Langsung
Sejak nama calon kepala daerah atau anggota legislatif atau presiden dan wakil
presiden ditetapkan, orang Papua di berbagai kampung di pegunungan mulai
terlibat dalam diskusi-diskusi, baik yang terjadi secara spontan maupun
terencana. Dalam diskusi itu, mereka saling membagi informasi tentang sepak
terjang setiap calon yang hendak dipilih. Mereka tidak membahas janji-janji para
calon sebab janji tidak bisa dipegang dan sulit diuji kebenarannya. Dengan
mendapatkan
informasi
sebanyak-banyaknya,
orang
kampung
mulai
mendapatkan gambaran tentang calon siapa yang dapat dipercayai dan layak
dipilih. Setiap pemilih di kampung mulai mengambil keputusan personal tentang
calon yang akan dipilihnya. Kemudian calon pilihannya disampaikan kepada
orang lain untuk menguji kelayakan dan mendapatkan tanggapan balik.
Pengujian melalui diskusi berlangsung hingga para pemilih di suatu desa
mencapai kesepakatan.
(tambahan dari sisi Pro )
Maka, menjadi jelas bahwa hasil pemilu adalah keputusan personal dari setiap
pemilih, yang disatukan secara bersama menjadi sebuah kesepakatan
komunitas, dan disimbolkan melalui noken. Rakyat bisa bersepakat mengisi
semua suara dari desanya dalam sebuah noken dan menyerahkannya kepada
calon yang dipercayainya atau membagi suara kepada beberapa calon.
Parameter: Indonesia
Pro
Urgensi
Sistem tersebut merupakan bagian dari
budaya lokal di sana yang harus
dihormati,
karena
mekanisme
pemungutan suara tsb didasarkan
pada hukum adat setempat dan
konstitusi
memang
memberikan
pengakuan
terhadap
perlindungan
masyarakat
adat
dan
hak-hak
konstutisonal.
Inti dari demokrasi adalah partisipasi
seluruh rakyat. Maka, dalam pemilu
yang demokratis, seluruh rakyat mesti
berpartisipasi secara aktif membuat
keputusan
tentang
calon
yang
dipilihnya.
Kontra
Urgensi
Bentuk penyelenggaraan pemilu di
Indonesia
masih
warna-warni.
Ketidakseragaman itulah yang harus
mendapat
perbaikan
sesegera
mungkin. Masyarakat yang masih
menggunakan sistem noken harus
disamakan dengan masyarakat lain
yang menggunakan sistem one man
one vote. Jangan terus menerus
memandang mereka sebelah mata. Ini
menyangkut
HAM,
dan
hak
konstitusional
warga,
pungkasnya.
Penggunaan sistem noken dan ikat
jelas
bukan
hanya
berpotensi
melanggar hak asasi, namun juga
merusak azas pemilihan umum. Jelas
tidak 'luber (langsung, umum, bebas,
rahasia)
dan
jurdil
(juur
dan
adil)',Pemilu
itu
individu
bukan
komunal.
Fakta
Fakta
2
Regulasi/Dokrin
Regulasi/Dokrin
Provinsi Papua adalah Provinsi yang Padahal, sudah jelas setiap warga
diberikan
hak
istimewa
oleh
negara memiliki hak politik luber
konstitusi kita, dalam pasal 18B
jurdil untuk memilih seperti dalam
ayat (1) dan (2) UUD RI Tahun
UUD 45 pasal 22E (1): Pemilihan
1945 dijelaskan dalm pasal 18B
Umum
dilaksanakan
secara
ayat (1),
langsung, umum, bebas, rahasia,
Negara
mengakui
dan
jujur dan adil setiap lima tahun.
menghormati
satuan-satuan
Ketentuan
yang
sama
juga
Pemerintah Daerah yang bersifat
disebutkan dalam Undang-Undang
khusus atau bersifat istimewa yang
No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
diatur dalam undang-undang
Umum Anggota DPR, DPD, dan
Sedangkan dalam pasal 18B ayat (2)
DPRD. Artinya, prinsipnya tidak bisa
menyatakan,
diwakilkan siapapun. Sedangkan di
Negara
mengakui
dan
dalam kedua jenis sistem noken itu,
menghormati
kesatuan-kesatuan
prinsip langsung, dan rahasia, tidak
Masyarakat hukum adat beserta
bisa diterapkan. Langsung dan
hak-hak tradisonalnya sepanjang
rahasia
ditentukan
dengan
masih hidup dan sesuai dengan
maksud agar setiap orang yang
perkembangan
masyarakat
dan
berhak memilih dijamin Negara
prinsip Negara Kesatuan Republik
untuk bisa langsung menentukan
Indonesia
yang
diatur
dalam
sendiri pilihannya, dan dengan asas
undang-undang
rahasia seharusnya tidak boleh ada
(Ketentuan dalam pasal 18B ayat 2
orang lain yang tahu calon yang
ini juga sama diatur dalam pasal 51
dipilih seseorang.
Apa yang telah ditetapkan KPU
ayat 1 huruf b UU MK)
haruslah dihormati : Sudah
Artinya kebiasaan adat Masyarakat
ditetapkan KPU dan tetap one man,
Papua menggunakan Noken dalam
4
pemilihan kolektif
(kesepakatan
warga atau aklamasi) yang telah
diterima
masyarakat
Kabupaten
Yahukimo tersebut karena jika
dipaksakan pemilihan umum sesuai
dengan
peraturan
perundangundangan
yang
berlaku
dikhawatirkan akan timbul konflik di
antara
kelompok-kelompok
masyarakat setempat.
Dari sini jelas, MK mengakui dan
memperbolehkan sistem noken di
Provinsi
Papua,
sangat
jelas
substansi dikeluarkan keputusan itu
sama dengan polemik seputar noken
sekarang ini, bahwa hak masyarakat
adat harus diprioritaskan, juga
dengan faktor geografis di Provinsi
Papua
Sila keempat Pancasila adalah,
Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Sampai hari ini di Papua masih
banyak suku yang menjalankan
tradisi
permusyawaratan/perwakilan
dalam PEMILU.
Pasal 73 pada UU nomor 39 tahun
1999 tentang HAM. Isinya: Hak dan
kebebasan
yang
diatur
dalam
Undang-undang ini hanya dapat
dibatasi oleh dan berdasarkan
undang-undang, semata-mata untuk
menjamin
pengakuan
dan
penghormatan terhadap hak asasi
manusia serta kebebasan dasar
orang lain, kesusilaan, ketertiban
umum dan kepentingan bangsa.
Sepanjang tak dilarang undangundang, bagaimanapun MK harus
putuskan sisten noken sah secara
hukum.
Penjelasan Hasyim Sangadji (saksi
ahli dari KPU di sidang MK)
Bahwa nilai budaya lokal yang
masih hidup dan berkembang di
dapat
memilih
sesuai
dengan
pilihannya
sendiri
tidak
harus
dilakukan secara LUBER. LUBER
adalah salah satu sistem nya saja,
ada alternatif lain untuk melakukan
pemilu yang jurdil tanpa harus
LUBER. Sebagai contoh, tentu saja
sistem ikat dan/atau NOKEN dan
elektoral
yang
kesemuanya
merupakan
sistem
representatif.
Sudah
ratusan
tahun
amrik
melakukan sistem elektoral untuk
pemilihan presiden mereka, gak ada
masalah yang besar. Dan sistem
elektoral
telah
dijamin
lewat
Amandemen
ke
14
konstitusi
mereka.
HAM sebagaimana dijamin dalam
kelima sila Pancasila, letaknya jauh
lebih tinggi dari asas pemilu, yang
hanya merupakan salah satu dari
sekian banyak manifestasi dari
pemenuhan hak asasi manusia itu
sendiri untuk memilih sesuai dengan
yang dia inginkan. Berarti sudah
seharusnya, kita melihat
jangan
hanya berkutat kepada pohonnya
saja [Pasal 22E(1)], tapi kepada
hutannya
[UUD
'45]
secara
keseluruhan.
partai/presiden
hanya
perlu
menyogok ketua adat tanpa perlu
menyogok seluruh masyarakat yang
ada di Papua.
Solusi
Solusi
Untuk
kedepannya,
diharapkan Sudah
69
Indonesia
Merdeka.
penerapan sistem noken dapat
Rakyat Papua harus memperoleh
dilaksanakan lebih tertib. Dengan
pendidikan yang layak sehingga
demikian, tidak ada lagi pihak yang
bisa
mengikuti
sistem
politik
mempersoalkan sistem pemilihan
modern.
Artinya
mereka
yang telah menjadi salah satu
menggunakan cara yang sama
warisan budaya adat Indonesia,
seperti rekan-rekan di tempat
khususnya
masyarakat
Papua
lainnya. Selama ini, pemerintah
tersebut. Upaya penertiban sistem
terlihat abai terhadap mereka,
noken
dapat
dimulai
dengan
termasuk
dalam
memberi
peningkatan
konsolidasi
antara
pendidikan dan pengetahuan yang
penyelenggara pemilu di daerah
cukup penting mengenai pemilu,
dengan masing-masing ketua adat.
sistem dan cara pemunguitan suara.
Justru dari pemilu langsung dengan
Akibatnya
yang
mereka
tahu
sistem noken harusnya mendorong
hanyalah cara memilih melalui adat
10
mereka tersebut.
Kedepannya, harus ada edukasi
kepada masyarakat Papua secara
kontinyu untuk dapat menggunakan
mekanisme sistem pemilu yang
sama secara nasional. Biarkan
Papua MELEK tak berbeda dengan
bagian
Indonesia
lainnya
dan
bersetara dengan saudaranya yang
lain di seluruh Nusantara. Sudah
saatnya
warga
Papua
di
Pegunungan Tengah menjalankan
sistem one man one vote! Kita
bergerak maju dan harus dimulai
sejak dini. Kapan lagi kalau tidak
mulai dari sekarang?
11
Speaker Pro
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Syalom, Salam Sejahtera.
Terimakasih kepada kesempatan yang telah diberikan moderator. Selamat siang
kepada dewan juri yang terhormat, tim kontra yang bersemangat, serta kaum
intelektual muda yang ada di ruangan ini.
Perkenalkan kami dari tim pro, saya Astrid Fatimah sebagai pembicara
pertama, Densen Handra sebagai pembicara kedua, dan Mochamad Dzaki
sebagai pembicara ketiga. Disini kami hadir untuk menegaskan bahwa kami
setuju dengan noken dalam sistem pemilihan umum secara langsung.
Pertama-tama, marilah kita mengangkat pembicaraan topik perdebatan
kali ini dengan menyamakan pemandangan kita terlebih dahulu.
Noken (menurut KBBI) merupakan tas tradisional dari Irian Jaya yang terbuat dari
serat kayu. Di dalam petunjuk teknis (Juknis) KPU Papua Nomor 1 tahun 2013,
noken digunakan sebagai pengganti kotak suara.
Pemilihan umum sendiri bila mengacu pada UU No.12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ,Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) ,dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal 1 ayat 1 tertulis
bahwa Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Untuk dapat memudahkan masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan
menyalurkan hak suaranya sebagai warga negara Indonesia, maka pemilihan
umum di Papua menggunakan sistem noken. Terdapat 2 jenis sistem noken:
pertama, suara suku diwakilkan kepada ketua suku yang melakukan pemilihan
atau yang dikenal dengan noken bigmen. Kedua, yakni noken gantung dimana
suara suku dimasukkan ke dalam kantong partai atau calon yang dipilih secara
mufakat.
Munculnya noken bukan tanpa sebab, tentu banyak hal lain yang menjadi
acuan digunakannya sistem noken selain dari alasan geografis tersebut. Sistem
noken juga digunakan karena masih banyak pula masyarakat di daerah Papua
yang belum mengenal baca tulis secara baik. Oleh karena itu, perlu ditolong
mencoblos menggunakan sistem noken. Alasan ini seharusnya membukakan
mata kita bahwa keberadaan noken jelas sangat dibutuhkan. Lantas bagaimana
12
itu
merupakan
hak
tradisional
Papua
yang
mendekatkan
pada
Musyawarah untuk memilih Pemimpin, hal tersebut terjamin oleh sumber dari
segala sumber hukum Indonesia ini
Berdasarkan Pasal 18 B ayat (2) tersebut, negara wajib menghormati
sekaligus melindungi hak-hak tradisional orang Papua termasuk Noken, baik
sebagai simbol entitas budaya maupun sebagai instrumen demokrasi yang
mengutamakan prinsip musyawarah untuk mufakat. Termasuk musyawarah dan
mufakat untuk memilih wakil-wakil mereka (pileg) maupun memilih pemimpin
13
mereka (Pilkada dan Pilpres). Mekanisme ini nyata-nyata MASIH ADA dan HIDUP
dalam keseharian komunitas suku-suku di wilayah pegunungan Papua.
Dewan juri yang terhormat, pertanyaan kemudian, apakah hanya dengan
perwakilan kepala adat, sistem pemiliihan ini dengan serta merta melanggar
prinsip demokrasi? Jawabannya, TENTU TIDAK, karena prinsip demokrasi juga
mengakui musyawarah mufakat. Hal ini terang-terang diakui dalam ground
norm kita yang bernama Panca Sila, pada sila keempatnya.
Hal penting lainnya, proses penggunaan Noken juga telah diuji sejak
pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten Yahukimo Tahun 2009 lalu,
Mahkamah Konstitusi telah mengakui Noken sebagai bagian kearifan lokal
pegunungan tengah atau yang biasa disebut dengan Demokrasi Noken yang
perlu
dilestarikan
melalui
Keputusan
MK
No.
48
dan
49
tahun
2009.
juri
yang
terhormat,
penggunaan
noken
daripada
yang
mencari
sudah
solusi
jelas-jelas
lain
untuk
dibutuhkan
nilai budaya lokal yakni memilih menggunakan sistem noken yang masih hidup
ini berkembang di dalam masyarakat, khususnya di daerah pedalaman Papua.
Noken merupakan sebuah kearifan lokal yang perlu diberikan ruang, tempat bagi
perkembangan demokrasi.
Speaker Kontra
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Syalom, Salam Sejahtera.
Terimakasih kepada kesempatan yang telah diberikan moderator. Selamat siang
kepada dewan juri yang terhormat, kemudian tim pro yang kami banggakan,
serta kaum intelektual muda di ruangan ini.
Perkenalkan kami dari tim kontra, saya Astrid Fatimah sebagai pembicara
pertama, Densen Handra sebagai pembicara kedua, dan Mochamad Dzaki
sebagai pembicara ketiga. Pertama-tama kami ingin berterima kasih kepada tim
pro yang sudah mencoba memaparkan argumennya mengenai topik ini, namun
disini kami hadir untuk menegaskan bahwa kami tidak setuju dengan Noken
dalam sistem pemilihan secara langsung.
Dewan Juri yang terhormat, saat ini kita tahu bahwa tidak ada aturan
perundang-undangan hitam di atas putih yang menjadi dasar hukum sistem
15
noken. Sistem Pemilu yang diatur secara nasional di Indonesia hanya ada satu,
yaitu ONE MAN ONE VOTE ONE VALUE, dan karena itu seharusnya sistem noken
tidak perlu diberlakukan. Jangan terus menerus memandang masyarakat Papua
dengan sebelah mata. Ini menyangkut HAM! dan HAK KONSTITUSIONAL WARGA!
Penggunaan sistem noken jelas bukan hanya berpotensi melanggar hak asasi,
namun juga merusak azas pemilihan umum. Jelas tidak 'luber (langsung, umum,
bebas, rahasia) dan jurdil (juur dan adil)' sebagaimana asas pemilu yang tertulis
dalam UUD 45 pasal 22E (1). Ketentuan tersebut juga disebutkan dalam UndangUndang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan
DPRD. Pemilu itu individu bukan komunal. Prinsipnya tidak bisa diwakilkan oleh
siapapun.
Perlu ditegaskan kembali, kami tidak setuju dengan digunakannya sistem
Noken dan terbukti pula pelarangan sistem noken juga sudah dituangkan di
Peraturan
KPU
(PKPU).
Pada
PKPU
No
26/2013
tentang
Pemungutan,
Penghitungan dan Rekapitulasi Suara dalam Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sudah menegaskan bahwa adalah kewajiban
penyelenggara
Pemilu
bahwa
tunduk
pada
asas
Pemilu
dan
peraturan
perundang-undangan. Berarti sudah tidak ada lagi alasan yang bisa dipakai
untuk menyelenggarakan pemilu yang bertentangan dengan asas pemilu.
Apakah baik jika para warga hanya berpangku tangan pada ketua adat
yang melakukan pemilihan? Dimana kesempatan memilih yang seharusnya
mereka punya seperti saudara-saudara mereka yang lain di seluruh Indonesia?
Tentu adanya sistem noken akan mencederai demokrasi yang seharusnya
melekat pada diri Indonesia. Kami dengan jelas mengatakan bahwa sistem noken
merupakan
sitem
pemilihan
yang
tidak
demokratis.
Mengapa?
karena
masyarakat tidak memberikan hak suara mereka secara bebas tapi malah
diwakilkan.
Lain dulang lain kaki,lain orang lain hati. Setiap orang pastinya memiliki
pendapat yang berbeda-beda antar satu dengan lainnya. Adanya sistem noken
membuat masyarakat Papua hanya membebek apa yang dipilih oleh ketua
adatnya.
Perlu diketahui bahwa di setiap negara, prinsip dari Pemilu itu sama, yakni
pelaksanaan (mekanisme) dari sistem demokrasinya. Satu kata kunci yang
terkandung dalam demokrasi, yaitu partisipasi. Semegah apapun Pemilu digelar
dengan corak paling mutakhir sekalipun, tapi kalau ia mengabaikan partisipasi
16
dimanipulasi. Indikator paling sederhana, tak ada identitas penitip suara pada
ketua suku tertentu. Lebih lagi, bukti sistem noken yang tak demokratis, di
daerah pegunungan Papua hampir setiap suku mencoblos calon yang sama. "Jadi
di suku A semua coblos calon nomor urut satu, calon nomor urut dua itu nol
(tidak ada yang memilih). Logikanya kan tidak mungkin. Setiap kandidat pasti
punya tim sukses, ke mana suara mereka?
Dewan juri yang terhormat, disini kami pertegaskan bahwa, noken dalam
sistem pemilhan umum bukanlah solusi, justru sebaliknya ini adalah lampu
merah bagi Indonesia untuk segera menjalankan Sistem ONE MAN ONE
VOTE ONE VALUE di Indonesia. Pemilihan Umum baik itu Legislatif, Gubernur,
dan Bupati/Walikota merupakan amanat undang-undang yang menjadi dasar
pelaksanaannya, sehingga tatanan pemilihan yang telah ditetapkan dalam
undang-undang wajib untuk dilaksanakan. Termasuk di dalamnya pemilihan
dengan sistem yang memang sudah diatur.
Adanya noken dalam sistem pemilu secara langsung malah akan
melahirkan konflik berkepanjangan seperti halnya perkataan Reydonnyzar (Staf
Ahli Mendagri): Apabila masing-masing daerah/suku tetap mempertahankan
cara-cara kedaerahan dan kesukuannya dalam pemilu, dapat dibayangkan jika
1.127 suku yang ada di Indonesia melaksanakan sistem pemilu sesuai adatistiadatnya? Tentu saja, akan menimbulkan berbagai macam persoalan kompleks
dalam pelaksanaan pemilu. Jangan sampai di suatu daerah yang sebelumnya
tak jamak ada praktik pemilihan adat tersebut tetapi mendadak "diada-adakan"
belakangan.
Sudah 69 Indonesia Merdeka! Biarkan Papua MELEK tak berbeda dengan
bagian Indonesia lainnya dan bersetara dengan saudaranya yang lain di seluruh
Nusantara. Pemerintah juga sudah seharusnya memberikan pendidikan yang
layak
mengenai
pemilu,
sistem
dan
cara
pemungutan
suara,
sehingga
masyarakat tidak hanya mengenal cara memilih melalui adat mereka tersebut,
tetapi bisa mengikut sistem pemilihan yang telah ditetapkan secara nasional,
yakni ONE MAN ONE VOTE ONE VALUE. Kita bergerak maju dan harus dimulai
sejak dini. Kapan lagi kalau tidak mulai dari sekarang?
Pasal 28 I UUD 45
Sumber:
http://hukum.kompasiana.com/2014/08/18/sistem-noken-dan-ikat-suara-dipapua-legalkah-681030.html
18
https://bengcumenggugat.wordpress.com/2014/07/23/prabowo-menipu-tentangkecurangan-pemilu-papua/
http://nasional.kompas.com/read/2014/08/21/17470521/Sistem.Noken.dan.Demo
krasi
http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/08/21/nanody-inipenjelasan-hakim-mk-soal-sistem-noken-di-papua
http://www.jpnn.com/read/2014/08/14/251630/Sistem-Noken-Hanya-Milik-RakyatPapuahttp://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52fa42698ddcb/komnas-hamkhawatir-sistem-noken-dipakai-dalam-pemilu
http://politik.kompasiana.com/2014/08/19/menggugat-sistem-noken-di-papuabukti-prabowo-tidak-aspiratif-669246.htm
http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2093902/komnas-ham-sistem-nokendan-ikat-dalam-pemilu-melanggar-haml
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/02/11/269553256/Komnas-HAM-TemuiMK-Bahas-Sistem-Noken-dan-Ikat
http://kanalsatu.com/id/post/30136/demokrasi-noken
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53eb0c81267dc/keabsahan-sistemnoken-dalam-pemilu
https://www.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=734584346564481&id=684145541608362
http://www.komapo.org/index.php/berita/lokal/36-sospol/616-sistem-nokenmetode-rahasia-menemukan-harga-diri-dan-kepastian-hukum
http://politik.rmol.co/read/2014/08/15/167906/Soal-Sistem-Noken,-AnggotaKomnas-HAM-Melintirhttp://hukum.kompasiana.com/2014/08/06/adakah-kecurangan-pilpres-di-papua667388.html
http://yancearizona.files.wordpress.com/2010/10/konstitusionalitas-noken.pdf
http://bintangpapua.com/index.php/waropen/itemlist/tag/SISTEM%20NOKEN
http://www.komapo.org/index.php/sospol/36-sospol/584--kontroversi-peranbigman-dalam-pemilihan-sistem-noken-di-papuahttp://fh.unlam.ac.id/web/2014/02/komnas-ham-dan-mk-bahas-soal-keabsahansistem-noken-pemilu-di-papua/
http://www.beritasatu.com/nasional/202249-tim-prabowohatta-nilai-sistemnoken-cederai-demokrasi.html
19
http://www.portalkbr.com/nusantara/papua/2972185_5512.html
http://www.kompasiana.com/prokontra/?topik=Sistem-Noken-di-Pilpres-201420.html
http://nasional.kompas.com/read/2014/02/03/2304566/Komnas.HAM.Minta.KPU.d
an.Bawaslu.Tolak.Sistem.Pemilu.Noken.
http://bintangpapua.com/index.php/waropen/item/14396-sistem-noken-tak-adapayung-hukumnya
http://akreditasi-islamic-center-subang-p2k-unsub.nomor.net/_b.php?
_b=info&id=84347
http://forum.detik.com/sistem-noken-itu-apakah-sah-sebagai-bagian-dari-sistempemilu-t1002524p31.html
http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/08/13/agar-seragam-secaranasional-ahli-berharap-sistem-noken-tak-dipakai-lagi
http://beritaseru.com/sistem-noken-dianggap-langgar-hak-konstitusi-rakyatpapua.html
http://politik.kompasiana.com/2014/08/07/pilpres-belajar-noken-sesuai-pancasiladari-papua-678512.html
http://suluhpapua.com/read/2014/02/22/pemilihan-sistem-noken-harusditiadakan/
20