Pd
PENDIDIKAN
BUDAYA
MELAYU
PEND BUDAYA MELAYU
DRS. H Zuhdi Maaruf M.Pd
DISKRIPSI MATA KULIAH : MATA KULIAH ini berisi
tentang pengetahuan budaya melayu
meliputi sejarah,perkembangan budaya,
filosofi norma sikap, cipta, rasa, karya
orang melayu yang positif dan dapat
dijadikan sumber pendukung pendidikan
karakter bangsa yang memiliki jati
diri,berbudaya melayu dalam bingkai
budaya nasional.
Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan
kompetensi mahasiswa yang ingin dicapai
1. Memiliki wawasan pengetahuan budaya
Melayu sebagai mosaik budaya Nasional
2. Memiliki kemampuan mengamalkan prilaku
positif dalam kerangka interaksi sosial
berlandaskan budaya Melayu
3. Memiliki kemampuan mengembangkan,
melestarikan nilai luhur budaya Melayu
Kegiatan Perkuliahan PBM
1.Kuliah tatap muka, diskusi, problem
solving,studi kasus
2.Tugas Kelompok
3.Tugas Individu
4. Kuis
5. Ujian Mid semester
6. Ujian Akhir Semester
Penilaian
1. Nilai Tugas kelompok 10 %
2. Nilai Kuis 10 %
3. Nilai Tugas Individu 10 %
4. Nilai UTS 30 %
5. Nilai UAS 40 %
Tugas Perkuliahan
1. Tugas kelompok : melakukan riset
sederhana baik melalui studi leteratur,
atau mencari /menggali informasi tentang
nilai,pengetahuan filosofi,teknologi
budaya Melayu yang ada pada lingkungan
masyarakat.Kemudian di presentasikan
2. Tugas Individu : Membuat karya tulis
tentang aspek budaya Melayu.
MATERI PERKULIAHAN
1. Pendahuluan , pengertian umum
kebudayaan , unsur-unsur kebudayaan
manusia
2. Sejarah asal usul Melayu, perkembangan
imperium Melayu di Nusantara.
3. Nilai filosofi budaya Melayu dalam
membentuk karakter pribadi bangsa.
4. Sains dan teknologi budaya Melayu.
Pengertian /defenisi Melayu :
1. Menurut UNESCO(1972) istilah Melayu =
adalah suatu suku bangsa yang mendiami
semenanjung Malaysia,Indonesia,Thailand,
Filipina, Madagaskar
2. Menurut Undang-Undang Malaysia 160(2)
orang Melayu adalah orang yang beragama
Islam, bertutur bahasa Melayu dan beradat
istiadat Melayu,dan lahir sebelum atau pada
hari kemerdekaan Malaysia yang menetap di
wilayah persekutuan tanah Melayu
3.. Berdasarkan Ras : Orang Melayu adalah ras
yang kulitnya berwarna coklat yang merupakan
campuran ras Mongol berwarna kuning, Dravida
berwarna hitam dan ras Aria berwarna putih. Dalam
pengertian semua orang di Nusantara (Asia
Tenggara) yang kulitnya berwarna coklat adalah
orang Melayu, sehingga ada sebutan Melayu Aceh,
Melayu Minangkabau, Melayu Batak, Melayu Jawa,
Melayu Semenanjung, Melayu Bugis, Melayu Riau
Melayu Jambi, Palembang…Ambon Betawi dsb.
4. Berdasarkan Suku Bangsa : Orang Melayu
adalah suatu sukubangsa yang mendiami negara
Indonesia, Malaysia, Brunai, Thailand, Singapura,
Kamboja,Filipina, Wilayah Madagaskar, Taiwan .
5.Berdasarkan sukubangsa menurut defenisi
Indonesia.: Orang Melayu adalah suku bangsa
yang bertutur bahasa Melayu, beradat istiadat
Melayu, mendiami pesisir timur pulau Sumatra,
Kepulauan Riau, Kalimantan Barat.
Dalam konteks ini Aceh, Batak,Minang kabau
Bugis , Jawa, termasuk non Melayu.
VERSI PERTAMA
KATA MELAYU BERSUMBER DARI NASKAH KUNO CHINA DAN
INDIA.
- EKSPEDISI I-THING(671 M) MENYEBUTKAN ADA KERAJAAN
BERNAMA MO-LO YU ADA DI TEPI SUNGAI BATANGHARI
JAMBI
- NASKAH KUNO BAHASA TAMIL ,SANSAKRIT,ADA KATA
MALAIUR = KOTA DI BUKIT, MALAi =BUKIT UR = KOTA
DARI PRASASTI CHOLA TANJORE (1030-1031m) PRASASTI
ROCORE (1286 M ) YG MENYATAKAN BAHWA KERAJAAN
MELAYU BERADA DAERAH JAMBI YG DIBENTENGI
PERBUKITAN
-- PRASASTI KEDUKAN BUKIT, MENYATAKAN KERJAAN
MELAYU JAMBI ITU BERNAMA MINANA TAMWA
BERKEDUDUKAN DI MUARA SUNGAI BATANG HARI
VERSI KEDUA
MELAYU = BERLARI KATA INI BERASAL DARI JAWA
ALASAN NYA KARENA NENEK MOYANG SUKU INI
KEGEMARANNYA MENGEMBARA TERSEBAR DISELURUH
WILAYAH NUSANTARA DIKARENAKAN BANYAK TERJADI
PEPERANGAN PADA MASA ITU MENYEBABKAN MEREKA
MENGUNGSI/MELARIKAN DIRI
Dalam bahasa Tagalog, 'malayà' bermakna "bebas",
dari perkataan 'layâ' "untuk dibebaskan". Mungkin
mempunyai etymon sama dengan 'layag' dari
bahasa Tagalog dan 'layar' dari bahasa Indonesia
dan Melayu
Asal usul BAHASA MELAYU
ad. 3. Kalau kata “siak” diartikan seorang penjaga masjid tentulah dahulunya daerah siak itu
merupakan kerajaan Islam dan kalau kita pelajari ketika Siak di bawah pengaruh Melaka dan Johor
merupakan kerajaan yang beragama Islam. Akan tetapi jauh sebelum ini kerajaan Siak sudah ada,
sebagaimana disebutkan dalam Kertagama pupuh 13/1-2 menyebut: “Minangkabau, Siak, Rokan
dan Kampar di bawah kekuasaan Majapahit”. Dalam perkembangan sejarah Indonesia tidak pernah
ada sumber yang menyebutkan kerajaan beragama Islam yang tunduk di bawah kekuasaan
Majapahit (Hindu/Budha).
ad. 4. Jika kata “Siak” diambil dari nama tumbuh-tumbuhan yang bernama “siak-siak”, maka harus
ada hubungan antara kerajaan Siak dengan tumbuh-tumbuhan tersebut.
Dalam hal ini dapat dihubungkan teori yang diketengahkan oleh J. Kern., Prof. Pubotjoroko
dan Prof. Muhammad Yamin tentang pemberian nama kerajaan/raja berdasarkan flora-fauna,
dimana nama-nama kerajaan lazim diambil dari nama tumbuh-tumbuhan (flora) dan nama raja
diambil dari nama-nama hewan (fauna) seperti halnya nama kerajaan dan raja berikut ini:
a. Majapahit, dari nama pohon “maja” yang buahnya pahit.
b. Tarumanegara, dari nama pohon “tarum”.
c. Galih Pakuan, dari nama tumbuh-tumbuhan “paku-pakuan/pakis”.
d. Malaka, dari nama pohon “malaka”.
e. Johor, dari nama pohon”johar”.
Sedangkan nama-nama raja:
a. Hayam Wuruk, dari kata “hayam/ayam”.
b. Gajad Mada, dari kata “gajah”.
c. Si Singamangaraja, dari kata “singa”.
d. Munding Wangi, dari kata yang bermakna “kerbau”.
e. Sawunggaling, dari kata yang bermakna “ayam jantan”. (Tim Penulis: 1970, hlm. 4)
KERAJAAN-SIAK SRI INDRAPURA
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa; kata “Siak” dalam anggapan masyarakat Melayu
sangat bertalian erat dengan agama Islam, Orang Siak ialah orang-orang yang ahli agama Islam,
kalau seseorang hidupnya tekun beragama dapat dikatakan sebagai Orang Siak.
Selanjutnya nama “Siak”, dapat merujuk kepada sebuah klan di kawasan antara Pakistan dan
India, Sihag atau Asiagh yang bermaksud pedang. Masyarakat ini dikaitkan dengan bangsa Asii,
masyarakat nomaden yang disebut oleh masyarakat Romawi, dan diidentifikasikan
sebagai Sakai oleh Strabo seorang penulis geografi dari Yunani. Berkaitan dengan ini pada
sehiliran Sungai Siak sampai hari ini masih dijumpai masyarakat terasing yang dinamakan sebagai
Orang Sakai.
2. Siak dibawah Pengaruh Hindu/Budha
Karena sangat terbatasnya bukti-bukti pemberitaan dan peninggalan sejarah yang ditemui, belum
dapatnya ditunjukkan suatu kepastian tahun bila sebenarnya Siak atau kerajaan Siak pertama ini
timbul. Tetapi perihal adanya suatu kerajaan Siak pada zaman itu dapat dipastikan, yaitu disebutnya
nama “Siak” dalam sumber-sumber sejarah Indonesia. Misalnya dalam Negarakertagama pupuh
13/1-2; Pararaton; Tarich Tiongkok; Sedjarah Melajoe dan dalam karangan yang ditulis oleh N.J.
Ryan., Prof. Dr. Slamet Muljono, Prof. Hamka, serta ahli sejarah mutakhir.
Dalam berita sumber-sumber sejarah kuno (zaman Hindu/Budha) meskipun tidak tersebut dengan
tegas bahwa Siak itu kerajaan, namun sangatlah mendekati kepastian bahwa yang disebut Siak itu a
dalah suatu kerajaan yang lokasinya pasti di salah satu tempat di sepanjang sungai Siak
Lazimnya bahwa sejak dahulu penyebutan nama kerajaan tidak senantiasa harus disebut secara
lengkap dengan wilayahnya. Demikian pula halnya dengan kerajaan Siak, dimana dalam sumber-
sumber sejarah sering hanya disebut “Siak” saja. Bahkan kerajaan Siak bersama-sama kerajaan
Melayu lainnya seperti: Indragiri, Kampar, Bintan dalam sejarah Indonesia sudah lama dikenal dan
lazim dicakup saja dalam satu sebutan yaitu kerajaan “Melayu”. Bahkan ada yang berpendapat
bahwa kerajaan Sriwijaya itu adalah kelanjutan dari kerajaan Melayu Lama. (Tim Penulis: 1970, hlm.
6).
KERAJAAN-SIAK SRI INDRAPURA
Diantara peninggalan bekas kerajaan tersebut, bekas kerajaan Siak menunjukkan jumlah yang lebih
banyak dan tersebar luas jika dibandingkan dengan peninggalan bekas kerajaan Melayu lainnya,
baik berupa benda-benda monumental lainnya dalam penyebutan sejarah dari perkembangan
kerajaan-kerajaan selanjutnya.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa kekuatan yang dihadapi oleh tentara Pamalayu
tersebut adalah kekuatan dari beberapa kerajaan yang masing-masing berdiri sendiri. Selanjutnya,
menurut isi maklumat Padang Rontjo, bahwa pada tahun 1286 M, Raja Kertanegara mengirimkan
arca Amoghapaca (Dyani Budha Awalokitecwara) ke Melayu, di mana atas kiriman ini Raja Melayu
yang bernama Maharaja Tribuwanaraja Mauliwarmadewa sangat bersuka cita.
Dari maklumat tersebut adalah merupakan petunjuk bahwa Raja Melayu Mauliawarmadewa itu
adalah salah seorang raja dari kerajaan yang berada di Melayu yang sudah tunduk dan sudah
bernaung di bawah Singosari setelah tentara Pamalyu berada di Melayu + 11 tahun lamanya (1275 –
1286 M).
Di dalam Negarakertagama disebutkan bahwa; pasukan Pamalayu baru kembali pada tahun 1294
dengan membawa Dara Petak dan Dara Djinggo dibawah pimpinan Kebo Anabrang. Dengan
demikian lamanya ekspedisi Pamalayu itu seluruhnya + 19 tahun. Jika hal ini dihubungkan dengan
maklumat Padang Rontjo, menunjukkan bahwa pasukan Pamalayu masih terus melanjutkan
peperangan selama 8 tahun lagi setelah menguasai salah satu kerajaan Melayu yang rajanya
bernama Mauliwarmadewa.
Ada yang berpendapat bahwa Dara Petak dan Dara Djinggo itu berasal dari Kampar, jika pendapat
ini benar maka hal ini memberi petunjuk bahwa di Kampar itulah kedudukan salah satu kerajaan
Melayu yang dikuasai oleh pasukan Pamalayu tersebut. Jelas pula bahwa Melayu yang didatangi
oleh pasukan Pamalayu tersebut adalah daerah Provinsi Riau sekarang ini, di mana pada zaman itu
kerajaan-kerajaan Melayu berpusat di Siak, Rokan, Kampar dan Indragiri. (Tim Penulis: 1970, hlm. 8)
KERAJAAN-SIAK SRI INDRAPURA
Demikian juga penyebutan gadis dengan kata “dara” bukanlah kelaziman yang dipakai di luar atau
daerah-daerah lain. Begitu pula penyebutan atau pemberian nama yang diambil dari nama warna-
warna, seperti: Petak, Djinggo, Merah, Kuning, Hijau – seperti “Puteri Hijau” (Rokan Pekaitan)
adalah merupakan kelaziman dalam cerita spesifik daerah Riau, walaupun kadang-kadang di daerah
lain juga memakainya.
Sedangkan kerajaan Siak pada masa ini masih merupakan kerajaan Hindu/Budha dan masih
terkenal sampai abad ke-15 M, yaitu yang berpusat di Gasib. Dan kerajaan yang berpusat di Gasib
ini masih berlangsung terus sampai sampai sampai abad ke-17, dimana kerajaan Siak pada waktu
itu berada dibawah pengaruh kerajaan Melaka dan kerajaan Johor.
Raja dari kerajaan Siak yang Beragama Hindu/Budha, diantara yang terkenal yaitu berasal dari
Bedagai dan disebut Raja Bedagai. Diperkirakan Raja Bedagai inilah raja Hindu/Budha kerajaan
Siak yang terakhir yang menurut Tarikh Cina pada tahun 1433 M., bersama-sama dengan Raja-raja
Indragiri dan Siantan yang meminta perlindungan ke Cina.
Jika berita dari Tarikh Cina tersebut benar, mungkin sekali permintaan perlindungan itu disebabkan
oleh ekspedisi kerajaan Melaka yang sudah berada dibawah pengaruh Islam. Dan oleh karena itu
kekuatan Majapahit sudah lemah, maka kerajaan-kerajaan Melayu Indragiri, Siak, Siantan yang
masih beragama Hindu/Budha, minta bantuan negeri Cina sebagai sesama kerajaan Hindu/Budha
juga masih dianggap kuat.
Kemungkinan ini diperkuat dengan adanya sumber pemberitaan dari “Sejarah Melayu” di Melaka,
yang menyebutkan bahwa pada waktu Sultan Mansyur Syah berkuasa di kerajaan Melaka tahun
1444 – 1477, maka ditaklukanlah kerajaan Hindu/Budha di Siak yang berpusat di Gasib. Dan sejak
ini, kerajaan Siak berada di bawah pengaruh kerajaan Islam Melaka/Johor, sampai Raja Iskandar
Muda dari Aceh menyerang Gasib pada tahun 1612 – 1626 atau abad ke-17 M. (Tim Penulis: 1970,
hlm. 9).
KERAJAAN-SIAK SRI INDRAPURA
Kerajaan-kerajaan Islam di Riau yang disebut sebut dalam berita Tome Pires (1512-1515 M) adalah
Siak (termasuk juga Kampar dan Indragiri). Bila kerajaan tersebut mulai bercorak Islam belum dapat
dipastikan – meskipun pedagang muslim dari Arab dan negeri-negeri Timur Tengah lainnya sejak
abad ke 7/8 M sudah memegang peran dalam pelayaran dan perdagangan melalui Selat Melaka.
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 2008: 37).
Mengingat kerajaan Siak pada abad ke 13 dan 14 M masih ada dalam kekuasaan Melayu dan
Singosari-Majapahit, yang mendekati kepastian kerajaan-kerajaan tersebut tumbuh menjadi
kerajaan bercorak Islam sejak aba ke-15 M. Pengaruh Islam yang sampai ke daerah itu sebagai
akibat perkembangan kerajaan Islam Malaka. Didasarkan pada berita Tome Pires; kerajaan Siak
(juga Kampar dan Indragiri) senantiasa melakukan perdagangan dengan Malaka, bahkan
memberikan upeti kepada kerajaan Malaka. Kerajaan di pesisir Timur Sumatra ini dikuasai kerajaan
Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (wafat 1477 M). (Barbara Watson Andaya
and Leonard Y. Andaya. 1982: 51
KESULTANAN SIAK
1. Kesultanan Buantan
2. Kesultanan Mempura I
3. Kesultanan Senapelan
4. Kesultanan Mempura II (Kota Tinggi) = Kesultanan Siak
Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin memerintah dari tahun 1784 – 1810 M., yang
kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Mempura ke Kota Tinggi atau kota Siak Sri
Indrapura sekarang ini. Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin menghidupkan kembali
nama “Siak Sri Indrapura” yang telah pernah diberikan oleh seorang panglima kerajaan Singosari –
Panglima Indrawarman yang menjadi panglima pada ekspedisi Pamalayu tahun 1275 – 1289 M. (Tim
Penulis: 1970, hlm. 16)
KERAJAAN-SIAK SRI INDRAPURA
Jika pada masa Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah, ketika memindahkan pusat kerajaan ke Mempura,
sejak itu kerajaan diberi nama Siak Sri Indrapura. Sedangkan pada masa Sultan Assyaidis Syarif Ali
Abdul Jalil Syaifuddin memerintah, maka kerajaan Siak Sri Indrapura dilengkapkan menjadi Siak Sri
Indrapura Dar al-Salam al-Qiyam. Dan sejak itu pula pusat kerajaan Siak tetap di Siak sampai Sultan
Syarif Kasim II sultan Siak yang terakhir.
Didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul
Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan
istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon
nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak
yang banyak terdapat di situ.
Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan
Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang
ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor. Namun hampir 100 tahun daerah
ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi oleh Syahbandar yang
ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.
Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud
Syah II mangkat dibunuh Megat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik
Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus ke Jambi.
Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di
Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.
Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk
Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut
tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali
oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah.
KERAJAAN-SIAK SRI INDRAPURA
Pasal lima
Kuasa melarang dengan keras kepada sekalian
orang besar- besar, datuk-datuk, pegawai-pegawai,
jurutulisjurutulis yang bekerja datang ke balai tiada
memakai baju kot, seluar pentalon, sepatu,
dan kupiah
SULYAN SYARIF KASIM 2 DAN PERMAISURI TENGKU AGUNG LATIFAH
UPACARA ADAT BATAK SIMALUNGUN
Sulawesi Selatan Province
Strategi ini dikaitkan dengan kesantunan dan perlu diikuti dengan tingkah laku
dan tutur kata yang santun.
Kuasa dan keperluan mengawal perbincangan berdasarkan tajuk atau air muka
yang menggambarkan maruah dan martabat.
KESANTUNAN MELAYU : Asmah Haji Omar (2000), telah
membahagikan kesantunan kepada dua jenis iaitu:
1. Kesantunan Asas
2. Kesantunan Berkala
Kesantunan Asas
o Kesantunan Asas merupakan kesantunan sedia ada yang merupakan pedoman bagi
masyarakat berhubung antara satu sama lain.
o Dengan cara menunjukkan adanya sikap berbaik-baik antara satu sama lain yang
menghendaki ahli masyarakat bersopan santun antara satu sama lain.
o Ini kerana dalam mana-mana masyarakat yang bertamadun ada asas kesopanan yang
dikaitkan dengan didikan sejak awal lagi seperti yang terdapat dalam ajaran Islam atau
agama-agama lain.
Kesantunan Berkala
Kesantunan berkala merujuk kepada kesantunan yang menggambarkan ucapan yang
dilakukan oleh masyarakat dalam hubungan antara satu sama lain mengikut keadaan,
situasi dan tempat tertentu.
Antaranya:
Taraf dan peranan orang yang bercakap,
Di mana dan dalam keadaan yang bagaimana,
Apa yang dipercakapkan,
Mengapa percakapan itu berlaku dan cara percakapan disampaikan.
Misalnya rakyat biasa dengan raja, rakyat dengan pemimpin, anak murid dengan guru dan
lain-lain.
KESANTUNAN MELAYU : Komunikasi tersebut mempunyai adab, peraturan dan etika tertentu.
. ii. Leech (1983), menginterpretasikan kesantunan sebagai perlakuan yang dapat
mengurangkan pergeseran dalam sesuatu interaksi.
1.Bahasa mesti halus.
2.Beradab sopan.
3.Perlakuan lemah-lembut.
4.Berbudi pekerti
Leech juga menyatakan bahawa kesantunan merupakan kelakuan yang mewujudkan
Kesantunan bukan sekadar bermaksud berbaik-baik sahaja tetapi yang penting adalah
iii. J. Ferguson dan Das Gupta (1968), pula menyatakan kesantunan itu berlaku apabila
kontrak perbualan digunakan oleh penutur dan pendengar sebagai usaha
mengekalkan komunikasi yang harmoni tanpa menimbulkan sebarang konflik.
DIBANGUN OLEH SULTAN SYARIF HASYIM ABD JALIL SYAIFUDDIN TAHUN 1889
BENGKALIS
ZAMAN DT LAKSEMANA
TH 70-AN
TH 2010
Defenisi sains :
Selain itu terdapat juga istilah pengukuran yang tertentu dalam mengukur
sesuatu seperti mengukur zat cair dan biji-bijian menurut benda
pengisinya seperti semangkuk air/nasi, secupak padi, segantang beras,
setakar gandum dan lainnya
KIMIA (PELEBURAN LOGAM)
Kemampuan orang Melayu dalam bidang kimia berkait rapat dengan
keperluan untuk menyediakan keperluan material yg berguna sehari-hari
dan juga sebagai simbol kerajaan Kesultanan Melayu. Mereka ini memiliki
kepandaian untuk melakukan peleburan dengan menerima teknik
peleburan dari generasi sebelumnya. Aktivitas ini dikenal sebagai proses
penciptaan logam hasil peleburan tembaga, besi, emas dan perak.
Pada zaman silam keperluan kepada bidang ini muncul sesuai dengan
kehendak sistem politik pada masa itu yang meletakkan barangan
tertentu seperti periuk, dulang,mangkuk, pinggan, cawan dan sebagainya
yang diperbuat daripada logam bernilai tinggi seperti emas atau perak
yang juga sebagai simbol diraja dan kuasa (Mohd
Taib Osman, 1988).
SAINS DAN TEKNOLOGI MELAYU
Proses melakukan peleburan melibatkan beberapa langkah.
Secara ringkas proses itu digambarkan seperti berikut: pertama,
membuat acuan yang terdiri daripada kayu yang dilumur dengan
lilin cair dan setelah beku acuan ini dilarik dengan bindu. Lapisan
lempung dikenakan pada permukaan lilin dan lubang untuk
penuangan tembaga lebur, dan lubang untuk penaikan tembaga
ditambah. Acuan lempung ini dipanaskan untuk menguatkannya
dan untuk meleburkan lilin di dalamnya.
Tembaga pula akan dilebur dalam sebuah kui atau mangkuk pijar
yang diletakkan dalam rakmo dalam tanah dan dihembus dengan
penghembus musang. Tembaga cair yang panas dituang ke
dalam acuan dan dibiarkan seketika. Setelah tembaga menjadi
pepejal,acuan tanah liat dipecah untuk menghasilkan barang
tembaga. Selain barang tembaga,barang perak juga dihasilkan
dengan kaedah yang hampir sama dengan beberapa
penambahan proses tertentu kerana melibatkan logam yang
berbeda
SAINS DAN TEKNOLOGI MELAYU
PEROBATAN MELAYU
Masyarakat Melayu memiliki pengetahuan yang
mendalam dalam usaha pemulihan dari sakit-demam dan
keuzuran. Sebelum kedatangan pengubatan moderen,
orang Melayu bergantung sepenuhnya kepada
pengubatan tradisional Melayu ini.
Apabila pengubatan moderen gagal mengubati keuzuran
atau sakit yang dihidapi oleh orang Melayu mereka akan
kembali merujuk kepada pengubatan tradisional. Dengan
kata lain kebergantungan orang Melayu dengan warisan
perubatan tradisional ini masih lagi berlanjutan hingga ke
hari ini
Kitab atau Buku Perobatan Melayu
Beberapa kaedah merawat pesakit ada diterangkan dalam buku-buku
perubatan Melayu atau lebih dikenal sebagai kitab-kitab tib. Perkataan tib
berasal dari bahasa Arab yang bermaksud obat, tukang obat dan ilmu
perobatan. Ada berlbagai kitab tib yang digunakan oleh orang Melayu.
Kandungan kitab-kitab ini merangkumi penerangan mengenai penyakit-
penyakit biasa seperti demam, batuk dan lelah.
Selain itu kitab tib menerangkan penyakit yang berpunca daripada rasukan
hantu, syaitan dan jin yang disertai dengan jampi mantera. Bentuk
pengobatan dan rawatannya mengandungi doa-doa, ayat al-Quran, hadis,
tangkal dan azimat. Rajah dan kata-kata tertentu turut disertakan.
Antara Kitab Tib yang terkenal ialah Taj-ul-Muluk, dan ada juga yang
menamakannya sebagai Kitab Mujarrabat Melayu (Mohd Taib Osman,
1988).
Kitab tib ini mengandungi 500 page/halaman yang berkaitan 147 perkara
atau pasal. Terdapat pasal yang menerangkan pengetahuan pengobatan,
cara berhubung dengan ilmu sihir dan kaedah atau ritual pengobatan
Makanan yang dikelaskan sebagai makanan panas ialah makanan yang
mengandungi lemak sama ada jenis lemak binatang atau lemak sayur-sayuran, tonik,
rempah (jintan, ketumbar, lengkuas), tuak; protein binatang (ayam, kambing, lembu
dan kerbau; susu dan telur); makanan masin (garam dan ikan kering); makanan
yang
mempunyai rasa pahit (peria); dan rasa pedas (cabe). Makanan yang diketagorikan
sebagai sejuk terdiri daripada buah-buahan dan sayur-sayuran yang mempunyai
ciriciri
seperti berair (mentimun, tembikai, nanas dan limau), berlendir (kacang bendi,
keladi dan pucuk paku), bergetah (bacang, mangga muda, nangka, cempedak dan
jantung pisang), masam (mangga dan kedondong), menjalar (kangkung, labu dan
kacang panjang) (Aishah Haji Muhammad, 1998).
Mereka juga mengkategorikan makanan sebagai gatal seperti makanan laut ;
udang,
ketam, sotong, kerang dan beberapa jenis ikan yang mempunyai ciri-ciri seperti
warna
kemerah-merahan dan kekuning-kuningan, tulang halus dan bersisik. Terdapat juga
makanan yang dianggap mengandungi unsur bisa yang boleh membawa kesan yang
tidak baik kepada seseorang yang sedang sakit seperti telur, lemak dan beberapa
jenis ikan, makanan ini tidak dibenarkan dimakan sekiranya seseorang itu mengalami
luka, penyakit kulit atau dalam pantang kerana dipercayai boleh menyebabkan rahim
menjadi bernanah dan lambat sembuh (Aishah Haji Muhammad, 1998).
Selain itu orang Melayu juga percaya peranan angin dalam
badan, jika kandungan
angin terlalu banyak boleh menyebabkan sakit. Makanan
berangin ini terdiri dari pada
angka, cempedak, ubi kayu, keledek dan labu.
Di samping itu dalam masyarakat
Melayu mereka mengenali punca penyakit daripada kuman
yang ada di persekitaran
fizikal mereka
Terdapat tokoh tertentu yang sangat dihormati dalam masyarakat kerana
kepandaiannya dalam mengubati sakit demam dan keuzuran ini. Mereka ini
dipanggil bomoh, pawang, dukun, tok puteri, tukang urut, tukang bekam,
tok mudim dan bidan (Zhari Ismail & Norhayati Ismail, 1995). Panggilan
yang paling popular sekali ialah bomoh.
Perkataan bomoh itu sendiri kadang-kadang merangkumi keseluruhan
tokoh perubatan yang lain seperti dukun, pawang atau bidan.
Bagaimanapun sebenarnya terdapat perbedaan kecil antara panggilan-
panggilan itu. Pawang lebih banyak terlibat dalam hal-hal berkaitan makhluk
halus seperti upacara penanaman padi dan penuaian padi yang melibatkan
upacara secara besar-besaran di sesuatu kampung.
Bomoh atau pawang ini menjadi perantara antara manusia dengan segala
makhluk ghaib ini. Bomoh biasanya mempunyai kepakaran atau pun
pengkhususan yang tersendiri. Berdasarkan pengkhususan itu bomoh boleh
dibagi kepada beberapa jenis. Antaranya ialah bomoh patah, bomoh urut,
bomoh ular, bomoh akar kayu dan berbagai-bagai lagi.
Seseorang itu menjadi bomoh dengan beberapa cara antaranya melalui menuntut
dan mimpi. Cara menuntut ialah dengan mempelajari ilmu daripada seorang guru,
melalui sesuatu pengalaman istimewa, misalnya mewarisi daripada ayah atau
keluarga yang rapat yang pernah menjadi bomoh (keturunan). Melalui mimpi pula
lebih kepada bentuk luar biasa iaitu kepandaian dan kuasa mengobati diperolehi
melalui mimpi; mendapat kembaran atau makhluk luar biasa yang dipelihara
misalnya akuan atau berpolong ; penurunan dengan kuasa luar biasa secara
kebetulan selalunya waktu sakit atau tidak sedarkan diri atau apabila seseorang itu
mendapat sesuatu benda ajaib yang mempunyai kuasa magis seperti geliga ular
dan seumpamanya (Mohd Taib Osman, 1977).
Dukun dan bidan merupakan panggilan orang Melayu kepada mereka yang pandai
mengobati penyakit secara pengobatan pisik sama ada dengan menggunakan
bahan bahan obatan yang diambil dari sumber flora dan fauna seperti akar kayu
dan daunan atau pengobatan melalui urutan ke atas badan pesakit. Tugas utama
bidan ialah untuk mengendalikan kelahiran bayi, juga bertanggungjawab terhadap
kesehatan ibu semasa mengandung dan semasa berada dalam pantang. Secara
ringkas bidan berusaha untuk mencegah terjadinya keguguran, kecederaan
kepada bayi dalam kandungan, komplikasi selepas bersalin atau mengambil
langkah-langkah untuk mengelakkan ibu dan bayi daripada serangan sakit-demam.
Tok Mudim pula ialah tokoh perubatan yang mahir melakukan upacara berkhatan
untuk kanak-kanak lelaki. Upacara berkhatan bagi kanak-kanak perempuan
dilakukan oleh bidan. Dengan kata lain bidan ialah pakar dalam mengendalikan
segala urusan berkaitan masalah keuzuran wanita.
[
Tokoh Matematik dan Karya Mereka
a. Syeikh Abdul Rahman Muhammad al-Fatani
b. Syeik Ahmad al-Fatani
c. Syeikh Ahmad bin Abdul Latif al-Khatib al-Minangkabawi
d. Syeikh Tahir Jalaluddin Perak
e. Syeikh Muhammad Ali Abdul Mutalib al-Minkabawi
Kedua, tanah yang datar. Rumah yang didirikan di sini dipercayai akan
membuat penghuni bangunan selalu tenang hidupnya dan disenangi dalam
pergaulan, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah ungkapan lama,
,
Ketiga, tanah yang miring ke belakang. Rumah di sini dipercayai akan
membuat penghuninya tidak kekurangan rezeki, seperti dinyatakan dalam
ungkapan
Ketiga, tanah bekas perumahan lama. Rumah di lahan ini dipercaya akan
membuat penghuninya mendapat nasib seperti pemilik bangunan lama,
seperti ungkapan,
Mengunut jejak mengulang langkah
Kalau unut di bawah betis
Kalau jejak di bawah tapak
Tanah lekuk-berlekuk
Tanah bernama tahi burung
Dibuat ladang padinya kerit
Dibuat kebun batang meranggas
Dibuat rumah sakit bubul
Dibuat gelanggang mematahkan
Dibuat tepian tak berair
Keenam, tanah berbusut dan beranai-anai. Orang Melayu
percaya bahwa penghuni rumah di atas tanah ini akan
melarat, seperti diungkapkan dalam pantun,
Tanah berbusut beranai-anai
Busutnya penyemput bala
Anai-anai penyemput hutang
Tak kering kain di pinggang
Tak bersiang tak bermalam
Kayu bekas tebangan orang. Bangunan yang dibuat dengan kayu ini
diyakini akan membuat penghuninya cepat bercerai dengan keluarganya,
seperti ungkapan,
Kayu yang akarnya menjulur ke air. Bangunan yang dibuat dengan kayu ini
dianggap akan dapat menyebabkan penghuninya mendapat sial, seperti
ungkapan,
Sebelah akar di tebing
Sebelah akar di air
Satu dipegang satu lepas
Satu dapat satu menghilang
Kayu bekas terbakar. Bangunan yang dibuat dengan
kayu ini dianggap akan menyebabkan penghuninya
menderita kemiskinan dan berbagai penyakit, seperti
ungkapan,
Terpanggang kayu di tengah ladang
Terasnya menjadi gubal
Diketam tidak bertatal
Kulit dikubik berisi arang
Banir diseluk tak berurat tunggang
Dipesandar timpa-menimpa
Ditampung tak tertampung
Dikerat tak terkerat
Mematah pada beliung
Memecah hulu parang
Ukuran Bangunan
Ukuran bangunan juga dipercaya dapat menentukan
baik tidaknya sebuah rumah. Secara tradisional
patokan untuk mengukur adalah ukuran bagian tubuh si
pemilik, seperti tinggi hasta, serta ukuran berdasarkan
banyaknya kasau dan gelepar. Tinggi bangunan yang
paling baik adalah sepemikulan atau setinggi bahu
karena ini berarti beban hidup akan dapat dipikul
sepenuhnya oleh si pemilik. Tentang hal ini ungkapan
lama menyebutkan,
Tinggi rumah sepemikulan
Terpikul bendul nan empat
Terpikul ladang bertumpuk
Tak bertingkat tungku di dapur
Tak tersingkap kain di pinggang
Jika tinggi bangunan itu sejunjungan, yaitu setinggi puncak kepala si
pemilik, hal itu juga berarti baik.
Tinggi rumah sejunjungan
Terjunjung adat dengan lembaga
Terjunjung harta dengan pusaka
Terjunjung pintak dengan bagi
Terjunjung ico dengan pakaian
Jika tinggi bangunan itu sepenjangkauan, itu juga berarti baik karena
dipercaya si pemilik akan dapat menjangkau segala keperluan rumah
tangganya serta mencapai cita-cita.
Tinggi rumah sepenjangkauan
Tergapai kasau dengan alang
Teraih padi dalam petak
Tertutup baju di dada
Tercapai ucap dengan pinta
Jika tinggi bangunan itu sepenyangup, yaitu
setinggi mulut, itu berarti tidak baik, karena
menurut kepercayaan si pemilik akan menjadi
rakus, kikir, serta bertengkar dengan tetangga di
sekitar.
Tinggi rumah sepenyangup,
langau lalat dimakannya,
berlapis kancing pintunya,
duduknya di atas-atas,
cakap tengking-menengking,
tak lawan musuh dicari.
Jika tinggi bangunan itu selutut, berarti
sangat tidak baik, karena si pemilik dianggap
tidak tahu adat serta akan berada dalam
kemiskinan.
Tiang dua belas adalah gabungan dari 4 buah tiang seri, 4 buah tiang tengah, 2
buah tiang tua, 1 buah tiang penghulu, dan 1 buah tiang bujang. Dalam
ungkapan dikatakan,
Tertegak rumah tiang dua belas
Dua belas cahaya naik
Dua belas cahaya turun
Dua belas tiang dikandungnya
Dua belas bulan ditunangnya
Tangga
Pada bangunan tradisional Melayu, tangga depan
dikatakan mengandung makna lambang-lambang,
sehingga diungkapkan,
Pucuk Rebung
Badak Balek
Semut Beriring
TANGGA
ASPEK KEPERCAYAAN/RELIGI
ANAK TANGGA DIBUAT LIMA TINGKAT, JUMLAH INI ADA KAITANNYA
DENGAN AJARAN ISLAM, YAKNI LIMA RUKUN ISLAM.
ASPEK ADAT
TANGGA TERBUAT DARI KAYU KERAS, DAN DIBERI UKIRAN PADA KAKI
DAN ANAK TANGGA. UKIRAN KHUSUS DIBUAT DIKEPALA
ANAK TANGGA. TIANG DAN ANAK TANGGA PIPIH, BIASANYA DIBIUAT
DARI PAPAN TEBAL. DI PANGKAL TANGGA DIBUAT ALAS DARI KAYU
KERAS ATAU BATU, DAN SAMPINGNYA DILETAKKAN TEMPAYAN AIR
UNTUK MENCUCI KAKI DAN TERLETAK DISEBELAH KANAN ARAH NAIK.
KOLONG RUMAH
ASPEK KEPERCAYAAN/RELIGI
KOLONG RUMAH BIASANYA DIGUNAKAN OLEH PENDUDUK UNTUK
MENGUMPULKAN KAYU BAKAR GUNA PERSIAPAN BULAN PUASA.
ANAK TANGGA DIBUAT LIMA TINGKAT, JUMLAH INI ADA KAITANNYA DENGAN
AJARAN ISLAM, YAKNI LIMA RUKUN ISLAM.
ASPEK ADAT
TANGGA TERBUAT DARI KAYU KERAS, DAN DIBERI UKIRAN PADA KAKI DAN
ANAK TANGGA. UKIRAN KHUSUS DIBUAT DIKEPALA ANAK TANGGA. TIANG
DAN ANAK TANGGA PIPIH, BIASANYA DIBIUAT DARI PAPAN TEBAL. DI
PANGKAL TANGGA DIBUAT ALAS DARI KAYU KERAS ATAU BATU, DAN
SAMPINGNYA DILETAKKAN TEMPAYAN AIR UNTUK MENCUCI KAKI DAN
TERLETAK DISEBELAH KANAN ARAH NAIK.
KOLONG RUMAH
ASPEK KEPERCAYAAN/RELIGI
KOLONG RUMAH BIASANYA DIGUNAKAN OLEH PENDUDUK UNTUK
MENGUMPULKAN KAYU BAKAR GUNA PERSIAPAN BULAN PUASA.
ASPEK KEBUDAYAAN
UMUMNYA DIPERGUNAKAN UNTUK TEMPAT BERTUKANG PERAHU,
MENYIMPAN PERAHU ( BERUKURAN KECIL ), TEMPAT MENYIMPAN KAYU API
ATAU KAYU BAKAR, TEMPAT KANDANG TERNAK. KOLONG RUMAH TIDAK ADA
PEMBAGIAN RUANGANNYA, KECUALI KOLONG DI BAWAH DAPUR
CONTOHNYA TEMPAT UNTUK BUANGAN AIR CUCI PIRING YANG BIASANYA
DISEBUT PELIMBAHAN.
LANTAI
ASPEK KEPERCAYAAN/RELIGI
ASPEK ADAT
TERBUAT DARI KAYU MERANTI, MEDANG ATAU PUNAK. UNTUK
BAGIAN RUMAH INDUK LANTAINYA DAPAT DIBUAT DARI NIBUNG
YANG DIBELAH – BELAH. SUSUNAN LANTAI SEJAJAR DENGAN
RASUK, DAN MELINTANG DI ATAS GELEGAR, DIMANA UJUNGNYA
DIBATASI OLEH BANDUL.
KETINGGIAN LANTAI TERGANTUNG KEPADA KETINGGIAN TIANG
RUMAH. UMUMNYA SELISIH KETINGGIAN ITU ANTARA 20 – 60 CM.
- ASPEK KEBUDAYAAN
DI RUMAH INDUK LANTAINYA HARUS SELALU DISUSUN RAPAT,
BAHKAN DIBERI BERLIDAH YANG DISEBUT “ PIAN “, SEDANGKAN
DIRUANGAN DAPUR LANTAINYA DISUSUN JARANG ATAU AGAK
JARANG.
LANTAI YANG TERBUAT DARI BELAHAN NIBUNG, BIASANYA
DITEMPATKAN DIRUANG BELAKANG, ATAU DITEMPAT YANG
SELALU KENA AIR, SEPERTI TELODAN DAPUR. LANTA NIBUNG INI
TIDAK DIPAKU, TETAPI DIJALIN DENGAN ROTAN DAN LEBARNYA
ANTARA 5 – 1O CM.
DINDING
ASPEK ADAT
DIDALAM BANGUNAN MODERN DISEBUT PURUS. JADI DALAM
MERAPATKAN DINDING YANG SATU DENGAN YANG LAINNYA, BAGIAN
YANG MENONJOL ITU DIMASUKAN KEBAGIAN YANG CEKUNG SEHINGGA
PAPAN – PAPAN ITU BENAR – BENAR RAPAT TIDAK TEMBUS AIR ATAU
TEMBUS CAHAYA.
DINDING LIDAH PIAN BIASANYA DIPASANG BAGI RUMAH ORANG –ORANG
YANG MAMPU, KARENA UNTUK MEMBUAT PIAN MEMERLUKAN TUKANG
YANG AHLI DAN KAYU KERAS YANG TIDAK BERSERABUT.
ASPEK KEBUDAYAAN
DINDING RUMAH LONTIK BENTUKNYA KHUSUS YAITU SEBELAH LUAR
SELURUHNYA MIRING KELUAR, SEDANGKAN DINDING DALAM TEGAK
LURUS. DINDING SELURUHNYA TIDAK MEMAKAI RANGKA DINDING, TETAPI
DILEKATKAN KEPADA BALOK YANG DI PURUS DIMANA DINDING
DITANAMKAN. BALOK TERSEBUT BERFUNGSI SEBAGAI RANGKA DINDING,
JUGA SEKALIGUS MENJADI PENEMU ANTARA PAPAN SATU DENGAN
PAPAN YANG LAINNYA.
BALOK KAKI DINDING SEBELAH MUKA MELENGKUNG KEATAS, DAN
KALAU DISAMBUNG DENGAN UKIRAN SUDUT – SUDUT DINDING,
KELIHATAN SEPERTI BENTUK PERAHU.