Negara yang beda nian dengan negaramu Di sini jadi hakim tak perlu gelar Tinggal mencaci dan berlindung di bawah pasal baru Di sini jadi kaya tak perlu kerja Tinggal berdasi dan merampas padi milik rakyat
Selamat datang di tanah airku!
Tanah air yang menjunjung adil dan kesejahteraan Di sini yang benar selalu menang Asal lihai dalam bicara dan melimpah ruah harta orang tuamu Di sini yang salah selalu kalah Asal kau bisa mandikan hakim dengan uang merah
Tapi di sini, di tempat aku berpijak,
Biarkan aku dihina dan sengsara! Biarkan aku diludahi zaman seribu kali! Tidak akan kunodai kesucian tanah airku, Tidak seperti mereka yang mencari makan dari kelaparan Tidak seperti mereka yang mencari nafkah dari kejahatan Makna puisi: - Menggambarkan kondisi sosial-politik di Indonesia yang semakin kritis dan memprihatinkan. Para pemangku jabatan justru menindas rakyat kecil dan bertingkah dengan serakah demi memenuhi kepentingan pribadi dan menimbun kekayaan. Tapi kita sebagai putra-putri bangsa, jangan sampai mengikuti jejak para pejabat-pejabat korup yang hanya menodai kesucian sejarah dan perjuangan Indonesia. Jadi puisi ini ada unsur sarkas dan persuasif (ajakan/peringatan untuk tidak berbuat curang—seperti bait ke-3).