Anda di halaman 1dari 12

Nama : M Afif Sholikhul Huda

Kelas : VIII E

No Absen :9

Biografi Pattimura

Nama lengkap :Thomas Matulessy


Julukan : Pattimura
Lahir : Hualoy, Seram selatan, Maluku 8 Juni 1783
Wafat : Ambon, Maluku 16 Desember 1817
Orang tua : Frans Matulesi (Ayah) Fransina Silahoi (Ibu)
1. Biografi Lengkap Pattimura

Berdasarkan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang


pertama kali terbit, M.Sapija menuliskan Bahwa pahlawan
Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina
(Seram). Ayahnya yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari
Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja
Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak
dalam sebuah teluk di Seram Selatan.

Namun berbeda dengan pendapat dengan sejarawan Mansyur


Suryanegara. Dia mengatakan dalam bukunya yang berjudul Api
Sejarah bahwa Ahmad Lussy (dalam bahasa Maluku Mat Lussy),
lahir di lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang
dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Dia adalah bangsawan dari
kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan
Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan
Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah).

2. Gelar Kapitan

Berdasarkan sejarah yang dituliskan M.Sapija, gelar kapitan yang dimiliki


oleh Pattimura berasal dari pemberian Belanda. Padahal tidak. Menurut
sejarawan Mansyur Suryanegara atas saran dari Abdul Gafur (leluhur bangsa
Indonesia). Dilihat dari sudut sejarah dan antropologi adalah homo religosa
(makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap suatu kekuatan di luar
jangkauan akal pikiran mereka yang akhirnya menimbulkan tafsiran yang
sulit dicerna rasio modern. Karena itulah tingkah laku sosialnya dikendalikan
oleh kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti. Jiwa mereka bersatu
dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus dimiliki
seseorang. Kesaktian tersebut kemudian diterima sebagai suatu peristiwa
yang suci dan mulia. Bila kekuatan tersebut melekat pada seseorang maka
akan menjadi lambang kekuatan untuknya. Pattimura merupakan pemimpin
yang dianggap memiliki kharisma. Sifat tersebut melekat dan berproses turun
temurun. Meskipun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara
genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari
sinilah sebenarnya sebutan kapitan yang melekat pada diri Pattimura itu
bermula. Mengenai profil Pattimura, Ada beberapa pendapat yang
mengatakan bahwa Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessy ada juga
yang mengatakan nama aslinya adalah Ahmad Lussy. Hal ini sampai
sekarang menjadi polemik dikalangannmasyarakat..

3. Perdebatan Mengenai Asal Usul Pattimura

Ayah Pattimura bernama Frans Matulessy dan ibunya bernama


Fransina Tilahoi, Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783, di wilayah
bernama Haria di daerah Saparua, Maluku Tengah menurut versi pemerintah
Indonesia. M. Sapija yang menulis buku mengenai Sejarah Perjuangan
Pattimura (1954), mengatakan bahwa Pattimura lahir di daerah bernama
Hualoy, Seram Selatan, ia menulis :

"...Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal


dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah
anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra
raja Sahualu. Sahualu bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang
terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan - M. Sapija (1954).

Kemudian sejarawan Prof. Mansyur Suryanegara punya pendapat lain


dalam bukunya yang berjudul Api Sejarah (2009) mengatakan bahwa nama
asli Pattimura adalah Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut
sebagai Mat Lussy yang lahir di Hualoy, Seram Selatan. Pattimura menurut
Mansyur adalah seorang bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang ketika
itu diperintah oleh Sultan Abdurrahman yang dikenal pula dengan nama
Sultan Kasimillah.Dalam bahasa Maluku disebut Dari sejarah tentang
Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar Kapitan adalah pemberian Belanda.
Padahal menurut Sejarawan Prof. Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini,
dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis).
Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran
mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab
itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang
mereka takuti.Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam,
kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian
diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada
seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah
pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan
berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk
agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin
atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada
diri Pattimura itu bermula menurut Prof. Mansyur Suryanegara. Mengenai
Silsilah Pattimura, Pada tahun 1960an pemerintah Indonesia mengirim tim ke
maluku, tim ini terdiri dari Kapten Siahainenia bersama dengan Kapten TNI
Mawa mereka dari dari Kodam XV/Pattimura pergi ke Saparua dalam misi
menggali sejarah Pattimura. tim ini menyurati Subuh Patty Ayau seorang
(Raja) Negeri Latu, desa yang bertetangga dengan Desa Hualoy. Mereka
memintanya untuk membawa data atau informasi mengenai Kapitan
Pattimura, setelah didapat banyak petunjuk dari warga Saparua. Kemudian
lima orang diutus sebagai perwakilan Raja Latu yang membawa data dan
informasi mengenai sejarah Kapitan Pattimura kepada dua perwira TNI.
Tanggal 20 Mei 1960 Kapten Infantri F.L. Siahainenia dan Wattimena
menandatangani sebuah daftar silsilah dari Itawaka tentang Thomas
Matulessy oyang berjudul Turun Temurun Kapitan Matulessy. Silsilah ini
baru ditandatangani oleh wakil pemerintah negeri Itawaka bernama A.
Syaranamual, pada 26 Mei 1967 yang pada akhirnya disahkan di Jakarta dan
ditandatangani oleh Frans Hitipeuw atas nama Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, Ditjenbud, Depdikbud. Daftar silsilah inilah yang menjadi
rujukan mengenai sejarah Kapitan Pattimura menurut versi pemerintah.

Di tanggal 28 Mei 1967, F.D. Manuhutu mengatasnamakan Ketua Saniri


Negeri Haria, ia menandatangani sebuah daftar silsilah Thomas Matulessy
berjudul Silsilah Pattimura, Silsilah ini berbeda di nama ayah Thomas
Matulessy. Versi Itawaka menyebut nama ayah Thomas dengan Frans
Matulessy, sedangkan versi Haria menyebut nama ayah Thomas dengan
Frans Pattimura. Daftar silsilah Thomas versi Haria ini juga ditandatangani
Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah pada 5 Oktober 1987. Jadi pada hari
yang sama, Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah mengesahkan dua daftar
silsilah Thomas Matulessy. Kemudian pada bulan September 1976, ada versi
lain mengenai daftar silsilah Thomas Matulessy yang diberi judul Silsilah
Pattimura versi Ulath. Versi ini disusun oleh I.O. Nanulaita. Kemudian pada
tanggal 5-7 Nopember 1993, diadakan sebuah forum ilmiah seminar tentang
sejarah perjuangan Pahlawam Nasional Pattimura di Kodam XV Pattimura
yang dihadiri oleh para ahli sejarah, analis, dan pemerhati sejarah. Pertemuan
ini diselenggarakan oleh Kanwil Depdikbud Provinsi Maluku di Ambon.
Namun hingga berakhirnya Seminar, belum bisa dipastikan siapa tokoh
Kapitan Pattimura yang sesungguhnya (Suara Maluku edisi 8 November
1993).
4. Perjuangan dan Perlawanan Pattimura Terhadap Belanda
Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier
dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal
dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja.
mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan Pada tahun 1816 pihak Inggris
menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda
menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente),
pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta
mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan
bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan
koprs Ambon dengan Gubenur. Dan dalam perjanjian tersebut juga
dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di
Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian
berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau
keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer
ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817
mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi
politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua
abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah
pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan
penjajah Belanda tahun 1817 Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan
rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena
berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima
perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya
sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan
pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam
kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam
perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan
Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang
berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat
dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal
untuk menghadapi Patimura. Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan
angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang
dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok,
Philip Latumahina dan Ulupaha Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda
tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai
Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan
Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba,
tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Pattimura bersama para tokoh pejuang
lain yang bersamanya akhirnya dapat ditangkap Pattimura ditangkap oleh
pemerintah Kolonial Belanda di sebuah Rumah di daerah Siri Sori. Pattimura
kemudian diadili di Pengadilan Kolonial Belanda dengan tuduhan melawan
pemerintah Belanda. Pattimura kemudian dijatuhi hukuman gantung, sebelum
eksekusinya di tiang gantungan, Belanda ternyata terus membujuk Pattimura agar
dapat bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda, namun Pattimura
menolaknya Pattimura kemudian mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan
pada tanggal 16 Desember 1817 di depan Benteng Victoria di kota Ambon. Untuk
jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai Pahlawan
Perjuangan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia..
5. Perdebatan Mengenai Nama Asli dari Kapitan Pattimura
Banyak yang mengatakan bahwa Pattimura sebenarnya bernama
Ahmad Lussy yang beragama Islam, tetapi banyak juga yang meyakini
bahwa Pattimura lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik
Kristen. Inilah yang menjadikan perdebatan sampai sekarang ini. Untuk
meluruskan hal tersebut memang perlu dilakukan penelusuran sejarah tentang
asal usul Pattimura dengan data-data pendukung berupa penelitian yang
berasal dari sumber-sumber yang sifatnya otentik serta faktual.
Lukisan Wajah Asli Pattimura
Sosok disamping merupakan lukisan dari wajah Kapitan Pattimura
ketika ia ditangkap oleh Belanda pada tahun 1817. Lukisan tersebut dibuat
oleh Verheul yang merupakan seorang perwira dan penulis asal Belanda.
Lukisan tersebut ditemukan di KITLV di Leiden, Belanda. Untuk mengetahui
lebih jelasnya, pembaca dapat membaca buku yang berjudul 'Ini Dia Aslinya
Kapitan Pattimura' yang ditulis oleh Luthfi Pattimura dan Kisman
Latumakulita sebagai sumber referensi pembaca sekalian. Potret wajah
Pattimura yang biasa dilihat pada pecahan Uang Seribu konon dibuat setelah
kemerdekaan. Sebenarnya tidak ada yang mengetahui wajah asli dari
Pattimura sebab sangat sedikit sekali dokumentasi mengenai hal tersebut.
Lukisan Pattimura yang biasa kita lihat mungkin hanya rekaan berdasarkan
imajinasi oleh pelukis sesuai dengan karakter atau tipe orang Maluku.
Pattimura pernah berkata :
...Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar
dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan
menggantinya (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa)
saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain
akan menggantinya.
Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Pattimura,
pahlawan dari Maluku yang juga merupakan pahlawan nasional. Saat itu, 16
Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-
ucapannya, tampak bahwa Pattimura seorang patriot yang berjiwa besar. Dia
tidak takut ancaman maut.

Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan


musuh. Kapitan Pattimura juga tampak optimis. Namun keberanian dan
patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah versi pemerintah.
M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura,
mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan :
Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura
Pattimura muda akan bangkit
Namun menurut M Nour Tawainella, juga seorang sejarawan,
penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu
modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu. Di bagian lain, Sapija
menafsirkan,
Selamat tinggal saudara-saudara, atau Selamat tinggal tuang-tuang
Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal
Pattimura yang patriotik dan optimis. Puncak kontroversi tentang siapa
Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas
Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Dan Inilah
yang menjadi perdebatan sejarah hingga sekarang ini. Bagaimana menurut
pembaca sendiri??
6. Perang Tondano II

Perang Tondano II sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada
masa pemerintahan kolonial belanda. Perang ini di latarbelakangi oleh
kebijakan Gubernur Jendral Deandels yang mendapat mandat untuk
memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Untuk
menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi.
Mereka yang dipilih adalah dari suku-suku yang memiliki kebernian
berperang. Beberapa suku dianggap memiliki keberanian adalah orang-
orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah deandels
melalu Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan
para Ukung.(Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah watak atau daerah
setingkat distrik). Dari Minahasa di terget untuk mengumpulkan calon
pasukan sejumlah 2000 orang yang akan di kirim ke Jawa. Ternyata orang-
orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program deandels untuk
meregrut pemuda-pemuda minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di
antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin
mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan
aktifitas perjuangannya di Tondano, Minawanoa. Salah seorang pemimpin
berlawanan itu adalah Ukung Lonto ia menegaskan rakyat minahasa harus
melawan kolonial belanda sebagai bentuk penolakan terhadap program
pengiriman 2000 pemuda minahasa ke jawa serta menolak kebijakan klonial
yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara Cuma-Cuma kepada
belanda.
Dalam suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi
Gubernur Prediger kecuali mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan
orang-orang minahasa di tondano, minawanua. Belanda kembali menerapkan
strategi dengan membendung sungai temberan. Prediger juga membentuk 2
pasukan tangguh. Pasukan yang satu disiapkan dari danau tondano dan
pasukan yang lain menyerang minawanua dari darat. Tanggal 23 oktober
1808 pertempuran mulai berkobar. Pasukan belanda yang berpusat di danau
tondano berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bambu berduri yang
membatasi danau dengan perkampungan minawanua, sehingga menerobos
pertahanan orang-orang minahasa di minawanua. Walaupun sudah malam
para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan
melakukan perlawanan dari rumah ke rumah.pasukan Belanda merasa
kewalahan. Setelah pagi hari tanggal 24 oktober 1808 pasukan belanda dari
darat membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus di
lakukan belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan.
Pasukan prediger mulai mengendorkan serangannya.
Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang tondano muncul dan menyerang
dengan hebatnya sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak belanda.
Pasukan Belanda terpaksa di tarik mundur. Seiring dengan itu sungai
temberan yang di bendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan
belanda sendiri. Dari jarak jauh belanda terus menghujani meriam ke
kampung minawanua, tetapi tentu idak efektif. Begitu juga swrangan yang
dari danau tidak mampu mematahkan semangat jaung orang-orang tondano,
Minawanua. Bahkan terpetik berita kapal Belanda yang paling besar
tenggelam di danau. Perang Tondano II berlangsung cukup lama,bahkan
sampai agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makananan
mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada belanda. Namun dengan
kekuatan yang ada para pejuang tondano terus memberikan perlawanan.
Akhirnya pada tanggl 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan moraya milik
para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para
pejuang itu memilih mati dair pada menyerah.
7. Tokoh-tokoh Perlawanan Pattimura Angkat senjata
a) Kapiten Pattimura (Thomas Mattulessi)
b) Rhebok
c) Thomas Pattiwel
d) Raja tiow
e) Lukas Lutamahina
f) Johanes Mattulessi
g) Cristina Marta tihahu
h) kapitten paulu tiahahu (ayah Cristina Marta tihahu)
8. Jalannya Perang Pattimura angkat senjata
Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan mutiara dari
timur , yang senantiasa di buru oleh orang-orang barat. namun kekuasaan
orang-orang barat telah merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas
yang telah lama berkembang di nusantara. Pada masa pemerintahan inggris di
bawah raffles keadaan maluku relatif lebih tenang karena inggris bersedia
membayar hasil bumi rakyat maluku. Kegiatan kerja rodi mulai di kurangi.
Bahkan para pemuda maluku juga di beri kesempatan untuk bekerja pada
dinas angkatan perang inggris. Tetapi pada masa pemerintahan kolonial
hindia belanda, keadaan kembali berubah. Kegiatan monopoli di maluku
kembali di perketat. Dengan demikian beban rakyat semakin berat. Sebab
selain penyerahan wajib, masih juga harus di kenai kewajiban kerja paksa,
penyerahan ikan asin, dendeng, dan koki. Kalau ada penduduk yang
melanggar kan ditindak tegas. Di tambah lagi dengan desas desus bahwa para
guru akan di berhentikan untuk penghematan, para pemuda akan
dikumpulkan akan di jadikan tentara di luar maluku, di tambah dengan sikap
arogan residen saparua.hal ini sangat mengecewakan rakyat maluka.
Menanggapi kondisi yang demikian para tokoh dan pemuda maluku
melakukan serangkaian pertemuan rahasia.sebagai contoh telah di adakan
petemukan rahasia di pulau haruku, pulau yang di huni orang-orang islam.
Selanjutnya pada tanggal 14 mei 1817 di pulau saparua ( pulau yang di huni
orang-orang kristen ) kembali di adakan pertemuan di sebuah tempat yang
sering di sebut hutan kayu putih. Dalam berbagai pertemuan itu di simpulkan
bahwa rakyat maluku tidak ingin terus menderita di bawah keserkahan dan
kekejaman belanda. Oleh karena itu, perlu mengadakan perlawanan untuk
menentang kebijakan belanda. Residen saparua harus di bunuh. Sebagai
pemimpin perlawanan di percayakan kepada pemuda yang bernama thomas
matulessy. Yang kemudian terkenal dengan gelarnya patimura. Thomas
matulesy pernah bekerja pada dinas angkatan perang inggris.
Gerakan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal belanda dipelabuhan.
Para pejuang maluku kemudian menuju benteng duurtstede. Ternyata di
benteng itu sudah berkumprl pasukan belanda. Dengan demikian terjadilah
pertempuran antara para pejuang maluku melawan pasukan belanda. Belanda
waktu itu dipimpin oleh presiden van den berg. Sementara dari pihak para
pejuang kecuali pattimura juga tampil tokoh-tokoh seperti christina martha
tiahahu,thomas pattiwail, dan lucas latumahina. Para pejuang maluku dengan
sekuat tenaga mengepung benteng duurstede,dan tidak begitu menghiraukan
tembakan-tembakan meriam yang dimuntahkan oleh serdadu belanda dari
dalam benteng. Sementara senjata para pejuang maluku masih sederhana
seperti pedang dan keris. Dalam waktu yang hampir bersamaan para pejuang
maluku satu persatu dapat memanjat dan masuk kedalam benteng. Residen
dapat dibunuh dan benteng duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang
maluku. Jatuhnya benteng duurstede telah menambah semangat juang para
pemuda malukuuntuk terus berjuang dan melawan belanda.
Catatan Sejarah Yang Memuat Mengenai Kepahlawanan Pattimura :

Verhuel Herinneringen van een reis naar Oost Indien (1835-1836),


J.B. Van Doren (1857), Thomas Matulesia, Het Hoofd Der
Opstandelingen Van Het Eiland Honimoa,
P.H. van der Kemp (1911), Het herstel van het Nederlandsche gezag in
de Molukken in 1817,
M. Sapija (1954), Sejarah Perjuangan Pattimura, Penerbit Djambatan,
Ben van Kaam (1977), Ambon door de eeuwen,
M. Nour Tawainella (2012), "Menggali sejarah dan kearifan lokal
Maluku"
Mansyur Suryanegara (2009). "Api Sejarah"

Anda mungkin juga menyukai