Jurnal Penelitian
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnografi Papua
1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki
keanekaragaman etnik/suku bangsa dan budaya, serta kekayaan di
bidang seni dan sastra.Semua sejalan dengan keanekaragaman etnik,
suku bangsa dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi
nasional.Papua adalah salah satu di antara pulau-pulau di Indonesia
yang memiliki berbagai macam suku bangsa, salah satunya adalah suku
Moi.
Suku Moi adalah salah satu dari suku yang ada di Papua Suku
ini berada tepat di bagian daerah Sorong, Papua Barat. Sesungguhnya
papua merupakan alam yang eksotis dengan keanekaragaman budaya,
Bahasa, adat bahkan keanekaragaman hayatinya. Terutama daerah
Sorong Papua memiliki banyak suku dan bahasa yang berbeda-beda dan
berates-ratus perbedaan meskipun satu pulau. Disamping itupun banyak
kebudayaan yang berbeda-beda dengan suku Papua lainnya dan perlu
kita ketahui bahwa papua merupakan satu wilayah di Indonesia yang
memiliki suku bangsa yang paling banyak serta unik.
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas kampus dalam mata kuliah Etnografi
Papua
2. Agar membantu pembaca untuk mengetahui kebudayaan yang
terdapat pada suku Moi
3. Sebagai sumber referensi untuk mengetahui kebudayaan suku Moi
4. Untuk ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu dalam teks-teks Belanda terdapat sebutan Moidan Mooi secara
bergantian. Penyebutan kata tersebut kata merujuk pada suku Moi yang
mendiami wilayah kepala Burung.di jelaskan juga suku Moi berkarakter
lembut, sopan dan tak beringas serta bertutur kata manis, artikulasi tentang kata
Moi pada hakekatnya menyatakan realitas kehidupan masyarakat Moi sebagai
masyarakat adat yang sangat terbuka terhadap pengaruh dari luar.Suku ini
berada tepat di bagian daerah Sorong Papua Barat, Letak Sorong secara
geografis berada tepat pada gambar kepala burung, karena dalam peta
tergambar lebih menyerupai gambar burung.
Suku Moi yang mendiami wilayah Raja Ampat dan Sorong saat ini
meliputi 8 sub yaitu: Moi Legin, Moi Abun, Moi Karon, Moi Moraidm Moi
Segin, dan Moi Maya, yang penyebaranannya pada wilayah-wilayah tertentu.
Saat ini di karenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan Raja Ampat maka
Suku Moi terbagi dalam wilayah pemerintahan kabupaten, distrik, kampung
dan kelurahan. Populasi suku Moi hingga sekarang di tahun 2020 jumlah
populasi mencapai 6700 populasi.
Sistem mata pencarian suku Moi secara khusus adalah peramu, berburu,
petani dan nelayan, dalam memenuhi kebutuhan hidup baik secara individu
ataupun kelompok atas hak adatnya, Masyarakat Moi yang hidupnya berdiam di
bantaran sungai, danau dan laut pada umumnya bermata pencarian sebagai
nelayan, sedangkan masyrakat pedalaman hidup dengan cara berburu hewan
seperti rusa, babi, kasuari, kus-kus burung dan bertani. Akan tetapi sekarang
sebagian besar masyarakat Moi telah meiliki beragam profesi tidak hanya
sebatas berburu, bertani, nelayan melainkan juga telahbekerja pada berbagai
instansi pemerintahan seperti menjadi pegawai negri sipil, polisi, dosen, tukang
ojek, penjual di pasar dan berbagai macam prpfesi lainnya guna memnuhi
kebutuhan hidup.Akan tetapi dengan menekuni profesi yang baru tidak
membuat masyrakat Moi meninggalkan profesi lama, seperti berkebun, berburu
dan lain-lain.hingga saat ini masih banyak orag-orang tua yang ke hutan dan ke
laut untuk bercocok tanam, berburu, dan menangkap ikan,
Peralatan berburu suku Moi adalah tombak, busur, dan anak panah yang
terbuat dari bambo atau tulang kasuari, Busur terbuat dari pelepah sagu.
Anak panahnya dari bambo halus dan kecil dan di runcing ujungnya
atau tulang-tulang daun sagu biasanya di pakai berburu burung, sementara tali
busur menggunakan tali dari pohon nibung bagi suku Moi yang tinggal di
pesisir pantai, tombak juga di guakan untuk menangkap ikan.Pola berburu
mereka adalah menggunakan busur panah yang di lakukan secara individu oleh
seorang pemburu, Selain itu sebagai petani yang bercocok tanam seperti ubi,
keladi, pisang, singkong, sagu, menggunakan alat berupa cangkul, batu dan
bambu.
Bahasa suku Moi pada masa lampau selama ratusan tahun tahun
menempatkan diri menjadi bahasa lingua franca (bahasa pengantar) di
seluruh jazirah Kepala Burung. Bahasa Moi juga mampu bertahan sampai
sekarang sebagai bahasa yang masih hidup di tengah pengaruh Bahasa
Indonesia atau Bahasa Melayu, Serta bahasa-bahasa Aaustronasia selama
ratusan tahun, karena interaksi dengan dunia luar seperti suku-suku dari
bagian barat papua dan suku-suku di pesisir utara pulau papua.
Berkurangnya penutur bahasa sirama dengan terkikisnya nilai-nilai budaya
suku Moi, pada akhirnya budaya suku Moi yang akan menjadi cerminan
dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dan suku bangsa lambat laun
berkurang pengariuhnya. Padahal di dalamnya terkandung berbagai kearifan
local yang sangat luhur.
A. TarianAdat
1. Tari wutukala
Tariwutukala berasal dari Papua Barat, Khusus suku Moi, tarian
wutukala mengisahkan seseorang yang berburu ikan dengan
menggunakan seakar pohon yang dapat membiusikan sampai mati
dengan cara, akar pohon yang dicabut di tempatkan pada suatu
tempat yang telah disediakan dalam kolam ditumbuk dan
disebarluaskan ketempat-tempat dimanaikan-ikan bersembunyi.
2. Tari srar
Srar atau syokh artinya menari dan menyanyi. Selain itu srar artinya
menari sambil menginjakkan kaki/menghentakkan kaki ke bumi
sebagai suatu rasa keindahan dalam sukma yang diekspresikan pada
saat selesai melaksanakan tugas atau misi yang di percaya oleh
pemimpin adat. Tarian srar ditarikan secara berkelompok pria dan
wanita secara berpasang-pasangan dengan dipandu atau dipimpin
oleh seorang pemimpin tarian dan lebih memfokuskan pada
hentakkan kaki.
3. Tari Alen
Merupakan tarian yang digunakan masyarakat suku moi untuk
menyambut tamu special yang berkunjung kedaerah tersebut.
B. KerajinanTangan
1. Noken