Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MENELITI ETNOGRAFI SUKU MOI

Dosen Pengampu : Dr Indria Nur M. Pd. I

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Papualogi

oleh :

Kelompok 1

1. Zurriyah Nur Hamida


2. Icha Soraya
3. Madia Simurut

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SORONG

TAHUN 2022
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Makalah ini kami susun berdasarkan penelitian Etnografi Suku Moi yang
dilakukan melalui wawancara langsung kepada suku Moi. Suku Moi yang
diwawancarai bertempat tinggal di Jl.Intimpura, sp.2.

Penulis akan memaparkan informasi secara utuh keseluruhan data yang di


temukan dilapangan dan untuk memahami dengan baik maka penulis akan
menyusunya secara sistematis yang pada dasarnya berhubungan dengan judul
penulisan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat didapatkan rumusan


masalah yaitu :

1. Bagaimana asal-usul dan letak Geografis suku Moi?


2. Bagaimana pupulasi dan penyebaran suku Moi?
3. Bagaimana mata pencaharian dan bahasa suku Moi ?
4. Seperti apa struktur masyarakat adat Moi ?
5. Bagaimana pembagian tanah dan hak adat suku Moi ?
6. Bagaimana sistem kepercayaan suku Moi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal-usul dan latar geografi Suku Moi

Kata Moi dalam beberapa literatur sering di jumpai penyebutannya dengan


nama ”Mosana” artikulasi kata “orang yang lembut dan ramah” merujuk
kepada suatu daerah dibagian pulau Salawati yang menghadap tanjung kepala
burung. Penyebutan Mosana di tujukan kepada Suku Moi secara keseluruhan,
akan tetapi pada dasarnya kata tersebut tidak berlaku bagi masyarakat Moi
secara menyeluruh,tersebut hanya menunjukan Suku Moi sejak awal
(Vorhooeve : People and Language 1975). disebutkan bahwa asal mula Suku
Moi dari Klawelem di distrik Makbon1.

Terdapat pendapat lain mengenai Suku Moi, yang mengatakan bahwa


Suku Moi merupakan orang padang rumput, akan tetapi tidak adanya bukti
dan sumber pendukung yang dapat membenarkan pendapat ini, selain itu juga
tidak adanya pengakuan dari masyarakat Moi tentang argument tersebut
tentang orang Moi sebagai orang rumput, dikarenakan konteks keberadaan
Suku Moi tidak dapat menyatakan identitas mereka sebagai orang rumput2.

B. Populasi dan Penyebaran Suku Moi

Suku Moi yang mendiami wilayah Raja Ampat dan Sorong saat ini
meliputi subetnik yaitu: Moi Legin, Moi Abun, Moi Karon, Moi Klabra, Moi
Moraid, Moi Segin, dan Moi Maya, yang penyebarannya pada wilayah-
wilayah tertentu. Saat ini dikarenakan pemekaran wilayah di Kota Sorong dan
Raja Ampat, maka Suku Moi terbagi dalam wilayah pemerintahan kabupaten,

1
Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi (Bogor : PT Sarana
Komunikasi Utama, 2011), 24.
2
Hasil wawancara, Markus Momot ( Masyarakat ) wawancara langsung Di Toko
Amaro Jl.Intimpura 23 April 2022. PUKUL 17.00 WIT.
distrik, kampung dan kelurahan. Populasi Suku Moi hingga sekarang dalam
angka perhitungan dari tahun 2006-2008 semakin meningkat dan pada tahun

2017 dipastikan semakin tinggi angkanya.7 Dengan jumlah jiwa mencapai


ribuan orang dengan ratusan marga besar dan kecil (gelet)3.

3
http://www.mongabay.co.id/2014/11/30/kala-suku-moi-papua-tegaskan-batas-
wilayah
C. Mata Pencaharian dan Bahasa Suku Moi
Sistem mata pencaharian Suku Moi secara khusus adalah peramu,
berburu, petani dan nelayan, dalam mencukupi kebutuhan hidup baik secara
individu ataupun kelompok atas hak adatnya, selain itu dalam kekerabatan
masyarakat Moi mengenal makan bersama, makan bersama dilakukan bagi
keret4 .Yang kepemilikan tanah berdampingan/berdekatan, namun dalam
proses ini terdapat larangan-larangan pada waktu-waktu tertentu, dimana
adanya pelarangan adat berupa pengambilan hasil alam dalam kurun waktu 3-
4 bulan (sasi) dalam hubungannya dengan mata pencaharian yang meliputi
hasil laut, kebun dan hasil lainnya. Proses pengambilan hasil laut, kebun dan
lain sebagainya akan dapat dilakukan ketika telah dilakukannya upacara adat
(bemfie) dan doa secara keagamaan5.
Akan tetapi sekarang sebagian besar masyarakat Moi telah memiliki
beragam profesi tidak hanya sebatas berburu, bertani, nelayan melainkan juga
telah bekerja pada berbagai instansi pemerintahan seperti menjadi pegawai
negeri sipil, polisi, dosen, tukang ojek, penjual di pasar dan berbagai macam
profesi lainnya guna memenuhi kebutuhan hidup6.
Bahasa Moi merupakan salah satu bahasa dari lima phylum mayor
(phylum) Papua Barat, dimana terdapat 24 bahasa yang mewakili 3,3 persen
dari keseluruhan bahasa yang teredintifikasi ada di Papua yang berjumlah 726
bahasa, sedangkan penutur aktif I perkirakan mencapai 122.000 atau 4,5
persen dari 2756 penutur asli bahasa Papua. Berry & Berry menyebutkan
bahwa bahasa asli Moi atau bahasa induk di tuturkan oleh 4.600 orang yang
terbentuk dalam masing-masing dialek yang pada hakekatnya mirip,
Berry&berry membaginya menjadi 3 bagian : pegunungan (Amber), dari hulu
sungai (Klasa), dan pedalaman (kelim) namun pada umumnya bahasa daerah
yang meliputi daerah Moi pada umumnya di sebut dengan bahasa Salmak
yang merupakan bagian dari bahasa phylum7.
4
Keret merupakan sebutan untuk marga
5
Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi,78.
6
Wawancara dengan Merestika Ulala( Teman SMK penulis ) pada 14 April 2022
pukul 10.00 WIT.
7
Di kutip dari arsip kompas yang di tulis oleh Irfan Nursyam tahun 2013
D. Struktur Masyarakat Moi

Masyarakat adat Moi secara etnografi penyebarannya sangat luas


meliputi daerah Mega, Makbon, selatan Seget dan kearah barat Misool,
Batbat hingga kepulauan Ayau dan Waigeo yang meliputi kepualuan Raja
Ampat daerah Moi Maya. Secara keseluruhan daerah ini masuk dalam hukum
adat, sedangkan Moi yang tidak berbahasa Moi adalah Karon, Madik,
Menyah, Kalabra, dan lain-lain.
Menyangkut adat-istiadat Suku Moi Merupakan suatu rahasia yang
sulit diketahui oleh orang luar Moi bahkan Moi sendiri. Suku Moi pada
dasarnya dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1. Ne Folus adalah orang yang berpengetahuan, mengetahui banyak hal serta
paham tentang filsafat

2. Golongan menegah yakni golongan yang berpengetahuan terbatas dan


tidak mendalam.

3. Golongan rendah, merupakan para wanita dalam suku Moi.

Struktur adat penyebutan terhadap laki-laki disebut (needle) laki-laki


dan (negili) perempuan struktur adat seperti ini telah tercipta sejak dahulu
kala sebelum masuknya pengaruh dari luar8.
E. Tanah dan Hak adat
Suku Moi mempunyai hak ulayat atas tanah mereka sebagai warisan budaya
yang dapat dimanfaatkan secara adat (Stevanus Malak, 2006). Hak tanah bagi
Suku Moi bersifat komunal. Namun dalam pemaamfatannya dapat bersifat
kelompok atupun individual, tidak ada suatu keharusan hak atas tanah
dipergunakan secara kolektif, mengingat kebutuhan sebagai individu sangat
dibutuhkan dikarenakan berbagai macam faktor ekonomi, sosial dan lain
sebagainya.

8
Wawancara Maria M. Kadakolo (Teman SMK penulis) via whatsaapp 6 April 2022
Kebutuhan akan tanah secara kelompok dapat di penuhi dengan cara tanah
tersebut dijadikan sebagai pengembalaan ternak, tanah untuk pasar, tanah
dusun adat, dan tanah untuk membangun kampung (iik fagu). Hak ulayat atas
tanah Suku Moi meliputi 8 subetnik yakni :
1. Moi Segin: Gisim, Segun, Waimon, Katapop, Katimin, Yeflio, Kasimle.

2. Moi Lamas: Seget, Durian Kari, Waliam, Malabam, Seilolof, Ketlosuf.

3. Mo Maya: Salawati, Raja Ampat, Sailolof, dan Julbatam.

4. Moi Kelin: Aimas, Mariat Gunung dan Klamono

5. Moi Klabra: Beraur, Misbra, Buk, Wanurian, Klarion, Wungkas, Wilti,


Tarsa dan Hobar.

6. Moi Karon: Sausapor dan daerah pedalaman

7. Moi Moraid: Sayosa dan Salmak

8. Moi Legin: Batulubang, Makbon, Malaumkarta, Asbaken, Dela, Mega,


Klayili, Maladofok, dan Sayosa9.

F. Sistem Kepercayaan
Suku Moi sebelum mengenal agama modern (Kristen, Islam, katolik)
mempunyai kepercayaan animisme dengan mempelajari mitos-mitos, lagu-
lagu rakyat, mantra serta larangan-larangan adat yang bagi masyarakat di
tandai dengan berupa tempat-tempat seperti hutan keramat, mengambil ikan
di laut/sungai, menotok sagu semuanya itu harus dilakukan dengan
menyebutkan nama-nama arwah atau roh10

9
Stevanus Malak dan Wa Ode Likewati, Etnografi Suku Moi, 40-43.

10
Wawancara Lazarus Makmini, ( Tokoh Masyarakat ) pada 22 April 2022

Anda mungkin juga menyukai