mengalami
penurunan. Penurunan tersebut bertepatan dengan hukuman terhadap Golden Dawn yang
sedang berlangsung. Sebanyak 69 anggotanya ditangkap dan dituntut melakukan
pembunuhan rapper antifasis Pavlos Fyssas pada September 2013.

Anda mungkin juga menyukai